Anda di halaman 1dari 32

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN UPAYA KESEHATAN PENCEGAHAN PENYAKIT KULIT


( VARICELLA ZOOSTER )
PADA SANTRI PONDOK PESANTREN AL-FITRIAH KEPANJEN

OLEH DEWI NUR ANISA NIM 20.1.013

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN INSTITUT TEKNOLOGI SAINS DAN


KESEHATAN RS dr. SOEPRAON MALANG
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
PROPOSAL KARYA ILMIAH

GAMBARAN UPAYA KESEHATAN PENCEGAHAN PENYAKIT KULIT


(VARICELLA ZOSTER )
PADA SANTRI PONDOK PESANTREN AL-FITRIAH
KEPANJEN
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Ahli Madya Keperawatan Pada Prodi Keperawatan
Institut Teknologi Sains Dan Kesehatan RS dr. Soepraon Malang

OLEH
DEWI NUR ANISA NIM
20.1.013

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


INSTITUT TEKNOLOGI SAINS DAN KESEHATAN
RS dr. SOEPRAON MALANG
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berbagai jenis penyakit semakin banyak yang muncul salah satu


penyebabnya adalah gaya hidup dan lingkungan yang tidak sehat. Penyebaran
penyakit menular menjadi keprihatinan dan ancaman bagi masyarakat karena
penyakit menular umumya bersifat mendadak dan bisa menyerang seluruh
masyarakat dalam waktu tertentu. Cacar air atau varicella adalah penyakit menular
yang disebabkan oleh virus varicella-zoster (VZV), virus ini bertanggung jawab
atas cacar air (biasanya infeksi primer pada inang non-imun) dan herpes zoster
setelah reaktivasi infeksi laten (Shrim A dkk, 2018) .Cacar air menyebabkan ruam
kulit yang membentuk lepuh kecil dan gatal, yang berkeropeng,biasanya rentan
terjadi di dada, punggung, dan wajah. Virus ini menyebar disertai dengan demam,
kelelahan, faringitis, dan sakit kepala, biasanya berlangsung selama lima sampai
tujuh hari dan komplikasi yang terjadi termasuk pneumonia, radang otak, dan
infeksi kulit bakteri (Shrim A, dkk, 2018).

Virus Varicella Zoster sangat cepat sekali menular, umumnya virus ini
menyerang pada anak-anak dan dewasa muda. Seseorang yang mengidap
varicella zoster dapat menyebarkan kepada mereka yang tidak/kurang kebal
imunnya, bisa menular melalui kontak tubuh dan melalui udara. Varicella zoster
juga bisa menular melalui tetesan, aerosol, atau kontak langsung dengan
pernapasan. Sebagian besar termasuk gangguan ringan di masa kanak-kanak,
namun varicella zoster cenderung lebih parah pada orang dewasa. Hal ini bisa
berakibat berbahaya, terutama pada bayi baru lahir (neonatus) dan orang dengan
sistem imun yang lemah.

Menurut Kumar S, 2021 mengemukakan bahwa gejala prodromal pada


remaja dan dewasa adalah nyeri otot, mual, nafsu makan menurun, dan sakit
kepala diikuti ruam, sariawan, malaise, dan demam ringan, manifestasi oral dapat
mendahului ruam kulit. Pada pada anak-anak mungkin tidak didahului oleh gejala
prodromal dan tanda awalnya bisa berupa ruam atau lesi rongga mulut. Ruam
dimulai sebagai titik merah kecil di wajah, kulit kepala, batang tubuh, lengan atas
dan kaki. Selama sepuluh sampai 12 jam berikutnya berkembang menjadi
benjolan kecil, lecet, dan pustula; dan akhirnya pusaran dan pembentukan
keropeng.

Di dunia varicella zoster terjadi di semua negara dan bertanggung jawab


setiap tahun untuk sekitar 7000 kematian ( Rice ME, dkk 2018). Di negara-negara
beriklim sedang ini termasuk penyakit umum pada anak-anak dengan sebagian
besar kasus terjadi selama musim dingin dan musim semi. Di Amerika Serikat, itu
menyumbang lebih dari 9000 rawat inap setiap tahun, prevalensi tertinggi pada
kelompok usia 4 sampai 10 tahun (Schmader K, 2016). Varicella memiliki tingkat
infeksi 90%. Kasus sekunder dalam kontak rumah tangga cenderung memiliki
penyakit yang lebih parah daripada kasus primer (Bakker KM,dkk 2016). Di daerah
tropis, varicella cenderung terjadi pada orang tua dan dapat menyebabkan
penyakit yang lebih serius. Orang dewasa akan mendapatkan tanda bopeng yang
dalam dan bekas luka yang lebih menonjol. Di Indonesia, penyakit ini disebut
sebagai cacar air karena gelembung atau bisul yang terbentuk pada kulit apabila
pecah mengeluarkan air. Penyakit ini sangat mudah untuk menyebar kepada
orang lain, terutama anak-anak, dan kepada penderita yang sebelumnya belum
pernah terkena cacar air (varicella zoster) . Varicella sering ditemukan pada anak-
anak berusia 1-9 tahun, angka kejadian penyakit ini sudah banyak berkurang
terutama di negara-negara maju karena ditemukannya vaksinasi terhadap virus
Varicella Zoster ( Suhery Y, 2017). Sejauh ini, prevalensi varicella zoster dari 13
rumah sakit pendidikan di Indonesia sepanjang 2011 hingga 2013 mencapai 2.232
kasus. Puncak kasus terjadi pada penderita berusia 45-64 tahun dengan jumlah
851 kasus atau 37,95 persen dari total kasus (Kurnia E, 2014).

