PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Varisela atau yang biasa kita kenal dengan cacar air atau chicken pox
adalah penyakit infeksi akut primer oleh Virus Varisela-Zoster (VVZ) yang
menyerang kulit dan mukosa, klinis terdapat gejala konstitusi, disertai kelainan
kulit polimorf, terutama berlokasi di bagian sentral tubuh.1 Virus Varisela-
Zoster memiliki amplop, berbentuk ikosahedral, DNA berantai ganda, yang
masih termasuk keluarga herpesvirus.
Varisela terdapat di seluruh dunia, dan tidak ada perbedaan ras maupun
jenis kelamin.3 Varisela dapat mengenai semua kelompok umur termasuk
neonatus, tetapi hampir sembilan puluh persen kasus mengenai anak
dibawah umur 10 tahun dan usia puncak terjadinya adalah 5-10 tahun.
Penularan terjadi akibat kontak langsung, atau melalui udara.
Di Amerika Serikat, sebelum diperkenalkan vaksin varisela terjadi epidemi
tahunan setiap musim dingin dan musim semi. Tercatat angka kejadian sekitar
4 juta kasus, dan pada tahun 2000 menurun 71%-84% sejak
diperkenalkannya vaksin varisela. Angka kesakitan dan kematian menurun
terutama pada kelompok umur 1-4 tahun. Angka kejadian varisela di
Indonesia belum pernah diteliti sedangkan berdasarkan data dari poliklinik
umum Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta (IKA-
RSCM) pada tahun 2005 sampai 2010 tercatat 77 kasus varisela tanpa
penyulit.4 Penelitian yang dilakukan oleh Malubaya H pada periode Januari
1998-Desember 1999 di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Prof. Dr. R. D.
Kandou ditemukan 149 orang penderita varisela diantara 16.401 orang yang
datang berobat. Hasil data yang didapatkan tersebut sedikit lebih tinggi bila
dibandingkan dengan data insidens varisela di RSU dr. Hasan Sadikin
Bandung pada tahun 1991 sampai 1992.5 Pada penelitian di RSUP Prof. Dr.
R. D. Kandou Manado periode Januari 2006-Desember 2008 menunjukkan
varisela pada anak menempati urutan pertama dengan jumlah penderita 44
orang dan persentase 37,93% diantara penyakit-penyakit infeksi virus lainnya.
Usia 5-14 tahun merupakan kelompok usia terbanyak yang menderita
varisela, dan perempuan lebih banyak sebagai penderita daripada laki-laki
dengan perbandingan 1,75:1 pada tahun ini.6 Penelitian varisela pada anak
tahun 2009-2011 di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou yang dilakukan oleh
Harahap J ditemukan 16 penderita (27,12%) varisela diantara 59 penderita
penyakit infeksi virus lainnya.
A. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana penerapan asuhan keperawatan pada penyakit varicella?
B. TUJUAN
1. Tujuan umum
Mahasiswa dapat melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien
dengan varicella.
2. Tujuan khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan varicella
b. Mampu membuat analisis data dari hasil pengkajian
c. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan
varicella
d. Mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada pasien dengan
varicella
e. Mampu mengaplikasikan tindakan keperawatan dengan komprehensif
pada pasien varicella
f. Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah dilakukan
pada pasien varicella
C. MANFAAT
1. Rumah Sakit
Asuhan keperawatan ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
penanganan dan penatalaksaan pada pasien dengan varicella.
2. Pendidikan
Asuhan keperawatan ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
informasi tambahan dan pengetahuan dari mengenali hingga bagaimana
penaganan pasien dengan varicella.
3. Pasien
Asuhan keperawatan ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
pedoman dan informasi penyakit serta penanganan dan penatalaksaan
pada pasien dengan varicella.
4. Mahasiswa
Asuhan keperawatan ini digarapkan dapat memberikan pengetahuan
bagaimana mengenali, mengkaji hingga memberikan penanganan yang
tepat pada pasien dengan varicella.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN
1. Varicella atau chickenpox atau yang dikenal dengan cacar air adalah infeksi
primer virus varicella zoster (vzv) yang umumnya menyerang anak dan
merupakan penyakit sangat menular. Meskipun gejala klinis varicella tidak
berat namun pada remaja, orang dewasa dan anak dengan status imunitas
menurun dapat meningkatkan angka kesakitan dan kematian (Sari Pediatri,
2010).
