Anda di halaman 1dari 47

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rokok merupakan zat psikoaktif berbahaya yang mengandung 4000 zat

kimia, dan 20 macam diantaranya adalah racun yang mematikan (Hartini et

al., 2014). Menurut WHO (2008) terdapat 10 negara dengan jumlah perokok

terbesar di dunia salah satunya adalah Indonesia dengan urutan ketiga setelah

China dan India. Tobacco Atlas (2012) melaporkan bahwa sekitar 35%

perokok laki-laki berasal dari negara maju dan 50% dari negara berkembang.

Dalam satu dekade yang lalu sedikitnya 50 juta orang telah meninggal akibat

mengidap penyakit karena tembakau. Apabila hal tersebut tidak ditanggulangi

maka akan diperkirakan 1 milyar nyawa akan terenggut pada abad ke 21.

Sebagian besar kematian terjadi di negara-negara berpenghasilan menengah

dan miskin yaitu sekitar 80% kematian, termasuk Indonesia (Fauzi et al.,

2013).

Perilaku merokok pada masyarakat Indonesia yang masih tinggi

merupakan salah satu masalah kesehatan. Buktinya prevalensi perokok di

Indonesia masih cenderung meningkat pada tahun 2010 sebanyak 34,7%

dibandingkan data survey pada tahun 1995 yaitu 27% (Depkes, 2012).

Apabila target pemerintah untuk menurunkan prevalensi merokok sebesar 1%


2

per tahun maka pemerintah memerlukan upaya yang cukup besar dengan

melibatkan berbagai pihak, penerapan multi strategi dan kepemimpinan yang

tegas dan terarah karena hal ini merupakan suatu tantangan tersendiri bagi

pemerintah (Depkes, 2012).

Berdasarkan data Riskesdas (2010), 34,7% penduduk Indonesia yang

berusia ≥ 15 tahun adalah perokok. Prevalensi merokok untuk semua

kelompok usia mengalami peningkatan, terutama peningkatan tajam pada

kelompok usia mulai merokok 10-14 tahun sebesar kurang lebih 80% selama

kurun waktu 2001-2010 (Kemenkes, 2010).Sedangkan pada tahun 2013,

jumlah penduduk Indonesia perokok yang berusia ≥ 15 tahun telah mencapai

36,3%. Dibandingkan dengan penelitian Global Adults Tobacco Survey

(GATS) pada penduduk kelompok usia ≥ 15 tahun, proporsi perokok laki-laki

lebih tinggi 67,0% dan pada Riskesdas 2013 sebesar 64,9 (Kemenkes,2013).

Sekitar 70% perokok di Indonesia memulai kebiasaannya merokok

sebelum berusia 19 tahun karena adanya dorongan dari dalam diri mereka

yaitu rasa ingin tahu yang tinggi, mereka selalu ingin tahu bagaimana hal

tersebut dapat bermanfaat bagi dirinya atau sebaliknya dan mereka

menunjukkan keingintahuan mereka dengan melakukan suatu percobaan

untuk merokok. Hasil studi menunjukkan bahwa perokok berat telah memulai

kebiasaannya ini sejak berusia belasan tahun, dan hampir tidak ada perokok

berat yang baru memulai merokok pada saat dewasa. Karena itulah, masa

remaja sering kali dianggap masa kritis yang menentukan apakah nantinya

mereka menjadi perokok atau bukan (Bustan, 2007)


3

Merokok banyak memberikan dampak yang negatif bagi kehidupan

manusia. Dilihat dari sisi kesehatan, asap rokok merupakan penyebab

berbagai penyakit. Dampak dari rokok tidak instant, berbeda dengan

minuman keras dan narkoba. Dampak rokok akan terasa setelah 10-20 tahun

pasca digunakan. Paparan asap rokok yang terus menerus dikeluarkan oleh

perokok dapat menambah risiko terkena penyakit jantung dan paru-paru

sebesar 20-30%. (Susanna et al., 2003)

Asap rokok bukan saja memberikan dampak buruk bagi perokok,

melainkan juga bagi orang lain yang menghisap asap tersebut tanpa dirinya

sendiri merokok (perokok pasif). Perokok pasif dan anak-anak mempunyai

risiko lebih tinggi untuk terkena infeksi telinga dan sindroma kematian bayi

mendadak. Bukti ilmiah menunjukkan bahwa kadar bahan berbahaya dari

asap yang keluar, ternyata lebih tinggi dibandingkan asap yang dihisap

perokok (Depkes, 2011).

Badan penilitian dan perkembangan kesehatan( BPPK,2010) menunjukan

rata-rata usia mulai merokok secara rasional adalah 17,6 tahun dan

prevalensi penduduk yang merokok setiap hari secara nasional adalah 28,2 %

serta perokok dalam rumah secara nasional sebesar 76,6 % memperhatikan

data penelitian tersebut ada permasalahan besar yang terjadi dalam pola dan

perilaku merokok masyarakat yang terjadi saat ini, kondisi ini akan terus

meningkat jika tidak ada upaya promosi dan prefentif dalam menanggulangi

permasalahan merokok di Indonesia seperti halnya perokok yang ada di

provinsi jawa barat bahwa pervalensi perokok setiap harinya cukup tinggi.
4

Perokok setiap hari di jawa barat berkisar pada angka 30,9 % ( BPPK, 2010 )

secara nasional prevalensi perokok saat ini adalah 34,7%.

Tingginya kasus perokok pada remaja terutama pada mahasiswa

merupakan masalah kesehatan baik ditingkat internasional maupun ditingkat

nasional. Sehingga cukup banyak peneliti yang melakukan penelitian terkait

faktor yang berhubungan dengan perilaku merokok pada mahasiswa.

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan mahasiswa merokok biasanya

berasal dari dalam diri remaja itu sendiri seperti sikap permisif dari orang tua,

pengetahuan, pengaruh teman sebaya, sikap, dan tingkat stres, tipe

kepribadian. Setelah di identifikasi berdasarkan semua tingkatan usia di jawa

barat dengan usia mulai merokok setiap harinya menunjukan remaja dengan

rentan usia 15-19 tahun memiliki prevalensi yang tinggi mencapai 45,0 %

dan secara nasional juga tinggi yaitu 43,7 %(BPPK , 2010). hal ini sangat

mengkhawatirkan berbagai pihak yang terkait dalam menangani persoalan

rokok di Indonesia.

Pengetahuan merupakan dasar untuk mengambil keputusan dan

menentukan tindakan terhadap masalah yang dihadapai (Notoatmodjo, 2010).

Kurangnya pengetahuan remaja tentang bahaya merokok bagi kesehatan

dapat memicu remaja untuk merokok. Hal tersebut sejalan dengan penelitian

yang dilakukan oleh Jelantik and Tjindawang (2013) yang dilakukan di

SMAN 5 Mataram bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara

pengetahuan remaja tentang rokok dengan kebiasaan merokok. Remaja yang

memiliki pengetahuan yang kurang tentang bahaya merokok cenderung


5

memiliki kebiasaan merokok sering dan remaja yang memiliki pengetahuan

yang baik tentang bahaya merokok cenderung tidak merokok. Berdasarkan

hasil penelitian yang dilakukan oleh Salim and Sukadji (2006) yang

dilakukan pada mahasiswa keperawatan di wilayah Provinsi Kalimantan

Selatan menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara

pengetahuan dengan perilaku merokok mahasiswa.

Penelitian dilakukan oleh Komalasari dan Helmi (2000) ada banyak

sekali faktor yang dapat menyebabkan seorang remaja mulai merokok. Mulai

dari kepuasan psikologis, sikap permisif dari orang tua terhadap perilaku

merokok pada remaja dan pengaruh teman sebaya.

