Anda di halaman 1dari 20

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN

VARICELLA (CACAR AIR)

Dosen Pengampu : Ns. Ulfa Husnul Fata, M.Kep.

Disusun Oleh :

Kelompok 3

1. Adinda Thalia Shalsabella (2211003)


2. Aulya Meiga Betafiana (2211014)
3. Kuni Rahayu Kunaini (2211032)
4. Septia Linda Putri Diana (2211047)
5. Sovia Lika Andini (2211050)
6. Tri Wijaya Putra Romadhon (2111025)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES PATRIA HUSADA BLITAR
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatnya sehingga
makalah “Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Varicella (Cacar Air)” ini dapat
tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap
bantuan dari teman-teman yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik pikiran maupun materinya. Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah
ilmu pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca.

Kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam


penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Blitar, 21 Maret 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ....................................................................................1


1.2. Rumusan Masalah ...............................................................................1
1.3. Tujuan Penulisan.................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1.1. Definisi Varicella.................................................................................3


1.2. Etiologi................................................................................................3
1.3. Klasifikasi............................................................................................4
1.4. Manifestasi Klinis................................................................................5
1.5. Patofisiologi.........................................................................................6
1.6. Komplikasi..........................................................................................7
1.7. Pemeriksaan Penunjang.......................................................................7
1.8. Penatalaksanaan...................................................................................8

BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1.1. Pengkajian.........................................................................................10
1.2. Diagnosis...........................................................................................10
1.3. Intervensi...........................................................................................10

BAB IV PENUTUP

1.1. Kesimpulan.......................................................................................16
1.2. Saran..................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Cacar air atau chickenpox masih menjadi penyakit anak yang paling
umum di Indonesia. Virus cacar adalah pandemi dan sangat menular, dan dapat
dengan mudah menyebar dari orang yang terinfeksi ke siapa saja yang belum
pernah menderita cacar air sebelumnya atau yang belum pernah divaksinasi cacar
air. (Ulum et al. 2023). Varicella merupakan salah satu dari penyakit kulit yang
disebabkan oleh virus varicella zoster (VZV). Varicella yang akut merupakan
penyakit yang sangat menular dan infeksi primer sering terjadi pada anak-anak.
Penyakitini ditandai dengan gejala prodromal dan efloresensi yang polimorf pada
kulit. (Fay 2019)
Di negara Barat, kejadian varicella tergantung dari musim (musim dingin
dan awal musim semi). Angka Kejadian di Amerika dikatakan kira-kira 3,1-3,5
juta kasus dilaporkan tiap tahun. Varicella dapat menyerang semua golongan
umur termasuk neonatus, 90% kasus berumur 10 tahun dan terbanyak umur 5-9
tahun. Prevalensi serologis meningkat dengan bertambahnya usia, mulai dari
86% di antara anak-anak usia 6 hingga 11 tahun hingga 99,9% di antara orang
dewasa yang berusia 40 tahun atau lebih.(Ulum et al. 2023)
Virus Varicella Zoster masuk ke dalam tubuh melalui saluran napas
bagian atas dan orofaring, kemudian terjadi replikasi Virus yang selanjutnya
menyebar melalui pembuluh darah dan limfe (viremia pertama). Virus dapat
mengatasi pertahanan nn-spesifik. Satu minggu kemudian, virus kembali
menyebar melalui pembuluh darah (viremia kedua) menyebar ke seluruh tubuh
terutama kulit dan mukosa. Komplikasi pada pasien varicella jarang terjadi pada
anak-anak dan lebih sering pada usia lebih dari 15 tahun atau bayi lebih muda
dari 1 tahun, komplikasi yang sering terjadi ialah pneumonia pada usia kurang
dari 1 tahun. Jenis terapi sering digunakan pada pasien varicella untuk antivirus
asiklovir, antipiretik seperti paracetamol dan antihistamin seperti ceritizine.
(Ulum et al. 2023)