Varicella dengan tingkatan yang parah dapat ditandai dengan replikasi


virus yang ekstensif dan berkepanjangan, sering kali ditimbulkan dengan gejala
demam, perkembangan vesikel kulit baru yang berkelanjutan selama >5 hari, atau
keterlibatan paru-paru. Gershon AA & Gershon MD, 2013 mengemukakan bahwa
meski ada kemajuan, pemberantasan VZV tetap menjadi tantangan. Reaktivasi
VZV setelah infeksi alami atau vaksinasi merupakan masalah di seluruh dunia
untuk orang tua dan individu dengan imunosupresi. Zoster dianggap sebagai
konsekuensi dari penurunan imunitas seluler adaptif. Eksplorasi dari konsep ini
dapat bermanfaat karena pengembangan tes antibodi untuk memprediksi
kerentanan terhadap varicella zoster akan sangat berguna secara klinis.

Sebelum pengenalan vaksin varicella zoster kebanyakan yang tertular adalah


anak- anak berusia < 10 tahun. Pada anak, virus ini biasanya dapat sembuh
sendiri ,setelah pasien pulih dapat mencipktakan kekebalan dalam jangka
panjang. Sebagian besar anak-anak dan orang dewasa yang lebih tua memiliki
VZV tipe liar laten atau tipe vaksin VZV (vOka) ( Gershon AA et Gershon MD,
2013). Varicella terjadi pada pola musiman, dan kebanyakan terjadi pada musim
dingin. Umumnya, varicella terjadi pada kumpulan anak-anak seperti di sekolah,
tempat bermain dan pusat yang rentan akan berkumpulnya anak-anak, tetapi virus
ini juga bisa terjadi pada orang dewasa dan usia tertentu, misal tertular dari rumah
sakit, di perkumpulan masyarakat, dan juga dunia permiliteran. Varicella
merupakan jenis penyakit kulit yang tidak terlalu berbahaya atau bisa sembuh
sendiri, tetapi jika dihiraukan, varicella dapat menyebabkan komplikasi dan
kematian.

Varicella dengan tingkatan yang parah dapat ditandai dengan replikasi


virus yang ekstensif dan berkepanjangan, sering kali ditimbulkan dengan gejala
demam, perkembangan vesikel kulit baru yang berkelanjutan selama >5 hari, atau
keterlibatan paru-paru. Gershon AA & Gershon MD, 2013 mengemukakan bahwa
meski ada kemajuan, pemberantasan VZV tetap menjadi tantangan. Reaktivasi
VZV setelah infeksi alami atau vaksinasi merupakan masalah di seluruh dunia
untuk orang tua dan individu dengan imunosupresi. Zoster dianggap sebagai
konsekuensi dari penurunan imunitas seluler adaptif. Eksplorasi dari konsep ini
dapat bermanfaat karena pengembangan tes antibodi untuk memprediksi
kerentanan terhadap varicella zoster akan sangat berguna secara klinis.

Pada penelitian ini juga menunjukan bahwa masalah penularan varicella


zoster masih rentan terjadi pada usia remaja sampai usia dewasa muda. Menurut
penelitian diketahui bahwa santri di Pondok Pesantren Al-Fitriah yang mengalami
penyakit kulit (varicella zoster) sebanyak 25 %. Hal ini berdampak pada tingkat
kesehatan, sehingga tingkat kesehatan dan kebersihan pada santri tersebut
menjadi bermasalah dan harus segera ditangani, yaitu dengan cara upaya
mencegah da mengurangi resiko penularan varicella zoster agar tidak bertambah
banyak.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 22


September 2022 dengan responden santri di Pondok Pesantren Al-Fitriah,
didapatkan dari hasil observasi pengisian angket quisioner dari 140 santri yang
mengidap varicella zoster seebanyak 35 santri, diantaranya kebanyakan dari
santri putra sebanyak 35 orang dan santri putri tidak ada yang mengidap
variceella.

Tingkat Kesehatan pada santri membutuhkan perhatian yang lebih terfokus dan
informasi lebih banyak, mengakibatkan peningkatan penularan varicella zoster
semakin bertambah. Oleh karena itu, peneliti menyarankan agar pihak pondok
pesantren perlu berinovasi membantu dalam menjaga kebersihan & kesehatan
seluruh santri agar lingkungan pesantren dapat tetap terjaga. Upaya ini tidak hanya
dilakukan melalui pihak dan pengurus pesantren, tetapi seluruh santri perlu
berperan aktif dalam mencegah masalah seperti kurangnya perhatian terhadap
kebersihan dan kesehatan lingkungan di pesantren guna membantu upaya
menjaga kesehatan. Adanya kondisi pesantren yang kurang terhadap kebersihan
dapat menimbulkan munculnya berbagai penyakit, salah satunya ialah penyakit
kulit (varicella zoster). Sangat mungkin bahwa varicella zoster ini akan menurun /
berkurang jika setelah para pihak, pengurus, dan santri bekerjasama dalam
menerapkan upaya kesehatan dan menjaga kebesihan lingkungan pesantren
guna untuk mencegah peningkatan tertularnya varicella zoster. Berbagai cara
untuk mencegah tertularnya varicella zoster di lingkungan santri, yakni menjaga
kontak tubuh, menjaga jarak, tidak meminjamkan pakaian atau alat apapun
kepada santri yang mengidap varicella zoster. Berdasarkan latar belakang diatas
maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “ Gambaran upaya
kesehatan pencegahan penyakit kulit ( varicella zoster) di Pondok Pesantren Al-
Fitriah “.
1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana Gambaran Upaya Kesehatan Santri Dalam Pencegahan Penyakit Kulit


