2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
BAB I..................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.................................................................................................................................4
A. Latar Belakang...............................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................................5
C. Tujuan............................................................................................................................................5
BAB II.....................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................6
A. Tinjauan Teori GNA....................................................................................................................6
a) Definisi GNA...........................................................................................................................6
b) Etiologi GNA...........................................................................................................................6
c) Patofisiologi GNA...................................................................................................................7
d) Pathway GNA.........................................................................................................................8
e) Manifestasi Klinis GNA...........................................................................................................9
f) Pemeriksaan Diagnostik GNA.................................................................................................9
g) Komplikasi GNA...................................................................................................................10
h) Penatalaksanaan GNA..........................................................................................................11
B. Asuhan Keperawatan GNA Pada Anak.....................................................................................12
1. Pengkajian...........................................................................................................................12
2. Diagnosa Keperawatan........................................................................................................14
3. Intervensi Keperawatan.......................................................................................................15
4. Implementasi Keperawatan.................................................................................................22
5. Evaluasi................................................................................................................................25
BAB III..................................................................................................................................................26
PENUTUP.............................................................................................................................................26
1. Kesimpulan..........................................................................................................................26
2. Saran....................................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................28
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Glomerulonefritis Akut (GNA) merupakan keadaan atau manifestasi utama gangguan
sistemik dengan rentang penyakit minimal sampai berat. Glomerulonefritis
poststreptokokal Akut (APSGN, acute postsreptococcal Glomerulonefritis) merupakan
penyakit ginjal pasca infeksi yang sering terjadi pada masa kanak-kanak dan merupakan
penyakit yang menyebabkan dapat ditegakan pada sebagian besar kasus. Dapat terjadi
pada setiap tingkatan usia tetapi terutama menyerang anak-anak pada awal usia sekolah
dengan awitan paling sering terjadi pada usia 6–7 tahun. Penyakit ini jarang dijumpai
pada anak–anak usia dibawah 2 tahun. (Donna L wong, 2009)
Glomerulonefritis merupakan penyakit ginjal dengan suatu inflamasi dan proliferasi
sel glomerulus. Peradangan tersebut terutama disebabkan mekanisme imunologis yang
menimbulkan kelainan patologis glomerulus dengan mekanisme yang masih belum jelas.
Pada anak kebanyakan kasus glomerulonefritis akut adalah pasca infeksi, paling sering
infeksi streptokokus beta hemolitikus grup A.
Glomerulonefritis umumnya disebabkan oleh infeksi, yang sering terjadi pada anak-
anak, seperti infeki traktus respiratorius. Glomerulonefritis dapat terjadi secara epidemik
atau sporadik, paling sering pada anak usia sekolah yang lebih muda, antara 5–8 tahun.
Perbandingan anak laki-laki dan anak perempuan adalah 2 : 1. WHO memperkirakan
472.000 kasus GNAPS terjadi setiap tahunnya secara global dengan 5.000 kematian
setiap tahunnya.
Solusi masalah pada anak dengan Glomerulus Nefritis Akut adalah perawat sebagai
pemberi asuhan keperawatan dapat memberikan informasi tentang bagaimana tanda
gejala, cara pencegahan, cara pengobatan dan penanganan pasien dengan Glomerulus
Nefritis Akut sehingga keluarga juga dapat berperan aktif dalam pemeliharaan kesehatan
baik individu itu sendiri maupun orang lain disekitarnya.
4
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Tinjauan Teori Mengenai GNA.
2. Bagaimana Asuhan Keperawatan GNA.
C. Tujuan
1. Mengetahui Tinjauan Teori Mengenai GNA.
2. Mengetahui Asuhan Keperawatan Pada Pasien GNA.
5
BAB II
PEMBAHASAN
b) Etiologi GNA
Menurut Ngastiyah (2005) Glomerulonefritis akut didahului oleh infeksi
ekstra renal terutama di traktus respiratorius bagian atas dan kulit oleh kuman
streptococcus beta hemoliticus golongan A tipe 12, 4, 16, 25, dan 29. Hubungan
antara glomerulonefritis akut dan infeksi streptococcus dikemukakan pertama kali
oleh Lohlein pada tahun 1907 dengan alasan bahwa :
1. Timbulnya glomerulonefritis akut setelah infeksi skarlatina
2. Diisolasinya kuman streptococcus beta hemoliticus golongan A
3. Meningkatnya titer anti- streptolisin pada serum pasien.
Antara infeksi bakteri dan timbulnya glomerulonefritis akut terdapat masa laten
selama kurang 10 hari. Kuman streptococcus beta hemoliticus tipe 12 dan 25 lebih
6
bersifat nefritogen dari pada yang lain. Mungkin factor iklim atau alergi yang
mempengaruhi terjadinya GNA setelah infeksi dengan kuman streptococcus.
