Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.

X DENGAN DIAGNOSA VARICELLA DI POLI KULIT RSUD JOMBANG

Oleh:

L. Alfrian Branthe Ningrat


NIM: 7432058

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ‘ULUM
JOMBANG
2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, nikmat, dan ridlo-Nya,
sehingga dapat menyelesaikan LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN
KEPERAWATAN PADA TN. X DENGAN DIAGNOSA VARICELLA DI POLI
KULIT RSUD JOMBANG, Mengingat dalam membuat laporan pendahuluan dan
asuhan keperawatan ini tidak dapat lepas dari berbagai pihak yang membantu
dalam memberi dorongan baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh
karena itu, penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya.
Semoga Allah SWT membalas budi baik semua pihak yang telah memberi

kesempatan, dukungan dan bantuan dalam menyelesaikan tugas ini. Penulis

menyadari bahwa tugas ini masih kurang dari sempurna. Oleh karenanya, penulis

sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan

tugas ini. Akhir kata, penulis berharap semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi

penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Jombang, 15 Desember 2023

Penulis

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Penyakit cacar air ( varicella ) mungkin sudah tidak asing lagi dan
merupakan penyakit yang mendunia. Varicella merupakan penyakit menular
yang dapat menyerang siapa saja. Terutama mereka yang belum mendapat
imunisasi di indonesia, tidak banyak data yang mencatat kasus varicella
secara nasional. Data yang tercatat merupakan data epidemi cacar air pada
daerah tertentu.
Varicella pada umumnya menyerang anak-anak ; dinegara-negara
bermusin empat, 90% kasus varisela terjadi sebelum usia 15 tahun. Pada
anak-anak , pada umumnya penyakit ini tidak begitu berat.
Namun di negara-negara tropis, seperti di Indonesia, lebih banyak
remaja dan orang dewasa yang terserang Varisela. Lima puluh persen kasus
varisela terjadi diatas usia 15 tahun. Dengan demikian semakin
bertambahnya usia pada remaja dan dewasa, gejala varisela semakin
bertambah berat.
Varicella dikaitkan dengan respon imun humoral dan sel-
dimediasi. Respon ini menginduksi kekebalan yang tahan lama. Ulangi
infeksi subklinis dapat terjadi pada orang-orang ini, namun serangan kedua
dari cacar air sangat jarang terjadi di orang imunokompeten. Reexposure
dab infeksi subklinis dapat berfungsi untuk meningkatkan kekebalan yang
diperoleh setelah episode cacar air, ini dapat berubah di era post vaksin.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1.1.1 Apa definisi dari Varicella?
1.1.2 Bagaimana epidemiologi Varicella?
1.1.3 Apa etiologi dari Varicella?
1.1.4 Bagaimana patofisiologi dari Varicella?
1.1.5 Apa saja manifestasi klinis yang terjadi akibat Varicella?
1.1.6 Bagaimana cara mendiagnosis varicella ?

3
1.1.7 Pemeriksaan penunjang apa saja yang dilakukan pada Varicella
1.1.8 Bagaimana diagnosa banding Varicella?
1.1.9 Penatalaksanaan apa saja yang diberikan pada Varicella?
1.1.10 Apa saja komplikasi yang terjadi pada Varicella?
1.1.11 Bagaimana melakukan pengkajian pada pasien dengan Varicella?
1.1.12 Bagaimana membuat analisa data dari hasil pengkajian?
1.1.13 Bagaimana merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan
Varicella?
1.1.14 Bagaimana menyusun rencana asuhan keperawatan sesuai dengan
diagnosa keperawatan?