(Varicella Zoster) di Pondok Pesantren Al- Fitriah ?
1.3 Tujuan Penelitian

Mengetahui gambaran upaya kesehatan santri dalam pencegahan penyakit


kulit (varicella zoster) di Pondok Pesantren Al-Fitriah

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

1. Bagi Mahasiswa

Dapat dijadikan tolak ukur bagi mahasiswa mengenai upaya kesehatan


pencegahan penyakit kulit ( varicella zoster)

2. Bagi Profesi

Dapat dijadikan pengetahuan bagi perawat dalam memberikan


upaya kesehtan pencegahan penyakit kulit ( varicella zoster)

3. Bagi Responden

Dapat dijadikan tambahan wawasan pengetahuan tentang upaya


pencegahan penyakit kulit ( varicella zoster)
BAB 2

Tinjauan Pustaka

2.1 Konsep Penyakit Kulit

2.1.1 Definisi

Kulit meupakan organ yang istimewa pada manusia.. Berbeda dengan organ
lain kulit yang terletak pada sisi terluar pada manusia memudahkan pengamatan
baik dalam kondisi normal maupun sakit ( Menaldi SL dkk, 2021). Dari kulit muncul
berbagai aksesori yang terindera manusia; rambut( kasar & halus), kuku, dan
kelenjar (sekretnya terurai oleh mikroorganisme dan keluarlah bau) ( Menaldi SL
dkk, 2021).

Penyakit kulit merupakan peyakit yang disebabkan oleh jamur, parasite,


kuman, bahkan infeksi. Penyakit kulit merupakan masalah kesehatan yang sering
terjadi di berbagai usia mulai dari usia bayi baru lahir (neonates) hingga orang tua
dan menyebabkan kerusakan pada kulit. Menjaga kesehatan kulit penting untuk
kesehatan tubuh. Gangguan pada kulit sering terjadi karena adanya faktor-faktor
penyebabnya seperti iklim, lingkungan, tempat tinggal, kebiasaan hidap yang
kurang sehat, alergi dan lain-lain ( Furqon M & Perdana RS, 2017).

2.1.2 Masalah Penyakit Kulit

1.Ruam

Ruam adalah area kulit merah yang meradang atau sekelompok bintik-bintik
individu. Ini dapat disebabkan oleh iritasi, alergi, infeksi, penyakit yang
mendasarinya, serta cacat struktural seperti pori-pori tersumbat atau kelenjar
minyak yang tidak berfungsi. Contoh ruam termasuk jerawat, dermatitis, eksim,
gatal-gatal, pityriasis rosea dan psoriasis (Tabassum N & Hamdani, M, 2014).

2.Infeksi virus

Terjadi ketika virus menembus stratum korneum dan menginfeksi lapisan dalam
kulit. Contoh infeksi kulit virus termasuk herpes simpleks, herpes zoster (herpes
zoster) dan kutil. Beberapa infeksi virus sistemik, seperti cacar air dan campak,
juga dapat mempengaruhi kulit. Infeksi virus tidak dapat disembuhkan dengan
antibiotik (Tabassum, N & Hamdani, M, 2014).

3.Infeksi bakteri

Infeksi tersebut disebabkan oleh berbagai bakteri, jenis yang paling umum adalah
stafilokokus dan streptokokus. Bakteri dapat menginfeksi lapisan kulit paling atas,
folikel, atau lapisan kulit yang lebih dalam. Jika tidak diobati dengan benar, infeksi
ini dapat menyebar ke seluruh tubuh. Contohnya termasuk folikulitis impel, selulitis
dan penyakit lyme. Infeksi bakteri lebih baik diobati dengan antibiotik (Tabassum,
N & Hamdani, M, 2014).

4.Infeksi jamur

Jamur yang tidak berbahaya selalu ada di permukaan kulit. Infeksi terjadi ketika
organisme ini masuk ke dalam tubuh. Infeksi ini biasanya dangkal, mempengaruhi
kulit, rambut, kuku dan termasuk kaki atlet, gatal-gatal dan kurap. Namun, pada
orang dengan sistem kekebalan yang tertekan atau yang telah menggunakan
antibiotik untuk waktu yang lama -, jamur dapat menyebar ke dalam tubuh,
menyebabkan penyakit yang lebih serius (Tabassum, N & Hamdani, M, 2014).

4.Infeksi parasit

Infeksi ini terjadi setelah terpapar parasit seperti kutu dan kudis (Tabassum, N &
Hamdani, M, 2014). .