GNA juga disebabkan karena :
Adanya infeksi ektra renal terutama disaluran napas bagian atas atau kulit
oleh kuman streptokokus beta hemolyticus golongan A, tipe 12, 16, 25 dan
49.
Sifilis
Bakteri dan virus
Keracunan (Timah hitam, tridion)
Penyakit Amiloid
Thrombosis vena renalis
Penyakit kolagen
Purpura anafilaktoid
lupus eritematosus.
c) Patofisiologi GNA
Suatu reaksi radang pada glomerulus dengan sebutan lekosit dan proliferasi
sel, serta eksudasi eritosit, lekosit dan protein plasma dalam ruang Bowman.
Gangguan pada glomerulus ginjal dipertimbangkan sebagai suatu respon
imunologi yang terjadi dengan adanya perlawanan antibody dengan
mikroorganisme yaitu streptokokus A. Reaksi antigen dan antibody tersebut
membentuk imun kompleks yang menimbulkan respon peradangan yang
menyebabkan kerusakan dinding kapiler dan menjadikan lumen pembuluh darah
menjadi mengecil yang mana akan menurunkan filtrasi glomerulus, insuffisiensi
renal dan perubahan permeabilitas kapiler sehingga molekul yang besar seperti
protein dieskresikan dalam urine (proteinuria).
Menurut Nursalam (2008) patofisiologi dari glomerulonephritis sebagai
berikut:
Terjadi sesudah infeksi organ tubuh atau merupakan perkembangan
sekunder dari gangguan sistemik
Merupakan reaksi antigen-antibody terhadap produksi kompleks imun
yang tertinggal di glomerulus dan menghasilkan membran.
Scarring dan kehilangan filter bisa menyebabkan gagal ginjal.
7
d) Pathway GNA
Hipertensi
GFR menurun kerusakan
Mk : ansietas
Retensi Na dan Air Membrane kapiler
Mk : Nyeri akut
Hematuria,
ptoteinuri
Mk : deficit nutrisi
Edema
Mk : Intoleransi aktivitas
8
e) Manifestasi Klinis GNA
Menurut Ngastiah (2005) Gambaran klinik dapat bermacam-macam. Kadang-
kadang gejala ringan tetapi sering juga pasien datang sudah dalam keadaan payah.
Gejala yang sering ditemukan adalah hematuria ( kencing berwarna merah seperti
air daging). Kadang disertai edema ringan disekitar mata atau dapat juga seluruh
tubuh. Umumnya terjadi edema berat bila terdapat oliguria dan gagal jantung.
Hipertensi terdapat pada 60-70 % anak dengan GNA pada hari pertama dan akan
kembali normal pada akhir minggu pertama juga. Jika terdapat kerusakan jaringan
ginjal, tekanan darah akan tetap tinggi selama beberapa minggu dan menjadi
permanen jika keadaan penyakitnya menjadi kronik. Hipertensi ini timbul karena
vasospasme atau iskemia ginjal dan berhubungan dengan gejala serebrum serta
kelainan jantung.
Preteunia (protein dalam urine)
Oliguria (keluaran urine berkurang)
Nyeri panggul
Suhu badan umumnya tidak seberapa tinggi, tetapi dapat terjadi tinggi
sekali pada hari pertama.
Dapat timbul gejala grastrointestinal seperti muntah, tidak nafsu makan,
dan diare.
Bila terdapat ensefalopati hipertensif dapat timbul sakit kepala, kejang dan
kesadaran menurun.
Fatigue (keletihan atau kelelahan)
9
mengurang, berat jenis meninggi. Hematuria makroskopis ditemukan pada
50% penderita. Ditemukan pula albumin (+), eritrosit (++), leukosit (+),
silinder leukosit, dan hialin.
Biopsi ginjal dapat di indikasikan jika dilakukan kemungkinan temuan adalah
menningkatnya jumlah sel dalam setiap.
Pemeriksaan Kultur tenggorok : menentukan jenis mikroba adanya
streptokokus.
Pemeriksaan serologis : antisterptozim, ASTO, antihialuronidase, dan anti
Dnase.
Pemeriksaan imunologi : IgG, IgM dan C3.kompleks imun.
