Anda di halaman 1dari 18

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN NOVEMBER, 2021


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

VARICELLA

NIRMAWANA, S.Ked
(105101100920)

Pembimbing :
dr. H. Syamsul Nur, M.Kes, Sp.A

(Dibawakan dalam rangka tugas kepaniteraan klinik bagian Ilmu Kesehatan Anak)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim. Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan


kehadirat Allah SWT atas Rahmat dan Karunia yang diberikan, sehingga penulisan Referat yang
berjudul “VARICELLA” dalam rangka memenuhi tugas kepaniteraan klinik Pediatri sebagai
syarat kelulusan dapat terselesaikan tanpa hambatan dan rintangan yang berarti.

Penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan Referar ini tidak lepas dari
bimbingan serta dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada orang tua dan keluarga atas bantuan dan
pengertiannya selama penulisan karya tulis ini serta yang terhormat:

1. dr. Syamsul Nur, Sp,A sebagai pembimbing


2. Staff dan pengajar kepaniteraan klinik Pediatri

Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan dalam pengembangan
informasi ilmiah baik bagi penulis khususnya, juga mahasiswa, institusi dan masyarakat pada
umumnya.

Billahi fii sabilil haq. Fastabiqul Khaerat!

Makassar, 20 November 2021

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................... i

DAFTAR ISI.............................................................................................................. ii

BAB 1 ......................................................................................................................... 1

PENDAHULAUN .................................................................................................... 1

BAB 2 ......................................................................................................................... 2

PEMBAHASAN ........................................................................................................ 2

A. DEFINISI ....................................................................................................... 2
B. EPIDEMIOLOGI ........................................................................................... 2
C. ETIOLOGI ..................................................................................................... 3
D. TRANSMISI .................................................................................................. 3
E. PATOGENESIS ............................................................................................ 4
F. GEJALA KLINIS .......................................................................................... 5
G. PEMERIKSAAN PENUJANG...................................................................... 6
H. DIAGNOSA BANDING ............................................................................... 7
I. PENATALAKSANAAN ............................................................................... 10
J. PENCEGAHAN............................................................................................. 11
K. KOMPLIKASI ............................................................................................... 11
L. EDUKASI ...................................................................................................... 12
M. PROGNOSIS ................................................................................................. 12
BAB III ...................................................................................................................... 13

KESIMPULAN ......................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

Varicella Zoster adalah infeksi akut primer oleh virus varicella-zoster

yang menyerang kulit dan mukosa, manisfestasi klinis didahului gejala konstitusi,

kelainan kulit polimorf (vesikel yang tersebar generalisata terutama berlokasi

dibagian sentral tubuh) 4,5

Varisela dapat mengenai semua kelompok umur termasuk neonatus, tetapi

hampir 90% kasus mengenai anak dibawah umur 10 tahun dan terbanyak pada

umur 5-9 tahun. 6

Di Indonesia Sendiri, morbiditas varisela masih tinggi, terutama pada

masa anak-anak dan dewasa muda (pubertas). Varisela tidak menyebabkan

kematian dan merupakan penyakit yang dapat sembuh sendiri (self limiting

disease).5

Periode penularan mulai dari 1 sampai 2 hari sebelum timbulnya ruam

sampai semua lesi telah muncul. Pada individu yang tidak divaksinasi, gejala

klinis varisela biasanya mencakup 300 atau lebih lesi dan banyak vesikel.