5.Gangguan pigmentasi

Jumlah pigmen di kulit ditentukan oleh jumlah melanin yang diproduksi oleh tubuh.
Hilangnya pigmen (hipo pigmentasi) dapat disebabkan oleh tidak adanya
melanosit, sel yang tidak berfungsi, paparan dingin atau bahan kimia, atau
beberapa jenis infeksi. Peningkatan pigmen (hiperpigmentasi) dapat disebabkan
oleh iritasi kulit, perubahan hormonal, penuaan, gangguan metabolisme, atau
masalah mendasar lainnya. Bintik-bintik penuaan, bintik-bintik dan melasma
adalah contoh hiperpigmentasi. Vitiligo adalah contoh hipopigmentasi (Tabassum,
N & Hamdani, M, 2014).
6. Tumor dan kanker

Pertumbuhan ini muncul ketika sel-sel kulit mulai berkembang biak lebih cepat dari
biasanya. Tidak setiap pertumbuhan kulit bersifat kanker. Beberapa tumor tidak
berbahaya dan tidak akan menyebar. Kanker kulit adalah yang paling umum dari
semua kanker, mempengaruhi 800.000 orang Amerika setiap tahun. Hal ini
disebabkan, dalam 90% kasus, oleh paparan sinar matahari. Tiga jenis kanker kulit
adalah kanker sel basal (yang paling dapat disembuhkan), kanker sel skuamosa
(yang dapat tumbuh dan menyebar) dan melanoma maligna (bentuk yang paling
mematikan). Pencegahan melibatkan melindungi kulit terhadap sinar ultraviolet
yang merusak. Deteksi dini membantu meningkatkan peluang penyembuhan. Oleh
karena itu, pemeriksaan diri secara teratur dianjurkan (Tabassum, N & Hamdani,
M, 2014).

7.trauma

Trauma menggambarkan cedera pada kulit yang disebabkan oleh pukulan, luka,
atau luka bakar. Setiap kali permukaan kulit rusak, tubuh menjadi lebih rentan
terhadap infeksi dan penyakit(Tabassum, N & Hamdani, M, 2014).

8.Kondisi lain

Keriput, rosacea, spider veins dan varises adalah beberapa kondisi yang tidak
dapat dikategorikan dengan rapi. Kerutan disebabkan oleh kerusakan kolagen dan
elastin di dalam dermis, yang menyebabkan kulit kendur. Rosacea adalah
gangguan kronis di mana kulit wajah menjadi merah dan mengembangkan
jerawat, lesi dan lebih jarang pembesaran hidung. Penyebabnya tidak diketahui.
Vena laba-laba dan varises menjadi jelas ketika pembuluh darah membesar dan
terlihat melalui permukaan kulit (Tabassum, N & Hamdani, M, 2014) .

2.1.3 Faktor-Faktor Penyakit Kulit


Penyakit Kulit adalah kondisi yang mempengaruhi kulit seseorang. Penyakit ini
dapat membuat kulit menjadi ruam, peradangan, gatal, atau perubahan kulit
lainnya. Faktor gaya hidup dan kondisi kesehatan tertentu dapat menyebabkan
perkembangan penyakit kulit. Namun biasanya penyakit kulit disebabkan oleh (
Abelta AT, 2021) :

1.Bakteri terperangkap di pori-pori atau folikel rambut

2.Kondisi yang memengaruhi tiroid, ginjal, atau sistem kekebalan


3.Kontak dengan pemicu lingkungan, seperti alergen atau kulit orang lain
4.Genetika
5.Jamur atau parasit yang hidup di kulit
6.Obat-obatan, seperti obat untuk penyakit radang usus (IBD)
7.Virus
8.Diabetes

2.1.4 Jenis Penyakit Kulit

Penyakit kulit bisa berbahaya, apalagi jika tidak ditangani dengan tepat.
Pasalnya, penyakit yang biasanya menjangkiti kulit dapat menjalar dan menyebar
di area sekitarnya, sehingga akan memperparah kondisi pengidap. Berikut
beberapa penyakit kulit yang perlu kamu waspadai (Makarim FR, 2021):

1.Hemangioma

Penyakit yang satu ini akan terjadi saat ditemukan adanya jaringan darah yang
abnormal dalam tubuh, sehingga menyebabkan pertumbuhan daging atau kulit
yang bukan merupakan kanker. Pada umumnya, hemangioma muncul di lapisan
organ dalam manusia, seperti hati.Hemangioma merupakan penyakit yang sejenis
dengan tumor pembuluh darah. Pada beberapa pengidap, hemangioma akan
membuat kulit terlihat biru atau ungu. Hal tersebut terjadi apabila hemangioma
muncul di lapisan kulit yang dalam. Selain area tangan dan kaki, hemangioma
dapat muncul di kulit kepala, punggung, dada, atau wajah. Hemangioma bisa saja
terjadi pada anak sejak mereka lahir. Kondisi ini biasa disebut dengan tanda lahir,
dengan gejalanya yang akan terlihat setelah anak-anak berusia beberapa bulan.
2.Bisul

Seperti yang telah diketahui, bisul ditandai dengan benjolan yang muncul dari
dalam kulit dan disertai rasa nyeri, berwarna kemerahan, dan berisi nanah. Bisul
terjadi akibat adanya infeksi bakteri pada kulit, sehingga bakteri masuk ke pori-pori
kulit dan menginfeksi akar rambut (folikel rambut).

3.Cold Sore (Herpes Simplex Virus)

Herpes simplex merupakan penyakit yang ditandai dengan lepuhan atau luka yang
terasa sakit pada bagian mulut atau bibir. Pada dasarnya, penyakit kulit ini lebih
sering dialami oleh anak-anak ketimbang orang dewasa, dan dapat sembuh
dengan sendirinya dalam waktu dua sampai tiga minggu. Selain lepuhan, penyakit
herpes simplex ditandai dengan pusing, mual, dan gejala lain yang mirip dengan
penyakit flu. Pada kasus yang parah, gejala dapat ditandai dengan kesulitan
menelan, serta pembengkakan kelenjar getah bening pada beberapa area
tubuh.Hal yang perlu diwaspadai adalah, penyakit herpes simplex ini merupakan
salah satu penyakit kulit yang dapat menular. Penularannya sendiri dapat terjadi
melalui air liur dan kontak fisik pada bagian kulit yang terbuka. Bahayanya, untuk
menularkan kondisi ini seseorang tidak selalu memperlihatkan ciri-ciri adanya
lepuhan pada bibir atau mulut.

