Oleh :
Nama :
Syallom Angelleno Hollyhe Riyadi
NIM : 20.13.2.149.091
M Faqih Zulkarnain
NIM : 20.13.2.149.117
M Priyo Tegar S
NIM : 20.13.2.149.091
Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat, taufiq,
serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Sesuai dengan waktu yang
telah ditentukan.
Makalah ini kami susun guna untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Epidemiologi. Dengan tersusunnya makalah ini kami sadar bahwa dalam
penyusunannya kami mendapatkan banyak bantuan dan bimbingan dari beberapa pihak
khususnya Bapak Dr. H. Miftahul Munir,S.KM,.M.Kes,.DIE selaku dosen mata kuliah
Epidemiologi yang telah memberikan tugas ini dan memberikan pengarahan kepada
kami dan teman-teman. Harapan kami dalam penyusunan makalah ini agar dapat
memberikan manfaat bagi para pembacanya dapat menambah wawasan dan
pengetahuan tentang epidemiologi.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang kami miliki,
oleh karena itu saran dan kritikan dari para pembaca sangat di perlukan guna untuk
perbaikan dan penyempurnaan dalam pembuatan tugas asuhan keperawatan
selanjutnya. Akhir kata kami ucapkan terimakasih.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................2
DAFTAR ISI.................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................3
1.2 Perumusan Masalah..........................................................................................................6
1.3 Tujuan Penelitian..............................................................................................................6
1.3.2 Tujuan Khusus..............................................................................................................6
1.4 Manfaat Penelitian............................................................................................................7
1.4.1 Manfaat Teoritis............................................................................................................7
1.4.2 Manfaat Praktis.............................................................................................................7
2.1.1 Definisi Varicella (Cacar Air).......................................................................................9
2.1.2 Ciri-ciri Penularan Penyakit Varicella (Cacar Air)........................................................9
2.1.3 Etiologi Varicella (Cacar Air).....................................................................................11
2.1.4 Pencegahan Varicella (Cacar Air)...............................................................................11
2.1.5 Tanda Gejala Varicella (Cacar Air).............................................................................12
2.1.7 Pathway Varicella (Cacar Air)....................................................................................15
2.1.9 Penatalaksanaan Varicella (Cacar Air)........................................................................17
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Varicella (Cacar Air).........................18
2.2.2 Diagnosis Varicella (Cacar Air)..................................................................................22
2.2.3 Implementasi...............................................................................................................50
BAB III.......................................................................................................................................51
STUDI KASUS EQUILIBRIUM................................................................................................51
3.1 Studi kasus.......................................................................................................................51
3.2 Contoh realita..................................................................................................................51
3.3 Penyelesaian...................................................................................................................52
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit menular adalah penyakit infeksi yang dapat berpindah atau menyebar
ke orang lain, penyebaran penyakit disebabkan oleh mikroorganisme, seperti bakteri,
virus, jamur, atau parasit Darwin, (2018). Penyebaran penyakit menular menjadi suatu
kegundahan juga menjadi suatu ancaman bagi masyarakat, karena penyakit menular
3
umumya bersifat dadakan tanpa disadari dan dapat menyerang seluruh lapisan
masyarakat dalam waktu tertentu, penyebaran penyakit menular dapat ditularkan
secara langsung maupun tidak langsung.(Ana Solikah, 2019). Varicella merupakan
salah satu penyakit yang dapat ditularkan melalui kontak langsung.
Varicella juga disebut dengan chickenpox, di Indonesia sendiri sering dikenal
dengan sebutan cacar air. Menurut Theresia & Hadinegoro, (2016) mengatakan bahwa
cacar air termasuk jenis penyakit menular yang menjangkit manusia, Varisela dapat
mengenai semua kelompok umur termasuk neonatus, tetapi hampir 90% kasus
menyerang anak dibawah umur 10 tahun dan paling banyak pada umur 5 hingga 9
tahun tidak terkecuali pada usia dewasa ada juga yang terjangkit penyakit varicella
atau cacar air tersebut. Hal tersebut disebabkan oleh Virus Varicella Zoster (VZV).
Infeksi varicella sendiri biasanya memiliki keparahan rendah. Prevalensi serologis
meningkat dengan bertambahnya usia, mulai dari 86% di antara anak-anak usia 6
hingga 11 tahun hingga 99,9% di antara orang dewasa yang berusia 40 tahun atau
lebih (Margha & Wardhana, 2020)
Cacar air disebabkan oleh infeksi suatu virus yang bernama virus varicella
zoster (VZV) yang dapat disebarkan oleh manusia melalui cairan, selain dari cairan
percikan ludah juga dari cairan yang berasal dari vesikel kulit orang yang menderita
penyakit cacar air. (Ana Solikah, 2019). Varicella Zoster Virus (VZV) termasuk
bagian dari alphaherpes yang merupakan sebagai jenis virus imunogenik, sehingga
menjadi penyakit endemik akut yang umum sering menyerang manusia (Sanglah et
al., 2021). Freer & Pistello, (2018) menyatakan bahwa Infeksi varisela bersifat
pandemik dan sangat menular. Penularan dari droplet saluran pernafasan dari
seseorang yang
4
terinfeksi virus fase akut, virus yang bergabung dengan udara atau kontak langsung
dengan penderita melalui lesi pada kulit.
Penyakit cacar air ditandai dengan munculnya gejala yaitu sakit kepala,
demam, kelelahan ringan kemudian diikuti dengan munculnya ruam pada kulit dan
rasa gatal (Wicaksono et al., 2019), dan munculnya fase prodromal dengan klinis
gejala demam dan malaise diikuti erupsi dan muncul rash/ruam yang khas (Rosyidah
& Anam, 2020). Theresia & Hadinegoro, (2016) mengatakan bahwa meskipun gejala
klinis varisela tidak berat namun pada remaja, orang dewasa dan anak dengan status
imunitas menurun dapat meningkatkan angka kesakitan hingga kematian.