1.3 TUJUAN PENULISAN


1.3.1 Tujuan Umum
1.3.1.1 Mahasiswa dapat melaksanakan asuhan keperawatan pada
pasien dengan Varicella.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mengetahui Tentang Definisi Dari Varicella
1.3.2.2 Mengetahui Epidemiologi Varicella
1.3.2.3 Mengetahui Etiologi Dari Varicella
1.3.2.4 Mengetahui Patofisiologi Dari Varicella
1.3.2.5 Mengetahui Apa Saja Manifestasi Klinis Yang Terjadi
Akibat Varicella
1.3.2.6 Mengetahui Cara Mendiagnosis Varicella
1.3.2.7 Mengetahui Pemeriksaan Penunjang Apa Saja Yang
Dilakukan Pada Varicella
1.3.2.8 Mengetahui Bagaimana Diagnosa Banding Varicella
1.3.2.9 Mengetahui Penatalaksanaan Apa Saja Yang Diberikan
Pada Varicella
1.3.2.10 Mengetahui Komplikasi Yang Terjadi Pada Varicella
1.3.2.11 Mampu Melakukan Pengkajian Pada Pasien Dengan
Varicella
1.3.2.12 Mampu Membuat Analisa Data Dari Hasil Pengkajian

4
1.3.2.13 Mampu Merumuskan Diagnosa Keperawatan Pada Pasien
Dengan Varicella
1.3.2.14 Mampu Menyusun Rencana Asuhan Keperawatan Sesuai
Dengan Diagnosa Keperawatan

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENGERTIAN

Varicella atau chickenpox atau yang dikenal dengan cacar air adalah
infeksi primer virus varicella zoster (vzv) yang umumnya menyerang anak
dan merupakan penyakit sangat menular. Meskipun gejala klinis varicella
tidak berat namun pada remaja, orang dewasa dan anak dengan status
imunitas menurun dapat meningkatkan angka kesakitan dan kematian. (Sari
Pediatri 2010;11 (6):440-47)

Varisela adalah penyakit infeksi virus akut dan cepat menular, yang
disertai gejala konstitusi dengan kelainan kulit yang polimorf, terutama
berlokasi di bagian sentral tubuh. (Prof. Dr. Maswali Harahap, 2000 : 94)
Varisela merupakan penyakit akut menular yang ditandai oleh
vesikel di kulit dan selaput lendir yang disebabkan oleh virus varisella.
Varisela adalah infeksi akut prime yang menyerang kulit dan mukosa secara
klinis terdapat gejala konstitusi, kelainan kulit polimorfi terutama berlokasi
di bagian sentral tubuh, disebut juga cacar air, chicken pox (Kapita Selekta,
2000).
Varicella adalah infeksi akut primer oleh virus Varicella Zooster
yang menyerang kulit dan mukosa. Klinik terdapat gejala konstitusi,
kelainan kulit polimorf, terutama berlokasi dibagian sentral (Ilmu penyakit
kulit dan kelamin fakultas kedokteran VI).
Varicella adalah penyakit akut menular yang ditandai oleh vesikel
dikulit dan selaput lendir yang disebabkan oleh virus Varicella (Ngasyiyah,
2000).
Varicella adalah penyakit infeksi akut dan cepat menular, yang
disertai gejala konstitusi dengan kelainan kulit polimorf, terutama berlokasi
bagian sentral tubuh (Mawarti Harap, 2000).

6
2.2 EPIDEMIOLOGI
Tersebar kosmopolit, menyerang terutama anak-anak tetapi dapat
juga menyerang orang dewasa. Transmisi penyakit ini secara aerogen. Masa
penularan lebih kurang 7 hari dihitung dari timbulnya gejala kulit.
1. Frekuensi
Di Amerika Serikat, frekuensi tergantung musim, biasanya bulan
Maret dan April. Sebelum vaksin varicella disebarkan, dilaporkan
terjadi 4 juta kasus varicella. Penyakit ini responsible pada 11.000
kasus di rumah sakit dalam setahun dan terjadi 50-100 kasus kematian.
Saat ini kurang dari 10 kematian dalam setahun menimpa mereka yang
belum diimunisasi. Sedangkan di internasional, secara universal
varicella cenderung merata, diperkirakan terjadi 60 juta kasus dalam
setahun. Varicella lebih berpengaruh pada individu yang tidak
memperoleh kekebalan. Mungkin ada sekitar 80-90 juta kasus di
seluruh dunia.
2. Mortalitas
 Banyak terjadi pada anak usia 1-4 tahun, diperkirakan 2 kematian
tiap 100.000 kasus
 Kebanyakan kematian di Amerika Serikat terjadi sebelum ada
vaksinasi dan bersama dengan ensefalitis, pneumonia, infeksi
bakteri sekunder, dan syndrome Reye
 Mortalitas pada anak-anak dengan immunocompromised lebih
tinggi
 Penyakit ini lebih serius pada neonates, tergantung kapan infeksi
terhadap ibunya
3. Ras
Tidak ada predileksi ras tertentu
4. Seks
Tidak ada predileksi jenis kelamin
5. Umur