Sebaliknya, individu yang divaksinasi yang terinfeksi varisela lebih banyak

biasanya mengalami perjalanan penyakit yang lebih ringan dan lebih pendek

yang ditandai dengan lebih sedikit dari 50 lesi makulopapular, dengan sedikit

atau tanpa lesi vesikuler.3

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI

Varicella zoster (disebut juga cacar air) adalah penyakit sangat menular yang
disebabkan oleh virus. Virus menyebabkan penyakit ini adalah virus varicella
zoster (VVZ) . Cacar air biasanya tergolong ringan, tetapi dapat berubah serius
jika dialami oleh bayi yang berusia di bawah 12 bulan, remaja, orang dewasa,
ibu hamil, dan orang dengan system kekebalan tubuh yang melemah.1
Virus varicella zoster (VVZ), juga dikenal sebagai human herpesvirus 3
dengan genom DNA beruntai ganda. VVZ hanya menginfeksi manusia secara
alami, tanpa reservoir hewan, target utamanya adalah limfosit T, sel epitel dan
ganglia.2,3
Varicella Zoster adalah infeksi akut primer oleh virus varicella-zoster yang
menyerang kulit dan mukosa, manisfestasi klinis didahului gejala konstitusi,
kelainan kulit polimorf (vesikel yang tersebar generalisata terutama berlokasi
dibagian sentral tubuh).4,5

B. EPIDEMIOLOGI
Varisela dapat mengenai semua kelompok umur termasuk neonatus, tetapi
hampir 90% kasus mengenai anak dibawah umur 10 tahun dan terbanyak pada
umur 5-9 tahun. Di Amerika Serikat, sebelum diperkenalkan vaksin varisela
terjadi epidemi varisela tahunan setiap musim dingin dan musim semi, tercatat
sekitar 4 juta kasus. Pada tahun 2000, angka kejadian varisela menurun 71%-
84% sejak diperkenalkannya vaksin varisela. Angka kesakitan dan kematian
menurun terutama pada kelompok umur 1-4 tahun. Angka kejadian varisela di
Indonesia belum pernah diteliti sedangkan berdasarkan data dari poliklinik
umum Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (IKA-RSCM)
dalam lima tahun terakhir tercatat 77 kasus varisela tanpa penyulit.6

2
Di Indonesia Sendiri, morbiditas varisela masih tinggi, terutama pada masa
anak-anak dan dewasa muda (pubertas). Varisela tidak menyebabkan kematian
dan merupakan penyakit yang dapat sembuh sendiri (self limiting disease).5

C. ETIOLOGI

Penyebab dari varisela adalah virus varicella zoster (VVZ), penamaan


tersebut memberi pengertian bahwa infeksi primer virus ini mengakibatkan
penyakit varisela, sedangkan reaktivasi menyebabkan herpes zoster. VVZ
merupakan anggota family herpes virus. Virion VVZ berbentuk bulat,
berdiameter 150-200 nm, DNA terletak diantara nukleokapsid, dan dikelilingi
oleh selaput membrane luar dengan sedikitnya terdapat tiga tonjolan
glikoprotein mayor. Glikoprotein ini merupakan target imunitas humoral dan
seluler.2,5

D. TRANSMISI
VVZ sangat mudah menular dan menyebar melalui droplet, dengan tingkat
penularan sangat tinggi di negara beriklim sedang. Secara umum, VVZ
dianggap menyebar melalui saluran pernapasan, tetapi bukti semacam itu masih
sedikit.2
Transmisi VVZ terjadi dua cara yaitu kontak langsung dengan lesi kulit yang
belum sepenuhnya kering (transmisi kontak), atau menghirup virus yang
dierosol partikel dari lesi kulit vesikuler (transmisi udara).3
Periode penularan mulai dari 1 sampai 2 hari sebelum timbulnya ruam

3
sampai semua lesi telah muncul. Pada individu yang tidak divaksinasi,
gejala klinis

4
varisela biasanya mencakup 300 atau lebih lesi dan banyak vesikel. Sebaliknya,
individu yang divaksinasi yang terinfeksi varisela lebih banyak biasanya
mengalami perjalanan penyakit yang lebih ringan dan lebih pendek yang
ditandai dengan lebih sedikit dari 50 lesi makulopapular, dengan sedikit atau
tanpa lesi vesikuler.3

