Anda di halaman 1dari 28

KEPERAWATAN ANAK II

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN


GLOMERULO NEFRITIS AKUT (GNA)

Di Ajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak II


Dosen Pengampu : Andi Yudianto S.Kep. Ns. M.kes

Disusun oleh kelompok 4


Anggota :

1. Anisa Nurcahyati ( 7319002 )


2. Rani Sulistiani ( 7319023 )
3. Silfina Isza Rokhmi ( 7319089 )

PRODI S1 KEPERAWATAN-FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ULUM
JOMBANG
2021
KATA PENGANTAR

Assallammualaikum Warahmatullahi Wabarakatu


Bismillahirahmanirahim, segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan
Rahmat serta hidayahnya sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik tanpa
rintangan suatu apapun.
Dan tak lupa shalawat serta salam tercurahkan kepada junjungan kita Rasulullah
Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman gelap gulita menuju zaman yang
terang benderang yakni adinul islam waliman.
Kami ucapkan banyak terima kasih kepada pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya. Kami berharap makalah ini dapat
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca.
Bagi kami sebagai penulis makalah ini merasa masih banyak kekurangan dalam
penulisan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Jombang, 1 Oktober 2021

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
BAB I..................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.................................................................................................................................4
A. Latar Belakang...............................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................................5
C. Tujuan............................................................................................................................................5
BAB II.....................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................6
A. Tinjauan Teori GNA....................................................................................................................6
a) Definisi GNA...........................................................................................................................6
b) Etiologi GNA...........................................................................................................................6
c) Patofisiologi GNA...................................................................................................................7
d) Pathway GNA.........................................................................................................................8
e) Manifestasi Klinis GNA...........................................................................................................9
f) Pemeriksaan Diagnostik GNA.................................................................................................9
g) Komplikasi GNA...................................................................................................................10
h) Penatalaksanaan GNA..........................................................................................................11
B. Asuhan Keperawatan GNA Pada Anak.....................................................................................12
1. Pengkajian...........................................................................................................................12
2. Diagnosa Keperawatan........................................................................................................14
3. Intervensi Keperawatan.......................................................................................................15
4. Implementasi Keperawatan.................................................................................................22
5. Evaluasi................................................................................................................................25
BAB III..................................................................................................................................................26
PENUTUP.............................................................................................................................................26
1. Kesimpulan..........................................................................................................................26
2. Saran....................................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................28

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Glomerulonefritis Akut (GNA) merupakan keadaan atau manifestasi utama gangguan
sistemik dengan rentang penyakit minimal sampai berat. Glomerulonefritis
poststreptokokal Akut (APSGN, acute postsreptococcal Glomerulonefritis) merupakan
penyakit ginjal pasca infeksi yang sering terjadi pada masa kanak-kanak dan merupakan
penyakit yang menyebabkan dapat ditegakan pada sebagian besar kasus. Dapat terjadi
pada setiap tingkatan usia tetapi terutama menyerang anak-anak pada awal usia sekolah
dengan awitan paling sering terjadi pada usia 6–7 tahun. Penyakit ini jarang dijumpai
pada anak–anak usia dibawah 2 tahun. (Donna L wong, 2009)
Glomerulonefritis merupakan penyakit ginjal dengan suatu inflamasi dan proliferasi
sel glomerulus. Peradangan tersebut terutama disebabkan mekanisme imunologis yang
menimbulkan kelainan patologis glomerulus dengan mekanisme yang masih belum jelas.
Pada anak kebanyakan kasus glomerulonefritis akut adalah pasca infeksi, paling sering
infeksi streptokokus beta hemolitikus grup A.
Glomerulonefritis umumnya disebabkan oleh infeksi, yang sering terjadi pada anak-
anak, seperti infeki traktus respiratorius. Glomerulonefritis dapat terjadi secara epidemik
atau sporadik, paling sering pada anak usia sekolah yang lebih muda, antara 5–8 tahun.
Perbandingan anak laki-laki dan anak perempuan adalah 2 : 1. WHO memperkirakan
472.000 kasus GNAPS terjadi setiap tahunnya secara global dengan 5.000 kematian
setiap tahunnya.
Solusi masalah pada anak dengan Glomerulus Nefritis Akut adalah perawat sebagai
pemberi asuhan keperawatan dapat memberikan informasi tentang bagaimana tanda
gejala, cara pencegahan, cara pengobatan dan penanganan pasien dengan Glomerulus
Nefritis Akut sehingga keluarga juga dapat berperan aktif dalam pemeliharaan kesehatan
baik individu itu sendiri maupun orang lain disekitarnya.

4
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Tinjauan Teori Mengenai GNA.
2. Bagaimana Asuhan Keperawatan GNA.