Sely et al., (2021) dalam penelitiinya menyatakan bahwa sangat sedikit sekali
angka kematian terjadi akibat penyakit cacar ini bahkan tergolong kecil, kecuali
adanya komplikasi. Rosyidah & Anam, (2020) menyebutkan bahwa kematian akibat
penyakit varicella atau cacar air dipengaruhi karena komplikasi yang timbul,
komplikasi umum yaitu infeksi sekunder oleh Staphylococcus atau Streptococcus,
komplikasi lain bisa ke organ target karena infeksi varisela bersifat sistemik, dan
komplikasi akut dari varisela bisa berupa sepsis bakteri, pneumonia, ensefalitis, dan
komplikasi perdarahan, serta komplikasi berat bahkan dapat menyebabkan kematian
pada kondisi imun sangat rendah. Sehingga perlu pengendalian kusus untuk
mengatasi penyeberan penyakit varicell ata cacar air tersebut.
Penularan kasus cacar air banyak menyerang terutama pada anak-anak, sifat
penularan yang begitu cepat sehingga dibutuhkan suatu cara pengendalian dalam
5
penyebaran penyakit cacar air supaya tidak menjadi wabah di masyarakat. Salah satu
pengendalian penularan cacar dengan pemberlakuan program vaksinasi, yang dimana
pemberian vaksin dalam tubuh bertujuan sebagai kekebalan aktif pada suatu penyakit.
Menurut CDC, (2018) vaksinasi dapat diberikan pada anak-anak yang berusia 12
bulan hingga 12 tahun, orang-orang yang berusia 13 tahun atau lebih yang belum
mendapat vaksin ini sebelumnya, dan seseorang yang belum pernah terjangkit cacar
air, harus diberikan 2 dosis dengan jarak minimum 28 hari. Diketahui tidak
didapatkan risiko akibat pemberian vaksin cacar air seperti halnya vaksin yang lain.
Penelitian ini dilakukan di RS WAVA HUSADA pada anak usia 10 bulan yang
terdiagnosis cacar air (varicella) di ruangan rawat inap C. Saat dilakukan pengkajian
klien terus mengeluhkan nyeri terasa panas, gatal. Sebelum mengalami cacar air klien
sempat demam dan timbul bintik-bintik kemerahan di area punggung saja, penyebaran
di sekujur tubuh waktu pasien MRS. Hasil observasi tubuh klien mengalami ruam
kemerahan dan terdapat bintik-bintik berisi cairan (vesikel), pasien juga terlihat susah
tidur, menangis dan rewel. Untuk mengatasi rasa sakit pada pasien, dokter
menyarakan untuk dilakukan tindakan pengobatan berupa zalf acyclovir. Tindakan
pemberian zalf ini dalakukan 3x sehari di ruang rawat inap isolasi, dan perawat
memberikan edukasi terkait rawat luka pada keluarga pasien untuk mengurangi risiko
infeksi.
6
a) Melakukan pengkajian dalam asuhan keperawatan pada pasien An. M
dengan indikasi varicella/cacar air di Ruang Rawat Inap C Rumah Sakit
Wava Husada Kepanjen.
Penulisan Karya Ilmiah Akhir Ners (KIAN) ini diharapkan dapat bermanfaat
dalam dua aspek yaitu:
1. Bagi rumah sakit, Penulisan karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat
memberi masukan atau saran dalam merencanakan asuhan keperawatan
pada pasien indikasi varicella/cacar air supaya tidak timbul masalah
baru.
7
2. Bagi institusi pendidikan, Hasil studi kasus ini diharapkan bermanfaat
bagi pembaca dan dapat diaplikasikan oleh mahasiswa perawat dalam
intervensi keperawatan secara mandiri.
3. Manfaat pasien, Dapat menambah ilmu pengetahuan pada ibu pasien
dalam menurunkan angka penularan varicella/cacar air pada orang lain
dan dapat memberikan inovasi baru bagi ibu pasien yang dapat
diterapkan.
4. Bagi perawat, Sebagai salah satu dasar untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan terutama dalam memberikan intervensi keperawatan
mandiri serta mengembangkan keterampilan perawat dalam pelaksanaan
tindakan.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
10
varisela yang lain. Kinerja dari pengobatan penyakit ini adalah dengan cara
membunuh semua penyebab penyakit cacar air (Yanti & Santiyasa, 2015).
Menurut Ana Solikah, (2019) menyatakan bahwa penyebab cacar air adalah
karena infeksi virus yang disebut virus varicella zoster (VZV), virus yang ditularkan
oleh manusia melalui percikan air liur atau dari cairan yang berasal dari lepuh kulit
orang yang menderita cacar air. Seseorang yang terinfeksi virus cacar air varicella
zoster dapat berhasil menularkan cacar air kepada orang lain di sekitarnya, yang
ditandai dengan munculnya lepuh pada kulit hingga lepuh kulit yang terakhir
mengering. Selain itu, ada juga beberapa penyebab cacar air, yaitu:
b) Paparan cairan dari penderita cacar air, seperti keringat, bersin dan batuk.
Ada beberapa faktor yang membuat seseorang rentan terkena penyakit cacar.
Diantaranya adalah:
b) Belum pernah divaksinasi cacar air terutama diberikan pada ibu hamil karena
hal ini akan sangat berguna untuk melindungi janin
c) Berada di ruangan tertutup selama lebih dari satu jam dengan penderita cacar
air, hal ini akan memudahkan virus menginfeksi Anda melalui udara bersama
d) Daya tahan tubuh terhadap serangan cukup lemah, sehingga virus mudah
diserang
e) Tinggal di bawah satu atap dengan anak-anak yang berusia kurang dari
10 tahun
Beberapa cara dalam pencegahan penyebaran penyakit varicella (cacar air) menurut
(Fay, 2014) mengatakan bahwa:
11
Vaksin cacar air direkomendasikan untuk semua anak pada usia 18 bulan, serta
untuk anak-anak di tahun pertama sekolah menengah, jika mereka belum
menerima vaksin cacar air dan belum pernah menderita cacar air
Orang yang berusia 14 tahun ke atas yang kurang mempunyai kekebalan tubuh
yang baik juga disarankan untuk diberikan vaksin tersebut. Pemberian vaksin
adalah 2 dosis, diantaranya sampai bulan. Vaksin ini sangat disarankan khususnya
bagi orang yang mempunyai risiko tinggi, seperti petugas kesehatan, orang yang
tinggal dengan atau dengan anak kecil, wanita yang berencana hamil, dan kontak
rumah tangga yang mengalami imunosupresi.
c) Mulut dan hidung penderita cacar air harus ditutup saat batuk atau bersin,
membuang tisu kotor ke tempat sampah tertutup, mencuci tangan dengan benar
menggunakan sabun tangan yang baik dan tidak berbagi peralatan makan,
makanan atau gelas.