1
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa definisi penyakit varicella/cacar air?
2. Apa etiologi penyakit varicella/cacar air?
3. Apa saja klasifikasi penyakit varicella/cacar air?
4. Apa saja manifestasi klinis penyakit varicella/cacar air?
5. Apa saja patofisiologi penyakit varicella/cacar air?
6. Bagaimana komplikasi penyakit varicella/cacar air?
7. Apa saja pemeriksaan penunjang penyakit varicella/cacar air?
8. Bagaimana penatalaksanaan penyakit varicella/cacar air?
9. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada penyakit varicella/cacar air?
1.3. Tujuan Penulisan
1. Mahasiswa mampu memahami definisi, etiologi, klasifikasi, manifestasi
klinis, patofisiologi, komplikasi, pemeriksaan penunjang, dan
penatalaksanaan pada penyakit varicella/cacar air
2. Mahasiswa memahami memahami konsep asuhan keperawatan pada klien
dengan Penyakit varicella/cacar air

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1. Definisi Varicella
Varicella zoster virus (VZV), termasuk human herpesvirus tipe 3, dengan
sifat penularan tinggi. Manusia adalah satu satunya host yang dikenal (Gershon
et. al., 2015). Insiden dan memberat seiring peningkatan usia (Weinberg et al.,
2017). Penyebaran virus melalui droplet saluran pernafasan, virus dari vesikel
yang terbang di udara, atau kontak langsung dengan lesi kulit (Blair, 2019). Fase
menular dimulai 1 hingga 2 hari sebelum munculnya ruam dan berlanjut sampai
semua lesi berubah menjadi krusta, sekitar 7 hari (dari hari ke 3-7 sesudah lesi
kulit muncul) (Sondakh et al., 2015; Blair, 2019). Pada kasus ini penularan
didapatkan saat penderita masih di boarding school, beberapa temannya
mengalami penyakit serupa. Pemahaman masyarakat umum, mereka sudah
mengetahui bahwa penyakit ini bersifat menular, namun belum faham cara
penularan penyakit varisela dari satu orang ke orang lain. Bahkan dalam
boarding school tempat penderita tertular varisela, penderita masih sempat di
rawat (jw : keroki) oleh teman sekolahnya. Padahal tindakan ini memudahkan
terjadinya penyebaran penyakit varisela dan bisa terjadi pandemik.(Rosyidah and
Anam 2020)
1.2. Etiologi
Virus varicella zoster (VZV). Infeksi primer virus ini menyebabkan
penyakit varicella, sedangkan reaktivasi menyebabkan herpes zoster. Beberapa
cara untuk mencegah dan menanggulangi penyebaran penyakit varicella (cacar
air) tersebut, antara lain (Fay 2019):
1) Vaksin cacar air dianjurkan untuk semua anak pada usia 18 bulan dan juga
untuk anak-anak pada tahun pertama sekolah menengah, jika belum
menerima vaksin cacar air tersebut dan belum pernah menderita cacar air.
2) Untuk orang yang berusia 14 tahun ke atas yang tidak mempunyai kekebalan
dianjurkan Juga diberikan vaksin tersebut. Pemberian vaksin adalah 2 dosis,
diantaranya 1 sampai bulan. Vaksin ini dianjurkan khususnya bagi orang