Berdasarkan studi pendahuluan yang di lakukan pada bulan Januari -

Maret 2017 dengan melakukan observasi ditemukan banyak mahasiswa yang

merokok di lingkungan kampus baik itu pria maupun wanita oleh sebab

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Cenderawasih tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan

perilaku merokok dan dampaknya bagi status kesehatan mahasiswa fakultas

ekonomi dan bisnis universitas cenderawasih.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas,Masalah yang dapat dirumuskan

dalam penelitian ini adalah faktor – faktor apa saja yang berhubungan dengan

perilaku merokok dan dampaknya terhadap status kesehatan mahasiswa

Fakultas Ekonomi dan bisnis Universitas Cenderawasih ?


6

1.3 Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor–faktor yang mempengaruhi perilaku merokok dan

dampaknya terhadap status kesehatan mahasiswa fakultas ekonomi dan bisnis

universitas cenderawasih.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui karakteristik perilaku merokok mahasiswa fakultas

Ekonomi dan Bisnis universitas cenderawasih.

b. Untuk mengetahui hubungan sikap permisif orang tua dengan perilaku

merokok mahasiswa fakultas Ekonomi dan Bisnis universitas

cenderawasih.

c. Untuk mengetahui hubungan pengaruh teman sebaya dengan perilaku

merokok mahasiswa fakultas Ekonomi dan Bisnis universitas

cenderawasih.

d. Untuk mengetahui hubungan status kepribadian dengan perilaku merokok

mahasiswa fakultas Ekonomi dan Bisnis universitas cenderawasih.

e. Untuk mengetahui hubungan keterpaparan informasi iklan dengan

perilaku merokok mahasiswa fakultas Ekonomi dan Bisnis universitas

cenderawasih.

f. Untuk mengetahui hubungan dampak merokok terhadap status kesehatan

dengan perilaku merokok mahasiswa fakultas Ekonomi dan Bisnis

universitas cenderawasih.
7

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Institusi Akademik

Melakukan promosi kesehatan di intitusi yang di tujukan agar dapat

menerapkan pola hidup yang sehat dengan membuat kebijakan kawasan

tanpa rokok (KTR).

2. Bagi Tenaga Pelayanan Kesehatan. Khususnya perawat

Sebagai bahan masukan untuk menjalankan perannya sebagai pemberi

pelayanan kesehatan

3. Bagi Mahasiswa

penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui dampak yang dapat

merugikan bagi status kesehatan dan perilaku tidak sehat pada mahasiswa

yang merokok.

4. Manfaat bagi Peneliti

Penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan pengalaman

penelitian dibidang penelitian, khususnya mengenai faktor – faktor yang

berhubungan dengan perilaku merokok dan dampaknya terhadap status

kesehatan pada mahasiswa di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Cenderawasih.

1.5 Keaslian Penilitian

Penelitian dilakukan oleh Komalasari dan Helmi (2000) ada banyak

sekali faktor yang dapat menyebabkan seorang remaja mulai merokok. Mulai

dari kepuasan psikologis, sikap permisif dari orang tua terhadap perilaku

merokok pada remaja dan pengaruh teman sebaya. Hasil penelitian lainnya
8

adalah kepuasan psikologislah yang menjadi faktor terkuat terjadinya perilaku

merokok pada remaja.

Penelitian yang dilakukan oleh Jelantik and Tjindawang (2013) yang

dilakukan di SMAN 5 Mataram bahwa terdapat hubungan yang bermakna

antara pengetahuan remaja tentang rokok dengan kebiasaan merokok. Remaja

yang memiliki pengetahuan yang kurang tentang bahaya merokok cenderung

memiliki kebiasaan merokok sering dan remaja yang memiliki pengetahuan

yang baik tentang bahaya merokok cenderung tidak merokok. Berdasarkan

hasil penelitian yang dilakukan oleh Salim and Sukadji (2006) yang

dilakukan pada mahasiswa keperawatan di wilayah Provinsi Kalimantan

Selatan menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara

pengetahuan dengan perilaku merokok mahasiswa.


9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Rokok

2.1.1 Definisi Rokok

Rokok adalah bahan yang sangat berbahaya bagi kesehatan karena dalam

satu batang rokok yang dihisap akan mengeluarkan sekitar 4.000 bahan kimia

beracun di antaranya adalah nikotin, tar dan karbon monoksida (Depkes,

2011). Rokok adalah silinder yang terbuat dari kertas yang berukuran panjang

yaitu sekitar 20-120 mm bervariasi tergantung negara yang membuatnya

dengan diameter 10 mm dan berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah.

Rokok biasanya dijual dalam bungkusan berbentuk kotak atau kemasan kertas

yang dapat dimasukkan dengan mudah kedalam kantong. Rokok dibakar pada

salah satu ujungnya kemudian dibiarkan membara sehingga asapnya dapat

dihirup lewat mulut (Simarmata, 2012)

Perilaku merokok merupakan kebiasaan merokok yang berbahaya bagi

kesehatan, tetapi masih banyak orang yang melakukannya, bahkan orang

mulai merokok ketika dia masih remaja. Perilaku manusia adalah aktivitas

yang timbul karena adanya stimulus dan respon serta dapat diamati secara

langsung maupun tidak langsung (Sunaryo, 2004). Aktifitas yang secara

langsung dapat diamati pada remaja laki – laki adalah perilaku merokok.

Perilaku merokok adalah perilaku yang dinilai sangat merugikan dilihat dari
10

berbagai sudut pandang baik bagi diri sendiri maupun orang lain disekitarnya

(Aula, 2010).

2.1.2 Jenis Rokok

Rokok di bedakan menjadi beberapa jenis, pembedaan ini di dasarkan

atas bahan pembungkus rokok, bahan baku atau isi rokok, proses pembuatan

rokok, dan penggunaan filter pada rokok. Jenis rokok juga di lihat dari kadar

nikotin dan tar nya.

 Rokok berdasarkan bahan pembungkusnya, yaitu :

1) Klobor : rokok yang bahan pembungkusnya berupa kulit jagung.

2) Kawung : rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun aren

3) Sigaret : rokok yang bahan pembungkusnya berupa kertas

4) Cerutu : rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun tembakau

 Rokok berdasarkan bahan baku atau isi :

1) Rokok putih : rokok yang bahan baku atau isinya hanya daun

tembakau dan cengkeh yang di beri saus untuk mendapatkan efek

rasa dan aroma tertentu.

2) Rokok kretek : rokok yang bahan baku atau isinya hanya daun

tembakau dan cengkeh yang di beri saus untuk mendapatkan efek

rasa dan aroma tertentu.

3) Rokok klembak : rokok yang bahan baku atau isinya hanya daun

tembakau,cengkeh dan kemenyan yang di beri saus untuk

mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.


11

2.1.3 Kandungan Rokok

Menurut Fuadah (2009) rokok mengandung sekitar 4.000 lebih jenis

bahan kimia, 40 jenis di antaranya bersifat karsinogenik yaitu dapat

menyebabkan kanker, dan sekitar 200 bahan kimia lainnya berbahaya bagi

kesehatan. Zat-zat beracun yang terdapat dalam rokok antara lain adalah

sebagai berikut :

a. Nikotin

Nikotin adalah zat atau senyawa porillidin yang terdapat dalam

Nicotoana tabacum, Nicotiana rustica dan spesies lainnya yang sintesisnya

bersifat adiktif dan dapat mengakibatkan ketergantungan. Nikotin yang

terkadung dalam asap rokok antaranya adalah 0,5-3 mg, dan semuanya

diserap sehingga di dalam cairan darah atau plasma darah ada sekitar 40-50

mg/ml. nikotin merupakan alkaloid yang bersifat stimulant dan pada dosis

tinggi bersifat racun. Zat ini hanya ada dalam tembakau, sangat aktif dan

mempengaruhi otak atau susunan saraf pusat. Nikotin juga memiliki

karateristik efek adiktif dan psikoaktif. Dalam jangka panjang, nikotin akan

menekan kemampuan otak untuk mengalami kenikmatan, sehingga perokok

akan selalu membutuhkan kadar nikotin yang semakin tinggi untuk mencapai

tingkat kepuasan dan ketagihan.

b. Karbon Monoksida (CO)

Gas karbon monoksida (CO) adalah sejenis gas yang tidak memiliki bau.