Wanita hamil harus mengisolasi diri dari siapa pun yang menderita cacar air atau
herpes zoster dan harus mengunjungi dokter jika mereka telah melakukan kontak
dekat dengan seseorang yang menderita penyakit tersebut
Anak-anak yang menderita penyakit leukimia atau kekurangan imunitas atau
sedang menjalani kemoterapi harus menahan diri dari siapapun yang menderita
cacar air atau ruam saraf . Kuman cacar air dapat menyebabkan infeksi yang lebih
parah pada anak-anak tersebut
Dinjurkan untuk Mengkonsumsi makanan bergizi, Makanan bergizi membuat
tubuh sehat dan memiliki stamina yang kuat sehingga dapat menangkal infeksi
kuman penyakit
g) Mencegah diri dari dekat dengan sumber penularan cacar air, Imunoglobulin
varicella zoster dapat mencegah (atau setidaknya meringankan) terjadinya cacar
air, jika diberikan dalam waktu maksimal 96 jam sebelum paparan. dan juga
untuk bayi baru lahir yang ibunya menderita cacar air beberapa waktu sebelum
atau sesudah melahirkan
2.1.5 Tanda Gejala Varicella (Cacar Air)
Menurut Ana Solikah, (2019) menyebutkan bahwa terdapat beberapa tanda
gejala varicella/cacar air seperti :
a) Awalnya penderita akan merasa sedikit demam, pilek, cepat merasa lelah,
lesu, dan lemas. Gejala-gejala ini khas untuk infeksi virus.Pada kasus yg lebih
12
berat,
13
bisa didapatkan nyeri sendi, sakit kepala dan pusing. Beberapa hari kemudian,
muncul kemerahan kecil pada kulit, yang biasanya pertama kali ditemukan di
sekitar dada dan perut atau punggung dan kemudian muncul di kaki dan
wajah.
b) Kemerahan pada kulit ini kemudian berubah menjadi lentingan berisi cairan
dengan dinding tipis, ruam kulit mungkin sangat menyakitkan atau gatal
sehingga penderita tidak sengaja menggaruknya, jika lentingan ini dibiarkan,
15
2.1.7 Pathway Varicella (Cacar Air)
Nyeri Kepala
Terjadi ulkus pada
mukosa > Kehilanagan
Nyeri Akut nafsu makan
Gangguan Rasa Nyaman
Defisit nutrisi
Bradikinin > Merangang
Reseptor nyeri > Respon
nyeri > Nyeri bagian Anoreksia
tubuh karena aktivitas
16
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang Varicella (Cacar Air)
Menurut Rosyidah & Anam, (2020) menyatakan dalam penelitiannya bahwa
dalam hal ini tidak dilakukan pemeriksaan penunjang. Diagnosis ditegakkan
berdasarkan anamnesis, terdapat keluhan demam, malaise, dan sakit kepala.
Kemudian diikuti munculnya lesi kulit berupa papula eritematosa yang dalam
beberapa jam berubah menjadi vesikel dan disertai rasa gatal. Dalam hal ini juga
terdapat faktor risiko kontak dengan penderita varisela lain di sekolah. Sedangkan
pada pemeriksaan fisik ditemukan tanda-tanda patognomonik yang khas dari varisela.
Investigasi dilakukan jika timbul komplikasi.
Menurut Wijanarko, (2021) menyebutkan bahwa ada beberapa pemeriksaan
penunjang dapat dilakukan apabila terdapat komplikasi :
1. Pemeriksaan Tzank smear untuk mengetahui adanya sel datia berinti banyak.
Hal ini dilakukan dengan mengikis dasar vesikel, membuat apusan
menggunakan pewarnaan Giemsa, Hematoxylin Eosin, atau pewarnaan
lainnya.1,2 Pemeriksaan ini tidak spesifik dengan sensitivitas 60%.
1. Pertahankan kebersihan yang baik termasuk mandi setiap hari, perawatan kulit
yang cermat, dan pemangkasan kuku.
5. Lini kedua adalah foscarnet (analog dari pirofosfat) terutama untuk kasus
VVZ yang tahan nukleosida. Baris ketiga adalah cidofovir. Pada kasus
18
dengan
19
komplikasi pneumonia, asiklovir (dalam 36 jam rawat inap) dapat diberikan
10- 15 mg/kgBB secara intravena (iv) setiap 8 jam selama 7-10 hari serta
bantuan pernapasan. Komplikasi lain seperti ensefalitis, meningoensefalitis,
mielitis, dan komplikasi okular juga diobati dengan asiklovir IV.
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Varicella (Cacar Air)
2.2.1 Pengkajian
a) Keluhan utama
Penderita merasakan nyeri yang hebat, terutama pada area kulit yang
mengalami peradangan berat dan vesikulasi yang hebat, selain itu juga
terdapat lesi/vesikel perkelompok dan penderita juga mengalami demam.
Tanyakan kepada penderita ada atau tidak anggota keluarga atau teman
dekat yang terinfeksi virus ini.
e) Riwayat psikososial
Kaji respon pasien terhadap penyakit yang diderita serta peran dalam
keluarga dan masyarakat, respon dalam keluarga maupun masyarakat.
Pola Kehidupan
Apakah pasien mengeluh merasa cemas, tidak bisa tidur karena nyeri, dan gatal.
Pola nutrisi dan metabolik
Dengan adanya nyeri dan gatal yang dirasakan, terjadi penurunan pola akifitas
pasien.