2. Varicella adalah penyakit infeksi akut primer oleh virus varicella zoster yag
menyerang kulit dan mukosa. Gejala klinik terdapat konstitusi, kelainan kulit
polimorf, terutama berlokasi dibagian kulit dan selpaut lender (Ngasyiyah,
2000).
B. ETIOLOGI
C. KLASIFIKASI
Menurut Aisyah (2003). Klasifikasi varicella dibagi menjadi 2:
1. Varicella congenital
Varicella conginetal adalah sindrom yang terdiri dari atas parut
sikatrisial, atrofi ekstremitas, serta kelainan mata dan susunan syaraf
pusat. Sering terjadi ensefalitis sehingga menyebabkankerusakan
neuropatik. Resiko terjadinya varicella congenital sangat rendah (2,2%),
walaupun pada kehamilan trisemester pertama ibu menderita varicella.
Varicella pada paruh kedua jarang sekali menyebabkan kematian bayi
pada saat lahir. Sulit untuk mendiagnosis infeksi varicella intaurin. Tidak
diketahui apakah pengobatan dengan antivirus pada ibu dapat mencegah
kelainan fetus.
2. Varicella neonatal
Varisela neonatal terjadi bila terjadi varisela maternal antara 5 hari
sebelum sampai 2 hari sesudah kelahiran. kurang lebih 20% bayi yang
terpajan akan menderita varicella neonatal. Sebelum penggunaan
varicella immune globulin (VZIG), kematian varisela neonatal sekitar 30%.
Namun neonatus dengan lesi pada saat lahir atau dalam 5
hari pertama sejak lahir jarang menderita varisela berat karena mendapat
antibody dari ibunya. Neonatus dapat pula tertular dari anggota keluarga
lainnya selain ibunya. Neonatus yang lahir dalam masa risiko tinggi harus
diberikan profilaksis VZIG pada saat lahir atau saat awitan infeksi
maternal bila timbul dalam 2 hari setelah lahir.Varisela neonatal
biasanya timbul dalam 5-10 hari walaupun telah diberikan VZIG. Bila
terjadi varisela progresif (ensefalitis, pneumonia, varisela, hepatitis,
diatesis pendarahan) harus diobati dengan asiklovir intravena. Bayi yang
terpajan dengan varisela maternal dalam 2 bulan sejak lahir harus
diawasi. Tidak ada indikasi klinis untuk memberikan anti virus pada
varisela neonatal atau asiklovir profilaksis bila terpajan varisela maternal
D. EPIDEMIOLOGI
Tersebar kosmopolit, menyerang terutama anak-anak tetapi dapat juga
menyerang orang dewasa. Transmisi penyakit ini secara aerogen. Masa
penularan lebih kurang 7 hari dihitung dari timbulnya gejala kulit.
1. Frekuensi
Di Amerika Serikat, frekuensi tergantung musim, biasanya bulan maret
dan april. Sebelum vaksin varicella disebarkan, dilaporkan terjadi 4 juta
kasus varicella. Penyakit ini responsible pada 11.000 kasus dirumah sakit
dalam setahun dan terjadi 50-100 kasus kematian. Saat ini kurang dari 1o
kematian dalam setahun menimpa mereka yang belum diimunisasi.
Sedangkan di internasional, secara universal varicella cenderung merata,
diperkirakan terjadi 60 juta kasus dalam setahun. Varicella lebih
berpengaruh pada individu yang tidak memperoleh kekebalan. Mungkin da
sekitar 80-90 juta kasus di seluruh dunia.
2. Mortalitas
a. Banyak terjadi pada anak usia 1-4 tahun, diperkirakan 2 kematian tiap
100.000 kasus
b. Kebanyakan kematian terjadi sebelum ada vaksinasi dan bersamaan
dengan ensefalitis, pneuomia, infeksi bakteri sekunder, dan syndrome
reye
c. Mortalitas pada anak-anak dengan immunocompromised lebih tinggi
d. Penyakit ini lebih serius pada neonates, tergantung kapan infeksi
terhadap ibunya
3. Ras
Tidak ada predileksi ras tertentu
4. Seks
Tidak ada predileksi jenis kelamin
5. Umur
Insiden tetinggi varicella pada ank umur 1-6 tahun. Anak degna umur lebih
dari 14 tahun hanya sekitar 10% dri kasus varicella.