4.Selulitis

Selulitis merupakan infeksi bakteri yang menyebabkan kulit tampak membengkak,


kemerahan, terasa lunak, dan sakit saat tersentuh. Biasanya, selulitis terjadi pada
bagian kulit tungkai, tapi tidak menutup kemungkinan terjadi pada area tubuh
lainnya. Parahnya, selulitis merupakan salah satu penyakit kulit yang dapat
membahayakan nyawa pengidapnya jika tidak ditangani dengan tepat.

5.Varicella Zoster

Cacar air atau varicella adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus
varicella-zoster (VZV), virus ini bertanggung jawab atas cacar air (biasanya infeksi
primer pada inang non-imun) dan herpes zoster atau herpes zoster (setelah
reaktivasi infeksi laten) (Ayoade F & Kumar S,2021).
2.1.5 Pengobatan Penyakit Kulit

Pengobatan macam-macam penyakit kulit tergantung pada jenis dan


penyebabnya. Ada penyakit kulit yang bisa sembuh dengan sendirinya, dan ada
juga yang harus ditangani secara medis, mulai dari pemberian obat-obatan salep
hingga operasi.Berikut ini adalah beberapa jenis pengobatan yang sering
digunakan untuk mengobati penyakit kulit ( Kemenkes, 2021):

1. Kortikosteroid

Obat ini digunakan untuk mengurangi respon daya tahan tubuh yang terlalu aktif.
Kortikosteroid salep atau tablet minum biasanya digunakan untuk mengobati
penyakit kulit akibat peradangan, seperti dermatitis atau gangguan autoimun.

2. Antihistamin

Antihistamin merupakan obat yang digunakan untuk meredakan reaksi alergi dan
gatal-gatal pada kulit. Obat ini dapat dibeli sendiri di apotek atau melalui resep
dokter.

3. Antibiotik

Antibiotik salep diberikan untuk mengatasi penyakit kulit akibat infeksi bakteri.
Pada infeksi yang luas, dokter akan memberikan antibiotik dalam bentuk tablet
atau kapsul yang diminum. Konsumsi antibiotik harus berdasarkan resep dokter
dan harus dihabiskan.

4. Obat antivirus

Pemberian obat antivirus bertujuan untuk mengurangi gejala dan membasmi virus
penyebab penyakit kulit.
5. Obat antijamur

Obat antijamur untuk mengatasi penyakit kulit akibat infeksi jamur kebanyakan
berbentuk obat oles. Namun, terkadang dokter juga akan meresepkan obat
antijamur untuk diminum.

6. Operasi

Operasi dapat dilakukan untuk mengatasi kanker kulit atau penyakit kulit lain,
misalnya kutil. Selain pengobatan, pencegahan juga perlu dilakukan, agar penyakit
kulit tidak kambuh dan tidak menular kepada orang lain. Berikut ini adalah
beberapa langkah pencegahan penyakit kulit yang bisa dilakukan:

• Jaga kebersihan diri dengan mandi setiap hari. Saat mandi, disarankan
menggunakan sabun yang berbahan lembut.
• Hindari kontak fisik dengan penderita penyakit kulit menular.
• Hindari berbagi penggunaan barang-barang pribadi, seperti handuk atau
pakaian, dengan penderita penyakit kulit.
• Oleskan pelempap kulit secara rutin agar tidak kering, gatal, atau iritasi.
• Hindari kebiasaan menggaruk kulit dan memecahkan bisul atau lepuhan
yang muncul pada kulit.
• Hindari cara merawat kulit wajah, termasuk cara mencerahkan wajah, yang
tidak sesuai dengan tipe kulit.

2.2 Penyakit Kulit Varicella Zoster

2.2.1 Definisi

Cacar air atau varicella adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus
varicella-zoster (VZV), virus ini bertanggung jawab atas cacar air (biasanya infeksi
primer pada inang non-imun) dan herpes zoster atau herpes zoster (setelah
reaktivasi infeksi laten) (Ayoade F & Kumar S,2021). Cacar air ditandai dengan
ruam pada kulit yang membentuk lepuhan kecil & terasa gatal yang berkeropeng.
Cacar air merupakan penyakit kulit yang menular, biasanya terjadi pada daerah
punggung, dada, wajah kemudian bisa menyebar ke bagian tubuh lainnya.
2.2.2 Etiologi

Cacar air atau varicella disebabkan oleh virus varicella-zoster (VZV), virus ini
sangat menular dan dapat menyebar dengan cepat. Setelah 2-6 hari, virus
memasuki sirkulasi dan serangan viremia lain terjadi dalam 10-12 hari (Ayoade F
dan Kumar S,2021). Pada saat ini vesikel karakteristik muncul. Antibodi IgA, IgM,
dan IgG diproduksi tetapi antibodi IgG yang memberikan kekebalan seumur hidup.
Setelah infeksi primer, varicella terlokalisasi pada saraf sensorik dan dapat
diaktifkan kembali kemudian untuk menghasilkan herpes zoster (Ayoade F dan
Kumar S,2021) .