Gas ini bersifat toksis yang bertentangan dengan oksigen dalam transport
12

maupun penggunaannya dan menyebabkan kadar oksigen dalam darah

berkurang. Gas CO yang dihasilkan sebatang rokok dapat mencapai 3-6%,

sedangkan CO yang dihisap oleh perokok paling rendah sejumlah 400 ppm

(parts per million) sudah dapat meningkatkan kadar karboksi haemoglobin

dalam darah sejumlah 2-16%.

c. Tar

Tar adalah senyawa polinuklin hidrokarbon aromatika yang bersifat

karsinogenik. Adanya kandungan tar yang beracun ini dapat merusak sel paru

karena dapat lengket dan menempel pada jalan nafas dan paru-paru sehingga

menimbulkan iritasi pada saluran nafas, yang dapat menyebabkan bronchitis,

kanker nasofaring dan kanker paru. Pada saat rokok dihisap, tar masuk

kedalam rongga mulut sebagai uap padat. Setelah dingin uap tersebut berubah

menjadi padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan

gigi, saluran pernafasan dan paru-paru. Pengendapan ini bervariasi antara 3-

40 mg per batang rokok, sementara kadar dalam rokok berkisar 24-45 mg.

d. Amoniak

Amoniak adalah gas yang tidak berwarna yang terdiri dari nitrogen dan

hydrogen. Zat ini merupakan salah satu bahan pembuat cairan pembersih

toilet. Amoniak tajam baunya dan sangat merangsang, karena kerasnya racun

yang ada pada amoniak sehingga jika masuk ke dalam peredaran darah akan

mengakibatkan seseorang pingsan atau koma.

e. Hidrogen Sianida (HCN)


13

Hydrogen sianida merupakan sejenis gas yang tidak berwarna, tidak

berbau dan tidak memiliki rasa. Zat ini merupakan zat yang paling ringan,

dan mudah terbakar. Jika masuk ke dalam tubuh, HCN akan menghalangi

pernafasan dan merusak saluran pernafasan.

f. Fenol

Fenol adalah campuran dari Kristal yang dihasilkan dari distilasi

beberapa zat organik seperti kayu dan arang, serta diperoleh dari tar arang.

Zat ini beracun dan membahayakan karena fenol ini terikat ke protein dan

menghalangi aktivitas enzim.

g. Hidrogen Sulfida

Hydrogen sulfide adalah jenis gas yang beracun yang gampang terbakar

dengan bau yang keras. Zat ini menghalangi oksidasi enzim yaitu zat besi

yang berisi pigmen.

h. Kadmium

Kadmium adalah salah satu bahan beracun pembuat batu baterai. Jika

masuk ke dalam tubuh manusia, zat ini dapat meracuni jaringan tubuh

terutama ginjal.

i. Formaldehida
14

Formaldehida adalah sejenis gas tidak berwarna dengan bau tajam. Gas

ini tergolong sebagai pengawet dan pembasmi hama. Gas ini juga sangat

beracun keras terhadap semua organisme hidup (Fuadah, 2009).

2.1.4 Tahap-tahap Perilaku Merokok

Seperti yang diungkapkan oleh Leventhal & Clearly (Cahyani, 1995)

terdapat empat tahap dalam perilaku merokok sehingga menjadi seorang

perokok:

1. Tahap preparatory. Seseorang mendapatkan gambaran yang

menyenangkan mengenai merokok dengan cara mendengar, melihat atau

dari hasil bacaan. Hal ini menimbulkan minat untuk merokok.

2. Tahap invitation. Merupakan tahap perintisan merokok yaitu tahap apakah

seseorang akan meneruskan atau tidak terhadap perilaku merokok.

3. Tahap becoming a smoker. Apabila seseorang telah mengkonsumsi rokok

sebanyak empat batang rokok perhari, maka ia mempunyai kecenderungan

untuk menjadi seorang perokok.

4. Tahap maintenance of smoking. Tahap ini sudah menjadi salah satu bagian

dari cara pengaturan diri (self regulating). Merokok dilakukan untuk efek

psikologis yang menyenangkan.

2.1.5 Tipe Perokok

Menurut Mu'tadin (2002) dalam Nasution (2007), perokok dapat dibagi

dalam 4 tipe berdasarkan Managemen of affect theory yaitu sebagai

berikut:
15

1. Tipe perokok dipengaruhi perasaan oleh positif yaitu perokok akan

menambah intensitas merokoknya karena dia merasakan positif, dibagi

menjadi tiga tipe yaitu :

a) Pleasure relaxation yaitu perilaku merokok hanya untuk menambah atau

meningkatkan yang sudah didapat misalnya merokok setelah makan atau

minum kopi.

b) Stimulation to pick them up yaitu perilaku merokok yang hanya dilakukan

sekedar untuk menyenangkan perasaan.

c) Pleasure of hanling the cigarette yaitu kenikmatan yang diperoleh oleh

perokok dengan memegang rokok. Sangat pada rokok pipa karena akan

menghabiskan waktu untuk mengisi pipa dengan tembakau sedangkan

untuk menghisapnya hanya dibutuhkan beberapa menit saja.

2. Perokok dipengaruhi oleh perasaan negative yaitu banyak orang yang

menggunakan rokok untuk mengurangi perasaan negative mereka seperti

bila mereka sedang marah, cemas, gelisah sehingga rokok dianggap

sebagai penyelamat.

3. Perilaku yang adiktif yaitu perokok yang sudah adiktif, dimana mereka

akan menambah dosis rokok yang digunakan seperti saat setelah efek dari

rokok yang dihisapnya berkurang.

4. Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan yaitu perokok

menggunakan rokok bukan untuk mengendalikan perasaan mereka, tetapi

karena benar-benar sudah menjadi kebiasaan mereka yang rutin untuk

merokok. Dapat dikatakan orang yang mempunyai tipe ini bahwa merokok
16

sudah merupakan perilaku yang bersifat otomatis, sering kali dilakukan

tanpa pikiran dan perasaan.

Ada 2 tipe perilaku merokok berdasarkan tempat dimana seseorang

menghisap rokok ( Perwitasari, 2006 ), sebagai berikut :

1. Merokok ditempat umum atau ruang publik

a) Kelompok homogen (sama-sama perokok secara bersama-sama

mereka menikmati kebiasaanya)

b) Kelompok heterogen (merokok ditengah orang lain yang tidak

merokok) 2.

2. Merokok ditempat-tempat yang bersifat pribadi

 Di kantor atau kamar pribadi. Perokok yang merokok di ruangan

pribadi digolongkan kepada individu yang kurang menjaga kebersihan

diri, penuh rasa gelisah dan mencekam

 Di toilet. Perokok yang merokok di toilet digolongkan sebagai oran

yang suka berfantasi.

2.1.6 Kategori Perokok

a) Perokok aktif

Perokok aktif adalah orang-orang yang langsung menghisap atau

mengkonsumsi rokok. Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menjumpai

orang yang merokok disekitar kita, seperti dikantor, pasar, tempat umum

lainnya atau dalam rumah tangga kita sendiri.

b) Perokok pasif
17

Perokok pasif adalah orang yang tidak merokok tetapi terpaksa

menghisap asap rokok. Hal ini bias terjadi pada saat perokok aktif

mengeluarkan asap utama yang dihisap perokok itu sendiri dan yang

keluar keudara sehingga terisap oleh orang-orang yang ada disekitar

perokok.

 Dari perokok aktif ini dapat di golongkan menjadi tiga bagian ,

meliputi :

 Perokok ringan yaitu merokok kurang dari 10 batang per hari.

 Perokok sedang yaitu merokok 10-20 batang per hari.

 Perokok berat yaitu merokok lebih dari 20 batang per hari

(Bustan, 2007).