Pemeriksaan radiologi : foto thorak adanya gambaran edema paru atau payah
jantung.
ECG : adanya gambaran gangguan jantung
g) Komplikasi GNA
Komplikasi glomerulonephritis akut menurut Ngastiyah ( 2005 ) :
- Oliguria sampai anuria yang dapat berlangsung 2-3 hari. Terjadi sebagai
akibat berkurangnya filtrasi glomerulus. Gambaran seperti insufisiensi ginjal
akut dengan uremia, hiperfosfatemia, hyperkalemia dan hidremia. Walaupun
oliguria atau anuria yang lama jarang terdapat pada anak, jika hal ini terjadi
diperlukan peritoneum dialysis (bila perlu).
- Ensefalopati hipertensi, merupakan gejala serebrum karena hipertensi.
Terdapat gejala berupa gangguan pengelihatan, pusing, muntah dan kejang-
kejang. Hal ini disebabkan karena spasme pembuluh darah lokal dengan
anoksia dan edema otak.
- Gangguan sirkulasi berupa dipsneu, ortopneo, terdapat ronki basah,
pembesaran jantung dan meningginya tekanan darah yang bukan saja
disebabkan spasme pembuluh darah tetapi juga disebabkan oleh bertambahnya
volume plasma. Jantung dapat membesar dan terjadi gagal jantung akibat
hipertensi yang menetap dan kelainan di miokardium.
- Anemia yang timbul karena adanya hypervolemia disamping sintesis
eritropoietik yang menurun.
Komplikasi menurut Nursalam ( 2008 ) :
10
- Hipertensi, congestive heart failure ( CHF )
- Okarditis
- Ketidak seimbangan cairan dan elektrolit pada fase akut
- Malnutrisi
- Hipertensi Encephalopati.
h) Penatalaksanaan GNA
i. Keperawatan
a. Tirah baring diperlakukan untuk anak dengan hipertensi dan edema,
terutama untuk mereka dengan tanda ensefalopati dan kegagalan jantung.
Tirah baring dianjurkan selama fase akut sampai urin berwarna jernih dan
kadar keratin dan tekanan darah kembali normal.
b. Cairan.
Masukan cairan biasanya dibatasi jika keluaran urin rendah. Pada beberapa
unit dibatasi antara 900 dan 1200 ml/hari. Separuh dari masukan cairan
dapat berupa susu dan separuh lainnya air. Sari buah asli harus dihindari
karena mereka mengandung kalium yang tinggi.
c. Diit.
Jika terjadi diuresis dan hipertensi telah hilang, makanan seperti roti, buah-
buahan, kentang dan sayur-sayuran dapat diberikan. Garam dibatasi
(1g/hari) hingga hipertensi dan edema menurun. Protein dibatasi
(1g/kgBB/hari) jika nitrogen urea darah meningkat dan sementara
hematuria ditemukan.
d. Pencatatan tekanan darah
e. Uji urine harian untuk darah dan protein (kualitatif dan kuantitatif)
f. Dukungan bagi orang tua.
ii. Medis
Pemberian penisilin pada fase akut (baik secara oral atau intramuskuler).
Pengobatan terhadap hipertensi. Pemberian cairan dikurangi, pemberian
sedative untuk menenangkan pasien sehingga dapat cukup beristirahat.
11
Bila anuria berlangsung selama (5-7 hari) maka ureum harus dikeluarkan
dari dalam darah. Dapat dengan cara peritoneum dialysis, hemodialysis,
tranfusi tukar dan sebagainya.
Diurektium dulu tidak diberikan pada glomerulonofritis akut, tetapi akhir-
akhir ini pemberian furosamid (lasix) secara intravena (1 mg/kgBB/hari)
dalam 5-10 menit tidak berakibat buruk pada hemodinamika ginjal dan
filtrasi glomerulus.
Bila timbul gagal jantung, diberikan dialysis, sedativum dan oksigen.
12
Yang harus di kaji adanya riwayat penyakit ginjal dalam keluarga dan
penyakit turunan dalam keluarga seperti DM, hipertensi, dll.
f. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Umum. Pemeriksaan tingkat kesadaran, tanda- tanda vital
yaitu tekanan darah, pernapasan, suhu tubuh, frekuensi nadi pada anak
dengan glomerulus nefritis akut biasanya terjadi peningkatan tekanan
darah disebabkan akibat terinduksinya system rennin-angiotensin,
Hipertermi atau suhu tubuh meningkat dikarenakan adanya inflamasi oleh
streptokokus.