3
yang menghadapi risiko tinggi, misalnya petugas kesehatan, orang yang
tinggal atau bekerja dengan anak kecil, wanita yang berencana hamil, serta
kontak rumah tangga orang yang mengalami imunosupresi.
3) Penderita cacar air harus diisolasi dirinya dari orang lain. Untuk anak yang
bersekolah dan Dititip ke penitipan anak dianjurkan untuk tidak masuk
sekolah dan tidak dititipkan ke penitipan anak dalam kurun waktu sampai
sekurang-kurangnya lima hari setelah ruam timbul dan semua lepuh telah
kering.
4) Mulut dan hidung penderita cacar air tersebut harus ditutup sewaktu batuk
atau bersin, membuang tisu kotor pada tong sampah yang tertutup, mencuci
tangan dengan baik dengan menggunakan sabun cuci tangan cair yang baik
pula dan tidak bersamasama menggunakan alat makan, makanan atau cangkir
yang sama.
5) Wanita yang hamil harus mengisolasi dirinya dari siapapun yang menderita
cacar air atau ruam saraf dan harus mengunjungi dokternya jika telah berada
dekat dengan orang yang menderita penyakit tersebut.
6) Anak-anak yang mengidap penyakit leukimia atau kekurangan imunitas atau
sedang menjalani kemoterapi harus menjauhi diri dari siapapun yang
menderita cacar air atau ruam saraf . Kuman penyakit cacar air tersebut dapat
mengakibatkan infeksi yang lebih parah pada anak-anak tersebut.
7) Dinjurkan untuk Mengkonsumsi makanan bergizi Makanan bergizi membuat
tubuh sehat dan berstamina kuat sehingga dapat menangkal serangan infeksi
kuman penyakit
8) Mencegah diri untuk tidak dekat dengan sumber penularan penyakit cacar air
9) Imunoglobulin varicella zoster dapat mencegah (atau setidaknya
meringankan) terjadinya cacar air, bila diberikan dalam waktu maksimal 96
jam sesudah terpapar. Dianjurkan pula bagi bayi baru lahir yang ibunya
menderita cacar air beberapa saat sebelum atau sesudah melahirkan
1.3. Klasifikasi
Klasifikasi dibagi menjadi 2, yaitu (Juna, 2013):

4
1) Varicella Conginetal
Varicella conginetal adalah sindrom yang terdiri atas parut sikatrisial, atrofi
ekstremitas, serta kelaian mata dan susunan saraf pusat. Sering terjadi
ensefalitis sehingga menyebabkan kerusakan neuropatiki. Risiko terjadinya
varicella congenital sangat rendah (2,2%). Walaupun pada kehamilan
trimester pertama ibu menderita varisela. Varisela pada kehamilan paruh
kedua jarang sekali menyebabkan kematian bayi pada saat lahir. Sulit untuk
mendiagnosis infeksi varisela intrauterin. Tidak diketahui apakah
pengobatan dengan antivirus pada ihu dapat mencegah kelainan fetus.
2) Varicella Neonatal
Varicella neonatal terjadi bila terjadi varisela maternal antara 5 hari sebelum
sampai 2 hari sesudah kelahiran. Kurang lebih 20% bayi yang terpajan akan
menderita varisela neonatal. Sebelum penggunaan varicella-zoster
immuneglobulin (VZIG), kematian varisela neonatal sekitar 30%. Namun,
neonatus dengan lesi pada saat lahir atau dalam 5 hari pertama sejak lahir
jarang menderita varisela berat karena mendapat antibody dari ibunya.
Neonatus dapat pula tertular dari anggota keluarga lainnya selain ibunya.
Neonatus yang lahir dalam masa resiko tinggi harus diberikan profilaksis
VZIG pada saat lahir atau saat awitan infeksi maternal bila timbul dalam 2
hari setelah lahir. Varisela neonatal biasanya timbul dalam 5-10 hari
walaupun telah diberikan VZIG, Bila terjadi varisela progresif (ensefalitis,
pneumonia, varicella, hepatitis, diatesis, pendarahan) harus diobati dengan
acyclofir intravena. Bayi yang terpajan dengan varisela neonatal dalam 2
bulan sejak lahir harus diawasi. Tidak ada indikasi klinis untuk memberikan
antivirus pada varisela neonatal atau acyclofir profilaksis bila terpajan
varisela maternal.
1.4. Manifestasi Klinis
Gejala cacar air muncul setelah 10 hingga 21 hari tubuh terpapar
virus Varicella. Gejala cacar air ditandai dengan (RSST, 2022) :
1) Demam

5
2) Pusing
3) Lemas
4) Nyeri tenggorokan
5) Selera makan menurun.
6) Ruam merah, yang biasanya berawal dari perut, punggung, atau wajah, dan
dapat menyebar ke seluruh tubuh.