E. PATOFISIOLOGI
VARICELLA
Reaksi inflamasi
Timbul papula
MK: HIPERTERMI
terinfeksi
vesikula
Mengenai saraf pd kulit
MK: KERUSAKAN
INTEGRITAS KULIT
MK: NYERI
F. MANIFESTASI KLINIS
1. Masa tunas penyakit berkisar antara 8-12 hari
2. Didahului stadium prodromal yang di tandai:
a. Demam
b. Malaise
c. Sakit kepala
d. Anoreksia
e. Sakit punggung
f. Batuk kering
g. Radang tenggorokan yang berlansung 1-3 hari
3. Stadium: erupsi yang ditandai dengan terbentuknya verikula yang khas,
seperti tetesan embun (teardrops) vesikula akan berubah menjadi
pustule, kemudian pecah menjadi kusta, sementara proses inin
berlansung, timbul lagi vesikel baru sehingga menimbulkan gambaran poli
mofri
4. Penyebaran lesi terutama adalah di daerah badan kemudian menyebar
secara satrifugal ke muka ekstremitas (Harahap, 2000).
G. KOMPLIKASI
Cacar air jarang menyebabkan komplikasi. Jika terjadi komplikasi dapat
berupa infeksi kulit. Komplikasi yang paling umum ditemukan adalah:
1. Bekas luka yang menetap. Hal ini umumnya ditemukan jika cacar air terjadi
pada anak yang usianya lebih tua atau cenderung pda orang dewasa
2. Acute cerebral ataxia komplikasi ini tidak umum ditemukan dan cenderung
lebih mungkin terjadi pada anak yang lebih tua. Komplikasi ini ditandai
dengan gerakan otot yang tidak terkoordinasi sehingga anak dapat
mengalami kesulitan berjalan, kesulitan bicara, gerakan mata yang
berganti-ganti dengan cepat. Ataxia ini akan menghilang dengan sendirinya
dalam waktu beberapa minggu atau bulan.
Pada beberapa kelompok, cacar air mungkin menyebabkan komplikasi
yang serius seperti cacar air yang berat dan seluruh tubuh, pneumonia dan
hepatitis yang termasuk kedalam kelompok tersebut:
1. Bayi dibawah usia 28 hari
2. Orang dengan kekebalan tubuh rendah
3. Komplikasi yang terjadi pada orang dewasa berupa ensefalitis, pneumonia,
karditis, glomerulusnefritis, hepatitis, konjungtivitis, otitis, arthritis dan
kelainan darah (beberapa macam purpura)
4. Infeksi pada ibu hamil trimester petama dapat menibulkan kelainan
congenital, sedangkan infeksi yang terjadi beberapa hari menjelang
kelahira dapat menyebabkan varisela congenital pada neonates.
H. PROGNOSIS
Varicella dan herpes zoster pada anak imunokompeten tanpa disertai
komplikasi prognosis biasanya sangat baik sedangkan pada ank
imunokompromais, angka morbiditas dan mortalitasnya signifikan.
I. Penatalaksanaan Medis
Pada anak imunokompeten, biasanya tidak diperlukan pengobatan yang
spesifik dan pengobatan yang diberikan bersifat simtomatis yaitu:
1. Lesi masih berbentuk vesikel, dapat diberikan bedak agar tidak mudah
pecah
2. Vesikel yang sudah pecah atau sudah berbentuk krusta, dapat dibeikan
salap antibiotik untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder.
3. Dapat diberikan antipiretik dan anaklgetik, tetapi tidak boleh golongan
salisilat (aspirin) untuk menghindari terjadinya syndrome reye.
4. Kuku jari tangan harus dpotong untuk mencegah terejadinya infeksi
sekunder akibat garukan
Obat antivirus
1. Pemberian antivirus dapat mengurangi lama sakit, keparahan dan waktu
penyembuhan akan lebih singkat.