2.2.3 Patofisiologi

Freer G, 2018 mengemukakan paparan menyebabkan produksi imunoglobulin


pejamu G, M, dan A, antibodi IgG bertahan seumur hidup dan memberikan
kekebalan. Respon imun yang diperantarai sel penting dalam membatasi durasi
infeksi varicella primer. Setelah infeksi primer, varicella berteori menyebar ke lesi
mukosa dan epidermal ke saraf sensorik lokal. Kemudian tetap laten di sel
ganglion dorsal saraf sensorik. Sistem kekebalan menjaga virus tetap terkendali
tetapi reaktivasi masih dapat terjadi di kemudian hari dan menghasilkan sindrom
herpes zoster (herpes zoster) yang berbeda secara klinis, neuralgia postherpetik,
dan kadang-kadang sindrom Ramsay Hunt tipe II. Varicella zoster dapat merusak
arteri di leher dan kepala, mengakibatkan stroke.

Komite Penasihat Praktek Imunisasi Amerika Serikat (ACIP) menyarankan bahwa


semua orang dewasa yang berusia lebih dari 60 tahun mendapatkan vaksinasi
untuk menghindari herpes zoster. Satu dari lima orang dewasa yang menderita
cacar air saat masih anak-anak, terutama mereka yang mengalami penurunan
kekebalan, menjadi lajang. Herpes zoster paling sering ditemukan pada orang
dewasa yang berusia lebih dari 60 tahun yang didiagnosis menderita cacar air
sebelum usia 1 tahun (Dayan RR & Peleg R, 2017).
2.2.4 Tanda dan Gejala

Berikut tanda dan gejala umum yang ditimbulkan Varicela zoster (Handayani V V,
2021) :

• Nyeri pada kulit. Biasanya ditandai dengan munculnya rasa panas,


sensasi terbakar, atau seperti tertusuk benda tajam. Nyeri pada kulit juga
dapat disertai dengan rasa gatal dan mati rasa pada bagian saraf yang
terkena.

• Timbul ruam pada kulit. Ruam ini dapat berubah menjadi luka melepuh
dan bintil yang berisi air (menyerupai bintil pada cacar air). Kulit yang
melepuh dan bintil ini biasanya terasa gatal dan rentan pecah, lalu
mengering dan dalam beberapa hari akan berubah menjadi koreng.

• Nyeri dan ruam pada satu sisi tubuh, sesuai dengan saraf yang terinfeksi
virus. Ruam ini biasanya akan membentuk pola tertentu yang menyerupai
ular, sehingga penyakit ini juga disebut sebagai cacar ular.

• Munculnya gejala penyerta lain, seperti demam, nyeri kepala, tidak enak
badan, tidak nafsu makan, dan sensitif terhadap cahaya.

2.2.5 Pencegahan
1. Hindari kontak dengan penderita
2. Tingkatkan daya tahan tubuh
3. Imonoglobulin varicella zoster
a. Dapat mencegah atau setidaknya meringankan terjadinya cacar air)
b. Dianjurkan bagi bayi baru lahr yang ibunya menderita cacar air beberapa saat
setelah atau sebelum melahirkan

2.2.6 Komplikasi

Cacar air jarang mengakibatkan komplikasi, apabila terjadi tanda komplikasi berupa infeksi

kulit maka yang umumnya ditemukan adalah


1. Bekas luka yang menetap. Hal ini umumnya ditemukan pada anak atau cenderung
pada orang dewasa
2. Acute Cerebral Ataxia. Komplikasi ini ditandai dengan gerakan otot yang
tidak terkoordinasi sehingga bisa menyebabkan kesulitan berjalan, gerakan mata,
dan kesulitan berbicara

Pada beberapa kelompok cacar air dapat menyebabkan komplikasi serius seperti cacar air
berat dan seluruh tubuh, pneumonia dan hepatitis termasuk dalam kelompok tersebut :

1. Bayi dibawah usia 28 tahun


2. Orang dengan kekeblan tubuh rendah
3. Infeksi pada ibu hamil trimester pertama dapat menimbulkn kelainan congenital

2.2.7 Pengobatan

Pengobatan adalah menghilangkan gejala secara simptomatis, mereka yang


terinfeksi biasanya diminta untuk tinggal di rumah selama mereka menular
(Ayoade F & Kumar S, 2021). Menjaga kebersihan dan mengenakan sarung
tangan dapat mencegah goresan dan mengurangi risiko infeksi sekunder. Orang
yang berisiko mengalami komplikasi dan yang pernah terpapar secara signifikan
dapat diberikan imunoglobulin varicella-zoster intramuskular, preparat yang
mengandung titer antibodi tinggi terhadap virus varicella-zoster, untuk membantu
mencegah penyakit seperti berikut (Hayward K, dkk 2018) :

• Pada anak-anak, asiklovir mengurangi gejala satu hari jika diminum dalam
waktu 24 jam sejak awal ruam, tetapi tidak berpengaruh pada tingkat
komplikasi, dan tidak dianjurkan untuk individu dengan fungsi kekebalan
normal.