Terdapat 3 (tiga) tahap perkembangan ruam sebelum mencapai tahap


penyembuhan. Tahap tersebut berupa :
1) Ruam merah menonjol.
2) Ruam mejadi seperti luka lepuh berisi cairan (vesikel), yang dapat pecah
dalam beberapa hari.
3) Luka lepuh yang pecah menjadi kerak kering, dan dapat hilang dalam waktu
beberapa hari.
Ketiga tahap perkembangan ruam cacar air dalam tubuh tidak
berlangsung dalam waktu yang bersamaan. Ruam baru bermunculan secara terus-
menerus selama masih terjadi infeksi, dan baru mereda hingga hilang sepenuhnya
dalam waktu 14 hari, namun perlu memperhatikan tanda-tanda terjadinya
komplikasi, di antaranya :
1) Ruam menyebar pada satu atau kedua belah mata.
2) Warna ruam menjadi sangat merah dan hangat, yang menunjukkan terjadi
infeksi bakteri sekunder.
3) Ruam diikuti keluhan pusing, disorientasi, detak jantung yang cepat, napas
pendek, tremor, kehilangan koordinasi otot, muntah, batuk yang semakin
parah, leher kaku, atau demam melebihi 390C

1.5. Patofisiologi
Infeksi VZV mudah menular melalui droplet yang menyebar ketika
seseorang dengan varisela batuk atau bersin, kontak langsung dengan secret
saluran pernapasan atau dengan lesi pada kulit yang belum berkrusta, virus cacar
air ini tersebar di seluruh dunia, dan menyerang terutama pada anak-anak.
Penyakit cacar air ini sangat menular. Penularan atau transmisi penyakit ini
terjadi melalui perantaraan udara dan melalui kontak langsung dengan cairan
yang keluar dari cacar/vesikel. Virus akan masuk ke saluran pernafasan atas

6
kemudian memperbanyak diri di sana. Setelah memperbanyak diri, virus akan
menyebar ke peredaran darah dan menimbulkan gejala klinis. Bila seseorang
terkena virus tersebut, maka sampai kurang lebih 7 hari sejak munculnya
kelainan pada kulit penularan, masih dapat terjadi kepada orng lain (Djuanda,
2011). (James W, Elston D 20AD)
1.6. Komplikasi
Pada anak-anak normal varisela adalah penyakit yang tidak berbahaya
dan jarang terjadi komplikasi yang serius. Komplikasi paling banyak biasanya
oleh staphylococcus atau streptococcus, yang menyebabkan impetigo, bisul,
selulitis, ersipelas dan jarang gangren. Radang paru-paru adalah komplikasi yang
jarang muncul pada anak-anak di bawah umur 7 tahun. Varisela pneumonia di
diagnosa dari sinar rontgen (16%). Beratnya Varisela pneumonia pada orang tua
dan orang dewasa. Gejala pneumonia ini tampak pada 1-6 hari setelah terlihat
ruam dan gangguan sistem paru berhubungan dgn erupsi kulit. Pada beberapa
pasien terlihat gangguan pernafasan berat disertai batuk, dispneu, takipneu,
demam tinggi, nyeri dada, sianosis, dan hemoptisis tetapi pada beberapa pasien
tidak mengalami gejala seperti ini. Gejala ini tidak terlihat pada pemeriksaan
fisik. Pada pemeriksaan rontgenogramakan telihat nodul yg padat yg difuse
diseluruh bagian paru, sering terlihat di peribronkial dan pada basis. Gambaran
rontgenografik akan hilang dari gejala pneumonia dan lesi paru mengalami
kalsifikasi dan menetap bertahun-tahun. (Fay 2019)
1.7. Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis dari infeksi VVZ biasanya dilakukan cukup hanya dengan
pemeriksaan klinis karena tanda dan gejala penyakit ini sangat jelas dan khas.
Pemeriksaan penunjang menjadi perlu dilakukan ketika kenampakan klinisnya
meragukan (Maula, 2017)
1. Tzank
Merupakan pemeriksaan sitologi dari kerokan dasar vesikel atau pustul. Pada
pemeriksaan tzank didapatkan multinucleated giant cell.
2. Isolasi Virus