2. Pemberian antivirus sebaiknya dalam jangka waktu kurang dari 48-72 jam
setelah erupsi dikulit muncul
3. Golongan antivirus yang diberikan yaitu siklovir, vasiklovir dan famasiklovir
4. Dosis antivirus (oral) untuk pengobatan varicella dan herpes zoster:
a. Neonates: asiklovir 500 mg/ m2 IV setiap 8 jm selama 10 hari
b. Anak (2-12 tahun): asiklovir 4x20 mg/ kg BB/ hari/ oral selama 5 hari
c. Pubertas dan dewasa:
1) Asiklovir 5 x 800 mg/ hari/ oral selama 7 hari
2) Valasiklovir 3 x1 gr/ hari/ oral selama 7 hari
3) Famasiklovir 3 x 500 mg/ hari/ oral selama 7 hari
Pencegahan
Pada anak imunokompeten yang telah menderita varicella tidak
diperlukan tindakan pencegahan, tetapi tindakan pencegahan ditunujkan pada
kelompok berisiko tinggi untuk menderita varicella yang fatal seperti neonates,
pubertas, ataupun orang dewasa, dengan tujuan mencegah ataupun
mengurangi gejala varicella.
Tindakan pencegahan yang dapat diberikan yaitu:
1. Imunisasi pasif
a. Menggunakan VZIG (Varicella zoster immunoglobulin)
b. Pemberiannya dalam waktu 3 hari (kurang dari 96 jam) setelah terpajan
VZV, pada anak-anak imunokompeten terbukti mencegah varicella
sedangkan pada anak imunokompromais pemberian VZIG dapat
meringankan gejala varicella.
c. VZIG dapat diberikan yaitu:
1) Anak-anak yang berusia < 15 tahun yang belum ernah menderita
varicella atau herpes zoster
2) Usia pubertas > 15 tahun yang belum pernah menderita varicella
aau herpes zoster dan tidak mempunyai antibodi terhadap VZV
3) Bayi yang baru lahir, dimana ibunya menderita varicella dalam
kurun waktu 5 hari sebelum atau 48 jam setelah melahirkn.
4) Bayi premature dan bayi usia 14 hari yang ibunya belum pernah
menderita varicella atau herpes zoster
5) Anank-anak yang mendertia leukemia atau lymphoma yang belum
pernah menderita varicella
d. Dosis: 125 U/ 10 kg BB
Dosis minimum: 125 U dan maksimal: 625 U.
e. Pemberian secara IM tidak diberikan IV
f. Perlindungan yang bersifat sementara
2. Imunisasi aktif
a. Vaksinasinya menggunakan vaksin varicella virus (oka strain) an
kekebalan yang didapat dapat bertahan hingga 10 tahun
b. Digunakan di Amerika sejak tahun 1995
c. Daya proteksi melawan varicella berkisar antara 71-100%
d. Vaksin efektif jika diberikan pada umur 1 tahun dan direkomendasikan
pada usia 12-18 bulan
e. Anak yang berusia 13 tahun yang tidak menderita varicella
direkomendasikan diberikan dosis tunggan dan anak lebih tua diberikan
dalam dosis 2 dengan jarak 4-8 minggu
f. Pemberian secara subkutan
g. Efek samping
Kadang-kadang dapat timbul demam ataupun reaksi local seperti ruam
makulopapuar atau vesikel, terjadi pada 3-5% anak-anak dan timbul 10-
21 hari setelah pemberian lokasi penyuntikan
h. Vaksin varicella: Varivax
i. Tidak boleh diberikan pada wanita hamil oleh karena dapat
menyebabkan terajdinya kongenital varicella.
Pengobatan di rumah :
Tujuan perawatan di rumah untuk mengurangi rasa gatal dari varicella
dan demam atau perasaan tidak enak yang menyertai.
1. Atasi rasa gatal pada kulit dengan kompres basah atau memandikan
pada air dingin atau air hangat setiap 3-4 jam selama beberapa hari
pertama. Mandi tidak memperparah varicella. Kemudian keringkan
tubuh (jangan digosok).
2. Calamine lotion paling sering digunakan untuk mengatasi rasa gatal,
tetapi jangan membarikan lotion di dekat mata atau wajah pada anak
yang lebih muda. Lainnya dapat diberikan bedak basah atau bedak
kering yang mengandung salisil 2% atau mentol 1-2%. Potong kuku
untuk melindungi terhadap garukan, yang dapat menimbulkan infeksi
pada vesikel yang pecah.