• Pada orang dewasa, infeksi cenderung lebih parah, dan pengobatan


dengan obat antivirus (asiklovir atau valasiklovir) disarankan jika dapat
dimulai dalam 24 hingga 48 jam setelah timbulnya ruam. Perawatan suportif
seperti meningkatkan asupan air dan penggunaan antipiretik dan
antihistamin merupakan bagian penting dari manajemen. Antivirus
biasanya diindikasikan pada orang dewasa, termasuk wanita hamil karena
kelompok ini lebih rentan terhadap komplikasi. Pengobatan yang lebih
disukai biasanya terapi oral, tetapi untuk pasien immunocompromised,
antivirus intravena diindikasikan.


Kondisi/faktor lingkungan Poses penularan
dan peran sebagai pemicu penyakit kulit
berkembangnya varicella varicella zoster
zoster

Dampak yang terjadi :


Gejala yang muncul :
1. Penularan varicella
1. Nyeri pada kulit
zoster semakin banyak
2. Kulit berkeropeng
2. pemahaman akan
3. Demam
pentingnya menjaga
4. Gatal pada kulit
kesehatan
3. Mengeluh akan kondisi
tubuh setelah tertular
Faktor yang
mempengaruhi
peningkatan penularan
1. Kurangnya menjaga Peningkatan
kebersihan diri penularan
2. Mandi tidak varicella zoster
menggunakan air
bersih( sungai)
3. Kurangnya Upaya Kesehatan
pemahaman proses pencegahan
penularan varicella varicella zoster
zoster
4. Meminjamkan alat
mandi atau pakaian
pada penderita
varicella

Keterangan :
: Tidak Diteliti : Berpengaruh

: Diteliti
2.2.8 Deskripsi Kerangka Konsep

Santri memiiki peran penting dalam membantu menjaga kesehatan


lingkungan pesantrenKhususnya dalam pencegahan tertularnya penyakit
kulit varicella zoster, dikarenakan proses penyakit kulit dapat membahayakan
jika proses penularannya dihiraukan. Varicella zoster dapat memberikan
dampak yang membuat muncul kondisi seperti demam, kulit gatal, nyeri pada
kulit, kulit berkeropeng dan membekas. Beberapa penyebab yang menjadi
pemicu dalam peularan penyakit varicella ini, yaitu kurangnya pemahaman
santri dalam proses penularan varicella zoster, meminjamkan alat mandi atau
pakaian pada penderita, mandi menggunakan air sungai juga mampu
menjadi factor pendukung penyebab timbulnya penyakit kulit.

BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan strategi penelitian dalam

mengidentifikasi permasalahan sebelum perencanaan akhir pengumpulan

data (Nursalam, 2013). Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian

ini adalah deskriptif yaitu suatu penelitian yang dilakukan untuk

mendiskripsikan yakni menggambarkan suatu fenomena yang terjadi di

dalam masyarakat (Notoadmodjo, 2010). Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui gambaran peran dan upaya santri dalam pencegahan penyakit

kulit varicella zoster di Pondok Pesantren Al Fitriah Kepanjen.

3.2 Kerangka Kerja


Kerangka kerja merupakan pentahapan suatu penelitian. Pada

kerangka kerja disajikan alur penelitian terutama variable yang akan

Populasi : Semua Santri di Pondok Pesantren Al


Fitriah, Kepanjen Kabupaten Malang, Jumlah: 140
Orang

Sampel: 35 Santri Pondok Pesantren Al Fitriah


Kepanjen yang Terkena Penyakit Kulit
Varicella Zoster

Sampling: Total Sampling

DesainPenelitian:
Deskriptif

Variabel: Peran & Upaya Santri dalam


pencegahan Penyakit Kulit Varicella Zoster

Instrument pengumpulan data:


kuesioner

Pengolahan dan analisa data: Editing,


Coding, scoring, Tabulating, Analisis
Univariete

Penyajian data

Penarikan Kesimpulan

Gambar 3.1 Kerangka Kerja Gambaran Upaya Santri Dalam


Pencegahan Penyakit Kulit Varicella Zoster Pondok Pesantren Al Fitriah
Kepanjen Kabupaten Malang

3.2 Populasi, Sampel, Dan Sampling

3.2.1 Populasi

Populasi dalam penelitian adalah subjek (misalnya manusia atau

klien) yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2015).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh santri di Pondok Pesantren Al

Fitriah Kepanjen.

3.2.2 Sampel

Sampel penelitian adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki populasi tersebut (Sugiyono, 2016).

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah santri yang

terkena penyakit kulit varicella zoster dengan jumlah 35 orang.

3.2.3 Sampling

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini total sampling

yaitu teknik penentuan sampel apabila semua anggota populasi digunakan

sebagai sampel (Sugiyono, 2016). Peneliti menggunakan total sampling

karena peneliti mengambil semua anggota populasi untuk dijadikan samp


Variabel Definisi Operasional Indikator Alat Ukur Skor Skala Variabel

Peran dan Upaya santri sebagai 1. Pengkajian dengan Lembar Ordinal 1. Selalu : 4
upaya peran utama dalam quesioner 2. Sering : 3
melakukan anamnesa
menjaga kesehatan & 3. Jarang : 2
kesehatan santri mencegah tertularnya pada santri yang 4. Tidak Pernah: 1
dalam dalam penyakit kulit varicella terkena penyakit kulit Skor Norton (2012)
zoster di pesantren
pencegahan varicella zoster.
penyakit kulit 2. Memeriksa kondisi
varicella zoster kulit santri secara dan
penilaian risiko
terjadinya varicella
zoster.
3. Melakukan
pengkajian kondisi
lingkungan yang
menjadi faktor
pemberat penyakit
kulit.
4. Mengimplementasikan
intervensi pada santri
dan lingkungan
pesantren.
5. Memberikan edukasi
kepada seluruh santri
yang tinggal di
lingkungan pesantren
pasien tentang
pentingnya menjaga
keehatn dan
pencegahan penyakit
kulit varicella zoster.