7
Insiden tertinggi varicella pada anak umur 1-6 tahun. Anak
dengan umur lebih dari 14 tahun hanya sekitar 10% dari kasus varicella

2.3 ETIOLOGI

Virus Varicella Zoster, termasuk Famili Herpes Virus. Menurut


Richar E, varisela disebabkan oleh Herpes virus varicella atau disebut juga
virus varicella-zoster (virus V-Z). Virus tersebut dapat pula menyebabkan
herpes zoster. Kedua penyakit ini mempunyai manifestasi klinis yang
berbeda.

Diperkirakan bahwa setelah ada kontak dengan virus V-Z akan


terjadi varisela; kemudian setelah penderita varisela tersebut sembuh,
mungkin virus itu tetap ada dalam bentuk laten (tanpa ada manifestasi
klinis) dan kemudian virus V-Z diaktivasi oleh trauma sehingga
menyebabkan herpes zoster.

Virus V-Z dapat ditemukan dalam cairan vesikel dan dalam darah
penderita verisela dapat dilihat dengan mikroskop electron dan dapat
diisolasi dengan menggunakan biakan yang terdiri dari fibroblas paru
embrio manusia.

2.4 KLASIFIKASI VARICELLA

Menurut Siti Aisyah (2003). Klasifikasi Varisela dibagi menjadi 2 :


1. Varisela congenital

8
Varisela congenital adalah sindrom yang terdiri atas parut
sikatrisial, atrofi ekstremitas, serta kelainan mata dan susunan syaraf
pusat. Sering terjadi ensefalitis sehingga menyebabkan kerusakan
neuropatiki. Risiko terjadinya varisela congenital sangat rendah (2,2%),
walaupun pada kehamilan trimester pertama ibu menderita varisela.
Varisela pada kehamilan paruh kedua jarang sekali menyebabkan
kematian bayi pada saat lahir. Sulit untuk mendiagnosis infeksi varisela
intrauterin. Tidak diketahui apakah pengobatan dengan antivirus pada
ibu dapat mencegah kelainan fetus.

2. Varisela neonatal
Varisela neonatal terjadi bila terjadi varisela maternal antara 5 hari
sebelum sampai 2 hari sesudah kelahiran. Kurang lebih 20% bayi yang
terpajan akan menderita varisela neonatal. Sebelum penggunaan
varicella-zoster immune globulin (VZIG), kematian varisela neonatal
sekitar 30%. Namun neonatus dengan lesi pada saat lahir atau dalam 5
hari pertama sejak lahir jarang menderita varisela berat karena
mendapat antibody dari ibunya. Neonatus dapat pula tertular dari
anggota keluarga lainnya selain ibunya. Neonatus yang lahir dalam
masa risiko tinggi harus diberikan profilaksis VZIG pada saat lahir atau
saat awitan infeksi maternal bila timbul dalam 2 hari setelah lahir.
Varisela neonatal biasanya timbul dalam 5-10 hari walaupun telah
diberikan VZIG. Bila terjadi varisela progresif (ensefalitis, pneumonia,
varisela, hepatitis, diatesis pendarahan) harus diobati dengan asiklovir
intravena. Bayi yang terpajan dengan varisela maternal dalam 2 bulan
sejak lahir harus diawasi. Tidak ada indikasi klinis untuk memberikan

9
antivirus pada varisela neonatal atau asiklovir profilaksis bila terpajan
varisela maternal.
2.5 MANIFESTASI KLINIK

1) Masa tunas penyakit berkisar antara 8-12 hari.