Pola hubungan dan peran
1.2.2Pengkajian Fisik
Pengkajian fisik
Keadan umum
21
c. Mata : Posisi simetris, pupil isokor, tidak terdapat massa dan nyeri
tekan, tidak ada penurunan penglihatan.
e. Telinga :
Inspeksi :
h. Thorak :
Bentuk : simetris
Pernafasan : regular
22
j. Reproduksi : Pada pemeriksaan genitalia pria, daerah yang perlu
diperhatikan adalah bagianglans penis, batang penis, uretra, dan
daerah anus. Sedangkan pada wanita,daerah yang perlu
diperhatikan adalah labia mayora dan minora, klitoris, introitus
vagina, dan serviks Jika timbul lesi, catat jenis, bentuk, ukuran /
23
`
Adapun perencanaan pengambilan diagnosis keperawatan, luaran, dan intervensi berdasarkan buku Standart Diagnosis Keperawatan
Indonesia (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016), buku Standart Luaran Keperawatan Indonesia (Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2016), dan buku
Standart Intervensi Keperawatan Indonesia (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2016). Berikut diagnosa berserta rencana intervensi yang dapat diambil
pada diagnosa medis anak dengan varicella/cacar air.
Diagnosa Luaran Intervensi
Nyeri Akut : D.0077 Tingkat nyeri : L.08066 Intervensi Utama
(pengalaman sensorik
(Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan atau emosional yang Manajemen Nyeri (I. 08238)
kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset berkaitan dengan 1. Observasi
mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang kerusakan jaringan aktual
berlangsung kurang dari 3 bulan) atau fungsional, dengan lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
onset mendadak atau kualitas, intensitas nyeri
Penyebab lambat dan berintensitas Identifikasi skala nyeri
ringan hinga berat dan
Identifikasi respon nyeri non verbal
1. Agen pencedera fisiologis (mis. infarmasi, lakemia, konstan)
Identifikasi faktor yang memperberat dan
neoplasma)
memperingan nyeri
2. Agen pencedera kimiawi (mis. terbakar, bahan kimia iritan) Ekspektasi : Menurun
Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
3. Agen pencedera fisik (mis.abses, amputasi, terbakar, Kriteria hasil :
tentang nyeri
terpotong, mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan 1. Kemampuan
Identifikasi pengaruh budaya terhadap
fisik berlebihan) menuntaskan aktivitas
respon nyeri
2. Keluhan nyeri
24
3. Meringis Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas
4. Sikap protektif hidup
Gejala dan Tanda Mayor 5. Gelisah Monitor keberhasilan terapi komplementer
6. Kesulitan tidur yang sudah diberikan
Subjektif 7. Menarik diri Monitor efek samping penggunaan
8. Berfokus pada diri analgetik
(tidak tersedia) sendiri
9. Diaforesis 2. Terapeutik
10. Perasaan depresi
(teterkan) Berikan teknik nonfarmakologis untuk
Objektif 11. Perasaan takut mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
mengalami cidera hypnosis, akupresur, terapi musik,
1. Tampak meringis berulang biofeedback, terapi pijat, aroma terapi,
2. Bersikap protektif (mis. waspada, posisi menghindari nyeri) 12. Anoreksia teknik imajinasi terbimbing, kompres
3. Gelisah 13. Perineum terasa hangat/dingin, terapi bermain)
4. Frekuensi nadi meningkat tertekan Control lingkungan yang memperberat rasa
5. Sulit tidur 14. Uterus teraba nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan,
membulat kebisingan)
15. Ketegangan otot Fasilitasi istirahat dan tidur
16. Pupil dilatasi Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
gejala dan Minor dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
17. Muntah
18. Mual
Subjektif 3. Edukasi
19. Frekuensi nadi
20. Pola nafas
(tidak tersedia) Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
21. Tekanan darah
nyeri
22. Proses berpikir
25
23. Fokus Jelaskan strategi meredakan nyeri
24. Fungsi berkemih Anjurkan memonitor nyri secara mandiri
Objektif 25. Perilaku Anjurkan menggunakan analgetik secara
26. Nafsu makan tepat
1. Tekanan darah meningkat 27. Pola tidur Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
2. pola napas berubah mengurangi rasa nyeri
3. nafsu makan berubah
4. proses berpikir terganggu 4. Kolaborasi
5. Menarik diri
6. Berfokus pada diri sendiri Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
7. Diaforesis
26
Monitor efektifitas analgesik
2. Terapeutik
3. Edukasi
4. Kolaborasi
Intervensi pendukung
Aromaterapi
27
Dukungan hipnsis diri
Dukungan pengungkapan kebutuhan
Edukasi efek samping obat
Edukasi manajemen nyeri
Edukasi proses penyakit
Edukasi teknik napas
Kompres dingin
Kompres hangat
Konsultasi
Latihan pernapasan
Manajemen efek samping obat
Manajemen kenyamanan lingkungan
Manajemen medikasi
Manajemen sedasi
Manajemen terapi radiasi
Pemantauan nyeri
Pemberian obat
Pemberian obat intravena
Pemberian obat oral
Pemberian obat itopikal
Pengaturan posisi
Perawatan amputasi
Perawatan kenyamanan
Teknik distraksi
Teknik imajinasi terbimbing
Terapi akupresur
28
Terapi akupuntur
Terapi bantuan hewan
Terapi humor
Terapi murottal
Terapi musik
Terapi pemijatan
Terapi relaksasi
Terapi sentuhan
Transcutaneus electrical nerve stimulation
(TENS)
29
Gejala dan Tanda Mayor 8. Kutis memorata mengalami hiperhidrosiis
9. Pucat Lakukan pendinginan eksternal
Subjektif 10. Takikardi Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
11. Takipnea Berikan oksigen
1. (tidak tersedia) 12. Bradikardi 3. Edukasi
13. Dasar kuku sianotik Anjurkan tirah baring
Objektif 14. Hipoksia 4. Kolaborasi
15. Suhu tubuh Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit
1. Suhu tubuh diatas nilai normal 16. Suhu kulit intravena
17. Kadar glukosa darah
Gejala dan Tanda Minor
18. Pengisian kapiler Regulasi temperatur (I.14578)
19. Ventilasi 1. Observasi
Subjektif
20. Tekanan darah Monitor suhu stabil
Monitor suhu tubuh tiap 2 jam
1. (tidak tersedia)
Monitor tekanan darah, frekuensi
Objektif pernapasan dan nadi
Monitor warna dan suhu kulit
1. Kulit merah Monitor dan catat tanda dan gejala
2. Kejang hipotermia atau hipertermia
3. Takikardi 2. Terapeutik
4. Takipnea Pasang alat pemantauan suhu kontinu, jika
5. Kulit terasa hangat perlu
Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang
Kondisi Klinis Terkait adekuat
Bedong bayi segera setelah lahir, untuk
mencegah kehilangan panas
30
1. Proses infeksi Masukkan bayi BBLR ke dalam plastic
2. Hipertiroid segera setelah lahir ( mis. bahan
3. Stroke polyethylene, poly urethane)
4. Dehidrasi Gunakan topi bayi untuk memcegah
5. Trauma kehilangan panas pada bayi baru lahir
6. Prematuritas Tempatkan bayi baru lahir di bawah
radiant warmer
Pertahankan kelembaban incubator 50 %
atau lebih untuk mengurangi kehilangan
panas Karena proses evaporasi
Atur suhu incubator sesuai kebutuhan
Hangatkan terlebih dahulu bhan-bahan
yang akan kontak dengan bayi (mis.