2.1.7 Bahaya dan Efek Samping Merokok Terhadap Kesehatan

Bahaya merokok menurut Depkes (2008) adalah:

 Bagi perokok aktif

1) Meningkatkan risiko dua kali lebih besar untuk mengalami serangan

jantung.

2) Meningkatkan risiko dua kali lebih besar untuk mengalami stroke.

3) Meningkatkan risiko mengalami serangan jantung dua kali lebih besar

pada mereka yang mengalami tekanan darah tinggi atau kadar kolesterol

tinggi.

4) Meningkatkan risiko sepuluh kali lebih besar untuk mengalami serangan

jantung bagi wanita pengguna pil KB.


18

5) Meningkatkan risiko lima kali lebih besar menderita kerusakan jaringan

anggota tubuh yang rentan.

 Bagi perokok pasif

1) Bahaya kerusakan paru-paru, karena adanya nikotin, karbon monoksida,

dan zat-zat lainnya yang lebih tinggi dalam darah mereka yang dapat

memperparah penyakit yang sedang diderita, dan ada kemungkinan untuk

mendapat serangan jantung yang lebih tinggi bagi mereka yang

berpenyakit jantung. Anak-anak yang menghirup asaprokok akibat orang

tuanya merokok dapat mengalami batuk, pilek dan radang tenggorokan

serta penyakit paru-paru lebih tinggi. Wanita yang hamil dan merokok

berisiko mendapatkan bayi yang akan lahir lurus, cacat dan kematian.

2) Jika suami perokok, maka asap rokok yang dihirup oleh istrinya akan

mempengaruhi bayi dalam kandungan.

2.1.8 Dampak Merokok bagi Kesehatan

Menurut WHO (2011), kematian dan kesakitan terbesar di dunia

disebabkan karena merokok. Diperkirakan pada tahun 2005 jumlah

kematian yang diakibatkan karena merokok mencapai 5,4 juta, meningkat

menjadi 6,4 juta di tahun 2015 dan akan mencapai jumlah 8-10 juta di

tahun 2030. Penelitian memperkirakan seseorang yang memulai merokok

pada usia remaja (70% perokok memulai pada usia ini) dan terus menerus

merokok sampai 2 dekade atau lebih, akan meninggal 20-25 tahun lebih

awal dari orang yang tidak pernah merokok (Promkes, 2012a).


19

Menurut Tandra (2003) bahaya rokok bagi kesehatan dapat

menimbulkan berbagai penyakit. Telah banyak penyakit yang terbukti

menjadi akibat buruk dari merokok, baik secara langsung maupun tidak

langsung. Adapun dampak rokok bagi kesehatan menurut Tarwoto (2010)

adalah sebagai berikut:

2.1.9 Beberapa Jenis Penyakit Akibat Merokok

1. Kanker Mulut

Kanker di dalam rongga mulut biasanya dimulai dengan adanya iritasi

dari produk-produk rokok yang dibakar dan diisap. Iritasi ini menimbulkan

lesi putih yang tidak sakit. elain itu merokok juga dapat menimbulkan

kelainan-kelainan rongga mulut misalnya pada lidah, gusi, mukosa mulut,

gigi dan langit-langit yang berupa stomatitis nikotina dan infeksi

jamur.Pada perokok berat, merokok menyebabkan rangsangan pada

papilafiliformis (tonjolan/juntai pada lidah bagian atas) sehingga menjadi

lebih panjang (hipertropi). Di sini, hasil pembakaran rokok yang berwarna

hitam kecoklatan mudah dideposit, sehingga perokok sukar merasakan

rasa pahit, asin, dan manis, karena rusaknya ujung sensoris dari alat perasa

(tastebuds).Selanjutnya, jumlah karang gigi pada perokok cenderung lebih

banyak daripada yang bukan perokok. Karang gigi yang tidak dibersihkan

dapat menimbulkan berbagai keluhan seperti gingivitis atau gusi berdarah.

Di samping itu, hasil pembakaran rokok dapat menyebabkan gangguan

sirkulasi peredaran darah ke gusi sehingga mudah terjangkit penyakit.


20

Lebih parahnya, merokok merupakan salah satu faktor penyebab

Leukoplakia yaitu suatu bercak putih atau plak pada mukosa mulut yang

tidak dapat dihapus. Hal ini bisa dijumpai pada usia 30-70 tahun yang

mayoritas penderitanya pria terutama yang perokok. Menurut penelitian

Silverman dari semua kasus Leukoplakia 95% adalah perokok.

2. Kanker tenggorokan

Kanker tenggorokan adalah kanker yang terdapat pada

tenggorokan atau pita suara. Tenggorokan adalah saluran yang dimulai

dari belakang hidung dan berakhir di leher. Sedangkan, pita suara terletak

hanya sedikit di bawah tenggorokan. Pita suara adalah tulang rawan yang

terdiri dari membran suara yang bergetar untuk membuat suara ketika

Anda berbicara. Selain pada kedua organ tersebut, kanker tenggorokan

juga dapat terjadi pada tulang rawan epiglottis yang berfungsi sebagai

tutup untuk saluran angin tenggorokan. Asap rokok yang terhirup sebelum

masuk ke paru-paru akan melewati tenggorokan, karenanya kanker ini

akan berkaitan dengan rokok.Pada dasarnya kanker tenggorokan terjadi

ketika sel di tenggorokan mengalami mutasi genetik. Mutasi ini

menyebabkan sel tumbuh tidak terkendali dan terus hidup setelah sel

normal mati. Akumulasi sel ini dapat membentuk tumor di tenggorokan.

Sebenarnya faktor penyebab terjadinya kanker tenggorokan ini belum

diketahui secara pasti. Namun, dokter telah mengetahui faktor apa saja

yang dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit ini.

3. Kanker paru-paru
21

Kanker ialah penyakit yang disebabkan pertumbuhan yang tidak

terkendali dari sel abnormal yang ada dibagian tubuh. Hubungan merokok

dan kanker paru-paru telah diteliti dalam 4-5 dekade terakhir ini.

Didapatkan hubungan erat antara kebiasaan merokok, terutama sigaret,

dengan timbulnya kanker paru-paru. Bahkan ada yang secara tegas

menyatakan bahkan rokok sebagai penyebab utama terjadinya kanker

paru-paru.

4. Jantung Koroner

Merokok terbukti merupakan factor resiko terbesar untuk mati

mendadak. Resiko terjadinya penyakit jantung koroner meningkat 2-4 kali

pada perokok dibandingkan dengan bukan perokok. Resiko ini meningkat

dengan bertambahnya usia dan jumlah rokok yang dihisap. Penelitian

menunjukkan bahwa factor resiko merokok bekerja sinergis dengan factor-

faktor lain, seperti hipertensi, kadar lemak, gula darah yang tinggi,

terhadap tercetusnya PJK. Perlu diketahui bahwa resiko kematian akibat

penyakit jantung koroner berkurang dengan 50 persen pada tahun pertama

sesudah rokok dihentikan. Akibat penggumpalan (trombosis) dan

pengapuran (aterosklerosis) dinding pembuluh darah, merokok jelas akan

merusak pembuluh darah perifer. Pembentukan aterosklerosis pada

pembuluh darah koroner jantung jauh lebih banyak bagi perokok

dibandingkan dengan yang non perokok. Kondisi ini akibat mendorong

vosokonstriksi pembuluh darah koroner. Sebagai pendorong factor resiko

PJK yang lain tentu perokok akan meningkatkan kadar kolesterol didalam
22

darah yang akan memberikan resiko tinggi terhadap PJK. Demikian juga

merokok mempercepat pembekuan darah sehingga agregasi trombosit

lebih cepat terjadi, yang merupakan salah satu factor pembentukan

aterosklerosis sebagai penyebab PJK.

5. Bronkitis Kronis

Bronkitis kronis terjadi karena paru-paru dan alur udara tidak

mampu melepaskan mucus yang terdapat didalamnya dengan cara normal.