3. Varicella pada mulut mungkin menyebabkan sulit makan atau minum.
Berikan air dingin dan makanan lunak. Hindari makanan/minuman
yang mengandung asam tinggi, seperti jus jeruk, atau khususnya
garam. Nyeri pada mulut dapat diatasi dengan memberikan
acetaminophen (paracetamol) secara rutin saat ada vesikel pada
mulut.
4. Luka pada daerah genetalia dapat terasa sangat nyeri. Krim anestesi
yang mengurangi nyeri dapat diberikan. Tanyakan dokter anda.
5. Untuk menurunkan panas, gunakan pengobatan nonaspirin seperti
acetaminophen (paracetamol). Asprin jangan diberikan pada anak
dengan varicella atau penyakit akibat virus lainnya, karena
penggunaan aspirin dapat berhubungan dengan berkembangnya Reye
Syndrome
5. Monitor lingkungan
selama makan
6. Jadwalkan
pengobatan dan
tindakan tidak
selama jam makan
9. Monitor
kekeringan,
rambut kusam,
dan mudah patah
13. Monitor
pertumbuhan dan
perkembangan
14. Evaluasi
keefektifan kontrol
nyeri
15. Tingkatkan
istirahat
16. Kolaborasikan
dengan dokter jika
ada keluhan dan
tindakan nyeri
tidak berhasil
17. Monitor
penerimaan pasien
tentang
manajemen nyeri
Analgesic
Administration
1. Tentukan lokasi,
karakteristik,
kualitas, dan
derajat nyeri
sebelum
pemberian obat
2. Cek instruksi
dokter tentang
jenis obat, dosis,
dan frekuensi
5. Tentukan pilihan
analgesik
tergantung tipe
dan beratnya nyeri
6. Tentukan
analgesik pilihan,
rute pemberian,
dan dosis optimal
7. Pilih rute
pemberian secara
IV, IM untuk
pengobatan nyeri
secara teratur
9. Berikan analgesik
tepat waktu
terutama saat
nyeri hebat
14. Tingkatkan
sirkulasi udara
15. Berikan
pengobatan untuk
mencegah
terjadinya
menggigil
Temperature
regulation
1. Monitor suhu
minimal tiap 2 jam
2. Rencanakan
monitoring suhu
secara kontinyu
5. Monitor tanda-
tanda hipertermi
dan hipotermi
6. Tingkatkan intake
cairan dan nutrisi
7. Selimuti pasien
untuk mencegah
hilangnya
kehangatan tubuh
8. Ajarkan pada
pasien cara
mencegah
keletihan akibat
panas
9. Diskusikan tentang
pentingnya
pengaturan suhu
dan kemungkinan
efek negatif dari
kedinginan
10. Beritahukan
tentang indikasi
terjadinya
keletihan dan
penanganan
emergency yang
diperlukan
2. Catat adanya
fluktuasi tekanan
darah
3. Monitor VS saat
pasien berbaring,
duduk, atau berdiri
4. Auskultasi TD
pada kedua lengan
dan bandingkan
6. Monitor kualitas
dari nadi
7. Monitor frekuensi
dan irama
pernapasan
9. Monitor pola
pernapasan
abnormal
13. dentifikasi
penyebab dari
perubahan vital
sign
5 Resiko Infeksi NOC : NIC :
9. Ganti letak IV
perifer dan line
central dan
dressing sesuai
dengan petunjuk
umum
13. Infection
Protection
(proteksi terhadap
infeksi)
16. Monitor
kerentanan
terhadap infeksi
19. Partahankan
teknik aspesis
pada pasien yang
beresiko
20. Pertahankan
teknik isolasi k/p
30. Laporkan
kecurigaan infeksi
Adhi Djuanda (1993). Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin, Edisi Kedua, FK
Universitas Indonesia, Jakarta, 1993.
Boediardja, Siti Aisah, dkk, 2003, Infeksi Kulit Pada Bayi dan Anak,
Jakarta: Fakultas Kedokteran UI.
Daili, Sjaiful Fahmi, dkk, 2002, Infeksi Virus Herpes, Jakarta: Fakultas
Kedokteran UI.
June M. Thomson, et. al. (1986). Clinical Nursing Practice, The C.V. Mosby
Company, Toronto.