Anda di halaman 1dari 6

TINGKAT STRESS DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA

REMAJA

Oleh :

SYALLOM ANGELLENO HOLLYHE RIYADI


NIM : 20.13.2.149.091

PRODI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN INSITUT

ILMU KESEHATAN NAHDLATUL ULAMA TUBAN

TAHUN 2022
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Stress merupakan reaksi yang normal, maka setiap orang pasti akan

mengalaminua, baik orang dewasa, siswa, bahkan anak-anak. Cara melampiaskan

stress setiap individu pun berbeda-beda antara lain berlibur, meditasi, yoga, dan

merokok. Merokok merupakan salah satu contoh dari strategi manajemen yang

sangat tidak efektif, namun sangat banyak yang meyukai salah satu cara

melampiaskan stress dengan cara merokok. Jumlah perokok semakin meningkat

dan usia perokok semakin bertambah muda, karena para perokok percaya bahwa

rokok memiliki fungsi sebagai penenang saat mereka cemas maupun stress

(Hutapea, 2013).

Menurut kemenkes RI (2017) mengatakan bahwa di negara seperti di

Indonesia ini jumlah pengguna rokok tembakau pada usia ≥15 tahun memiliki

presentase jumlah sebesar 34,2% pada tahun 2015, dan meningkatnya pengguna

rokok tembakau menjadi sebesar 34,7% di tahun 2017. Di Jawa Timur menempati

peringkat ke-16 se-Indonesia dengan tingkat perokok usia remaja yang cukup

tinggi.

Penelitian yang dilakukan oleh Fitri Almadiah pada tahun 2021 dengan

judul “Survei Faktor Penyebab Perokok Remaja Mempertahankan Perilaku

Merokok” yang idlakukan untuk mengidentifikasi alasan remaja di Surabaya

berusia 15-19 tahun memepertahankan perilaku merokok. Metode yang digunakan

adalah observasional cross sectional dengan accidental sampling dan dinalisis


menggunakan program SPSS. Instrumen yang digunakan berupa kuesioner berisi

tentang pengalaman perilaku merokok , pengetahuan bahaya merokok, sikap

mempertahankan merokok dan perilaku setelah mengetahui bahaya merokok.

Sejumlah 103 remaja berpartisipasi dalam penelitian ini yaitu remaja yang masih

merokok sampai saat ini (80,6%) maupun yang pernah merokok (19,4%). Sumber

pengaruh terbesar remaja mencoba merokok berasal dari teman (62,65%). Bahaya

merokok yang paling banyak diketahui adalah kanker paru (87,4%). Informasi ini

paling banyak diketahui dari bungkus rokok (60,2%). Sebagian besar responden

telah mengetahui bahaya merokok, tetapi tetap mempertahankan sikap merokok

(62,2%). Hal ini dipengaruhi oleh aspek psikologi seperti dapat melepaskan stress

(69,9%) dan merasa tenang ketika merokok (69,0%). Perilaku merokok

dipertahankan untuk memenuhi kepuasan pribadi. Berdasarkan menurut riset

Badan Pusat Statistik di Kabupaten Tuban Tahun 2018 jumlah perokok dengan

usia 15-19 Tahun sebesar 21,3%. Pada penelitian yang dilakukan oleh Fitri

Almaidah pada tahun 2021 stres merupakan faktor tertinggi yang mengakibatkan

remaja untuk merokok. Selain faktor stres tersebut, faktor teman sebaya yang

merokok juga memberi kontribusi peningkatan prevalensi merokok pada remaja

(Kautsar Ramadhan et al 2017).

Ada banyak faktor yang melatarbelakangi siswa menjadi perokok, antara

lain faktor intrinsik yang meliputi faktor jenis kelamin, faktor kepribadian, faktor

pekerjaan dan faktor kepercayaan . Faktor ekstrinsik meliputi pengaruh keluarga

dan lingkungan sekitar, pengaruh tem pengaruh iklim, iklan rokok, kemudahan

memperoleh rokok, tidak adanya peraturan, serta sikap petugas kesehatan. Faktor
dari dalam siswa dapat dilihat dari kajian perkembangan siswa. Siswa mulai

merokok dikatakan oleh Erikson (Gatchel, 1989) berkaitan dengan adanya krisis

aspek psikososial yang dialami pada masa perkembangannya yaitu masa ketika

mereka sedang mencari jati dirinya. Dalam masa siswa ini, sering dilukiskan

sebagai masa badai dan topan karena ketidaksesuaian antara perkembangan fisik

yang sudah matang dan belum diimbangi oleh perkembangan psikis dan sosial .

Upaya untuk menemukan jati diri tersebut, tidak semua dapat berjalan sesuai

dengan harapan masyarakat. Beberapa siswa melakukan perilaku merokok sabagai

cara kompensatoris. Seperti yang dikatakan oleh Brigham (1991) bahwa perilaku

merokok bagi siswa merupakan perilaku simbolisasi. Simbol dari kematangan ,

kekuatan , kepemimpinan , dan daya tarik terhadap lawan jenis. (Dian Komasari,

2000; Ardiyanti, 2020) Memperhatikan demikian buruknya dampak merokok bagi

kesehatan, upaya mencegah siswa menjadi perokok menjadi hal yang sangat

penting untuk meningkatkan derajat kesehatan sumber daya manusia di masa -

masa yang akan datang. Penanggulangan masalah merokok menjadi hal yang

tidak mungkin ditunda lagi. Issue mengenai perilaku merokok dan kesehatan

diharapkan mendapat perhatian yang cukup dari berbagai pihak. Sebagaimana

tertuang dalam PP no 19 tahun 2003 bahwa pengamanan rokok bagi kesehatan

salah satunya dilakukan dengan melindungi usia produktif dan siswa dari

dorongan lingkungan dan pengaruh iklan untuk inisiasi penggunaan dan

ketergantungan terhadap rokok. Penanggulangan perilaku merokok pada siswa

menjadi hal penting untuk dilakukan mengingat perilaku merokok yang terjadi

juga masih tahap awal sehingga akan lebih mudah untuk dikurangi atau
dihentikan daripada perilaku yang sudah pada tahap kecanduan. Pencegahan

perilaku merokok pada siswa hendaknya didasarkan pada pemahaman atas

perilaku merokok pada siswa secara komprehensif.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari latar belakang masalah yang telah dijabarkan pada

bagian sebelumnya adalah sbagai berikut. “Bagaimanakah Hubungan Tingkat

Stress Dengan Perilaku Merokok Pada Remaja”

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan umum

Menganalisis Hubungan Antara Stress Dengan Perilaku Merokok Pada

Remaja

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi Tingkat Stress Pada Remaja

2. Mengidentifikasi Perilaku Merokok Pada Remaja

3. Menganalisis hubungan antara Tingkat Stress dengan Perilaku Merokok Pada

Remaja

1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan terutama

pada remaja tentang bahaya rokok terhadap kesehatan.

1.4.2 Manfaat Praktis


1. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan infromasi dan refrensi guna

penelitian selanjutnya. Hasil penelitian ini diharapakan dapat menambah

pengetahuan peneliti tentang hubungan antara stress dengan perilaku merokok.

2. Bagi Ilmu Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya ilmu pengetahuan siswa

khususnya di bidang promosi kesehtaba dab daoat digunakan dalam

mengembangkan ilmu keperawatan mengenai hubungan antara stress dengan

perilaku merokok.

3. Bagi Tempat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dan motivasi bagi

Remaja untuk lebih baik dalam meberikan pendidikan kesehatan khususnya

tentang rokok.

Anda mungkin juga menyukai