7
Pemeriksaan ini memerlukan cairan vesikel yang kemudian diinokulasikan
pada medium yang cocok, seperti contohnya pada human embryonic lung
fibroblast (HELF) dan diinkubasi selama 3 sampai 7 hari. Hasil dikatakan
positif bila ditemukan adanya reaksi sitopatik pada kultur
3. PCR
Merupakan prosedur diagnosis pilihan untuk mengamplikfikasi DNA VVZ.
Pemeriksaan ini dapat dilakukan secara cepat dan akurat. PCR dapat
digunakan untuk mendeteksi VVZ pada cairan vesikular, usapan kulit, usapan
tenggorok, likuor serebrospinal, darah, serta air liur.
4. ELISA
Digunakan untuk mendeteksi antibodi terhadap VVZ.
5. Dermatopatologi
Biopsi pada lesi kulit dapat ditemukan gambaran multinucleated giant cell
yang menunjukkan infeksi VVZ, VHS-1. atau VHS-2.
1.8. Penatalaksanaan
Pada anak yg sehat, umumnya varicella sembuh sendiri, kompres dingin
atau lotion calamin secara tropikal, dan antialergi secara oral dapat membantu
dari ruam akibat pruritus. Kompres dgn baking soda (1/2 gelas per tube cairan)
dapat menyebabkan gatal-gatal. Cream atau lotion yg mengandung kortikosteroid
atau salap oklusi seharusnya tidak digunakan. Antipiretik jarang diindikasikan
dan salisilat dihindarkan karena ada kemungkinan bergabung dgn sindrom Reye.
Kuku tangan seharusnya di potong dan bersih untuk mengurangi infeksi sekunder
dan bekas garukan. Obat sistemik antomikrobial untuk bakteri selulitis, otits
media, sepsis, artitis, dan bakterial pneumonia. Stahylococcus aures dan
Streptococcus B hemolyticus grup A. Antibiotik tidak berguna pada varicella
pneumonia kecuali kalau ada superinfeksi bakteri. Varicella pneumonia biasanya
diberi antivirus untuk menghambat replikasi VZV. Antibiotik diindikasikan
hanya pada saat superinfeksi bakteri. Tidak ada bukti bahwa kortikosteroid
berguna dan penggunaannya tidak dianjurkan. Kompliaksi hemoragik seharusnya
diobati dgn hasil pemantauan koagulasi dan pemeriksaan sumsum tulang. 2 agen

8
kemoterapi antivirus, acyclovir (9[2-hydroxyetyhl] guanine, acycloguanosine).
Acyclovir intravena (500 mg/m2 setiap 8 jam sampai 7 hari) karena tingkat
toksik rendah dan dosisnya harus diturunkan pada pasien dgn insufiensi ginjal.
Pengobatan dgn sitosin tidak dipertimbangkan pada pasien varicella atau
komplikasinya karena toksik terutama pada pasien imunosupresor. Vidarabine
merupakan sitotoksik yg sangat potensial larutannya rendah. (Fay 2019)