E. PATOGENESIS

VVZ masuk kedalam tubuh melalui mukosa saluran nafas atas dan orofaring.
Setelah transmisi ke inang yang rentan,2 VVZ berkembang biak diorofaring
(tonsil), virus bermultiplikasi ditempat masuknya (port d’entry), menyebar
melalui pembuluh darah dan limfe, mengakibatkan viremia perifer. Tubuh kita
mencoba mengeliminasi virus terutama melalui system pertahanan tubuh non
spesifik terhadap VVZ. Apabila pertahanan tubuh tersebut gagal mengeliminasi
virus terjadi viremia sekunder kurang lebih dua minggu setelah infeksi. Viremia
ditandai oleh timbulnya erupsi varisela, terutama dibagian sentral tubuh dan
dibagian perifer lebih ringan. Ada juga pemahaman baru mnyetakan bahwa
erupsi kulit sudah dapat terjadi setelah viremia primer. Setelah erupsi kulit dan
mukosa,

5
virus masuk ke ujung saraf sensorik kemudian menjadi latent di ganglion
dorsalis posterior. Pada suatu saat jika terjadi reaktivasi dari VVZ dapat terjadi
manifestasi herpes zoster, sesuai dermatom yang terkena.5

F. GEJALA KLINIS

Masa inkubasi penyakit ini berlangsung 12 sampai 21 hari. 5 Gejala klinis


dimulai dengan gejala prodromal, yakni demam yang tidak terlalu tinggi,
malaise dan nyeri kepala, kemudian disusul dengan timbulnya erupsi kulit
berupa papul eritematosa yang dalam waktu beberapa jam berubah menjadi
vesikel. Benntuk vesikel ini menyerupai tetesan embun (tear drops) diatas dasar
yang eritematosa. Vesikel akan berubah menjadi keruh menyerupai pustul dan
kemudian menjadi krusta. Sementara proses ini berlangsung, timbul lagi
vesikel-vesikel baru sehingga pada satu saat tampak gambaran polimorfik.1,5
Gejala lainnya juga muncul gatal, dan hilangnya nafsu makan. Sedangkan
komplikasi yang lebih serius bisa terjadi infeksi kulit, infeksi paru (pneumonia),
peradangan pembuluh darah, Pembengkakan pada selaput otak dan / atau saraf
tulang belakang (ensefalitis atau meningitis), dan infeksi aliran darah, tulang,
atau persendian.1
Penyebaran terutama didaerah badan , kemudian menyebar secara
sentrifugal kewajah dan ekstremitas serta dapat menyerang selaput lendir

6
mata,mulut dan saluran nafas bagian atas. Jika terdapat infeksi sekunder terdapat
pembesaran kalenjar getah bening yang regional.5

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pada varisela yang tidak disertai komplikasi, umumnya tidak diperlukan
pemeriksaan penunjang. Lesi varisela dan herpes zoster tidak dapat dibedakan
menggunakan histopatologi. Pemeriksaan tzank dapat dilakukan dengan
mengambil bahan dari dasar lesi yang kemudian diwarnai giemsa. Ditemukan
sel datia berinti banyak dan sel epitel yang berisi asidofilik intranuklear badan
inklusi akan membedakan erupsi vesikuler akibat VVZ dengan erupsi
vesikuler yang lain.7

Bila keadaan laboratorium memungkinkan dapat dilakukan pemeriksaan


cairan vesikel dengan PCR guna membuktikan infeksi DNA VVZ, atau
serologi untuk Flouresent-antibody to membrane antigen of VVZ dan atau
dengan menggunakan tes aglutinasi lateks.5

