Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Riset Kesehatan Dasar 2013 Kementerian Kesehatan RI menyatakan
perilaku merokok penduduk usia 15 tahun ke atas masih belum terjadi penurunan
dari 2007-2013, bahkan cenderung mengalami peningkatan dari 34,2% pada 2007
menjadi 36,2% pada 2013. Selain itu, data riset tersebut juga menunjukkan bahwa
pada 2013, sebanyak 64,9% warga yang masih menghisap rokok adalah berjenis
kelamin laki-laki dan sisanya sebesar 2,1% adalah perempuan. Di samping itu,
juga ditemukan bahwa 1,4% perokok masih berumur 10-14 tahun, dan sebanyak
9,9% perokok pada kelompok tidak bekerja. Sedangkan rerata jumlah batang
rokok yang dihisap adalah sekitar 12,3% batang. Bervariasi dari yang terendah 10
batang di DIY dan tertinggi di Bangka Belitung 18,3 batang (Riset Kesehatan
Dasar, 2013). Bahkan, yang lebih mencengangkan lagi, menurut penelitian terbaru
dari Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME), sebuah organisasi riset
global di Universitas Washington, jumlah pria perokok di Indonesia meningkat
dan menempati peringkat kedua di dunia dengan 57% di bawah Timor Leste 61%.
Di bawah Indonesia ada Laos (51,3%), China (45,1%) Kamboja (42,1%).
Perilaku merokok di masyarakat tidak terjadi tanpa adanya hal-hal yang
mendorong perokok untuk melakukan tindakan tersebut. Banyak faktor yang
mendorong individu untuk merokok. Secara garis besar faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku merokok adalah faktor lingkungan yang terdiri dari
lingkungan keluarga dan lingkungan sebaya, serta kepuasan psikologis. Kepuasan

psikologis memberi sumbangan yang lebih tinggi, yaitu mencapai 40,9% dari
pada sumbangan sikap permisif orang tua dan lingkungan teman sebaya yang
hanya mencapai 38,4%. Hal ini memberikan gambaran bahwa perilaku merokok
bagi subjek dianggap memberikan kenikmatan dan menyenangkan (Komalasari
dan Helmi, 2006).
Pada umumnya perokok merasakan tidak adanya resiko dari perilaku
merokok mereka, karena tidak ada kejadian nyata yang dapat membuat mereka
percaya bahwa penyakit-penyakit yang disebabkan oleh rokok tersebut benar
adanya dan tidak hanya sebatas iklan. Perokok juga kurang menghiraukan resiko
terkena penyakit akibat rokok, selama dia mendapatkan manfaat dari rokok
tersebut yakni menghilangkan rasa stres. Hal ini sesuai dengan pendapat Klinke
dan Meeker dalam Komalasari (2006) bahwa motif para perokok adalah relaksasi.
Dengan merokok dapat mengurangi ketegangan, memudahkan konsentrasi,
pengalaman yang menyenangkan, dan relaksasi. Perokok lebih memilih merokok
untuk membantu menghadapi masalah daripada mengkonsumsi minuman keras.
Komalasari dan Helmi (2006), menambahkan bahwa merokok bagi remaja
mempunyai kaitan yang erat dengan aspek psikologis terutama aspek positif yaitu
sejumlah 92,6% sedangkan efek negatif hanya sebesar 7,5% (pusing, ngantuk, dan
pahit). Perilaku merokok ini berkaitan erat dengan kondisi emosi. Kondisi yang
paling banyak prilaku merokok yaitu ketika subjek dalam tekanan atau stres yaitu
40,9%. Individu yang merokok banyak beranggapan bahwa rokok dapat
membantunya merasa lega dan santai saat stres, padahal yang dirasakan itu
merupakan bentuk ketergantungan terhadap nikotin.

Kaum remaja mulai merokok karena berkaitan dengan adanya krisis aspek
psikososial yang dialami pada masa perkembangannya yaitu masa ketika mereka
sedang mencari jati dirinya. Hal ini disebabkan karena masa remaja adalah masa
transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa, sehingga terjadinya perubahanperubahan yang cepat, termasuk perubahan fundamental dalam aspek kognitif,
emosi, social dan pencapaian. Masa remaja merupakan masa yang penuh dengan
permasalahan. Selain itu masa remaja juga merupakan masa badai dan tekanan
(storm and stress) (Hall dalam Asrori, 2009).
Siswa pada umumnya memiliki tipe merokok karena pengaruh negatif. Hal
ini ditunjukkan oleh siswa yang menggunakan rokok untuk mengurangi perasaan
negatif atau tertekan, misalnya bila marah, cemas ataupun gelisah, dan ketakutan.
Hasil ini didukung oleh Tyas dan Pederson dalam Hartini dkk (2012) yang
menyatakan bahwa stres berkaitan dengan pemeliharaan perlaku merokok.
Banyak faktor yang menyebabkan remaja stres. Faktor yang menyebabkan
remaja atau siswa stres diantaranya adalah faktor internal (fisik, kognitif, dan
kepribadian) dan faktor eksternal (lingkungan keluarga, lingkungan sekolah,
lingkungan masyarakat). Menurut penelitian Sudiana dalam Sari (2011) yang
dilakukan pada siswa SMK, faktor yang paling dominan menyebabkan siswa stres
adalah faktor sekolah.
Sebagian remaja mampu mengatasi transisi ini dengan baik, namun
beberapa remaja bisa jadi mengalami penurunan pada kondisi psikis, fisiologis,
dan sosial. Jika remaja tidak mampu mengatasi perubahan-perubahan tersebut
dengan baik dan ketidaksesuaian antara perkembangan psikis dan sosial

menyebabkan remaja berada dalam kondisi di bawah tekanan atau stres dan terjadi
permasalahan lainnya sehingga berakibat pada perilaku-perilaku negatif. Beberapa
permasalahan remaja yang muncul biasanya banyak berhubungan dengan
karakteristik yang ada pada diri remaja. Perilaku berisiko yang paling sering
dilakukan oleh remaja adalah penggunaan rokok, alkohol dan narkoba (Rey,
2002).
Stres merupakan bagian yang tidak terhindar dari kehidupan. Stres dapat
mempengaruhi setiap orang, termasuk remaja. Sumber stres pada remaja laki-laki
dan perempuan pada umumnya sama, namun dampak beban ini berbeda pada
remaja perempuan dan laki-laki. Remaja perempuan lebih peka terhadap
lingkungannya. Prestasi mereka lebih baik dibanding remaja laki-laki. Nilai
mereka di sekolah lebih baik, mareka juga lebih menonjol. Tuntutan dan motivasi
mereka lebih tinggi. Akibatnya, remaja perempuan menderita beban psikis seperti
cemas, tidak senang, sakit punggung dan sakit kepala. Sedangkan remaja laki-laki
yang mengalami stres akan lebih sering merokok dan minum alkohol, sehingga
dapat dikatakan bahwa stres merupakan salah satu keadaan yang menyebabkan
remaja merokok (Nasution, 2007).
Banyaknya tuntutan yang dihadapi menyebabkan siswa rentan mengalami
stres. Hal ini diperkuat oleh Lubis dan Nurlaila (2010) yang mengatakan bahwa saat
ini tingkat stres pelajar meningkat lima kali lebih tinggi dibandingkan dengan era
depresi besar pada tahun 1938.
Berdasarkan observasi peneliti pada saat survey awal di siswa SMA Negeri 1

Kutacane Kabupaten Aceh Tenggara didapati bahwa banyak dari siswa sekolah
tersebut yang merupakan perokok aktif, termasuk siswa yang masih Kelas X dan XI.