2) Didahului stadium prodromal yang ditandai :
1. Demam
2. Malaise
3. Sakit kepala
4. Anoreksia
5. Sakit punggung
6. Batuk kering
7. Sore throat yang berlangsung 1-3 hari.
3) Stadium : erupsi yang ditandai dengan terbentuknya verikula yang khas,
seperti tetesan embun (teardrops) vesikula akan berubah menjadi
pustule, kemudian pecah menjadi kusta, sementara proses ini
berlangsung, timbul lagi vesikel baru sehingga menimbulkan gambaran
polimorfi.

10
4) Penyebaran lesi terutama adalah di daerah badan kemudian menyebar
secara satrifugal ke muka dan ekstremitas. (Prof.dr. Marwali Harahap,
2000 : 94 – 95 )

11
2.6 PATOFISIOLOGI

Imunitas tubuh Riwayat kontak dengan


pasien varicella

Virus varicella
zoster

Invasi virus melalui saluran


pernafasan/kontak langsung

Virus bereplikasi di kelenjar getah


bening (2-4 hari)

Penyebaran virus melalui darah (4-6)

Virus bereplikasi ke organ-organ

Virus mencapai kulit

VARICELLA

Reaksi Inflamasi

Pelepasan mediator Replikasi di sel epidermal


kimia (prostaglandin)

Vakuolisasi sel dan lisis


Gangguan di Hipotalamus

Terjadi macula(lesi kulit 14 hari)


Suhu tubuh ↑

Terinfeksi
MK : Timbul papula
HIPERTERMI

Vesikula Mengenai saraf nyeri pada


kulit (free nerve ending)

MK : KERUSAKAN
INTEGRITAS KULIT MK : NYERI

12
2.7 DIAGNOSIS

Diagnosa varicella ditegakkan berdasarkan temuan klinis yaitu adanya


ruam kulit yang khas (makula, papula, vesikel dan keropeng). Pertama,
timbul banyak bercak berukuran kecil, merah dan gatal. Kemudian, bercak-
bercak ini berubah menjadi bintul (papila) atau lepuhan (vesikula) yang kecil,
pecah dan akhirnya membentuk keropeng (krusta). Biasanya bercak-bercak
ini mulai timbul pada badan, kemudian menyebar pada wajah, lengan, serta
kaki. Munhgkin terdapat bercak, lepuhan dan keropeng sekaligus pada saat
yang bersamaan.

Pemeriksaan laboratorium sangat penting untuk mendiagnosis pasien


yang dicurigai menderita varicella atau herpes zoster serta untuk menentukan
terapi antivirus yang sesuai. Pada tingkat yang lebih tinggi, dapat dilakukan
isolasi virus dari cairan vesikel selanjutnya diuji PCR (polimerase chain
reaction) atau DFA ( direct fluorescent antibody) untuk mengidentifikasi jenis
virus. Selain itu dapat dilakukan pemeriksaan enzim immunoassay yang
digunakan untuk mendeteksi kenaikan titer imunoglobulin G.

Leukopenia terjadi pada 72 jam pertama, diikuti oleh limfositosis.


Pemeriksaan fungsi hati (75%) juga mengalami kenaikan. Pasien dengan
gangguan neurologi akibat varicella biasanya mengalami limfositik

13
pleositosis dan peningkatan protein pada cairan serebrospinal serta glukosa
yang umumnya dalam batas normal.