7
H. DIAGNOSIS BANDING

1. Variola (smallpox)5

Variola adalah penyakit virus yang disertai keadaan umum yang buruk,
dapat menyebabkan kematian, effloresensinya bersifat monomorf terutama
pada daerah perifer tubuh. Penyebarannya bersifat kosmopolit.
Penyebab dari variola adalah virus poks (Pox virus variolae). Dikenal 2
tipe virus yang hampir identik, tetapi menyebabkan 2 tipe variola yaitu variola
mayor dan variola minor. Pada variola mayor memberikan gambaran suhu
tubuh 38-38,5’C, sedangkan pada variola minor memberikan gambaran suhu
38’C. Virus ini sangat stabil pada suhu ruangan, sehingga dapat hidup diluar
tubuh selama berbulan-bulan. Masa inkubasinya 2-3 minggu dan terdapat 4
stadium :
a) Stadium inkubasi erupsi dimana terdapat nyeri kepala, nyeri tulang dan
sendi disertai demam tinggi, menggigil, lemas, dan muntah-muntah yang
berlangsung selama 3-4 hari.
b) Stadium makulopapuler dimana timbul banyak macula eritematosa yang
cepat menjadi papul terurama diwajah dan ektremitas, termasuk telapak
tangan dan telapak kaki.

8
c) Stadium vesikulo pustulosa dimana dalam waktu 5-10 hari timbul vesikel
yang kemudian menjadi pustul dan pada saat ini suhu tubuh pasien
kembali tinggi
d) Stadium resolusi dimana berlangsung dalam kurun waktu 2 minggu.
Timbul krusta dan krusta mulai terlepas dan meninggalkan sikatriks. Suhu
tubuh mulai menurun.
Pada pemeriksaan penunjang diagnosis terdiri dari atas inokulasi pada
korioalantoik, pemeriksaan virus dengan mikroskop elektron, dan deteksi
antigen virus pada agar-sel.

2. Dermatitis kontak5

Dermatitis kontak adalah dermatitis yang disebabkan oleh bahan substansi


yang menempel pada kulit. Dikenal ada dua jenis dermatitis kontak yaitu
dermatitis kontak iritan dan dermatitis kontak alergi, keduanya dapat bersifat
akut maupun kronis. Dermatitis kontak iritan merupakan reaksi peradangan
kulit non-imunologik, yaitu kerusakan kulit terjadi secara langsung tanpa
didahului proses pengenalan/sensitisasi. Sebaliknya, dermatitis kontak alergi
terjadi pada seseorang yang telah mengalami sensitisasi terhadap suatu bahan
penyebab/allergen.
DKI dapat dialami oleh semua orang dari berbagai golongan umur,ras dan
jenis kelamin, sedangkan DKA hanya pada orang dengan kulit yang
hipersensitif. Etiologinya bisa karena bahan yang bersifat iritan pajanan
dengan

9
bahan yang bersifat iritan, faktor individu dan faktor lain seperti senyawa
kimia dengan berat molekul rendah (<1000 dalton) yang disebut Hapten.

Kelainan kulit yang terjadi bisa beragam tergantung pada sifat iritan dan
allergen.Pada DKI memberikan gambaran effloresensi berupa eritema, edema,
vesikel, bulla, pustul, skuama, likenifikasi, erosi dan lokasinya berhubungan
dengan pekerjaan, sehingga lebih banyak ditemukan ditangan dibandingkan
dengan bagian tubuh yang lain. Sedangkan pada DKA memberikan gambaran
bercak eritematosa berbatas tegas yang diikuti dengan edema, papulovesikel,
vesikel atau bulla kulit terlihat kering, berskuama, papul, likenufikasi dan
fisura dan berbatas tidak tegas, dan lokasinya pada Tangan, wajah, telinga,
leher, badan, genitalia, eksremitas superior dan inferior (daerah yang terpapar
allergen).

Diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisis dan


pemeriksan penunjang seperti Uji Tempel. Pada pemeriksaan histopatologik
tidak khas dengan gambaran DKI akut dermis bagian atas terdapat vasodilatasi
disertai sebukan sel mononuklear disekitar pembuluh darah. Pada DKI kronik
memberikan gambaran kerusakan epidermis dapat berbentuk vesikel atau
bulla. Dalam vesikel/bulla ditemukan limfosit/neutrophil.