Sebagian besar siswa yang merokok di lingkungan sekolah adalah laki-laki. Hal ini
didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Bauer (2006) yang menemukan bahwa
hampir di seluruh negara di dunia terutama negara-negara berkembang, jumlah
perokok laki-laki lebih banyak dibanding wanita.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru BP diperoleh informasi bahwa
sampai saat ini belum ada data mengenai jumlah perokok di SMA Negeri 1 Kutacane

Kabupaten Aceh Tenggara. Guru BP juga menjelaskan bahwa sebenarnya telah ada
larangan merokok bagi seluruh siswa di lingkungan sekolah. Namun, masih banyak
siswa yang merokok di lingkungan sekolah, terutama di sekitar kamar mandi, dan ada
beberapa orang yang merokok di kantin sekolah. Keberanian siswa merokok di
lingkungan sekolah dikarenakan belum adanya hukuman bagi siswa apabila
kedapatan merokok di lingkungan sekolah.
Perilaku merokok pada siswa SMA Negeri 1 Kutacane Kabupaten Aceh

Tenggara dapat disebabkan karena stres yang dihadapi siswa dalam menjalani proses
pendidikan. Pengamatan awal dilakukan di SMA Negeri 1 Kutacane Kabupaten

Aceh Tenggara melalui wawancara dengan siswa, ditemukan sebanyak 8 dari 13


orang adalah perokok. Dari delapan orang yang merokok tersebut, enam orang
diantaranya merokok dengan alasan untuk mengurangi stres. Stres yang dialami
yaitu berupa masalah dengan teman di lingkungan sosial, keluarga, dan sekolah.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul: hubungan tingkat stres dengan perilaku
merokok pada siswa SMA Negeri 1 Kutacane Kabupaten Aceh Tenggara.
1.2. Perumusan Masalah

Permasalahan penelitian ini adalah bagaimana hubungan tingkat stres


dengan perilaku merokok pada siswa SMA Negeri 1 Kutacane Kabupaten Aceh
Tenggara.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat stres
dengan perilaku merokok pada siswa SMA Negeri 1 Kutacane Kabupaten Aceh
Tenggara.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui tingkat stres pada siswa SMA Negeri 1 Kutacane
Kabupaten Aceh Tenggara.
2. Untuk mengetahui perilaku merokok pada siswa SMA Negeri 1 Kutacane
Kabupaten Aceh Tenggara..
3. Untuk mengetahui hubungan tingkat stres dengan perilaku merokok pada
siswa SMA Negeri 1 Kutacane Kabupaten Aceh Tenggara.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Bagi SMA Negeri 1 Kutacane
Dengan diketahuinya kaitan antara tingkat stres dengan kejadian perilaku
merokok, maka pihak sekolah dapat membuat kegiatan-kegiatan positif yang
dapat mengurangi tingkat stres siswa.
2. Bagi Siswa

Sebagai bahan informasi bagi siswa tentang tingkat stres dengan kejadian
perilaku merokok, sehingga siswa dapat mencari kegiatan yang lebih positif
sebagai upaya pencegahan perilaku merokok.
3. Bagi staf akademik dan mahasiswa
Sebagai sumber informasi bagi staf akademik dan mahasiswa dalam upaya
mencegah perilaku merokok melalui pengendalian tingkat stres.
4. Bagi kepustakaan
Sebagai masukan bagi pengembangan ilmu keperawatan yang aplikatif,
khususnya dalam upaya mencegah perilaku merokok pada siswa SMA.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Stres
2.1.1 Pengertian Stres
Stres diartikan oleh beberapa ahli sebagai suatu respon individu, baik
berupa respon fisik maupun psikis, terhadap tuntutan atau ancaman yang dihadapi
sepanjang hidupnya, yang dapat menyebabkan perubahan pada diri individu, baik
perubahan fisik, psikologi, maupun spiritual. Stres sebagai respon yang tidak
dapat dihindari oleh individu yang diperlukan untuk memberikan stimulus
terhadap perubahan dan pertumbuhan (Asmadi, 2008).
2.1.2 Penyebab Stres
Penyebab stres (stresor) adalah segala situasi atau pemicu yang
menyebabkan individu merasa tertekan atau terancam. Stresor yang sama akan
dinilai berbeda oleh setiap individu. Penilaian individu terhadap stresor akan
mempengaruhi kemampuan individu untuk melakukan tindakan pencegahan
terhadap stresor yang membuat stres (Safaria dan Saputra, 2009). Stres pada
individu dapat terjadi karena tuntutan-tuntutan yang individu diletakan dalam diri
sendiri. Losyk (2005) mengklasifikasikan stresor menjadi dua, yaitu stressor
internal dan stresor eksternal. Stresor internal adalah penyebab stres yang berasal
dari dalam diri individu, dan stresor eksternal adalah penyebab stres yang berasal
dari luar diri individu.
Penyebab stres yang terjadi pada pelajar selama menjalani pendidikan
adalah tuntutan akademik, penilaian sosial, manajemen waktu serta persepsi

individu terhadap waktu penyelesaian tugas, kondisi ujian, kondisi perbedaan


bahasa yang digunakan, dan biaya perkuliahan (Lubis dan Nurlaila, 2010).
2.1.3 Jenis Stres
Para peneliti membedakan antara stres yang merugikan atau merusak yang
disebut sebagai distres dan stres yang menguntungkan atau membangun, yang
disebut sebagai eustres. Safaria dan Saputra (2005) membagi stres menjadi dua,
yaitu eustres dan distres.
1. Eustres
Eustres adalah stres yang menghasilkan respon individu bersifat sehat,
positif, dan membangun. Respon positif tersebut tidak hanya dirasakan oleh
individu tetapi juga oleh lingkungan sekitar individu, seperti dengan adanya
pertumbuhan, fleksibilitas, kemampuan adaptasi, dan tingkat performance yang
tinggi.
2. Distres
Distres adalah stres yang bersifat berkebalikan dengan eustres, yaitu tidak
sehat, negatif, dan merusak. Hal tersebut termasuk konsekuensi individu dan juga
organisasi seperti tingkat ketidakhadiran (absenteism) yang tinggi, sulit
berkonsentrasi, sulit menerima hasil yang didapat.
2.1.4 Tingkat Stres
Safaria dan Saputra (2005) menjelaskan perbedaan antara tingkatan stres
ringan, sedang, dan berat.