Mucus adalah cairan lengket yang terdapat dalam tabung halus, yang

disebut tabung bronchial yang terletak dalam paru-paru. Mucus beserta

semua kotoran tersebut biasanya terus bergerak melalui tabung baronkial

dengan bantuan rambut halus yang disebut silia. Silia ini terus menerus

bergerak bergelombang seperti tentakel bintang laut, anemone, yang

membawa mucus keluar dari paru-paru menuju ketenggorokan. Asap

rokok memperlambat gerakan silia dan setelah jangka waktu tertentu akan

merusaknya sama sekali. Keadaan ini berarti bahwa seorang perokok harus

lebih banyak batuk untuk mengeluarkan mukusnya. Karena sistemnya

tidak lagi bekerja sebaik semula, seorang perokok lebih mudah menderita

radang paru-paru yang disebut bronchitis.

6. Stroke

Stroke adalah penyakit deficit neurologist akut yang disebabkan

oleh gangguan pembuluh darah otak yang terjadi secara mendadak serta

menimbulkan gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah otak yang

terganggu. Kejadian serangan penyakit ini bervariasi antar tempat, waktu,


23

dan keadaan penduduk. bahwa penyumbatan pembuluh darah otak yang

bersifat mendadak atau stroke banyak dikaitkan dengan merokok. Resiko

stroke dan resiko kematian lebih tinggi perokok dibandingkan tidak

perokok.

7. Hipertensi

Walaupun nikotin dan merokok menaikkan tekanan darah diastole

secara akut, namun tidak tampak lebih sering di antara perokok, dan

tekanan diastole sedikit berubah bila orang berhenti merokok. Hal ini

mungkin berhubungan dengan fakta bahwa perokok sekitar 10-12 pon

lebih ringan dari pada bukan perokok yang sama umur, tinggi badan dan

jenis kelaminnya. Bila mereka berhenti merokok, sering berat badan naik.

Dua kekuatan, turunnya tekanan diastole akibat adanya nikotin dan

naiknya tekanan diastole karena peningkatan berat badan, tampaknya

mengimbangi satu sama lain pada kebanyakan orang, sehingga tekanan

diastole sedikit berubah bila mereka berhenti merokok.

8. Diabetes

Diabetes terjadi ketika glukosa dalam darah terlalu tinggi karena

tubuh tidak bisa menggunakan dengan benar. Glukosa adalah gula yang

diproduksi oleh tubuh dan terutama diambil dari karbohidrat dalam

makanan. Bukti-bukti makin bayak menunjuk pada peran rokok terhadap

timbulnya penyakit diabetes atau bahwa penderita diabetes akan

memperparah resiko kematian jika terus merokok.

9. Impotensi
24

Impotensi merupakan kegagalan atau disfungsi alat kelamin laki-

laki secara berulang. Ciri utamanya adalah kegagalan mempertahankan

ereksi atau berhasil ereksi tetapi “kurang keras”. Rokok merupakan salah

satu penyumbang penting terjadinya impotensi. Para ahli mengaitkan

terjadinya impotensi dengan peran rokok yang merusak jaringan darah dan

syaraf.

a. Dampak Rokok Bagi Organ Respirasi

Merokok dapat menimbulkan berbagai dampak pada kesehatan

manusia, baik dampak langsung maupun efek menahun. Dampak ini bisa

terkena pada perokok aktif maupun pasif.

1. Dampak langsung merokok:

 Air mata keluar banyak.

 Rambut, baju, badan berbau.

 Denyut nadi dan tekanan darah meningkat.

 Peristaltik usus meningkat, nafsu makan menurun.

2. Dampak jangka pendek (segera):

 Sirkulasi darah kurang baik.

 Suhu ujung-ujung jari (tangan/kaki) menurun.

 Rasa mengecap dan membau hilang.

 Gigi dan jari menjadi coklat atau hitam.

3. Dampak jangka panjang:

 Kerja otak menurun.

 Adrenalin meningkat.
25

 Tekanan darah dan denyut nadi meningkat.

 Rongga pembuluh darah menciut.

 Muncul efek ketagihan dan ketergantungan.

2.2 Konsep Dasar Mahasiswa

2.2.1 Definisi Mahasiswa

Mahasiswa adalah sebagian kecil dari generasi muda Indonesia yang

mendapat kesempatan untuk mengasah kemampuannya di Perguruan

Tinggi. Mahasiswa tentunya sangat diharapkan mendapat manfaat yang

sebesar-besarnya dalam pendidikan agar kelak mampu menyumbangkan

kemampuan untuk memperbaiki kualitas hidup bangsa Indonesia yang saat

ini belum pulih sepenuhnya dari krisis yang dialami pada akhir abad ke 20.

Rata-rata mahasiswa tergolong masih usia remaja yaitu 18-21 tahun.

Menurut Salim and Sukadji (2006).

Menurut (Alamsyah and Mayasari ,2007) membagi remaja menjadi tiga

kategori berdasarkan kematangan psikososial dan seksual, yaitu remaja

awal, remaja madya dan remaja akhir.

a) Remaja awal (12-15 tahun)

Pada tahap ini remaja masih merasa heran terhadap perubahan-

perubahan yang terjadi pada dirinya dan dorongan-dorongan yang menyertai

perubahan-perubahan tersebut. Mereka mulai untuk mengembangkan

pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis dan mudah terangsang
26

secara erotis. Kepekaan yang berlebihan ini dapat menyebabkan remaja sulit

mengerti dan dimengerti oleh orang dewasa

b) Remaja madya (15-18 tahun)

Tahap ini remaja sangat membutuhkan teman-teman. Terdapat

kecenderungan narsistik yaitu mencintai dirinya sendiri, dengan cara lebih

menyukai teman-temannya yang mempunyai sifat-sifat yang sama dengan

dirinya. Pada tahap ini remaja berada dalam kondisi yang kebingungan

karena masih ragu harus memilih yang mana, ramai-ramai atau sendiri,

optimis atau pesimis, peka atau peduli dan sebagainya.

c) Remaja akhir (18-21 tahun)

Pada tahap ini remaja akhir mengalami pertumbuhan dan perkembangan

baik dari segi fisik maupun psikososial. Pertumbuhan fisik pada remaja

akhir sudah berkembang dengan matang sehingga remaja sudah merasa

nyaman dengan perubahan fisik. Pertumbuhan seks dari para remaja akhir

hamper mencapai kesempurnaan yang ditandai dengan struktur dan

reproduksi yang hamper lengkap serta identitas seksual telah matang. Pada

tahap ini pertumbuhan kognitif seperti pemikiran abstrak yaitu dapat

menerima dan bertindak secara luas, memandang masalah secara

komprehensif serta penetapan identitas intelektual dan fungsional. Terdapat

beberapa pertumbuhan psikososial pada remaja akhir yaitu peran sosial

dilaksanakan dengan baik, kebebasan hamper dicapai, kelompok teman

sebaya tidak lagi dianggap penting dalam hubungan individu, membangun


27

hubungan antara pria dan wanita yang serius dan stabil ditandai dengan

kencan sebagai pasangan pria dan wanita, sikap memberi dan berbagi

kepada semua orang serta remaja akhir lebih bias menahan emosi dan

marah.

2.2.2 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Mahasiswa untuk Merokok

Menurut Mu'tadin (2002) dalam Nasution (2007),mengemukakan faktor-

faktor yang menyebabkan perilaku seseorang merokok,yaitu :

a. Pengaruh Orang Tua

seseorang yang berasal dari lingkungan rumah tangga yang

bahagia, di bandingkan dengan Seseorang yang berasal dari keluarga yang

tidak bahagia ,dimana orang tua tidak memperhatikan anak-anaknya

cenderung akan mudah untuk terlibat dengan rokok .Dalam Jurnal of

consumer Affairs, Aliyah ( 2011) menyebutkan bahwa orang tua perokok

akan mempengaruh dalam mendorong anak mereka untuk menjadi

perokok pemula di usia mahasiswa. Di perkirakan pengaruh orang tua ini

akan akan meningkatkan kemungkinan merokok 1,5 kali pada anak laki-

laki dan 3,3 kali lebih besar pada anak perempuan.secara psikologis ,

toleransi orang tua terhadap asap rokok di rumah akan membentuk nilai

bagi anak bahwa merokok adalah hal yang bole-boleh saja di lakukan dan

mereka merasa bebas untuk merokok karena tidak ada sangsi moral yang

di berikan oleh orang tua (Mu'tadin , 2002 ).