Tabel 3.1 Definisi Operasional


3.4 Pengumpulan dan Analisa Data

3.4.1 Proses Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini proses pengumpulan data peneliti meminta surat

pengantar penelitian dari ITSK RS dr. Soepraoen Malang, kemudian

ditujukan kepada Kepala Pondok Pesantren Al Fitriah Kepanjen.

Untuk pengambilan sampel dari klien dengan kriteria yang telah

ditentukan peneliti melakukan pengambilan data dari Pesantren Al Fitriah

dengan cara memberikan lembar kuesioner tentang peran dan upaya

kesehatan dalam pencegahan penyakit kulit varicella zoster pada santri

dalam satu kali tatap muka.

3.4.2 Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan dalam penelitian berupa kuesioner

dengan beberapa pertanyaan. Instrumen penelitian adalah alat-alat yang

akan digunakan untuk mengumpulkan data, instrumen penelitian ini dapat

berupa kuesioner, formulir observasi, formulir-formulir lain yang berkaitan

dengan pencatatan data dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010).

Pengumpulan data pada penelitian ini yaitu menggunakan instrument

penelitian dengan kuisioner tentang peran dan upaya kesehatan santri

dalam pencegahan penyakit kulit varicella zoster.

3.4.3 Waktu dan Tempat Pengumpulan Data

Waktu dan tempat penelitian dilakukan pada September 2022 di Pondok

Pesantren Al Fitriah Kepanjen.


3.4.4 Analisa Data
Setelah data terkumpul kemudian dilakukan pengolahan data melalui

tahapan Editing, Coding, Scoring, Tabulating sebagai berikut:

1. Editing (Penyutingan Data)

Editing merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian

formulir atau kuesioner tersebut

2. Coding (pengkodean)

Coding adalah pemberian kode-kode pada tiap-tiap data yang

termasuk kategori sama

3. Scoring

Penelitian terhadap peran santri dalam pencegahan penyakit kulit

varicella zoster sesuai peneliti sebelumnya. Dalam penelitian ini untuk

menilai penelitian menggunakan skala likert kemudian indikator tersebut

digunakan sebagai tolak ukur untuk menyusun butir pertanyaan: Selalu,

Sering, Jarang, dan Tidak Pernah.

4. Tabulasi

Pembuatan tabel-tabel yang berisi data yang telah diberi kode sesuai

dengan analisis yang dibutuhkan.

5. Analisa Data

Analisa univariat, yaitu analisis yang hanya melibatkan satu variabel

bebas (Sastroasmoro, 2011). Analisis univariat tergantung dari jenis data

yang ada. Untuk data numerik yang meliputi data usia menggunakan nilai

mean atau rata-rata, median, dan standar deviasi. Data kategorik yang

terdiri dari jenis kelamin, tingkat pengetahuan ibu, dan derajat dehidrasi

pasien dilakukan analisa dengan menghitung distribusi frekuensi dan


presentasi masing-masing kelompok. Pada analisis univariat data akan

disajikan dalam bentuk gambar dan tabel serta dilakukan interpretasi

berdasarkan hasil data yang diperoleh.

3.6. Etika Penelitian

3.6.1 Informed Consent (Surat persetujuan)

Responden mendapatkan informasi secara lengkap tentang tujuan

penelitian yang akan dilaksanakan, mempunyai hak untuk bebas

berpartisipasi atau menolak responden.

3.6.2 Anominity (Tanpa nama)

Responden mendapatkan hak untuk tidak disebutkan namanya

untuk peneliti.

3.6.3 Confidentiality (Kerahasiaan)

Responden memiliki hak untuk dijamin kerahasiaannya dalam

memberikan data.

3.6.4 Bebas dari penderitaan

Penelitian ini dilaksanakan tanpa mengakibatkan penderitaan

kepada responden.

3.6.5 Bebas dari eksploitasi

Responden dalam penelitian ini tidak akan dipergunakan dalam hal-

hal yang dapat merugikan responden dalam bentuk apapun.

3.6.6 Resiko

Peneliti telah mempertimbangkan resiko dan keuntungan yang akan

berakibat kepada responden pada setiap tindakan.


3.6.7 Right to self determination

Dalam penelitian ini peneliti memberikan hak kepada responden

untuk bersedia menjadi responden atau tidak.

3.6.8 Right to full disclosure

Responden memiliki hak untuk mendapatkan jaminan dari perlakuan

yang diberikan oleh peneliti tanpa adanya sanksi apapun.

3.6.9 Right in fair treatment

Dalam penelitian ini, reponden diberikan perlakuan secara adil baik

sebelum, selama, dan setelah penelitian dilaksanakan tanpa ada

diskriminasi dari peneliti.

3.6.10 Right to privasi

Responden memiliki hak untuk dijaga kerahasiaannya.

3.7 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan adalah kelemahan atau hambatan dalam melakukan

penelitian. Dalam penelitian ini keterbatasan yang dialami peneliti adalah

beberapa perawat mengisi kuisioner tidak sesuai dengan kenyataan di

ruangan.
[Type here]
[Type here]
[Type here]

Anda mungkin juga menyukai