seelimut,kain bedongan,stetoskop)
Hindari meletakkan bayi di dekat jendela
terbuka atau di area aliran pendingin
ruangan atau kipas angin
Gunakan matras penghangat, selimut
hangat dan penghangat ruangan, untuk
menaikkan suhu tubuh, jika perlu
Gunakan kasur pendingin, water
circulating blanket, ice pack atau jellpad
dan intravascular cooling catherization
untuk menurunkan suhu
Sesuaikan suhu lingkungan dengan
kebutuhan pasien
31
3. Kolaborasi
Jelaskan cara pencegahan heat
exhaustion,heat stroke
Jelaskan cara pencegahan hipotermi karena
terpapar udara dingin
Demonstrasikan teknik perawatan metode
kangguru (PMK) untuk bayi BBLR
4. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian antipiretik jika perlu
Intervensi pendukung
Edukasi analgesia terkontrol
Edukasi dehidrasi
Edukasi pengukuran suhu tubuh
Edukasi program pengobatan
Edukasi terapi cairan
Edukasi termoregulasi
Kompres dingin
Manajemen cairan
Manajemen kejang
Pemantauan cairan
Pemberian obat
Pemberian obat intravena
Pemberian obat oral
Pencegahan hipertermi keganasan
32
Perawatan sirkulasi
Promosi teknik kulit ke kulit
33
9. Kelembaban 13. Abrasi kornea kulit kering
14. Suhu kulit
10. Proses penuaan 15. Sensasi Edukasi
16. Tekstur
11. neuropati perifer 17. Pertumbuhan rambut Anjurkan menggunakan pelembab (mis.
Lotin, serum)
12. Perubahan pigmentasi Anjurkan minum air yang cukup
Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
13. Perubahan hormonal Anjurkan meningkat asupan buah dan saur
Anjurkan menghindari terpapar suhu
14. Kurang terpapar informasi tentang ektrime
upaya mempertahankan/melindungi Anjurkan menggunakan tabir surya SPF
integritas jaringan minimal 30 saat berada diluar rumah
Subjektif Observasi
34
Subjektif Cukur rambut di sekitar daerah luka, jika
perlu
(tidak tersedia) Bersihkan dengan cairan NACL atau
pembersih non toksik,sesuai kebutuhan
2.Perdarahan Bersihkan jaringan nekrotik
Berika salep yang sesuai di kulit /lesi, jika
3.Kemerahan perlu
Pasang balutan sesuai jenis luka
4.Hermatoma Pertahan kan teknik seteril saaat
perawatan luka
Obektif Ganti balutan sesuai jumlah eksudat dan
drainase
1.Nyeri Jadwalkan perubahan posisi setiap dua
jam atau sesuai kondisi pasien
Kondisi klinis terkait
Berika diet dengan kalori 30-35
kkal/kgBB/hari dan protein1,25-1,5
1.Imobilisasi
g/kgBB/hari
Berikan suplemen vitamin dan mineral
2.Gagal jantung kongestif
(mis vitamin A,vitamin C,Zinc,Asam
amino),sesuai indikasi
3.Gagal ginjal
Berikan terapi TENS(Stimulasi syaraf
transkutaneous), jika perlu
4.Diabetes melitus
Edukasi
5.Imunodefisiensi (mis.AIDS)
Jelaskan tandan dan gejala infeksi
35
Keterangan Anjurkan mengonsumsi makan tinggi
kalium dan protein
Dispesifikkan menjadi kulit atau jaringan Ajarkan prosedur perawatan luka secara
Kulit hanya terbatas pada deremis dan epidermis,sedangkan mandiri
jaringan meliputi tidak hanya kulit tetapi juga
mukosa,kornea,fasia,otot,tendon,tulang,kartilago,kapsul Kolaborasi
sendi dan/atau ligamen
Kolaborasi prosedur debridement(mis:
enzimatik biologis mekanis,autolotik), jika
perlu
Kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu
36
Kerusakan integritas kulit,
6. Nyeri paha anterolateral
Perubahan sekresi pH, 7. Bengkak Dokumentasikan informasi vaksinasi
Penurunan kerja siliaris, 8. Vesikel Jadwalkan imunisasi pada interval waktu
Ketuban pecah lama, 9. Cairan berbau busuk yang tepat
Ketuban pecah sebelum waktunya, 10. Sputum berwarna 3. Edukasi
Merokok, hijau Jelaskan tujuan, manfaat, resiko yang
statis cairan tubuh. 11. Drainase purulen terjadi, jadwal dan efek samping
6. Ketidakdekuatan pertahanan tubuh sekunder : 12. Puina Informasikan imunisasi yang diwajibkan
13. Periode malaise pemerintah
14. Periode menggigil Informasikan imunisasi yang melindungi
Penurunan homolobin, 15. Letargi terhadap penyakit namun saat ini tidak
Imununosupresi, 16. Gangguan kognitif diwajibkan pemerintah
Leukopenia, 17. Kadar sel darah putih Informasikan vaksinasi untuk kejadian
Supresi respon inflamasi, 18. Kultur darah khusus
Vaksinasi tidak adekuat. 19. Kultur urin Informasikan penundaan pemberian
20. Kultur sputum imunisasi tidak berarti mengulang jadwal
21. Kultur area luka imunisasi kembali
22. Kultur feses Informasikan penyedia layanan pekan
Kondisi Klinis Terkait imunisasi nasional yang menyediakan
vaksin gratis
1. AIDS.
2. Luka bakar.
3. Penyakit paru obstruktif.
Pencegahan infeksi (I.14539)
4. Diabetes melitus.
1. Observasi
5. Tindakan invasi.
Identifikasi riwayat kesehatan dan riwayat
6. Kondisi penggunaan terapi steroid.
alergi
37
7. Penyalahgunaan obat. Identifikasi kontraindikasi pemberian
8. Ketuban Pecah Sebelum Waktunya (KPSW). imunisasi
9. Kanker. Identifikasi status imunisasi setiap
10. Gagal ginjal. kunjungan ke pelayanan kesehatan
11. Imunosupresi. 2. Terapeutik
12. Lymphedema. Berikan suntikan pada pada bayi dibagian
13. Leukositopedia. paha anterolateral
14. Gangguan fungsi hati. Dokumentasikan informasi vaksinasi
Jadwalkan imunisasi pada interval waktu
yang tepat
3. Edukasi
Jelaskan tujuan, manfaat, resiko yang
terjadi, jadwal dan efek samping
Informasikan imunisasi yang diwajibkan
pemerintah
Informasikan imunisasi yang melindungi
terhadap penyakit namun saat ini tidak
diwajibkan pemerintah
Informasikan vaksinasi untuk kejadian
khusus
Informasikan penundaan pemberian
imunisasi tidak berarti mengulang jadwal
imunisasi kembali
Informasikan penyedia layanan pekan
imunisasi nasional yang menyediakan vaksin
gratis
38
Intervensi pendukung
Dukungan pemeliharaan rumah
Dukungan perawatn diri : mandi
Edukasi pencegahan luka tekan
Edukasi seksualitas
Induksi persalinan
Latihan batuk efektif
Manajemen jalan napas
Manajemen lingkungan
Manajemen nutrisi
Manajemen medikasi
Pemantauan elektrolit
Pemantauan nutrisi
Pemantauan tanda vital
Pemberian obat
Pemberian obat intravena
Pemberian obat oral
Pencegahan luka tekan
Pengaturan posisi
Perawatan amputasi
Perawatan area insisi
Perawatan kehamilan resiko tinggi
Perawatan luka
Perawatan luka bakar
39
Perawatan luka tekan
Perawatan pascapersalinan
Perawatan perineum
Perawatan persalinan
Perawatan persalinan resiko tinggi
Perawatan selang
Perawatan selang dada
Perawatan selang gastrointestinal
Perawatan selang umbilikal
Perawatan sirkumsisi
Perawatan skin graft Perawatan terminasi
kehamilan
40
7. Gangguan adaptasi kehamilan 3. Dukungan sosial dari Identifikasi pengaruh budaya
keluarga terhadap respon nyeri
4. Dukungan sosial dari Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas
teman hidup
Gejala dan Tanda Mayor 5. Perawatan sesuai Monitor keberhasilan terapi komplementer
kebutuhan yang sudah diberikan
Subjektif 6. Kebebasan melakukan Monitor efek samping penggunaan
ibadah analgetik
1. mengeluh tidak nyaman 7. Rileks
8. Keluhan tidak nyaman 2. Terapeutik
9. Gelisah
10. Kebisingan Berikan teknik nonfarmakologis untuk
Objektif mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
11. Keluhan sulit tidur
12. Keluhan kedinginan hypnosis, akupresur, terapi musik,
1. Gelisah biofeedback, terapi pijat, aroma terapi,
13. Keluhan kenyamanan
14. Gatal mual teknik imajinasi terbimbing, kompres
15. Lelah hangat/dingin, terapi bermain)
16. Merintih Control lingkungan yang memperberat rasa
Gejala dan Tanda Minor
17. Menangis nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan,
18. Iritabilitas kebisingan)
Subjektif
19. Menyalahkan diri Fasilitasi istirahat dan tidur
sendiri Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
1. Mengeluh sulit tidur
20. Konfusi dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
2. Tidak mampu rileks
3. Mengeluh kedinginan/kepanasan 21. Konsumsi alkohol
3. Eduaksi
4. Merasa gatal 22. Penggunaan zat
23. Percobaan bunuh diri
41
5. Mengeluh mual 24. Memori masa lalu
6. Mengeluh lelah 25. Suhu ruangan Jelaskan penyebab, periode, dan
26. Pola eliminasi pemicu nyeri
27. Postur tubuh Jelaskan strategi meredakan nyeri
28. Kewaspadaan Anjurkan memonitor nyri secara mandiri
Objektif 29. Pola hidup Anjurkan menggunakan analgetik secara
30. Pola tidur tepat
1. Menunjukan gejala distres Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
2. Tampak merintih/menangis mengurangi rasa nyeri
3. Pola eliminasi berubah
4. Postur tubuh berubah 4. Kolaborasi
5. Iritabilitas
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
2. Terapeutik
42
Jadwalkan secara tertulis untuk perubahan
posisi
3. Edukasi
2. Terapeutik
43
Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa
gangguan dengan pencahayaan dan suhu
ruang nyaman, jika memungkinkan
Berikan informasi tertulis tentang
persiapan dan prosedur teknik
relaksasi
Gunakan pakaian longgar