28

b. Pengaruh Teman

Berbagai fakta telah menunjukan bahwa mahasiswa masih masih

tergolong remaja mempunyai kawan-kawan yang merokok.banyak orang

terdorong menjadi perokok pemula karena untuk menyesuaikan diri pada

sebuah komunitas pergaulan ,rokok membuat mereka merasa lebih di

terima oleh banyak orang (Mu'tadin , 2002 ). Dari fakta tersebut ada 2

kemungkinan yang terjadi ,pertama mahasiswa tadi terpengaruh oleh

teman-temannya atau bahkan tema-teman mahasiswa tersebut di

pengaruhi oleh diri remaja tersebut yang akhirnya mereka semua menjadi

perokok. Diantara perokok terdapat 87% sekurang-kurangnya mempunyai

satu atau lebih sahabat yang perokok

( Widianti, 2009 ).

c. Faktor Kepribadian

Orang mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau

melepaskan diri dari rasa sakit dan kebosanan.Secara kepribadian ,kondisi

mental yang sedang menurun seperti stres,gelisah,takut,kecewa, dan putus

asa sering mendorong orang untuk menghisap asap rokok.Mereka merasa

lebih tenang dan lebih mudah melewati masa-masa sulit setelah

merokok.Memang tidak bisa di pungkiri bahwa ada 2 hal dari rokok yang

memberi efek tenang yaitu nikotin dan isapan rokok dalam dosis yang

tertentu ,asupan nikotin akan merangsang produksi dopamine ( Hormon

Penenang ) di otak. Namun ini hanya terjadi sesaat dan akan berbalik

menjadi efek buruk bagi kesehatan secara permanen.


29

d. Pengaruh Iklan

Melihat iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan

gambaran bahawa perokok adalah lambang kejantanan atau glamour yang

membuat seseorang seringkali terpicu untuk mengikuti perilaku yang ada

di dalam iklan tersebut.

2.3 Penilitian Terkait


Penelitian dilakukan oleh Komalasari dan Helmi (2000) ada banyak

sekali faktor yang dapat menyebabkan seorang remaja mulai merokok.

Mulai dari kepuasan psikologis, sikap permisif dari orang tua terhadap

perilaku merokok pada remaja dan pengaruh teman sebaya.

Sekitar 70% perokok di Indonesia memulai kebiasaannya merokok

sebelum berumur 19 tahun karena adanya dorongan dari dalam diri mereka

yaitu rasa ingin tahu yang tinggi, mereka selalu ingin tahu bagaimana hal

tersebut dapat bermanfaat bagi dirinya atau sebaliknya dan mereka

menunjukkan keingintahuan mereka dengan melakukan suatu percobaan

untuk merokok. Hasil studi menunjukkan bahwa perokok berat telah

memulai kebiasaannya ini sejak berusia belasan tahun, dan hampir tidak ada

perokok berat yang baru memulai merokok pada saat dewasa. Karena itulah,

masa remaja sering kali dianggap masa kritis yang menentukan apakah

nantinya mereka menjadi perokok atau bukan (Bustan, 2007) .

Badan penilitian dan perkembangan kesehatan (BPPK,2010) menunjukan

rata-rata usia mulai merokok secara rasional adalah 17,6 tahun dan
30

prevalensi penduduk yang merokok setiap hari secara nasional adalah 28,2

% serta perokok dalam rumah secara nasional sebesar 76,6 %

memperhatikan data penelitian tersebut ada permasalahan besar yang terjadi

dalam pola dan perilaku merokok masyarakat yang terjadi saat ini, kondisi

ini akan terus meningkat jika tidak ada upaya promosi dan prefentif dalam

menanggulangi permasalahan merokok di Indonesia seperti halnya perokok

yang ada di provinsi jawa barat bahwa pervalensi perokok setiap harinya

cukup tinggi .Perokok setiap hari di jawa barat berkisar pada angka 30,9 %

( BPPK, 2010 ) secara nasional prevalensi perokok saat ini adalah 34,7%.

Pengetahuan merupakan dasar untuk mengambil keputusan dan

menentukan tindakan terhadap masalah yang di hadapai (Notoatmodjo,

2010). Kurangnya pengetahuan remaja tentang bahaya merokok bagi

kesehatan dapat memicu remaja untuk merokok. Hal tersebut sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Jelantik and Tjindawang (2013) yang

dilakukan di SMAN 5 Mataram bahwa terdapat hubungan yang bermakna

antara pengetahuan remaja tentang rokok dengan kebiasaan merokok.

Remaja yang memiliki pengetahuan yang kurang tentang bahaya merokok

cenderung memiliki kebiasaan merokok sering dan remaja yang memiliki

pengetahuan yang baik tentang bahaya merokok cenderung tidak merokok.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Salim and Sukadji (2006)

yang dilakukan pada mahasiswa keperawatan di wilayah Provinsi

Kalimantan Selatan menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna

antara pengetahuan dengan perilaku merokok mahasiswa.


31

2.4 Kerangka Teori

Faktor-faktor yang mempengaruhi


perilaku merokok yaitu :
1. Sikap permisif orang tua
2. Pengaruh teman sebaya
3. Status kepribadian
4. Keterpaparan informasi iklan

Dampak Bahaya Merokok bagi


Kesehatan :
1. Kanker Mulut
2. Kanker Tenggorokan
Rokok 3. Kanker paru-paru
4. Jantung koroner
5. Bronkitis kronis
6. Stroke
7. Hipertensi
8. Diabetes
Tahap –Tahap Dalam Perilaku Merokok : 9. Impotensi
1. Tahap pengenalan terhadap rokok
( Preparatory )
2. Tahap perintasan / pemutusan
( Initiation )
3. Tahap menjadi seorang perokok
(Become a smoker)
4. Tahap ketergantungan ( maintenance
of smoking )

Gambar 2.1 : Kerangka Teori

( Sumber : Natoadmodjo (2010) dalam priyato (2014)

Dan Komalasari & Helmi (2006)


32

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin

diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan. Kerangka konsep terdiri

dari variabel-variabel serta hubungan variabel yang satu dengan yang lain

(Notoadmojo, 2012).

Variabel Independen Variabel Dependen

Faktor-faktor yang
Perilaku Merokok
mempengaruhi perilaku
Mahasiswa
merokok :

 Sikap permisif
orang tua Gambar : 3.1 : Kerangka Konsep Penelitian

 Pengaruh teman Dampak merokok bagi


3.2 Hipotesis Penilitian
sebaya status kesehatan
 Status kepribadian Hipotesis adalah
 Keterpaparan
suatu jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian
informasi iklan
sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Ada 5

hipotesis yaitu :

a. Ha : Ada hubungan antara karakteristik dengan perilaku merokok pada mahasiswa

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Cenderawasih .


33

b. Ha : Ada hubungan antara sikap permisif orang tua dengan perilaku merokok

pada mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Cenderawasih .

c. Ha : Ada hubungan antara pengaruh teman sebaya dengan perilaku merokok

pada mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Cenderawasih.

d. Ha : Ada hubungan antara status kepribadian dengan perilaku merokok pada

mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Cenderawasih.

e. Ha : Ada hubungan antara keterpaparan informasi iklan dengan perilaku

merokok pada mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Cenderawasih.

f. Ha : Ada hubungan antara dampak perilaku merokok dengan status kesehatan

pada mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Cenderawasih.