3. Insect bites5

1
Insect Hipersensitivity atau hipersensitivitas kulit terhadap serangga
mencakup reaksi alergi akibat gigitan (bites), sengatan (stings) serangga, dan
kontak dengan bagian tubuh serangga. Serangga yang paling sering meggigit
diantaranya adalah nyamuk, kutu berkaki 6, kutu busuk dan serangga lainnya.
Untuk gejala klinisnya dapat dijumpai pada anak usia 2-10 tahun yaitu
urtikaria popular. Efloresensi yang lain berupa papul yang puncaknya terdapat
pungtum, papul dikelilingi urtika dan zona eritematosa yang muncul secara
bersamaan ditempat gigitan. Lesi biasanya disertai rasa gatal. Selain rasa gatal,
garukan dapat menyebabkan terjadinya infeksi sekunder oleh bakteri,
menularkan penyakit parasit serta meninggalkan bercak hipopigmetasi
Diagnosis dapat ditegakkan dengan anamnesis dan pemerikaan klinis pada
tempat predileksinya . gambaran klinik khas seperti dibagian tengah papul
terlihat punctum hemoragik (haemorrhagic puncta), segera diikuti
terbentuknya papul atau vesikel dibagian tengahnya bahkan dapat menjadi
bulla. Pada keaddaan berat 4-8 jam setelah gigitan dapat berbentuk pustul
berumbilikasi dengaan dasar edema dan eritematoosa. Pustule kemudian
memecah meninggalkan krusta dan akan sembuh dalam bebrapa hari dan
kadang-kadang dapat meninggalkan sikatriks dan hipopigmmentasi.

I. PENATALAKSANAAN
Pengobatan bersifat simptomatik dengan antipiretik dan analgetik, untuk
mengilangkan rasa gatal dapat diberikan sedatif atau antihistamin yang
memiliki anti sedatif. Antipiretik yang bisa diberikan antara lain Paracetamol,
hindari salisilat atau aspirin. Terapi lokal ditujukan agar mencegah agar
vesikel tidak pecah terlalu dini, karena itu diberikan bedak yang ditambah
dengan zat anti gatal (menthol, kamfore). Jika timbul infeksi sekunder dapat
diberikan antibiotic oral atau salep.5 Dapat pula diberikan terapi antivirus
seperti :
a) Bayi/anak : Acyclovir 10-20 mg/kgBB/hari ; dosis terbagi
4-5x 20 mg/kgBB/kali ( maksimal 800 mg/kali)
selama 7 hari
b) Dewasa : Acyclovir 5 x 800 mg/hari selama 7 hari atau

1
Valasiklovir 3x1 gr/hari selama 7 hari
Famsiklovir 3x 250 mg/hari selama 7 hari
c) Immunokompromise : Acyclovir 10 mg/kgBB Iv atau Iv drip 3 kali sehari
minimal 10 hari
Acyclovir 5 x800 mg/hari/oral min 10 hari, atau
Valasiklovir 3x1 gr/hari min 10 hari, atau
Vamsiklovir 3x500 mgr/hari min 10 hari

J. PENCEGAHAN1
1. Anak-anak yang berusia 12 bulan hingga 12 tahun harus mendapatkan 2
dosis vaksin cacar air, biasanya sebagai berikut:1
- Dosis pertama: Usia 12 hingga 15 bulan
- Dosis kedua: Usia 4 hingga 6 tahun
2. Orang-orang yang berusia 13 tahun atau lebih yang belum mendapat
vaksin ini sebelumnya, dan belum pernah terkena cacar air, harus
menerima 2 dosis yang diberikan dengan jarak minimal 28 hari.1
3. Seseorang yang sebelumnya hanya mendapat satu dosis vaksin cacar air
harus menerima dosis kedua untuk menyelesaikan rangkaian vaksin
tersebut. Dosis kedua harus diberikan setidaknya 3 bulan setelah dosis
pertama untuk anak-anak yang berusia kurang dari 13 tahun, dan
setidaknya 28 hari setelah dosis pertama untuk yang berusia 13 tahun atau
lebih.1
4. Tidak ada risiko yang diketahui akibat pemberian vaksin cacar air seperti
halnya vaksin lainnya.1

K. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada kasus varicella pada anak-anak
umumnya jarang timbul dan lebih sering pada orang dewasa seperti 5:

a) Ensefalitis
b) Pneumonia
c) Glomerulonephritis
d) Karditis
1
e) Hepatitis
f) Keratitis
g) Konjungtivitis
h) Otitis
i) Arteritis dan kelainan darah
j) Komplikasi pada ibu hamil adalah kelainan kongenital dan varicella
kongenital pada neonates.

L. EDUKASI4
1. Bila mandi, pasien harus berhati-hati agar vesikelnya tidak pecah
2. Jangan menggaruk dan dijaga agar vesikel tidak pecah,biarkan
mongering dan lepas sendiri.
3. Istirahat pada masa aktif sampai semua lesi sudah mencapai stadium
krustasi.
4. Rawat bila berat,bayi,usia lanjut dan dengan komplikasi.
5. Makanan lunak,terutama bila terdapat banyak lesi di mulut
M. PROGNOSIS
Perawatan dengan teliti dan memperhatikan hygine dari pasien akan
memberikan prognosis yang baik dan dapat mencegah timbulnya jaringan
parut.5
 Qua ad Vitam : Bonam
 Qua ad Sanationam : Bonam
 Qua ad Functionam : Bonam

1
BAB III

KESIMPULAN

Varicella Zoster adalah Infeksi akut primer oleh virus varisella-zoster


yang menyerang kulit dan mukosa, manisfestasi klinis didahului gejala konstitusi,
kelainan kulit polimorf (vesikel yang tersebar generalisata terutama berlokasi
dibagian sentral tubuh)

Varisela dapat mengenai semua kelompok umur termasuk neonatus, tetapi


hampir sembilan puluh persen kasus mengenai anak dibawah umur 10 tahun dan
terbanyak pada umur 5-9 tahun. Penyebab dari varisela adalah virus varicella
zoster (VVZ), penamaan tersebut memberi pengertian bahwa infeksi primer virus
ini mengakibatkan penyakit varisela. VVZ sangat mudah menular dan menyebar
melalui droplet, dengan tingkat penularan sangat tinggi di negara beriklim
sedang. Secara umum, VVZ dianggap menyebar melalui saluran pernapasan

1
DAFTAR PUSTAKA

1. Immunization action Coalition. 2018 “Vaksinasi Varicella”. Journal

Departement of healthy and human services. hlm 1-2

2. Anne A.G. Breuer J, Cohen J.I. 2017. “Varicella Zoster virus infection”

Journal HHS Public Acces. University collage of physicians and surgeons.

Hlm 2-4

3. Lachiewicz A.M. ,Srinivas M.L.2019 “Varicella Zoster virus post exposure

management and prophylaxis” . Journal Preventive Medical Report.

University Of North Carolina Division Of Infection Disease. Hlm 1-2

4. Widayati S, Soebono.H, Nilasari.H. 2017. Panduan Praktik klinis bagi Dokter

Spesialis Kulit dan Kelamin di Indonesia. Jakarta. Perhimpunan dokter

spesialis kulit dan kelamin Indonesia (PERDOSKI).hlm 147-9

5. Aisah S, Handoko R.P.2016. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Balai

Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. hlm 128-31

6. Theresia, Hadinegoro S.R.S.2018.”Terapi asiklovir pada anak dengan varisella

tanpa penyulit”. Sari Pediatri Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Vol

II No.6. hlm 44-442

7. Harlim A. 2019. Buku ajar Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin. Jakarta:

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia. hlm 40-2

Anda mungkin juga menyukai