9
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

1.1. PENGKAJIAN
a. Identitas dan penanggung jawab
Terdiri dari nama, usia, alamat, nomor rekam medic, diagnosa, tanggal
masuk rumah sakit, dan sebagainya terkait klien dan penanggung jawab
(Mansyur & Dahlan, 2014).
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
Keluhan utama adalah keluhan yang menyebabkan klien dibawa kerumah
sakit dan penanganan pertama yang dilakukan. Keluhan utama yang biasa
dirasakan klien mengalami ruam kulit, tidak enak badan/ demam, lemas, sulit
tidur dan tidak nyaman, tidak nafsu makan dan sakit kepala.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Apa yang menyebabkan klien mengalami gangguan sakit kepala Riwayat
kesehatan dahulu
Meliputi tentang penyakit sebelumnya seperti Gastritis, Asma, Hipertensi,
Diabetus Mellitus ataupun Jantung.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Mengidentidikasi apakah di keluarga ada riwayat penyakit menular atau
turunan atau keduanya
4) Pemeriksaan fisik
Kesadaran, Keadaan umum, Pemeriksaan tanda- tanda vital
1.2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan integritas kulit
2. Nyeri akut
3. Hipertermi
4. Gangguan rasa nyaman
1.3. INTERVENSI

10
DIAGNOSA LUARAN INTERVENSI
Gangguan Setelah dilakukan Observasi :
integritas kulit tindakan 1. Identifikasi lokasi,
karakteristik, durasi,
keperawatan
frekuensi, kualitas,
selama 1x24 jam intensitas nyeri
maka integritas 2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi respons nyeri
kulit dan jaringan. non verbal
Dengan kriteria 4. Identifikasi faktor yang
memperberat dan
hasil
memperingan nyeri
5. Identifikasi pengetahuan
dan keyaninan tentang nyeri
Terapeutik :
1. Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
2. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(mis. suhu ruangan,
pencahayaan. kebisingan)
3. Fasilitasi Istirahat dan tidur
Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan
strategi meredakan nyeri
4. Identifikasi respons nyeri
non verbal
6.
Nyeri akut Setelah dilakukan Observasi :
tindakan 7. Identifikasi lokasi,
karakteristik, durasi,
keperawatan
frekuensi, kualitas,
selama 1x24 jam intensitas nyeri
maka tingkat nyeri. 8. Identifikasi skala nyeri
9. Identifikasi respons nyeri
Dengan kriteria non verbal
hasil 10. Identifikasi faktor yang
memperberat dan
memperingan nyeri

11
11. Identifikasi pengetahuan
dan keyaninan tentang nyeri
Terapeutik :
5. Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
6. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(mis. suhu ruangan,
pencahayaan. kebisingan)
7. Fasilitasi Istirahat dan tidur
Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan
strategi meredakan nyeri
8. Identifikasi respons nyeri
non verbal
9. Identifikasi faktor yang
memperberat dan
memperingan nyeri
12. Identifikasi pengaruh nyeri
pada kualitas hidup
13. Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
diberikan.
14. Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
5. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri.

Hipertermi Setelah dilakukan Observasi :


tindakan 1.Identifikasi penyebab

12
keperawatan hipertermia
selama 1x24 jam (mis,dehidrasi,terpapar
maka lingkungan panas,penggunaan
termoregulasi. inkubator)
Dengan kriteria 2.Monitor suhu tubuh
hasil: 3.Monitor kadar elektralit
4.Monitor haluaran urine
5.Monitor komplikasi akibat
hipertermia
Terapeutik
1.Sediakan lingkungan yang
dingin
2.Longgarkan lingkungan atau
lepaskan pakaian
3.Basahi dan kipasi permukaan
tubuh
4.Berikan cairan oral
5.Ganti linen setiap hari atau
lebih sering jika mengalami
hiperhidrosis(keringat berlebih)
6.Lakukan pendinginan
eksternal
(mis,selimut,hipotermia atau
kompres dingin pada
dahi,leher,dada,abdomen,aksila)
7.Hidrasi pemberian antipiretik
atau aspirin
8.Berikan oksigen,jika perlu
Edukasi
Anjurkan tirah baring