10

1. Stres Ringan
Stres ringan adalah stres yang dihadapi secara teratur, biasanya dirasakan
setiap individu, misalnya lupa, banyak tidur, kemacetan, dan kritikan. Fase ini
seseorang mengalami peningkatan kesadaran dan lapang persepsinya. Stres
biasanya berakhir dalam beberapa menit atau jam dan tidak menimbulkan
penyakit kecuali jika dihadapi terus menerus.
2. Stres Sedang
Stres sedang adalah stres yang terjadi lebih lama, dari beberapa jam
sampai hari. Fase ini ditandai dengan kewaspadaan, fokus pada indra penglihatan
dan pendengaran, peningkatan ketegangan dalam batas toleransi, dan mampu
mengatasi situasi yang dapat mempengaruhi dirinya. Contoh stres sedang yang
sering perselisihan antarteman, tugas yang berlebihan, mengharapkan liburan,
permasalahan keluarga.
3. Stres Berat
Stres berat adalah stres kronis yang terjadi beberapa minggu sampai tahun.
Semakin sering dan lama situasi stres, semakin tinggi resiko kesehatan yang
ditimbulkan. Hal tersebut terjadi karena pada tahap ini individu tidak mampu
menggunakan koping yang adaptif, tidak mampu melakukan kontrol aktifitas fisik
dalam jangka waktu yang lama, dan sulit fokus pada satu hal terutama dalam
memecahkan masalah.
2.1.5 Dampak Stres
Stres yang dialami oleh individu akan menimbulkan dampak positif atau
negatif. Stres dapat meningkatkan kemampuan individu dalam proses belajar dan

11

berpikir. Dampak negatif stres dapat berupa gejala fisik maupun psikis dan akan
menimbulkan gejala-gejala tertentu. Pengelompokkan dampak negatif stres yang
dirasakan oleh individu ada dalam lima gejala, yaitu gejala fisiologis, psikologis,
kognitif, interpersonal, dan organisasional (Safaria dan Saputra, 2005).
Gejala fisiologis yang dirasakan individu berupa keluhan seperti sakit
kepala, sembelit, diare, sakit pinggang, urat tegang pada tengkuk, tekanan darah
tinggi, kelelahan, sakit perut, maag, berubah selera makan, susah tidur, dan
kehilangan semangat. Selain dampak fisiologis, individu yang mengalami stres
akan mengalami perubahan kondisi psikis berupa perasaan gelisah, cemas, mudah
marah, gugup, takut, mudah tersinggung, sedih, dan depresi. Perubahan psikologis
akibat stres akan mempengaruhi penurunan kemampuan kognitif, seperti sulit
berkonsentrasi, sulit membuat keputusan, mudah lupa, melamun secara berlebihan
dan pikiran kacau. Dampak negatif stres yang mudah diamati antara lain sikap
acuh tak acuh pada lingkungan, apatis, agresif, minder, dan mudah menyalahkan
orang lain (Safaria dan Saputra, 2005).
2.1.6 Respon Stres
Individu diharapkan mampu beradaptasi ketika menghadapi stres sehingga
individu kembali berada pada titik keseimbangan diri dan memiliki energi untuk
menghadapi stresor selanjutnya. Respon adaptasi yang terjadi dapat berupa
adaptasi fisiologi dan psikologi. Brunner dan Suddarth (2007) mengidentifikasi
dua respon stres, yaitu Local Adaptation Syndrome, LAS dan General Adaptation
Syndrome, GAS.

12

1. Local Adaptation Syndrome (LAS)


LAS adalah respon dari jaringan, organ, atau bagian tubuh terhadap stres
karena trauma, penyakit, atau perubahan fisiologis lainnya. Contoh dari LAS
adalah respon refleks nyeri dan respon inflamasi. Karakteristik dari LAS, yaitu
respon adaptif dan tidak melibatkan seluruh sistem tubuh, memerlukan stresor
untuk menstimulasinya, jangka pendek. Selain itu, respon tidak tejadi terus
menerus dan membantu dalam memulihkan homeostasis region atau bagian tubuh.
2. General Adaptation Syndrome (GAS)
Losyk (2005) menyakan bahwa dampak negatif yang terjadi akibat stres
dapat dijelaskan menurut teori sindro adaptasi umum (general adaptation system,
GAS) dari Selye. GAS adalah respons berpola tertentu terhadap tuntutan ekstra
yang diterimanya. Menurut Selye ada tiga tahap spesifik, yaitu reaksi peringatan,
pertahanan, dan penghabisan. Tahap peringatan tubuh dihadapkan pada penyebab
stres. Individu menjadi bingung dan kehilangan arah. Tubuh mempersiapkan
dirinya melawan stres dengan mengirimkan hormon-hormon berguna ke dalam
aliran darah. Akibatnya, detak jantung dan pernapasan meningkat, ditambah
dengan semakin menegangnya otot-otot pada saat tubuh bersiap-siap melakukan
aksi. Gerakan pertahanan ini membantu kita agar dapat bertahan terhadap faktor
penyebab stres yang kita hadapi. Tahap kedua merupakan tahap pertahanan.
Hormon-hormon di dalam darah tetap berada pada tingkat tinggi. Tubuh
menyesuaikan diri untuk melawan stres. Penyesuaian ini bisa saja hanya terjadi di
dalam sebuah organ tubuh tersendiri maupun sistem organ secara menyeluruh.
Jika stres tingkat tinggi terus berlangsung, keadaan ini sering kali berakibat pada

13

timbulnya penyakit dalam sebuah organ atau sistem tubuh. Tingginya tingkat stres
ini juga dapat menyebabkan seseorang menjadi gugup, lelah, dan sering kali
marah-marah. Tahap terakhir adalah tahap penghabisan, tahap di mana jika stres
tetap berlangsung, jaringan dan sistem organ tubuh bisa rusak. Dalam jangka
waktu yang panjang, keadaan ini bisa menimbulkan penyakit atau kematian.
2.2. Rokok
2.2.1. Pengertian Rokok
Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120
mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi
daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok adalah hasil olahan tembakau
terbungkus termasuk cerutu atau bahan lainya yang dihasilkan dari tanamam
Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica dan spesies lainnya atau sintesisnya yang
mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan (Triswanto,
2007).
2.2.2 Bahan Baku Rokok
Rokok terbuat dari tembakau yang diperoleh dari tanaman Nicotiana
Tabacum L. Tembakau dipergunakan sebagai bahan untuk sigaret, cerutu,
tembakau untuk pipa serta pemakaian oral. Di Indonesia, tembakau ditambah
cengkih dan bahan-bahan lain dicampur untuk dibuat rokok kretek. Selain kretek,
tembakau juga dapat digunakan sebagai rokok linting, rokok putih, cerutu, rokok
pipa, dan tembakau tanpa asap atau tembako kunyah (Triswanto, 2007).