3.3 Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan batasan dari variabel-variabel yang akan

diamati atau di teliti. Definisi operasional di perlukan agar pengukuran

variabel atau pengumpulan data menjadi konsisten antara sumber data

(responden) yang satu dengan yang lain , cara atau metode pengukuran hasil

ukur atau kategorinya serta skala pengukuran yang di gunakan( Notoatmodjo,

2012 ).

Tabel 3.1 : Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat Ukur dan Hasil Ukur Skala


No
Penilitian Operasional Cara Ukur
Ukur
34

1 Perilaku Kebiasaan Alat Ukur : -Perokok Aktif Nominal


merokok dan merokok pada Kuesioner
-Coba – Coba
Dampaknya mahasiswa baik
bagi status di lingkungan Cara Ukur :
kesehatan terbuka maupun Membagikan
tertutup yang kuesioner yang
dapat terdiri dari 8
menyebabkan pertanyaan
gangguan pada
kesehatan baik
perokok aktif
maupun pasif
2 Dampak Suatu kondisi -Ada gangguan

merokok bagi yang di sebabkan kesehatan

statsus oleh perilaku - Tidak ada gangguan

kesehatan merokok kesehatan

mahasiswa

terhadap status

kesehatan

3 Sikap permisif Perilaku ayah dan Alat Ukur : -Mempengaruhi Nominal


orang tua ibu maupun Kuesioner
anggota keluarga -Tidak mempengaruhi
lainnya yang Cara Ukur :
memberikan Membagikan
kebebasan tanpa kuesioner yang
batas pada anak terdiri dari 4
untuk berperilaku pertanyaan
sesuai
35

keinginannya
sendiri.

4 Pengaruh Kebiasaan Alat Ukur : -Ada teman yang Nominal


teman sebaya merokok yang di Koesioner merokok
lakukan oleh
temanya baik di Cara Ukur : -Tidak ada teman yang
area kampus Membagikan merokok
maupun di luar kuesioner yang
area kampus terdiri dari 6
pertanyaan
5 Status Hal yang bersifat Alat Ukur : -Ya Nominal
kepribadian personal yang Koesioner -Tidak
mempengaruhi
perilaku merokok Cara Ukur :
Membagikan
kuesioner yang
terdiri dari 5
pertanyaan

6 Keterpaparan Pemajanan dari Alat Ukur : -Jarang terpapar Nominal


informasi iklan berbagai sumber Koesioner
media
-Sering terpapar
massa,media Cara Ukur :
elektronik terkait Membagikan
iklan/promosi kuesioner yang
rokok baik yang terdiri dari 4
di baca,di dengar pertanyaan
36

maupun yang di
lihat

3.4Metode Penilitian

Desain penelitian ini menggunakan metode analitik korelational dengan

pendekatan Cross Sectional (Bisri, 2008). Cross sectional merupakan

rancangan penelitian dengan melakukan pengukuran atau pengamatan pada

waktu penelitian sedang berlangsung dan setiap subyek penelitian di

observasi hanya satu kali saja dan faktor resiko serta dampak di ukur menurut

keadaan atau status pada saat observasi (Notoatmodjo, 2010). Dalam

penilitian ini di gunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel

Independen (Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok) dengan

variabel dependen (perilaku merokok dan dampaknya bagi status kesehatan)

Pendekatan yang digunakan dalam penilitian ini adalah cross sectional,

yaitu suatu rancangan penilitian observasional yang di lakukan untuk

mengetahui hubungan variabel independen dengan variabel dependen yang

pengukurannya di lakukan pada satu saat (serentak) (Budiman ,2011).

3.4 Populasi dan Sampel


1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang akan

diteliti (Notoatmodjo, 2012). Menurut Nursalam (2013), populasi adalah

subjek yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan. Populasi dalam

penilitian ini pada bulan Januari – Maret 2017 berjumlah 67 mahasiswa yang

merokok di fakultas ekonomi dan bisnis universitas cenderawasih.


37

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah populasi. Teknik sampling yang di

gunakan adalah accidental sampling. Accidental sampling adalah teknik

pengambilan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara

kebetulan bertemu dengan peneliti dapat di jadikan sebagai sampel penelitian

bila dipandang orang tersebut cocok sebagai sumber data, dengan jumlah

sampel memenuhi syarat minimal 30 orang.

3.5 Lokasi dan Waktu Penilitian

Lokasi yang dijadikan sebagai tempat penilitian yaitu di Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Cenderawasih.Waktu yang di gunakan dalam

penilitian ini pada bulan Mei - Juni 2017.

3.6 Instrumen Penilitian dan Cara Pengumpulan Data

1. Instrumen Penilitian

Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah kuesioner yang

terbagi menjadi 34 pertanyaan yang sudah disusun secara terstruktur.

Variabel dependen yaitu perilaku merokok terdiri atas 10 pertanyaan,

dampak merokok bagi status kesehatan terdiri atas 6 pertanyaan, Variabel

independen yaitu perilaku merokok anggota keluarga terdiri atas 4

pertanyaan, perilaku merokok teman terdiri atas 5 pertanyaan, perilaku

merokok kepribadian terdiri atas 5 pertanyaan, dan keterpaparan informasi

iklan rokok terdiri atas 4 pertanyaan.


38

3.7 Cara Pengumpulan Data


a. Data Primer

Data yang diperoleh dalam penelitian ini dengan menggunakan kuesioner

pada mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Cenderawsih. Ada

beberapa langkah – langkah pengambilan data yang dilakukan oleh peneliti

dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut :

1. Memberikan surat permohonan ijin untuk melakukan penelitian kepada

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Cenderawasih kemudian

mendapatkan surat ijin penelitian dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

2. Setelah itu peneliti melakukan penelitian di Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Cenderawasih.

3. Setelah mendapatkan responden yang sesuai dengan kriteria dalam

penelitian ini, kemudian peneliti menjelaskan tujuan dari penelitian ini dan

meminta kesediaan untuk menjadi responden tanpa unsur pemaksaan.

4. Peneliti memberikan kuesioner kepada responden dan sebelum responden

mengisi kuesioner terlebih dahulu peneliti menjelaskan mengenai cara

pengisian kuesioner.

5. Setelah responden mengerti dan memahami cara pengisian kuesioner,

maka responden langsung mengisi kuesioner dengan di dampingi oleh

peneliti.

6. Setelah pengisian kuesioner selesai maka responden mengembalikan

lembar kuesioner kepada peneliti


39

7. Setelah semua data terkumpul, kemudian selanjutnya peneliti mengolah

data dan menganalisa data

b. Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari bagian Biro Akademik

dan Kemahasiswaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Cenderawasih.

3.8 Pengolahan Data dan Analisa Data


1. Pengolahan Data

Data yang telah terkumpul selanjutnya akan diolah secara manual

maupun bantuan komputer dengan menggunakan bantuan SPSS

(Statistical Product and Service Solution) versi 16. Ada beberapa langkah-

langkah di dalam pengolahan data yaitu sebagai berikut :

a. Memeriksa data (Editing)

Memeriksa kembali kelengkapan akurasi terhadap kemungkinan

kesalahan pengisisan jawaban dan keserasian informasi dari

responden.

b. Memberikan kode (Coding)

Membuat kode-kode tertentu melaluai pengelompokan keperluan

untuk memudahkan pengolahan data.

c. Sorting
40

Sorting adalah mensortir dengan memilih atau mengelompokan data

menurut jenis yang di kehendaki (klasifikasi data).

d. Memasukan data (entry data)

Jawaban-jawaban yang sudah diberikan kode kategori kemudian

dimasukan kedalam database komputer.

e. Pembersihan data (Cleaning)

pembersihan data merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang

sudah dimasukan ke komputer, melihat apakah data sudah benar atau

belum.

2. Analisa Data

Analisa data bertujuan untuk mendeskripsikan karakter masing-masing

variabel yang diteliti. Meringkas kumpulan data sehingga menjadi

informasi yang berguna. Data yang di peroleh selanjutnya di analisis.