Ukuran antropometri, adalah pengukuran fisik yang dapat di ukur dengan
alat pengukur seperti timbangan dan pita meter, meliputi : berat badan,
panjang badan, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar lengan. Pada anak
dengan gangguan GNA biasanya mengalami penurunan berat badan
karena anak mengalami penurunan nafsu makan.
Pemeriksaan Head To Toe :
- Kulit, Warna kulit apakah normal, pucat atau sianosis, rash lesi, bintik–
bintik, ada atau tidak. Jika ada seperti apa, warna, bentuknya ada
cairan atau tidak, kelembaban dan turgor kulit baik atau tidak. Pada
anak dengan glomerulus nefritis akut biasanya tampak pucat, timbul
edema atau penumpukan cairan dibawah kulit karena penurunan fungsi
ginjal.
- Kepala, pada anak dengan GNA biasanya ubun- ubun cekung, rambut
keriting.
- Wajah, pada anak dengan GNA biasanya Nampak edema.
- Mata. Pada anak dengan GNA biasanya Nampak edema pada kelopak
mata, konjungtiva anemis, pupil anisokor.
- Telinga. Bentuk ukuran telinga, kesimetrisan telinga, warna, ada
serumen atau tidak dan lain-lain.
- Hidung. Bentuk, posisi, lubang ada lender atau tidak, lesi, sumbatan,
pendarahan tanda-tanda infeksi, adakah pernapasan cuping hidung atau
tidak ada nyeri tekan.
13
- Mulut. Warna mukosa mulut dan bibir, tekstrur, lesi dan stomatitis.
Langit – langit keras ( platum durum ) dan lunak, tenggorokan, bentuk
dan ukuran lidan.
- Dada. Kesimetrisan dada, adakah retaksi dinding dada, adakah bunyi
napas tambahan ( seperti ronchi, wheezing, crackels ), adakah bunyi
jantung tambahan ( seperti mur mur ), takipnea, dipsnea, peningkatan
frekuensi, kedalaman ( pernapasan kusmaul ).
- Abdomen. Inspeksi perut tampak membesar, palpasi ginjal adanya
nyeri tekan, palpasi hepar adakah distensi, massa, dengarkan bunyi
bising usus, palpasi seluruh kuadran abdomen.
- Genetalia dan rectum. Pada laki laki inpeksi uretra dan testis apakah
terjadi hipospadia atau epispedia, adanya edema skrotum atau
terjadinya hemia serta kepersihan preputium. Sedangkan pada wanita
inspeksi labia dan klitoris adanya edema atau massa labia mayora
menutupi labia minora, lubang vagina, adakah skret atau bercak darah.
- Ekstremitas. Tangan : telapak tangan pucat, dan udem, pitting udema
lebih dari 2 detik. Kaki : terdapat udem pada kaki pitting udema lebih
dari 2 detik.
2. Diagnosa Keperawatan
Kemungkinan diagnose yang muncul :
Hypervolemia
Deficit nutrisi
Gangguan integritas kulit
Intoleransi aktivitas
Nyeri akut
Ansietas
3. Intervensi Keperawatan
14
NO DIAGNOSA SLKI SIKI
1 Hypervolemia Keseimbangan cairan. Manajemen hypervolemia
Definisi : Ekspetasi yang di inginkan Tindakan yang diberikan :
Peningkatan volume cairan meningkat. Observasi
intravaskuler, interstisial, dan - Dengan kriteria hasil : Identikasi penyebab
intraseluler. Asupan cairan hipervolemia
meningkat skala 5 periksa tanda dan gejala
Haluaran urine hypervolemia ( mis.
meningkat skala 5 Ortopnea, dyspnea, edema,
Kelembapan membrane JVP / CVP meningkat,
muka meningkat skala refleks hepatojugular positif,
5 suara napas tambahan.
15
dalam sehari
Ajarkan cara mencatat atau
mengukur asupan dan
haluaran cairan.
Ajarkan cara membatasi
asupan cairan.
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
deuretik
Kolaborasi penggantian
kehilangan kalium akibat
deuretik
Kolaborasi pemeberian
CRRT, jika perlu.