14

2.2.3 Bahan-Bahan Kimia yang Terkandung dalam Rokok


Rokok mengandung 4.000 lebih jenis bahan kimia, 40 jenis di antaranya
bersifat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker), dan setidaknya 200
diantaranya berbahaya bagi kesehatan (Triswanto, 2007). Zat-zat beracun yang
terdapat dalam rokok antara lain adalah sebagai berikut :
1. Nikotin
Nikotin yaitu zat atau bahan senyawa porillidin yang terdapat dalam
Nicotoana Tabacum, Nicotiana Rustica dan spesies lainnya yang sintesisnya
bersifat adiktif dan dapat mengakibatkan ketergantungan. Nikotin yang
terkandung di dalam asap rokok antara 0,5-3 mg, dan semuanya diserap, sehingga
di dalam cairan darah atau plasma antara 40-50 mg/ml. Nikotin merupakan
alkaloid yang bersifat stimulan dan pada dosis tinggi bersifat racun. Zat ini hanya
ada dalam tembakau, sangat aktif dan mempengaruhi otak atau susunan saraf
pusat. Nikotin juga memiliki karakteristik efek adiktif dan psikoaktif. Dalam
jangka panjang, nikotin akan menekan kemampuan otak untuk mengalami
kenikmatan, sehingga perokok akan selalu membutuhkan kadar nikotin yang
semakin tinggi untuk mencapai tingkat kepuasan dan ketagihannya. Nikotin ini
dapat meracuni saraf tubuh, meningkatkan tekanan darah, menyempitkan
pembuluh perifer dan menyebabkan ketagihan serta ketergantungan pada
pemakainya.
2. Karbon Monoksida (CO)
Gas karbon monoksida (CO) adalah sejenis gas yang tidak memiliki bau.
Gas ini bersifat toksis yang bertentangan dengan oksigen dalam transpor maupun
penggunaannya dan menyebabkan kadar oksigen dalam darah berkurang. Gas CO

15

yang dihasilkan sebatang rokok dapat mencapai 3-6%, sedangkan CO yang


dihisap oleh perokok paling rendah sejumlah 400 ppm (parts per million) sudah
dapat meningkatkan kadar karboksi haemoglobin dalam darah sejumlah 2-16%.
3. Tar
Tar adalah senyawa polinuklin hidrokarbon aromatika yang bersifat
karsinogenik. Dengan adanya kandungan tar yang beracun ini, sebagian dapat
merusak sel paru karena dapat lengket dan menempel pada jalan nafas dan paruparu sehingga menimbulkan iritasi pada saluran napas, menyebabkan bronchitis,
kanker nasofaring dan kanker paru. Pada saat rokok dihisap, tar masuk kedalam
rongga mulut sebagai uap padat asap rokok. Setelah dingin akan menjadi padat
dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi, saluran
pernafasan dan paru-paru. Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg per batang
rokok, sementara kadar dalam rokok berkisar 24-45 mg.
4. Amoniak
Amoniak adalah gas yang tidak berwarna yang terdiri dari nitrogen dan
hidrogen. Zat ini merupakan salah satu bahan pembuat cairan pembersih toilet.
Amoniak tajam baunya dan sangat merangsang. Karena kerasnya racun yang ada
pada amoniak sehingga jika masuk ke dalam peredaran darah akan mengakibatkan
seseorang pingsan atau koma.
5.s Hidrogen Sianida (HCN)
Hidrogen sianida merupakan sejenis gas yang tidak berwarna, tidak berbau
dan tidak memiliki rasa. Zat ini merupakan zat yang paling ringan, mudah
terbakar. Jika masuk ke dalam tubuh, HCN akan menghalangi pernapasan dan
merusak saluran pernapasan.

16

6. Fenol
Fenol adalah campuran dari kristal yang dihasilkan dari distilasi beberapa
zat organik seperti kayu dan arang, serta diperoleh dari tar arang. Zat ini beracun
dan membahayakan karena fenol ini terikat ke protein dan menghalangi aktivitas
enzim.
7. Hidrogen sulfida
Hidrogen sulfida adalah sejenis gas yang beracun yang gampang terbakar
dengan bau yang keras. Zat ini menghalangi oksidasi enzim (zat besi yang berisi
pigmen).
8. Kadmium
Kadmium adalah salah satu bahan beracun pembuat batu baterai. Jika
masuk ke dalam tubuh manusia, zat ini dapat meracuni jaringan tubuh terutama
ginjal.
9. Formaldehida
Formaldehida adalah sejenis gas tidak berwarna dengan bau tajam. Gas ini
tergolong sebagai pengawet dan pembasmi hama. Gas ini juga sangat beracun
keras terhadap semua organisme hidup.
2.3. Perilaku
Meskipun perilaku adalah bentuk respons atau reaksi terhadap stimulus
atau rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam memberikan respons
sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang
bersangkutan. Hal ini berarti meskipun stimulusnya sama bagi beberapa orang,
namun respons tiap-tiap orang berbeda. Faktor-faktor yang membedakan respons

17

terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku. Determinan perilaku


ini dapat dibedakan menjadi dua, yakni: 1) Determinan atau faktor internal, yakni
karakteristik orang yang bersangkutan, yang bersifat given atau bawaan, misalnya:
tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya; dan 2)
Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial,
budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering
merupakan

faktor

yang

dominan

yang

mewarnai

perilaku

seseorang

(Notoatmodjo, 2007).
Dari uraian di atas dapat dirumuskan bahwa perilaku adalah merupakan
totalitas penghayatan dan aktivitas seseorang, yang merupakan hasil bersama atau
resultante antara berbagai faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal.
Dengan perkataan lain perilaku manusia sangatlah kompleks, dan mempunyai
bentangan yang sangat luas. Benyamin Bloom seorang ahli psikologi pendidikan
membagi perilaku manusia itu ke dalam 3 (tiga) domain, ranah, atau kawasan,
yakni: kognitif (cognitive), afektif (affective), dan psikomotor (psychomotor).
Dalam perkembangannya, teori Bloom ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil
pendidikan kesehatan, yakni (Notoatmodjo, 2007) :
2.3.1. Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui
pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan
raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

18

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam


membentuk tindakan seseorang (overt behavior).
Penelitian Rogers dalam Notoatmodjo, (2007) mengungkapkan bahwa
sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang
tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni: 1) Awareness (kesadaran), yakni
orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu;
2) Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus; 3) Evaluation,
(menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya). Hal ini
berarti sikap responden sudah lebih baik lagi; 4) Trial, orang telah mulai mencoba
perilaku baru; dan 5) Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6
tingkatan: 1) Tahu (know), tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang
telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang diterima; 2) Memahami (comprehension),
memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan dapat mengintrepretasikannya materi tersebut
secara benar; 3) Aplikasi (application), aplikasi diartikan sebagai kemampuan
untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi
sebenarnya; 4) Analisis (analysis), analisis adalah suatu kemampuan untuk
menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih
di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain; 5)