Analisis data di lakukan untuk menunjang pembuktian hipotesis analisa

yang di gunakan adalah :

a. Analisa Univariat

Menurut Notoatmodjo (2012), analisa univariat di lakukan terhadap

tiap variabel dari hasil penilitian. Analisa univariat hanya menghasilkan

distribusi dan presentase dari tiap variabel. Pada penelitian ini analisa

univariat di lakukan terhadap variabel perilaku merokok dan dampaknya

bagi status kesehatan, dan variabel faktor-faktor yang mempengaruhi

perilaku merokok. Rumus penentuan persentasi adalah :


41

f
P= ×100 %
n

Keterangan :

P = Presentase

n = Frekuensi jawaban benar

f = Jumlah pertanyaan

b. Analisa bivariat

Analisa ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel

independen dan dependen yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi

perilaku merokok, perilaku merokok dan dampaknya bagi status

kesehatan pada mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Cenderawasih. Dalam analisa bivariat pada penilitian ini menggunakan

uji chi-square ( ϰ2) dengan menggunakan komputerisasi SPSS. Jika

nilai p <0,05 maka Ho di tolak dan dan Ha diterima berarti ada

hubungan antara variabel penelitian.

3.9 Etika Penelitian Keperawatan

1. Lembar Persetujuan (Informed Consent)

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara penelitian

dengan responden penilitian dengan memberikan lembar

persetujuan.Tujuan informed consent adalah agar subjek mengerti


42

maksud dan tujuan peneliti,mengetahui dampaknya. Jika subjek

bersedia,maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan.Jika

responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati hak

responden.

2. Tanpa Nama (Anonimity)

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan

jaminan dalam penggunaan subjek peneliti dengan cara tidak

memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur

dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil

penelitian yang di sajikan.

3. Kerahasiaan dan Privacy (confidentiality and privacy)

Setiap orang mempunyai hak-hak dasar individu termasuk privasi dan

kebebasan dalam memberikan informasi. Setiap orang berhak untuk

tidak memberitahukan apa yang diketahuinya kepada orang lain.

4. Menghormati harkat dan martabat manusia

Peneliti perlu mempertimbangkan hak-hak subjek penelitian untuk

mendapatkan informasi tentang tujuan peneliti melakukan penelitian

tersebut. Di samping itu juga peneliti memberikan kebebasan kepada

subjek untuk memberikan informasi (berpatisipasi). Sebagai ungkapan

peneliti menghormati harkat dan martabat subjek penelitian.

5. Keadilan dan keterbukaan (Justice and inclusiveness)


43

Prinsip keterbukaan dan adil perlu dijaga oleh peneliti dengan kejujuran,

keterbukaan dan kehati-hatian . untuk itu lingkungan penelitian perlu di

kondisikan sehingga menemui prinsip keterbukaan, yakni dengan

menjelaskan prosedur penelitian.

6. Manfaat (Harms)

Sebuah penelitian hendaknya memperoleh manfaat semaksimal mungkin

bagi masyarakat pada umumnya,dan subjek penelitian dan khususnya

bagi peneliti.

7. Keseimbangan dan Ketertiban (balancing and benefits)

Peneliti hendaknya meminimalisasi dampak yang merugikan bagi subjek.

Oleh sebab itu pelaksanaan penelitian harus dapat mencegah atau paling

tidak mengurangi rasa sakit, cidera, stres maupun kematian subjek

penelitian.
44

DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah & Mayasari, R. 2007. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan

Merokok dan Hubungannya dengan Status Penyakit Periodontal Remaja di

Kota Medan Tahun 2007. Tesis, Universitas Sumatra Utara.

Armstrong, Sue. 1991. Pengaruh Rokok Terhadap Kesehatan . Jakarta : Arcan

Bisri. 2008. Metodologi Penelitian. Jakarta : EGC

Bustan, M. N. 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular, Jakarta, Rineka

Cipta.

Depkes 2008. Anak dan Remaja Rentan Menjadi Perokok Pemula. Jakarta: Pusat

Promosi Kesehatan.
45

Depkes 2011. Informasi tentang Penanggulangan Masalah Merokok Melalui

Radio. Jakarta: Pusat Promosi Kesehatan.

Depkes 2012. Fakta Tembakau dan Permasalahannya di Indonesia Tahun 2012.

Jakarta: Tobacco Control Support Center-Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat

Indonesia.

Fauzi, R., Mohammad, K., Antojo, A., Soewarso, K. & Zakiyah 2013. Atlas

Tobacco Indonesia In: 2013 (Ed.). Jakarta: Tobacco Control Support

Center-Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia.

Fuadah, M. 2009. Gambaran Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku

Merokok pada Mahasiswa Laki-Laki Fakultas Teknik Universitas Negeri

Jakarta Angkatan 2009. Skripsi, Universitas Indonesia.

Hartini, H., Fatima, S. & Mardhiyah, A. 2014. Tipe Perilaku pada Remaja

Perokok Di SMP Negeri 1 Jatinagor. Journal For Health Professionals and

Others In Tobacco Control.

Komalasari D, Helmi AF. (2000). Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Merokok

pada Remaja. Jurnal Psikologi Universitas Gadjah Mada,2.

Yogyakarta:UGM Press.

Mandagi,  Jeanne.  1996.  Masalah  Narkotika  dan  Zat  Adiktif  Lainnya  serta 

Penanggulangannya. Jakarta : Bina Darma Pemuda Printing

Mu'tadin. 2002. Remaja dan Rokok [Online]. Available: Http://Www.E-

Psikologi.Com/Epsi/Individual_Details.Asp [Accessed 2 November 2014].


46

Notoatmodjo 2003. Pendidikan dan Perilaku, Jakarta, Rineka Cipta.

Notoatmodjo 2010. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi, Jakarta, Rineka Cipta.

Notoadmojo, S.2012.Metode Penilitian Kesehatan.Jakarta : Rineka Cipta.

Nurlailah. 2000. Pengaruh Merokok terhadap Jantung Koroner Rawat Jalan Rsu

Pusat Dr. Moh.Hosein Palembang. Skripsi, Universitas Sumatra Utara.

Nurul Aini Binti Abdul Halim.(2013 ) Faktor-Faktor Psikologis yang menentukan

perilaku merokok pada nahasiswi kedokteran di Universitas

Hasanuddin.Makasar.

Nursalam. 2013. Metode penelitian Ilmu Keperawatan Edisi 3. Jakarta : Salemba

Medika.

Perwitasari, Ratih. 2006. Hal-hal Mengenai Rokok.

http://perwitasari.blogspot.com/ diakses tanggal 28 Januari 2013.

Salim, A. & Sukadji, M. 2006. Hubungan antara Pengetahuan dengan Perilaku

Merokok Mahasiswa Keperawatan di Wilayah Provinsi Kalimantan Selatan

Semarang Pt Gramedia.

Simarmata, S. 2012. Perilaku Merokok pada Siswa-Siswi Madrasah Tsanawiyah

Negeri Model Kuok Kecamatan Bangkinang Barat Kabupaten Kampar

Provinsi Riau Tahun 2012. Skripsi, Universitas Indonesia.

Susanna, D., Hartono, B. & Fauzan, H. 2003. Penentuan Kadar Nikotin dalam

Asap Rokok. Jurnal Makara Kesehatan, 7.


47

Tandra, H. 2003. Merokok Dan Kesehatan. Jurnal Spectrum.

Tarwoto 2010. Kesehatan Remaja : Problem dan Solusinya, Jakarta, Salemba

Medika.

WHO. 2008. Who Report On The Global Tobacco Epidemic. Diakses pada

tanggal 13 Mei 2015 dari :

http://whqlibdoc.who.int/publication/2008/9789240687813 eng.pdf

Wismanto, Y Bagus dan Y Budi Sarwo. 2007. Strategi Penghentian Perilaku

Merokok. Semarang : Unika Soegijapranata. http://eprints.unika.ac.id/ 236/

1/ Strahen_ Prilaku_Merokok.pdf (Diakses 27 Februari 2013).

Anda mungkin juga menyukai