2 Deficit nutrisi Status nutrisi Manajemen nutrisi
Definisi : Ekspetasi yang diinginkan Tindakan yang di berikan :
Asupan nutrisi tidak cukup membaik. Observasi
untuk memenuhi kebutuhan Porsi makan yang Identifikasi status nutrisi
metabolisme. dihabiskan membaik Identifikasi alergi dan
skala 5 intoteransi makanan
Pengetahuan tentang Identifikasi kebutuhan kalori
standar asupan nutrisi dan jenis nutrient
yang tepat membaik Monitor asupan makanan
skala 5 Monitor berat badan
Neyi abdomen menurun Monitor hasil pemeriksaan
skala 5 laboratorium
16
( mis. Piramida makanan )
Edukasi
Anjurkan posisi duduk, jika
mampu
Ajarkan diet yang di
programkan.
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
( mis. Pereda nyeri,
antlemetik )
Kolaborasi dengan ahli gizi.
3 Gangguan integritas kulit Integritas kulit dan jaringan Perawatan integritas kulit
Definisi : Ekspetasi yang di inginkan Tindakan yang diberikan :
Kerusakan kulit demis atau meningkat : Obeservasi
epidermis, atau jaringan Kerusakan jaringan Identifikasi penyebab dan
( membrane mukosa, kornea, menurun skala 5 merawat kulit untuk menjaga
fasia, otot, tendon, tulang, Kerusakan lapisan kulit keutuhan, kelembapan, dan
kartilago, kapsul sendi dan menurun skala 5 mencegah perkembangan
ligament ). Nyeri menurun skala 5 mikroorganisme.
5 priode diare.
17
cukup
Anjurkan tingkatan asupan
nutrisi
Anjurkan menggunakan
pelembab ( mis. Lotion dan
serum )
Anjurkan meningkatkan
asupan buah dan sayur
Anjurkan mandi dan
menggunakan sabun
secukupnya
Anjurkan untuk menghindari
terpapar sinar mata hari
secara ekstrem.
4 Intoleransi aktivitas Toleransi aktivitas Manajemen energy
Definisi : Ekspetasi yang diinginkan Tindakan yang di berikan :
Ketidakcukupan energy untuk meningkat : Observasi
melakukan kegiatan sehari – Frekuensi nadi Identifikasi fungsi tubuh
hari. membaik skala 5 yang mengakibatkan
Tekanan dara membaik kelelahan
skala 5 Monitor kelelahan fisik dan
Frekuensi napas emosional
membaik skala 5 Monitor pola dan jam tidur
menurun skala 5
Terapeutik
Dipsniea setelah
Sediakan lingkungan yang
aktivitas menurun skala
nyaman dan rendah stimulus
5
Lakukan latih rentang gerak
pasif dan aktif
Berikan aktivitas distraksi
18
yang menenangkan
Edukasi
Anjurkan tirah baring
Anjurkan melakukan
aktifitas secara bertahap
Anjurkan stategi koping
untuk mengurangi kelelahan.
Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan.
5 Nyeri akut Tingkat nyeri Manajemen nyeri
Definisi : Ekspetasi yang diinginkan Tindakan yang diberikan :;
Pengalaman sensorik atau menurun : Observasi
emosional yang berkaitan Keluhan nyeri menurun Identifikasi skala nyeri
dengan kerusakan jaringan skala 5 Identifikasi lokasi,
actual atau fungsional, dengan Meringsi menurun karakteristik, durasi,
onset mendadak atau lambat skala 5 frekuensi, kualitas, intensitas
dan berinteraksi ringan hingga Kesulitan tidur nyeri.
berat yang berlangsung kurang menurun skala 5 Identifikasi respon nyeri non
dari 3 bulan. Gelisah menurun skala verbal
5 Identifikasi yang
5 memperingan nyeri
19
Fungsi berkemih farmakologi
membaik skala 5. Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
( mis. Suhu ruangan,
pencahayaan dan lain – lain )
Fasilitasi istirahat tidur
Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan
nyeri.
Edukasi
Jelaskan penyebab, priode
dan pemicu nyeri
Jelaskan strategi meredakan
nyeri
Ajarkan monitor nyeri secara
mandiri
Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat.
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu.
20
Perilaku tegang Terapeutik
menurun skala 5 Ciptakan suasana terapeutik
Perilaku gelisah untuk menumbuhkan
menurun skala 5 kepercayaan
Konsentrasi membaik Temani pasien untuk
skala 5 mengurangi kecemasan, jika
21
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan pelaksanaan rencana keperawatan oleh perawat
terhadap pasien. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan
rencana keperawatan diantaranya yakni intervensi dilaksanakan sesuai rencana
setelah dilaksanakan validasi, kemampuan interpersonal, teknik dan intelektual
dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan
psikologi klien dilindungi serta dokumentasi serta intervensi dan respon pasien.