19

Sintesis (synthesis), sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk


meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru; dan 6) Evaluasi (evaluation), evaluasi ini berkaitan dengan
kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau
objek (Notoatmodjo, 2007).
2.3.2. Sikap (attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Allport dalam Notoatmodjo, (2007)
menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok: 1) Kepercayaan
(keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek; 2) Kehidupan emosional atau
evaluasi terhadap suatu objek; dan 3) Kecenderungan untuk bertindak.
Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai
tingkatan: 1) Menerima (receiving), menerima diartikan bahwa orang (subjek)
mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek); 2) Merespon
(responding),

memberikan

jawaban

apabila

ditanya,

mengerjakan,

dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap; 3)


Menghargai

(valuing),

mengajak

orang

lain

untuk

mengerjakan

atau

mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap ketiga; 4) Bertanggung


jawab (responsible), bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya
dengan segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi.
2.3.3. Tindakan (Practice)
Praktik mempunyai beberapa tingkatan: 1) Persepsi (perception),
mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan

20

diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama; 2) Respons terpimpin (guided


response), dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai
dengan contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat dua; 3) Mekanisme
(mecanism), apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara
otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai
praktik tingkat tiga; dan 4) Adopsi (adoption), adaptasi adalah suatu praktik atau
tindakan yang mudah berkembang dengan baik.
2.4.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku


Green dalam Notoatmodjo (2007) menjelaskan berdasarkan penelitian

kumulatif mengenai perilaku kesehatan, telah diidentifikasi tiga kelas faktor yang
mempunyai potensi dalam mempengaruhi kesehatan. Tiga faktor tersebut adalah
faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), faktor-faktor yang mendukung
(enabling factors) dan faktor-faktor yang memperkuat atau mendorong
(reinforcing factors). Masing-masing faktor ini mempunyai pengaruh yang
berbeda atas perilaku. Model ini dikembangkan untuk keperluan diagnosis,
perencanaan dan intervensi pendidikan kesehatan, dan dikenal sebagai kerangka
kerja PRECEDE yang merupakan singkatan dari Predisposing, Reinforcing and
Enabling Causes of Educational Diagnosis and Evaluation.
a. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors)
Setiap karakteristik konsumen atau komuniti yang memotivasi perilaku yang
berkaitan dengan kesehatan. Yang termasuk dalam faktor ini adalah
pengetahuan, sikap, keyakinan, nilai dan persepsi berkenaan dengan motivasi

21

seseorang atau kelompok, dapat memudahkan atau merintangi tindakan, faktor


sosio demografis juga termasuk umur, jenis kelamin, pendidikan.
b. Faktor-faktor pemungkin (enabling factors)
Setiap karakteristik lingkungan yang memudahkan perilaku dan setiap
keterampilan atau sumber daya diperlukan untuk melaksanakan perilaku.
Tidak adanya karakteristik atau keterampilan tersebut menghambat perilaku
kesehatan. Hal ini terwujud dalam bentuk lingkungan fisik, tersedianya
fasilitas atau sarana dan prasarana untuk berperilaku, serta keterampilan yang
berhubungan dengan kesehatan. Keterampilan sendiri berarti kemampuan
seseorang melakukan upaya yang menyangkut perilaku yang diharapkan.
c. Faktor-faktor penguat (reinforcing factors)
Setiap ganjaran, insentif atau hukuman yang mengikuti atau diperkirakan
sebagai akibat dari suatu perilaku kesehatan dan berperan bagi menetap atau
lenyapnya perilaku itu. Hal ini terwujud dalam sikap dan perilaku seseorang
yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat. Referensi ini
dapat berasal dari guru, dosen, famili, tokoh masyarakat, supervisior, majikan,
teman sebaya dan lain sebagainya.
2.5. Perilaku Merokok
2.5.1. Pengertian
Perilaku merokok adalah aktivitas seseorang yang merupakan respons
orang tersebut terhadap rangsangan dari luar yaitu faktor-faktor yang
mempengaruhi seseorang untuk merokok dan dapat diamati secara langsung. Asap
rokok selain merugikan diri sendiri juga dapat berakibat bagi orang-orang lain di

22

sekitarnya. Kerugian bagi diri sendiri antara lain menyebabkan kecanduan,


keracunan, bahkan kematian (Kuncoro, 2007). Sedangakn orang-orang di
sekitarnya menghisap zat yang terkandung dalam asap rokok lebih banyak
daripada perokok aktif. Perokok pasif 2 kali lebih banyak nikotin, 5 kali lebih
banyak karbon monoksida, 3 kali lebih banyak tar, 50 kali lebih zat kimia yang
berbahaya bagi kesehatan (Mulansi, 2012).
2.5.2. Tahap Perilaku Merokok
Ada beberapa tahap dalam perilaku merokok. Leventhal dan Clearly dalam
Komasari dan Helmi (2006) mengatakan bahwa terdapat 4 tahap perilaku
merokok sehingga menjadi perokok, yaitu Tahap prepatory, initiation, becoming a
smoker dan maintenance of smoking. Tahap prepatory adalah ketika seseorang
mendapatkan gambaran yang menyenangkan menganai merokok dengan cara
mendengar, melihat atau hasil bacaan. Hal ini menimbulkan minat untuk
merokok. Tahap initiation merupakan tahap perintisan yaitu tahap apakah
seseorang akan meneruskan atau tidak terhadap perilaku merokok. Tahap
becoming a smoker adalah ketika seseorang telah menghisap rokok sebanyak
empat batang per hari. Sedangkan tahap maintenance of smoking merupakan
tahap dimana merokok sudah menjadi salah satu bagian dari cara pengaturan diri
(self regulating). Ini merupakan tahap ketika merokok dilakukan untuk
memperoleh efek fisiologis yang menyenangkan. 2.2.4 Tipe Perilaku Merokok
Ada tiga tipe perokok yang diklarifikasikan berdasarkan banyaknya rokok
yang dihisap. Tiga tipe tersebut adalah perokok berat, perokok sedang dan
perokok ringan. Dikatakan perokok berat ketika seseorang menghisap rokok 15

23

batang rokok dalam sehari. Perokok sedang adalah perokok yang menghisap 5-14
batang rokok per hari. Sedangkan perokok ringan merupakan perokok yang
menghisap 1-4 batang rokok dalam sehari. Mu.tadin (2002) menggolongkan tipe
perilaku merokok berdasarkan tempat dimana seseorang menghisap rokok
menjadi dua golongan.
a. Merokok di tempat-tempat umum / ruang publik.
Kelompok homogen (sama-sama perokok), secara bergerombol mereka
menikmati kebiasaan mereka merokok. Umumnya mereka masih menghargai
orang lain karena mereka menempatkan diri di smoking area. Sedangakn
kelompok yang heterogen (merokok di tengah-tengah orang lain yang tidak
merokok, anak kecil, orang jompo, orang sakit, dll).
b. Merokok di tempat-tempat yang bersifat pribadi.
Tempat yang bersifat pribadi contohnya kantor dan kamar tidur pribadi.
Perokok memilih tempat-tempat seperti ini digolongkan sebagai individu yang
kurang menjaga kebersihan diri dan selalu gelisah. Selain itu, toilet juga menjadi
salah satu tempat merokok. Perokok jenis ini dapat digolongkan sebagai orang
yang suka berfantasi.
2.5.3. Motivasi Perilaku Merokok
Laventhal dan Cleary dalam Smet (2004) menyatakan motivasi seseorang
merokok terbagi menjadi dua motivasi utama, yaitu:

24

1. Faktor Psikologis
Pada umumnya faktor-faktor tersebut terbagi dalam lima bagian yaitu :
a. Kebiasaan
Perilaku merokok adalah sebuah perilaku yang harus tetap dilakukan tanpa
adanya motif yang bersifat positif ataupun negatif. Seseorang merokok hanya
untuk meneruskan perilakunya tanpa tujuan tertentu.
b. Reaksi emosi yang positif
Merokok digunakan untuk menghasilkan reaksi yang positif, misalnya rasa
senang, relaksasi dan kenikmatan rasa. Merokok juga dapat menunjukkan
kejantanan (kebanggaan diri) dan menunjukkan kedewasaan.
c. Reaksi untuk penurunan emosi
Merokok ditunjukkan untuk mengurangi rasa tegang, kecemasan biasa,
ataupun kecemasan yang timbul karena adanya interaksi dengan orang lain.
d. Alasan sosial
Merokok ditunjukkan untuk mengikuti kebiasaan merokok, identifikasi
perokok lain, dan menentukan image diri seseorang.
e. Kecanduan dan ketagihan
Seseorang merokok karena mengaku telah mengalami kecanduan karena
kandungan nikotin dalam rokok. Semula hanya mencoba-coba merokok, tetapi
akhirnya tidak dapat menghentikan kebiasaan tersebut karena kebutuhan tubuh
akan nikotin.
2. Faktor Biologis
Faktor ini menekankan pada kandungan nikotin yang ada di dalam rokok
yang dapat mempengaruhi ketergantungan seseorang pada rokok secara biologis.

25

2.5.4. Dampak Perilaku Merokok


Perilaku merokok mempunyai dampak bermacam-macam bagi perokok.
Menurut Komasari dan Helmi (2006), perilaku mempunyai dua dampak, yaitu
dampak positif dan dampak negatif.
1. Dampak Positif
Merokok menimbulkan dampak positif yang sangat sedikit bagi kesehatan.
Dengan merokok dapat menghasilkan mood positif dan dapat membantu individu
menghadapi keadaan-keadaan yang sulit. Smet (2004) menyebutkan keuntungan
merokok (terutama bagi perokok) yaitu mengurangi ketegangan, membantu
konsentrasi, dukungan sosial dan menyenangkan.
2. Dampak Negatif
Merokok dapat menyebabkan dampak negatif yang sangat berpengaruh
terhadap kesehatan. Perokok bukan penyebab penyakit tetapi dapat memicu suatu
jenis penyakit. Rokok juga tidak menyebabkan kematian secara langsung tetapi
dapat mendorong munculnya penyakit yang dapat menyebabkan kematian.
Berbagai penyakit yang dapat dipicu karena merokok dimulai dari penyakit di
kepala sampai dengan penyakit di telapak kaki. Penyakit-penyakit tersebut antara
lain: penyakit kardiovaskular, neoplasma (kanker), penyakit saluran pernafasan,
peningkatan

tekanan

darah,

memperpendek

umur,

penurunan

vertilitas

(kesuburan) dan nafsu seksual, sakit maag, gondok, gangguan pembuluh darah,
penghambat pengeluaran air seni, ambliyopia (penglihatan kabur), kulit menjadi
kering, pucat, dan keriput, serta polusi udara dalam ruangan (sehingga terjadi
iritasi mata, hidung, dan tenggorokan) (Smet, 2004).

26

2.6. Kerangka Konsep


Berdasarkan latar belakang masalah, maka kerangka konsep penelitian ini
dapat digambarkan sebagai berikut:
Perilaku Merokok:

Tingkat Stres:
a. Ringan

a. Pengetahuan

b. Sedang

b. Sikap

c. Berat

c. Tindakan

d.
Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian
2.7. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah pernyataan sementara dari penelitian yang masih perlu
diuji kebenarannya. Hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut: Ada hubungan tingkat stres dengan kejadian perilaku merokok
pada siswa SMA Negeri 1 Kutacane Kabupaten Aceh Tenggara.

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian deskriptif analitik dengan desain penelitian cross sectional
yaitu untuk mengetahui hubungan tingkat stres dengan perilaku merokok pada
siswa SMA Negeri 1 Kutacane Kabupaten Aceh Tenggara.
3.2.

Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1. Lokasi
Penelitian ini rencananya akan dilakukan di SMA Negeri 1 Kutacane
Kabupaten Aceh Tenggara.
3.2.2. Waktu
Waktu penelitian akan dilakukan dari bulan Januari sampai dengan
Februari 2015.
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Kelas X dan XI di
SMA Negeri 1 Kutacane Kabupaten Aceh Tenggara, yaitu sebanyak 172 siswa.
3.3.2. Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti. Jumlah sampel
ditentukan dengan menggunakan rumus (Riduwan, 2008) :
n

N
N .d 2 1

27

28

Dimana : n

= jumlah sampel

N = jumlah populasi
d2 = presesi yang ditetapkan (d = 10%)
Berdasarkan rumus tersebut diperoleh jumlah sampel (n) sebagai berikut :
n

172
172 (0,1) 2 1

172
172 0,01 1

n = 63,2

63 orang

Penentuan

besar

sampel

masing-masing

kelas

dilakukan

secara

proporsional. Besar sampel masing-masing kelas dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.1.

Penghitungan Besar Sampel Kelas X dan XI di SMA Negeri 1


Kutacane Kabupaten Aceh Tenggara
Penghitungan
Besar
No.
Kelas
Jumlah Siswa
Besar Sampel
Sampel
1.
X
99
99/172 x 63
36
2.
XI
73
73/172 x 63
27
Total
172
63
Teknik pengambilan sampel masing-masing kelas adalah dengan cara

simple random sampling.