2.7 PENATALAKSANAAN

Karena umumnya bersifat ringan, kebanyakan penderita tidak


memerlukan terapi khusus selain istirahat dan pemberian asupan cairan yang
cukup. Yang justru sering menjadi masalah adalah rasa gatal yang menyertai
erupsi. Bila tidak ditahan-tahan , jari kita tentu ingin segera menggaruknya.
Masalahnya,bila sampai tergaruk hebat, dapat timbul jaringan parut pada
bekas gelembung yang pecah. Tentu tidak menarik untuk dilihat.
a. Umum :
1. Isolasi untuk mencegah penularan.
2. Diet bergizi tinggi (Tinggi Kalori dan Protein).
3. Bila demam tinggi, kompres dengan air hangat.
4. Upayakan agar tidak terjadi infeksi pada kulit, misalnya pemberian
antiseptik pada air mandi.
5. Upayakan agar vesikel tidak pecah.
a) Jangan menggaruk vesikel.
b) Kuku jangan dibiarkan panjang.
c) Bila hendak mengeringkan badan, cukup tepal-tepalkan handuk pda
kulit, jangan digosok.
b. Farmakoterapi
1. Asiklovir oral
Biasanya diberikan pada penyakit - penyakit lain yang melemah
kan daya tahan tubuh.
2. Antipiretik dan untuk menurunkan demam
a. Parasetamol atau ib uprofen.
b. Jangan berikan aspirin pda anak anda, pemakaian aspirin pada
infeksi virus (termasuk virus varisela) telah dihubungkan
dengan sebuah komplikasi fatal, yaitu Syndrom Reye.
3. Salep antibiotika : untuk mengobati ruam yang terinfeksi.

14
4. Antibiotika : bila terjadi komplikasi pnemonia atau infeksi bakteri
pada kulit.
5. Dapat diberikan bedak atau losio pengurang gatal (misalnya losio
kalamin).

2.8 PENCEGAHAN
1. Hindari kontak dengan penderita.
2. Tingkatkan daya tahan tubuh.
3. Imunoglobulin Varicella Zoster
a. Dapat mencegah (atau setidaknya meringankan terjadinya cacar air).
Bila diberikan dalamwaktu maksimal 96 jam sesudah terpapar.
b. Dianjurkan pula bagi bayi baru lahir yang ibunya menderita cacar air
beberapa saat sebelum atau sesudah melahirkan.

2.9 KOMPLIKASI
Cacar air jarang menyebabkan komplikasi. Jika terjadi komplikasi
dapat berupa infeksi kulit. Komplikasi yang paling umum ditemukan
adalah :
1. Bekas luka yang menetap. Hal ini umumnya ditemukan jika cacar air
terjadi pada anak yang usianya lebih tua atau cenderung pada orang
dewasa.
2. Acute Cerebral Ataxia Komplikasi ini tidak umum ditemukan dan
cenderung lebih mungkin tejadi pada anak yang lebih tua. Komplikasi ini
ditandai dengan gerakan otot yang tidak terkoordinasi sehingga anak
dapat mengalami kesulitan berjalan, kesulitan bicara, gerakan mata yang
berganti-ganti dengan cepat. Ataxia ini akan menghilang dengan
sendirinya dalam waktu beberapa minggu atau bulan.

Pada beberapa kelompok, cacar air mungkin menyebabkan


komplikasi yang serius seperti cacar air yang berat dan seluruh tubuh,
pneumonia dan hepatitis yang termasuk dalam kelompok tersebut :
1. Bayi dibawah usia 28 hari.

15
2. Orang dengan kekebalan tubuh rendah
3. Komplikasi yang terjadi pada orang dewasa berupa ensefalitis,
pneumonia, karditis, glomerulonefritis, hepatitis, konjungtivitis, otitis,
arthritis dan kelainan darah (beberapa macam purpura).
4. Infeksi pada ibu hamil trimester pertama dapat menimbulkan kelainan
congenital, sedangkan infeksi yang terjadi beberapa hari menjelang
kelahiran dapat menyebabkan varisela congenital pada neonatus.