13
Gangguan rasa Setelah dilakukan Observasi
nyaman tindakan 1.Identifikasi lokasi,
keperawatan karakteristik, durasi, frekuensi,
selama 1x24 jam kualitas, intensitas nyeri
maka status 2.Identifikasi skala nyeri
kenyamanan. 3.Identifikasi respons nyeri non
Dengan kriteria verbal
hasil (meningkat) 4.Identifikasi faktor yang
memperberat dan memperingan
nyeri
5.Identifikasi pengetahuan dan
keyaninan tentang nyeri
6.Identifikasi pengaruh budaya
terhadap respon nyeri
7.Identifikasi pengaruh nyeri
pada kualitas hidup
8.Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
diberikan.
9.Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Edukasi
Terapeutik :
1.Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
2.Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis.
suhu ruangan, pencahayaan.
kebisingan)

14
3.Fasilitasi Istirahat dan tidur
4.Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
Edukasi :
1.Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
2.Jelaskan strategi meredakan
nyeri
3.Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
4.Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
5.Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri.

15
BAB IV
KESIMPULAN
1.1. Kesimpulan
1. Varicella adalah suatu kata dalam bahasa Latin yang mempunyai arti
dalam bahasa Indonesia yaitu cacar air . Sedangkan di luar negeri terkenal
dengan istilah chicken-pox. Cacar air adalah penyakit infeksi menular
yang disebabkan oleh virus Varicella zoster, ditandai oleh erupsi yang
khas pada kulit.
2. Masa inkubasi berlangsung sekitar 14 hari, dimana virus akan menyebar
ke kelenjar limpa, kemudian menuju ke hati dan sel-sel mononuclear.
3. Berdasarkan distribusi dan frekuensi cacar air dibagi tiga yakni menurut
orang, menurut tempat, dan menurut waktu. Berdasarkan penjelasan saya
di bagian patologi dan genesis, cacar air dapat terjadi pada semua orang
pada golongan umur, jenis kelamin, umur pemberian vaksin, pendidikan,
status gizi, imunisasi dan imunitas, penyebeb penyakit, serta lingkungan.

1.2. Saran
Melalui makalah ini saya mengharapkan para pembaca dapat
menyampaikan isi dari makalah tersebut kepada masyarakat yang belum
mendapatkan informasi apa dan bagaimana cara menghadapi dan mengobati
serta mencegah penularan cacar air (varisela) tersebut dan masyarakat juga
dapat lebih meningkatkan derajat kesehatannya, menjaga kebersihan diri dan
lingkungannya untuk lebih dini pencegahan penularan penyakit cacar air
tersebut serta segera mungkin berobat ke dokter untuk orang yang sudah
terkena penyakit cacar air tersebut. Pada intinya adalah lebih baik mencegah
daripada pengobati

16
DAFTAR PUSTAKA

Fay, Dameria. 2019. “Cacar Air Dameria Sinaga Departemen Biomedik Dasar.”
Jurnal UKI, 1–19.

James W, Elston D, Treat J et al. 20AD. “済無 No Title No Title No Title.” Andrew’s
Disease of the Skin Clinical Dermatology.

Rosyidah, Devi Usdiana, and Zahra Hafizha Fitria Anam. 2020. “Laporan Kasus:
Cacar Air Pada Remaja Muda Usia 14 Tahun Di Pondok Pesantren.” Thalamus:
Medical Research For Better Health, 108–18.

Ulum, Indah Setiyani, Dian Amelia Abdi, Floria Eva, Nurelly N Waspodo, and Jusli
Aras. 2023. “Karakteristik Pasien Varicella Pada Anak Di Puskesmas
Tamalanrea Jaya Makassar.” Fakumi Medical Journal:Jurnal Mahasiswa
Kedokteran 3 (5): 374–80.

Juna. (2013, November 12). Makalah Varicella. Retreived Maret 21,2024, from
https://www.academia.edu/36103765/responsi_kulit_inayah_jadi_docx
Maula, I. (2017). Varisela. Retrieved Maret 21, 2024, from
https://www.academia.edu/36103765/responsi_kulit_inayah_jadi_docx
RSST, T. P. (2022, Agustus 31). Mengenal cacar air. Retrieved Maret 21, 2024, from
https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1428/mengenal-cacar-air

Anda mungkin juga menyukai