3.4. Metode Pengumpulan Data
3.4.1. Data Primer
Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan responden
dengan menggunakan kuesioner. Data primer meliputi: tingkat stres dan perilaku
merokok.
3.4.2. Data sekunder

29

Data sekunder di peroleh dari SMA Negeri 1 Kutacane Kabupaten Aceh


Tenggara, yaitu jumlah siswa/i berdasarkan kelas, dan jumlah guru.
3.5. Definisi Operasional

1. Tingkat Stres adalah keadaan atau perasaan yang mengancam kesejahteraan


individu.
2. Perilaku Merokok adalah kategori perilaku merokok responden dilihat dari
banyaknya batang rokok yang dihisap dalam 24 jam.
a. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden tentang
bahaya rokok bagi kesehatan.
b. Sikap adalah tanggapan responden terhadap sesuatu yang diketahuinya
tentang merokok.
c. Tindakan adalah perbuatan yang telah dilakukan responden dalam hal
merokok.
3.6. Aspek Pengukuran
1. Tingkat Stres
Pengukuran tingkat stres adalah dengan menggunakan kuesioner skala
stres yang terdiri atas 20 pertanyaan skala likert dengan rentang pilihan jawaban:
Tidak pernah (0), Jarang (1), Kadang-kadang (2), Sering (3), dan Selalu (4).
a. Stres ringan jika nilai 0-25
b. Stres sedang jika nilai 26-52
c. Stres berat jika nilai 53
2. Perilaku Merokok

30

a) Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan tentang bahaya merokok dengan menggunakan
kuesioner sebanyak 10 pertanyaan. Apabila responden dapat menjawab dengan
benar diberi nilai 1, dan apabila jawaban salah diberi nilai 0. Sehingga jumlah
skor tertinggi yang dapat diperoleh responden adalah 10. berdasarkan skor yang
diperoleh, maka pengetahuan dikategorikan menjadi 3 kategori, yaitu:
a. Baik, apabila skor yang diperoleh 8-10.
b. Kurang, apabila skor yang diperoleh 5-7
c. Buruk, apabila skor yang diperoleh 0-4
b) Sikap
Pengukuran sikap terhadap merokok dengan menggunakan kuesioner
sebanyak 5 pertanyaan. Apabila responden dapat menjawab dengan setuju diberi
nilai 2, menjawab kurang setuju diberi nilai 1, dan apabila menjawab tidak setuju
diberi nilai 0. Sehingga jumlah skor tertinggi yang dapat diperoleh responden
adalah 10. berdasarkan skor yang diperoleh, maka sikap dikategorikan menjadi 3
kategori, yaitu:
a. Baik, apabila skor yang diperoleh 8-10.
b. Kurang, apabila skor yang diperoleh 5-7
c. Buruk, apabila skor yang diperoleh 0-4

c) Tindakan

31

Pengukuran tindakan dalam merokok dilakukan dengan cara responden


mengisi banyaknya batang rokok yang dihabiskan dalam sehari pada kuesioner
yang diberikan:
a. Perokok ringan: 1-4 batang rokok yang dihabiskan dalam sehari.
b. Perokok sedang : 5-14 batang rokok yang dihabiskan dalam sehari
c. Perokok Berat : >15 batang rokok yang dihabiskan dalam sehari
3.7. Metode Analisis data
Untuk menjelaskan hubungan antara variabel independen dengan variabel
dependen, dengan menggunakan uji Chi-Square. Uji chi-square dapat digunakan
untuk mengestimasi atau mengevaluasi frekuensi yang diselidiki atau hasil
observasi untuk dianalisis apakah terdapat hubungan yang signifikan atau tidak,
yang menggunakan data nominal. Pengujian ini menggunakan = 0,05 atau
tingkat kepercayaan 95%.
Rumus Ci-Square :

x2

2
fe

fe

Dimana:
2: Nilai chi-kuadrat
fe: Frekuensi yang diharapkan
fo: Frekuensi yang diperoleh/diamati

32

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2008. Konsep dasar keperawatan. Jakarta: EGC.


Brunner dan Suddarth. 2007. Buku ajar keperawatan medikal bedah. Alih Bahasa
Agung Waluyo. Edisi 8. Jakarta: EGC.
Hartini H, Sari fatimah, dan Mardhiyah. 2012. Tipe Perilaku Merokok Pada Remaja
Perokok

di

SMP

Negeri

[Online].

Jatinangor.

Dari:

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=103578&val=1378

[Diakses: 2 Desember 2014].


Komalasari, D. & Helmi, A.F. 2006. Faktor-faktor penyebab perilaku merokok pada
remaja. Jurnal Psikologi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Komasari, S., Helmi, A. 2006. Rokok dan perilaku merokok di masyarakat indonesia.
Jakarta: PT. Gramedia.
Kuncoro.

2007.

Rokok

dan

bahayanya.

http://www.kompas.com/read/artikel/

[Online].

Dari:

rokok_dan_bahayanya.html.

[Diakses: 2 Desember 2014].


Losyk, B. 2007. Kendalikan stres anda: cara mengatasi stres dan sukses di tempat
kerja (Marselita Harapan, Penerjemah). Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama.

Lubis dan Nurlaila. 2010. Mengapa tingkat stres pelajar makin tinggi. [Online].
Dari:

www.vivanews.com/news/read/120642-

mengapa_tingkat_stres_pelajar_makin_tinggi. [Diakses: 2 Desember


2014].
Mulansi, S. 2012. Bahaya merokok bagi perokok aktif maupun pasif. [Online]. Dari:
http://www.resepbunda.biz/2012/01/26/bahaya-rokok-bagi-perokokaktif-maupun-pasif/ [Diakses: 2 Desember 2014].

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), 2013. Badan Penelitian Dan Pengembangan


Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Tahun 2013.

33

Safaria, T. dan Saputra, NE. 2009. Manajemen Emosi. Jakarta : Bumi Aksara.
Sari N.I. 2011. Hubungan Antara Tingkat Stres Dengan Perilaku Merokok Pada Siswa
Laki-Laki Perokok SMKN 2 Batusangkar. Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Smet, B. 2004. Psikologi kesehatan. Semarang: PT. Gramedia
Triswanto,

S.

2007.

Tentang

rokok.

[Online].

http://triswanto.com/read/article/2007/10/04/tentang-rokok.html.

[Diakses: 2 Desember 2014].

LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN


Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Yudi Haryanto
NIM

: 1101158

Dari:

34

Adalah mahasiswa Program Studi S-1 Keperawatan Sekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan Sumatera Utara, Medan yang bermaksud mengadakan


penelitian dengan judul Hubungan Tingkat Stres Dengan Perilaku Merokok

Pada Siswa SMA Negeri 1 Kutacane Kabupaten Aceh Tenggara . Tujuan


penelitian ini untuk mengetahui hubungan tingkat stres dengan perilaku merokok
pada siswa, adapun manfaat penelitian ini adalah memberikan informasi bagi siswa
dan lembaga pendidikan untuk melakukan manajemen stres.
Para siswa sebagai responden akan diminta menjawab mengisi kuesioner
kurang lebih 15 menit. Selama pengisian, peneliti akan menjawab pertanyaan
responden bila perlu. Partisipasi dalam penelitian ini tidak memberikan dampak
negatif ataupun mempengaruhi proses pendidikan. Semua hasil penelitian akan dijaga
kerahasiannya, termasuk identitas responden. Pelaporan hasil penelitian akan
menggunakan kode responden dan bukan nama sebenarnya. Responden penelitian
berhak mengajukan keberatan pada peneliti jika terdapat hal-hal yang tidak berkenan
bagi responden dan selanjutnya akan dicari penyelesaikan berdasarkan kesepakatan
peneliti dan responden.