2.9 DIAGNOSA BANDING VARICELLA

1. Herpes Simpleks Diseminata


Herpes Simpleks Disaminata adalah infeksi akut yang disebabkan
oleh virus herpes simpleks (virus herpes hominis) tipe I atau tipe II
yang ditandai oleh adanya vesikel yang berkelompok di atas kulit yang
lembab dan eritematosa pada daerah dekat mukokutan, sedangkan
infeksi dapat berlangsung baik primer maupun rekurens (Adhi Djuanda,
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin,2000 : 355)
2. Herpes Zoster Diseminata
Radang kulit akut yang bersifat khas seperti gerombolan vesikel
unilateral, sesuai dengan dermatomanya. Penyakit ini disebabkan oleh
infeksi virus varicella yang menyerang kulit dan mukosa, infeksi ini
merupakan keaktifan virus yang terjadi setelah infeksi primer. Penyakit
ini dialami oleh seseorang yang tidak mempunyai kekebalan terhadap
varicella (misalnya seseorang yang sebelumnya tidak terinfeksi oleh
varicella dalam bentuk cacar air)
3. Impetigo
Impetigo merupakan peradangan superfisialis yang terbatas pada
bagian epidermis yang disebabkan oleh infeksi bakteri Stafilokokus dan
Streptokokus. Lesi yang timbul dapat terjadi pada tempat yang normal
atau pada tempat yang sebelumnya pernah terkena trauma. Terdapat
vesikel yang biasanya tidak mudah untuk mengalami rupture kemudian
yang khas dari vesikel ini vesikel tersebut biasanya membesar menjadi
bula. Di dalam bula tersebut awalnya mengandung cairan yang jernih

16
berwarna kuning yang kemudian berubah warna menjadi lebih gelap,
serta lebih berwarna kuning kehitaman. Setelah 1-3 hari lesi ini
biasanya akan rupture dan meninggalkan krusta yang tipis, berwarna
coklat terang dan 1 lagi yang khas pada penderita Impetigo Bulosa
adalah Hipopian.

17
BAB III
CONTOH ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 PENGKAJIAN
1. Identitas klien
a. Nama :Ny.E
b. Alamat :Polowijen
c. Umur :64 th
d. Jenis kelamin :Perempuan
e. Ras/suku bangsa :-
f. Berat badan :60 Kg
g. Agama :islam

3.2 ANAMNESA

Keluhan utama :

Terdapat gelembung berisi cairan pada hampir seluruh tubuh sejak 4


hari sebelum masuk RS

3.3 DIAGNOSA
Varisella

3.4 RIWAYAT KESEHATAN


1. Riwayat Penyakit :
 Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengeluh terdapat mengeluh gelembung-gelembung
kecil berisi cairan pada hampir seluruh permukaan tubuh berwarna
kemerahan dan dirasakan gatal, dan nyeri. Keluhan ini dirasakan
sejak 4 hari yang lalu. Awalnya gelembung-gelembung cairan ini
muncul di dada, kemudian dirasakan semakin banyak dan menyebar
ke muka, punggung, kedua tangan dan perut. Dan sebagian

18
gelembung sudah ada yang pecah. Sejak 1 minggu sebelum masuk
RS pasien merasakan demam yang dirasakan terus menerus
sepanjang hari, juga ada nyeri saat menelan, tidak nafsu makan,
mual muntah dan badan terasa pegal-pegal. Karena pasien semakin
tidak nafsu makan dan terus mengalami mual muntah, maka pasien
di rawat di rumah sakit.
 Riwayat Penyakit dahulu :
Ny.s mengatakan belum pernah memiliki riwayat sakit seperti
ini sebelumnya dan tidak ada penyakit kulit sebelumnya
2. Riwayat Pengobatan :
Ny.E mengatakan sudah minum parasetamol yang di beli sendiri
dari apotik, tetapi keluhan-keluhannya tidak berkurang.
3. Riwayat Alergi :
Ny.s mengatakan tidak ada keluarga yang memiliki riwayat alergi.
4. Riwayat Penyakit Keluarga :
Ny.s mengatakan kedua anak dari tetangga pasien mengalami gejala
penyakit yang sama.
5. Riwayat pekerjaan :
Ny.s mengatakan sebelumnya beliau bekerja sebagai seorang penjahit
pakaian.
6. Pola hidup :

Ny.s mengatakan beliau suka kumpul-kumpul di tetangga.