Gunakan nada suara lembut dengan irama
lambat dan berirama
Gunakan relaksasi sebagai strategi
penunjang dengan analgetik atau
tindakan medis lain, jika sesuai
3. Edukasi
44
Demonstrasikan dan latih teknik
relaksasi (mis. napas dalam,
pereganganm atau imajinasi terbimbing )
Intervensi pendukung
Dukungan hipnosis diri
Dukungan pengungkapanm kebutuhan
Edukasi aktivitas/istirahat
Eduaksi efek samping obat
Edukasi keluarga : manajemen nyeri
Edukasi kemoterapi
Edukasi kesehatan
Edukasi latihan fisik
Edukasi manajemen stress
Edukasi manajemen nyeri
Eduaksi penyakit
Edukasi perawatan kehamilan
Edukasi perawatan perineum
Edukasi perawatan stoma
Edukasi teknik napas
Kompres dingin
Kompres panas
Konseling perawatan
Latihan berkemih
45
Latihan eliminasi fekal latihan pernapasan
Latihan rehabilitasi
Latihan rentang gerak
Manajemen efek samping obat
Manajemen hipertermia
Manajemen hipotermia
Manajemen kenyamanan lingkungan
Manajemen mual
Manajemen muntah
Manajemen nyeri akut
Manajemen nyeri kronik
Manajemen nyeri parsalinan
Manajemen stress
Manajemen terapi radiasi
Manajemen trauma perkosaan
Pemantauan nyeri
Pemberian obat
Pencegahan hipertermi keganasan
Penjahitan luka
Perawatan amputasi
Perawtan area insisi
Perawatan inkontinensia fekal
Inkontinensia urin
Perawatan kehamilan
Perawatan kenyamanan
Perawatan pascapersalinan
46
Perawtan perineum
Perawatan rambut
Perawatan seksio sesaria
Teknik latihan penguatan otot dan sendi
Terapi pemijatan
Terapi relaksasi
Nausea : D.0076 Tingkat nausea : Intervensi utama
(Perasaan tidak nyaman pada bagian belakang tenggorokan atau L.08065 Manajemen mual (I. 03117)
lambung yang dapat mengakibatkan muntah) 1. Observasi
(perasaan tidak nyaman
Penyebab pada bagian belakang Identifikasi pengalaman mual
tenggorok atau lambung Identifikasi isyarat nonverbal ketidak
1. Gangguan biokimiawi (mis. uremia, ketoasidosis diabetik) yang dapat nyamanan (mis. Bayi, anak-anak, dan
2. Gangguan pada esofagus mengakibatkan muntah) mereka yang tidak dapat
3. distensi lambung berkomunikasi secara efektif)
4. Iritasi lambung Ekspektasi : menurun Identifikasi dampak mual terhadapkualitas
5. Gangguan pamkreas Kriteria hasil : hidup (mis. Nafsu makan, aktivitas,
6. Peregangan kapsul limpa 1. Nafsu makan kinerja, tanggung jawab peran, dan tidur)
7. Tumor terlolisasi (mis. neuroma akustik, tumor otak primer 2. Keluhan mual Identifikasi faktor penyebab mual (mis.
atau sekunder, metastasis tulang di dasr tengkorak) 3. Perasaan ingin muntah Pengobatan dan prosedur)
8. peningkatan tekanan intraabdominal (mis. keganasan 4. Perasaan asam di mulut Identifikasi antiemetik untuk mencegah
intraabdomen) 5. Sensasi panas mual (kecuali mual pada kehamilan)
9. Peningkatan tekanan intrakranial 6. Sensasi dingin Monitor mual (mis. Frekuensi, durasi,
10. Peningkatan tekanan intraorbital (mis. glaukoma) 7. Frekuensi menelan dan tingkat keparahan)
11. Mabuk perjalanan 8. Diaforesis Monitor asupan nutrisi dan kalori
12. Kehamilan 9. Jumlah saliva
47
13. Aroma tidak sedap 10. Pucat 2. Terapeutik
14. Rasa makanan/minuman yang tidak enak 11. Takikardia
15. Stimulus penglihatan tidak menyenangkan 12. Dilatasi pupil Kendalikan faktor lingkungan
16. Faktor psikologis (mis. kecemasan, ketakutan, stres) penyebab mual (mis. Bau tak sedap,
17. Efek agen farmakologis suara, dan rangsangan visual yang tidak
18. Efek toksin menyenangkan)
Kurangi atau hilangkan keadaan penyebab
mual (mis. Kecemasan, ketakutan,
kelelahan)
Gejala dan Tanda Mayor Berikan makan dalam jumlah kecil dan
menarik
Subjektif Berikan makanan dingin, cairan bening,
tidak berbau dan tidak berwarna, jika
1. Mengeluh mual perlu
2. Merasa ingin muntah
3. Tidak berminat makan 3. Edukasi
48
Gejala dan Tanda Minor 4. Kolaborasi
49
5. Ulkus petikum Kurangi atau hilangkan penyebab
6. Penyakit esofagus muntah(mis. Kecemasan, ketakutan)
7. Tumor intaabdomen Atur posisi untuk mencegah aspirasi
8. Penyakit meniere Pertahankan kepatenan jalan nafas
9. Neuroma akustik Bersihkan mulut dan hidung
10. Tumor otak Berikan dukungan fisik saat muntah (mis.
11. Kanker Membantu membungkuk atau
12. Glaukoma menundukkan kepala)
Berikan kenyamanan selama muntah (mis.
Kompres dingin di dahi atau sediakan
pakaian kering dan bersih)
Berikan cairan yang tidak mengandung
karbonasi minimal 30 menit setelah
muntah
3. Edukasi
Anjurkan membawa kantong plastic untuk
menampung muntah
Anjurkan memperbanyak istirahat
Ajarkan penggunaan teknik
nonfarmakologis untuk mengelola muntah
(mis. Biofeedback, hypnosis, relaksasi,
terapi music, akupresur)
4. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian antiemetik, jika
perlu
50
Intervensi pendukung
Dukungan hipnosis diri
Edukasi efek samping obat
Eduaksi kemoterapi
Edukasi manajemen nyeri
Edukasi perawatan kehamilan
Edukasi teknik napas
Manajemen efek samping obat
Manajemen kemoterapi
Manajemen nyeri
Manajemen stress
Pemberian obat
Pemberian obat intravena
Pemberian obat oral
Terapi akupresur
Terapi akupuntur
Terapi relaksasi
51
2.2.3 Implementasi
Varicella zoster virus (VZV), termasuk human herpesvirus tipe 3, dengan sifat
penularan tinggi. Manusia adalah satu satunya host yang dikenal (Gershon et. al., 2015).
Insiden dan memberat seiring peningkatan usia (Weinberg et al., 2017). Penyebaran
virus melalui droplet saluran pernafasan, virus dari vesikel yang terbang di udara, atau
kontak langsung dengan lesi kulit (Blair, 2019). Fase menular dimulai 1 hingga 2 hari
sebelum munculnya ruam dan berlanjut sampai semua lesi berubah menjadi krusta,
sekitar 7 hari (dari hari ke 3-7 sesudah lesi kulit muncul) (Sondakh et al., 2015; Blair,
2019).