Medan, Februari 2015

Yudi Haryanto

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN


Saya telah membaca dan mengerti penjelasan yang diberikan oleh peneliti.
Saya bersedia berpartisipasi sebagai responden penelitian yang dilakukan oleh
mahasiswa Program Studi S-1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Sumatera Utara, Medan dengan judul Hubungan Tingkat Stres Dengan


Perilaku Merokok Pada Siswa SMA Negeri 1 Kutacane Kabupaten Aceh
Tenggara. Saya menyadari bahwa keikutsertaan saya dalam penelitian ini dilakukan

35

secara sukarela dan tidak akan merugikan saya. Saya juga menyadari bahwa segala
informasi pada penelitian ini adalah rahasia dan hanya digunakan untuk tujuan
penelitian. Dengan demikian saya bersedia untuk menjadi responden penelitian.

Medan, Februari 2015

Reponden

KUESIONER
HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN PERILAKU MEROKOK
PADA SISWA SMA NEGERI 1 KUTACANE
KABUPATEN ACEH TENGGARA

Kode Responden (diisi oleh peneliti): ..


Inisial Responden

: ..

Kelas

: ..

36

I. Pengukuran Tingkat Stres


Petunjuk
1. Berilah tanda () pada kotak yang tersedia
2. Jika ingin mengganti jawaban, coret jawaban awal
3. Jawaban Anda harus yang paling sesuai dengan yang Anda rasakan/alami
a. Jika Tidak Pernah mengalami perasaan atau kondisi tersebut, pilih 0
b. Jika Jarang mengalami perasaan atau kondisi tersebut, pilih 1
c. Jika Kadang-kadang mengalami perasaan atau kondisi tersebut, pilih 2
d. Jika Sering mengalami perasaan atau kondisi tersebut, pilih 3
e. Jika Selalu mengalami perasaan atau kondisi tersebut, pilih 4
Pernyataan di bawah ini merupakan pernyataan selama Anda Mengikuti
Pendidikan di Sekolah
No.

Pernyataan

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Pikiran saya kacau


Saya suka memendam kemarahan
Saya merasa kecewa dengan keadaan hidup saya
Saya merasa sulit berkonsentrasi
Setiap bangun pagi badan saya terasa lelah
Saya kehabisan energi untuk melakukan kegiatan apa

7.

pun
Saya merasa malas untuk malakukan kegiatan apa

8.
9.
10.
11.
12.
13.

pun.
Saya putus asa dengan keadaan diri saya
Kepala saya mudah pusing
Saya tidak bisa berkonsentrasi untuk pekerjaan saya.
Badan saya terasa lelah
Pikiran saya lelah
Saya kehilangan kesabaran ketika mengerjakan tugas-

14.
15.
16.
17.
18.

tugas sekolah.
Saya mengalami kepenatan
Saya ingin memarahi orang lain
Saya ingin memukul orang lain
Saya memiliki beban sekolah yang berat.
Saya merasa tidak mampu mengendalikan perilaku

19.

saya.
Saya bingung apa yang harus saya lakukan untuk
kemajuan prestasi saya.

Jawaban
1 2 3

37

20.

Saya mudah emosional ketika masalah saya tidak


terselesaikan

II. Perilaku Merokok


Petunjuk Pengisian
a. Isilah kuesioner ini secara berurutan
b. Sebelum mengisi, bacalah perintah atau petunjuk pengisian jawaban
c. Isilah jawaban di tempat yang disediakan dengan menggunakan pulpen
d. Lingkarilah huruf atau angka di depan jawaban yang Anda pilih
e. Jawablah dengan jujur semua jawaban dalam kuesioner
f. Semua jawaban Anda akan dijaga kerahasiaannya dan tidak akan
mempengaruhi penilaian terhadap pribadi Anda.
1. Pengetahuan
B. Pengetahuan
1. Apakah rokok itu berbahaya bagi kesehatan?
a. Ya
b. Tidak
c. Tidak tahu
2. Berbahaya bagi kesehatan siapa?
a. Perokok itu sendiri
b. Orang di sekitar perokok tersebut
c. Perokok dan orang di sekitar perokok
3. Seberapa besar resiko/akibat buruk yang ditimbulkan rokok pada orang di
sekitar perokok?
a. Lebih kecil resikonya dari perokok
b. Sama resikonya dengan perokok
c. Lebih besar resikonya dari perokok
4. Orang yang tidak merokok tapi karena dia sering berada di dekat orang yang
sedang merokok dan ikut menghirup asap rokok disebut?

38

a. Perokok aktif
b. Perokok pasif
c. Perokok aktif dan pasif
5. Bahaya kesehatan apa yang ditimbulkan oleh rokok?
a. Ashma
b. Penyakit jantung
c. Pikun
6. Apakah di dalam rokok terdapat zat kimia yang berbahaya?
a. Ada
b. Tidak
c. Tidak tahu
7. Apakah anda tahu zat kimia berbahaya yang terdapat dalam rokok?
a. Ada
b. Tahu
c. Tidak tahu
8. Zat kimia apa yang ada di bawah ini yang berbahaya untuk kesehatan?
a. Tar
b. Nikotin
c. Tidak tahu
9. Zat apakah yang ada di dalam rokok yang dapat membuat kecanduan?
a. Tar
b. Nikotin
c. Tidak tahu
10. Apakah anda mengetahui adanya peraturan yang melarang merokok di tempat
umum, sarana kesehatan, tempat kerja, tempat proses belajar mengajar, arena
kegiatan anak, tempat ibadah dan angkutan umum?
a. Ada
b. Tahu
c. Tidak tahu

39

2. Sikap
1. Anda akan tetap merokok walaupun ada orang yang terganggu dengan asap
rokok anda?
a. Setuju
b. Kurang setujua
c. Tidak Setuju
2. Anda lebih percaya diri jika sedang merokok?
a. Setuju
b. Kurang setujua
c. Tidak Setuju
3. Anda bebas merokok dimana saja anda ingin merokok?
a. Setuju
b. Kurang setujua
c. Tidak Setuju
4. Menghirup udara bebas asap rokok merupakan hak asasi manusia?
a. Setuju
b. Kurang setujua
c. Tidak Setuju
5. Pemerintah sebaiknya menaikkan harga rokok?
a. Setuju
b. Kurang setujua
c. Tidak Setuju
3. Tindakan

40

1. Apakah anda merokok ?


a. Ya
b. Tidak
Jika Ya., lanjut kepertanyaan 2.
2. Kapan Anda mulai merokok?
a. SD
b. SMP
c. SMA
3. Berapa batang rokok yang Anda habiskan dalam sehari?
a. 1-4 batang
b. 5-14 batang
c. >15 batang

Anda mungkin juga menyukai