7. Pola aktivitas :
Ny.s mengatakan beliau sering mandi di tetangganya karena sanyo di
rumahnya sering rusak.

3.5 PEMERIKSAAN FISIK


3.3.1 Keadaan umum : baik
Kesadaran : compos mentis
3.3.2 Pemeriksaan Tanda- tanda vital :

TD : 140/90 Mmhg

19
Nadi : 110 x/ menit

RR : 24 x/ menit

Suhu : 38°C

3.3.3 Pemeriksaan fisik :


3.3.3.1 Status Generalisata :
 Kepala : bentuknya normal,
 Leher : tidak ada pembesaran kelenjar
 Thorax : BJ I-II Murni regular, ronkhi -/-, wheezing -/-
 Abdomen : BU(+) normal, nyeri tekan (-)
 Ekstremitas : atas : edema-/-, turgor kulit : baik, bawah :
edema

3.3.3.2 Status Lokalis :

Pada region fasialis, thorax, abdomen, ekstremitas atas dan


kanan dan kiri terhadap vesikel-vesikel, pustule dan krusta.

3.3.3.3 Status dermatologikus :

Lokasi : wajah, leher, dada, perut, tangan dan kaki

Distribusi : generalisata

Bentuk : khas

Susunan : tidak khas

Batas : tegas

Ukuran : lentikuler

Efloresensi : vesikel dengan dasar macula eritem, skuama halus


(+)

3.3.4 Pemeriksaan Penunjang :

20
Laboratorium
Hb : 7,8 g/dl
Hematokrit : 21,9
Leukosit : 3100
Trombosit : 175.000
Serologi : S.thypi 1/160
S.Parathypi 1/160

3.6 DIAGNOSA
1. Hipertermi Berhubungan Dengan Penyakit
2. Nyeri akut Berhubungan Dengan Kerusakan Jaringan
3. Kerusakan Intergritas Kulit Berhubungan Dengan Perubahan turgor

21
3.7 INTERVENSI

22
Diagnosa Rencana keperawatan
Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Tujuan dan Kriteria Intervensi
Kolaborasi Hasil

Hipertermia NOC: NIC :


Berhubungan dengan Thermoregulasi  Monitor suhu sesering
penyakit. Setelah dilakukan mungkin
tindakan  Monitor warna dan suhu
keperawatan kulit
selama 2x24 jam, pasien  Monitor tekanan darah,
menunjukkan : nadi dan RR
Suhu tubuh dalam batas  Monitor penurunan tingkat
normal dengan kreiteria kesadaran
hasil:  Monitor WBC, Hb, dan Hct
 Suhu 36  Monitor intake dan output
– 37C
 Berikan anti piretik:
 Nadi dan
 Kelola Antibiotik
RR dalam rentang
 Selimuti pasien
normal
 Berikan cairan intravena
 Tidak ada
 Kompres pasien pada lipat
perubahan warna kulit
paha dan aksila
dan tidak ada pusing,
 Tingkatkan sirkulasi udara
 Tingkatkan intake cairan
dan nutrisi
 Monitor TD, nadi, suhu,
dan RR
 Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
 Monitor hidrasi seperti
turgor kulit, kelembaban
membran mukosa)

23
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Nyeri akut NOC : NIC :


berhubungan  Pain Level,  Lakukan pengkajian nyeri
dengan kerusakan  pain control, secara komprehensif
jaringan  comfort level termasuk lokasi,
Setelah dilakukan tinfakan karakteristik, durasi,
keperawatan selama 2x 24 frekuensi, kualitas dan
jam, Pasien tidak mengalami faktor presipitasi
nyeri, dengan kriteria hasil:  Observasi reaksi
 Mampu mengontrol nonverbal dari
nyeri (tahu penyebab ketidaknyamanan
nyeri, mampu  Bantu pasien dan
menggunakan tehnik keluarga untuk mencari
nonfarmakologi untuk dan menemukan
mengurangi nyeri, dukungan
mencari bantuan)  Kontrol lingkungan yang
 Melaporkan bahwa nyeri dapat mempengaruhi
berkurang dengan nyeri seperti suhu
menggunakan ruangan, pencahayaan
manajemen nyeri dan kebisingan
 Mampu mengenali nyeri  Kurangi faktor presipitasi
(skala, intensitas, nyeri
frekuensi dan tanda  Kaji tipe dan sumber
nyeri) nyeri untuk menentukan
 Menyatakan rasa nyaman intervensi
setelah nyeri berkurang  Ajarkan tentang teknik
 Tanda vital dalam non farmakologi: napas
rentang normal dala, relaksasi, distraksi,
 Tidak mengalami kompres hangat/ dingin
gangguan tidur  Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri

24
 Tingkatkan istirahat
 Berikan informasi tentang
nyeri seperti penyebab
nyeri, berapa lama nyeri
akan berkurang dan
antisipasi
ketidaknyamanan dari
prosedur
 Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali

Diagnosa
Keperawatan/
Rencana keperawatan
Masalah
Kolaborasi

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Kerusakan NOC : NIC : Pressure Management


integritas kulit  Tissue Integrity : Skin and  Anjurkan pasien untuk
berhubungan
 Mucous Membranes menggunakan
dengan
 Wound Healing : primer  pakaian yang longgar
Perubahan turgor
dan sekunder  Hindari kerutan pada
Setelah dilakukan tindakan tempat tidur
keperawatan selama 8x 1 jam  Jaga kebersihan kulit
kerusakan integritas kulit agar tetap bersih dan
pasien teratasi dengan kriteria kering
hasil:
 Mobilisasi pasien (ubah
 Integritas kulit yang baik posisi pasien)

25
bisa dipertahankan  setiap dua jam sekali
(sensasi, elastisitas,  Monitor kulit akan
temperatur, hidrasi, adanya kemerahan
pigmentasi) Tidak ada  Oleskan lotion atau
luka/lesi pada kulit minyak/baby oil pada
 Perfusi jaringan
baik  daerah yang tertekan
Menunjukkan pemahaman  Monitor aktivitas dan
dalam proses perbaikan mobilisasi pasien
kulit  Monitor status nutrisi
dan mencegah terjadinya pasien
cedera berulang
 Memandikan pasien
 Mampu melindungi kulit dengan sabun dan air
dan hangat
Mempertahankan  Kaji lingkungan dan
kelembaban kulit dan
perawatan alami peralatan yang
menyebabkan tekanan
 Menunjukkan terjadinya
 Observasi luka : lokasi,
proses penyembuhan luka
dimensi,
 kedalaman luka,
karakteristik,warna
 cairan, granulasi,
jaringan nekrotik,
tandatanda
 infeksi lokal, formasi
traktus
 Ajarkan pada keluarga
tentang luka dan
 perawatan luka
 Kolaburasi ahli gizi
pemberian diae TKTP,
 vitamin

26
 Cegah kontaminasi
feses dan urin
 Lakukan tehnik
perawatan luka dengan
 steril
 Berikan posisi yang
mengurangi tekanan
 pada luka

27
BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Varicella merupakan penyakit menular yang disebabkan
oleh virus varicella zooster yang hingga kini masih tetap menjadi
epidemi di dunia dan di indonesia. Walaupun infeksi varicella
zooster tergolong ke dalam infeksi ringan, namun dalam kondisi
defisiensi imun penyakit ini dapat menjadi berat dan tidak menutup
kemungkinan berujung pada kematian. Pemberian vaksinasi dan
imunoglobulin telah terbukti efektif memberikan perlindungan dari
infeksi virus ini. Hingga saat ini, asiklovir oral tetap menjadi obat
utama untuk pengobatan varicella.

4.2 SARAN
Pembuatan makalah ini, kami sadari masih memiliki anyak
kekurangan , oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran
dari dosen pembimbing dan teman-teman.

28
DAFTAR PUSTAKA

Djuanda, Adhi. Dkk. 1999. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. FKUI : Jakarta
Harahap, Marwati. 2000. Ilmu Penyakit Kulit. Hipokrates : Jakarta
Wong. DonnaL. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. EGC : Jakarta
Nanda(2014).Diagnosa Keperawatan NANDA International 2014-2016.Jakarta :
penerbit ECG
Closkey, Mc, et all. 2007. Diagnosa Keperawatan NOC-NIC. St-Louis.

29

Anda mungkin juga menyukai