Siklus hidup VZV hingga menyebabkan infeksi varisela dapat dilihat pada
gambar 1.
Distribusi lesi di sentral tubuh, badan, muka dan seluruh tubuh. Satu vesikel
berisi koloni virus dikelilingi oleh sel polimononuklear. Jumlah lesi seluruh tubuh rata-
rata sekitar 300 (10–1500). Hal penting yang perlu diperhatikan adalah selama periode
inkubasi virus ada di saluran pernafasan dan kondisi ini sangat rentan terjadi penularan
ke orang lain, fase ini sebelum rash muncul (Papaloukas et al., 2014). Centers for
Disease Control and Prevention (CDC) merekomendasikan agar anak-anak dengan
varisela tetap tinggal di rumah selama enam hari setelah onset ruam muncul (CDC,
2010).
Proses berakhir, vesikel menjadi umbilicated, berisi cairan keruh, dan menjadi
krusta. Tahap penyembuhan lesi memiliki beberapa variasi. Anak-anak yang sehat dan
tidak divaksinasi memiliki rata-rata 200 hingga 500 lesi. Lesi biasanya tidak menyisakan
bekas/skar kecuali jika lesi terinfeksi atau terjadi ekskoriasi. Setelah semua lesi
mengering dan berubah menjadi krusta, anak-anak dapat kembali ke sekolah (Blair,
2019). Vesikel yang berisi cairan mengandung banyak virus, sedangkan pada lesi yang
mengering tidak menular. Orang yang pernah menderita varisela telah terbentuk
kekebalan sehingga jarang terjadi serangan kedua (Sondakh et al., 2015). Pada tahap
penyembuhan lesi berkrusta(Papaloukas et al., 2014).
3.3 PENYELESAIAN
Terapi dengan acyclovir peroral, atau famciclovir, atau valaciclovir dimulai sejak
24 jam saat lesi pada kulit muncul (Theresia, 2010 ; Gershon et al., 2015). Bila asiklovir
diberikan dalam 24 jam pertama timbulnya ruam, secara signifikan dapat mengurangi
hari lamanya demam, memperpendek lama sakit, mengurangi jumlah lesi, tapi tidak
mengurangi komplikasi varisela (Theresia, 2010).
Acyclovir merupakan agen yang digunakan untuk terapi infeksi yang disebabkan
oleh herpes simplex virus (HSV). mukokutan HSV, herpes zoster (shingles), dan
varicella-zoster (varisela). Dosis pemberian untuk pasien imunokompeten adalah 800
mg peroral dengan frekuensi 4-5 kali selama 5 sampai 7 hari. Untuk lesi terbatas pada
mukokutan pemberian acyclovir cukup peroral. Pada wanita hamil, pemberian acyclovir
dapat melewati sawar plasenta (Taylor and Gerriets, 2019). Asiklovir tidak dianjurkan
diberikan secara rutin pada anak varisela tanpa penyulit, karena ada pendapat bahwa
kemungkinan terjadinya resistensi terhadap asiklovir dan menganggu imunitas serta
masalah biaya yang mahal (Theresia, 2010).
Meski acyclovir merupakan drug of choice tata laksana varisela, namun antiviral
ini dapat menyebabkan efek samping. Efek samping yang mungkin muncul pada terapi
acyclovir antara lain, malaise, inflamasi atau phlebitis pada lokasi infus, nausea,
vomitus, rash (termasuk Steven-Johnson syndrome), diare, sakit kepala, sakit perut,
kebingungan, agitasi, alopesia, anafilaksis, anemia, angioedema, anoreksia, ataksia,
koma, disseminated intravascular coagulation (DIC), pusing dan kelelahan. Pada pasien
anak acyclovir dapat menurunkan kadar hemoglobin dan hitung jenis netrofil absolut
(Taylor and Gerriets, 2019).
Langkah pencegahan yang cukup efektif dalam menghindari terjadinya cacar air
adalah dengan menjalani vaksinasi cacar air. Vaksinasi ini dianjurkan untuk anak kecil
dan orang dewasa yang belum melakukan vaksinasi. Pada anak kecil, penyuntikan
vaksin Varicella atau cacar air pertama dilakukan pada umur 12 hingga 15 bulan, dan
penyuntikan lanjutan dilakukan ketika anak berusia 2 hingga 4 tahun. Sedangkan anak
yang lebih besar dan dan orang dewasa perlu mendapat 2 (dua) kali vaksinasi, dengan
perbedaan waktu setidaknya 28 hari.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
1. Varicella adalah suatu kata dalam bahasa Latin yang mempunyai arti dalam bahasa
Indonesia yaitu cacar air . Sedangkan di luar negeri terkenal dengan istilah chicken-pox.
Cacar air adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh virus Varicella zoster,
ditandai oleh erupsi yang khas pada kulit.
2. Masa inkubasi berlangsung sekitar 14 hari, dimana virus akan menyebar ke kelenjar
limpa, kemudian menuju ke hati dan sel-sel mononuclear.
3. Berdasarkan distribusi dan frekuensi cacar air dibagi tiga yakni menurut orang,
menurut tempat, dan menurut waktu.
Berdasarkan penjelasan saya di bagian patologi dan genesis, cacar air dapat dapat terjadi
pada semua orang pada golongan umur, jenis kelamin, umur pemberian vaksin,
pendidikan, status gizi, imunisasi dan imunitas, penyebeb penyakit, serta lingkungan.
4.2 SARAN
Melalui makalah ini saya mengharapkan para pembaca dapat menyampaikan isi
dari makalah tersebut kepada masyarakat yang belum mendapatkan informasi apa dan
bagaimana cara menghadapi dan mengobati serta mencegah penularan cacar air
(varisela) tersebut dan 19 masyarakat juga dapat lebih meningkatkan derajat
kesehatannya, menjaga kebersihan diri dan lingkungannya untuk lebih dini pencegahan
penularan penyakit cacar air tersebut serta segera mungkin berobat ke dokter untuk
orang yang sudah terkena penyakit cacar air tersebut. Pada intinya adalah lebih baik
mencegah daripada pengobati
46