Pada tahap implementasi ini merupakan aplikasi secara konkrit dari rencana
intervensi yang telah dibuat untuk mengatasi masalah kesehatan dan perawatan
yang muncul pada pasien (Budianna Keliat, 1994)
22
Defisit nutrisi berhubungan dengan anoreksia dan penurunan kebutuhan
metabolic.
Implementasi :
Mengidentifikasi status nutrisi pasien
Memonitor berat badan pasien meningkat atau tidak
Pemberian suplemen untuk meningkatkan nafsu makan
Mengkolaborasikan deng tim medis lain untuk pemberian nutrisi
sesuai kebutuhan
24
Menjelaskan prosedur termasuk sensasi yang mungkin dialami
Menginformasikan secara faktual mengenai diagnosis, pengobatan,
dan prognosis
Menganjurkan keluarga untuk tetap bersam pasien
Menganjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
Bengkolaborasikan pemberian obat antlansietas, jika perlu
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan, dimana
evaluasi adalah kegiatan yang dilakukan secara menerus dengan melibatkan
pasien, keluarga, perawat dan anggota tim kesehatan lainya. Tujuan dari evaluasi
ini untuk menilai apakah tujuan dalam renana keperawatan tercapai dengan baik
dan untuk melakukan pengkajian ulang (US.Midar H,dkk, 1989)
25
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Glomerulonefritis Akut (GNA) merupakan keadaan atau manifefstasi utama
gangguan sistemik dengan rentang penyakit minimal sampai berat.
Glomerulonefritis poststreptokokal akut ( APSGN, acute poststreptokokal
glomerulonefritis) merupakan penyakit ginjal pasca infeksi yang sering terjadi
pada masa kanak-kanak dan merupakan penyakit yang menyebabkan dapat
ditegakan pada sebagian besar kasus. dapat terjadi pada setiap tingkatan usia tetapi
terutama menyerang anak-anak pada awal usia sekolah dengan awitan paling
sering terjadi pada usia 6-7 tahun. Penyakit ini jarang dijumpai pada anak-
anak ,usia dibawah 2 tahun ( Donna L wong, 2009 ).
Menurut Ngastiyah (2005) Glomerulonefritis akut didahului oleh infeksi
ekstra renal terutama di traktus respiratorius bagian atas dan kulit oleh kuman
streptococcus beta hemoliticus golongan A tipe 12, 4, 16, 25, dan 29.
Gejala – gejala umum yang muncul biasanya adalah rasa lelah, anoreksia, dan
kadang demam, sakit kepala, mual, muntah,
Tujuan utama di lakukan pada manajemen glomerulonephritis adalah untuk
meminimalkan kerusakan pada glomerulus, meminimalkan metabolisme pada
ginjal, peningkatan fungsi ginjal.
Tidak ada pengobatan khusus yang mempengaruhi penyembuhan kelainan
glomerulonephritis. pemberian penisilin untuk memberantas semua sisa infeksi,
tirah memamerkan selama stadium akut, diet bebas bila terjadi busung lapar atau
gejala gagal jantung dan nanti hipertensi jika perlu, sementara kortikolestroltidak
memiliki efek pada glomerulonephritis akut pasca infeksi strepkokus.
2. Saran
Mengingat antigen yang berperan dalam proses terjadinya GNA masih belum
di ketahui dengan pasti, di harapkan dapat di lakukan penelitian lebih lanjut.
Petugas kesehatan dan masyarakat perlu mendapat pengetahuan tentang penyebab
proses terjadinya GNA, baik dengan penyuluhan maupun dengan media massa
26
sehingga dapat mengenal gejala secara dini, menentukan diagnose dini dan
pelaksanaan terapi yang lebih efesien.
27
DAFTAR PUSTAKA
Hranowo, Sapto. 2001. Keperawatan Medical Bedah untuk Akademi Keperawatan. Jakarta:
Widya Medika
‘7 IKE AMELIA.Pdf’
Ii, B A B, ‘Nyeri Akut Pada..., USWATUN KHASANAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP,
2013’, 2005, 20–40
Keperawatan, Asuhan, Komprehensif Pada, Ruang Mawar, Rsud Prof, and W Z Johannes
Kupang, “ASUHAN KEPERAWATAN KOMPREHENSIF PADA An. J.U DENGAN
DIAGNOSA GLOMERULUS NEFRITIS AKUT DI RUANG MAWAR RSUD PROF. DR.
W. Z. JOHANNES KUPANG ”, 2019
28