C. Tujuan
1. Mengetahui Tinjauan Teori Mengenai GNA.
2. Mengetahui Asuhan Keperawatan Pada Pasien GNA.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Tinjauan Teori GNA


a) Definisi GNA
Glomerulonefritis Akut (GNA) merupakan keadaan atau manifefstasi utama
gangguan sistemik dengan rentang penyakit minimal sampai berat.
Glomerulonefritis poststreptokokal akut ( APSGN, acute poststreptokokal
glomerulonefritis) merupakan penyakit ginjal pasca infeksi yang sering terjadi
pada masa kanak-kanak dan merupakan penyakit yang menyebabkan dapat
ditegakan pada sebagian besar kasus. dapat terjadi pada setiap tingkatan usia tetapi
terutama menyerang anak-anak pada awal usia sekolah dengan awitan paling
sering terjadi pada usia 6-7 tahun. Penyakit ini jarang dijumpai pada anak-
anak ,usia dibawah 2 tahun ( Donna L wong, 2009 ).
Glomerulo Nefritis adalah gangguan pada ginjal yang ditandai dengan
peradangan pada kapiler glomerulus yang fungsinya sebagai filtrasi cairan tubuh
dan sisa-sisa pembuangan. (Suriadi, dkk, 2001). Glomerulo Nefritis adalah
sindrom yang ditandai oleh peradangan dari glomerulus diikuti pembentukan
beberapa antigen. (Engran, Barbara, 1999). Glomerulo Nefritis Akut (GNA)
adalah suatu reaksi imunologis ginjal terhadap bakteri/virus tertentu. (Ngastiyah,
2005).

b) Etiologi GNA
Menurut Ngastiyah (2005) Glomerulonefritis akut didahului oleh infeksi
ekstra renal terutama di traktus respiratorius bagian atas dan kulit oleh kuman
streptococcus beta hemoliticus golongan A tipe 12, 4, 16, 25, dan 29. Hubungan
antara glomerulonefritis akut dan infeksi streptococcus dikemukakan pertama kali
oleh Lohlein pada tahun 1907 dengan alasan bahwa :
1. Timbulnya glomerulonefritis akut setelah infeksi skarlatina
2. Diisolasinya kuman streptococcus beta hemoliticus golongan A
3. Meningkatnya titer anti- streptolisin pada serum pasien.
Antara infeksi bakteri dan timbulnya glomerulonefritis akut terdapat masa laten
selama kurang 10 hari. Kuman streptococcus beta hemoliticus tipe 12 dan 25 lebih

6
bersifat nefritogen dari pada yang lain. Mungkin factor iklim atau alergi yang
mempengaruhi terjadinya GNA setelah infeksi dengan kuman streptococcus.
GNA juga disebabkan karena :
 Adanya infeksi ektra renal terutama disaluran napas bagian atas atau kulit
oleh kuman streptokokus beta hemolyticus golongan A, tipe 12, 16, 25 dan
49.
 Sifilis
 Bakteri dan virus
 Keracunan (Timah hitam, tridion)
 Penyakit Amiloid
 Thrombosis vena renalis
 Penyakit kolagen
 Purpura anafilaktoid
 lupus eritematosus.

c) Patofisiologi GNA
Suatu reaksi radang pada glomerulus dengan sebutan lekosit dan proliferasi
sel, serta eksudasi eritosit, lekosit dan protein plasma dalam ruang Bowman.
Gangguan pada glomerulus ginjal dipertimbangkan sebagai suatu respon
imunologi yang terjadi dengan adanya perlawanan antibody dengan
mikroorganisme yaitu streptokokus A. Reaksi antigen dan antibody tersebut
membentuk imun kompleks yang menimbulkan respon peradangan yang
menyebabkan kerusakan dinding kapiler dan menjadikan lumen pembuluh darah
menjadi mengecil yang mana akan menurunkan filtrasi glomerulus, insuffisiensi
renal dan perubahan permeabilitas kapiler sehingga molekul yang besar seperti
protein dieskresikan dalam urine (proteinuria).
Menurut Nursalam (2008) patofisiologi dari glomerulonephritis sebagai
berikut:
 Terjadi sesudah infeksi organ tubuh atau merupakan perkembangan
sekunder dari gangguan sistemik
 Merupakan reaksi antigen-antibody terhadap produksi kompleks imun
yang tertinggal di glomerulus dan menghasilkan membran.
 Scarring dan kehilangan filter bisa menyebabkan gagal ginjal.

7
d) Pathway GNA

Potensial infeksi Reaksi Antigen Antibodi

Vasospasme pembuluh darah proliferasi sel dan kerusakan glomerulus

Hipertensi
GFR menurun kerusakan
Mk : ansietas
Retensi Na dan Air Membrane kapiler
Mk : Nyeri akut
Hematuria,
ptoteinuri

Mk : deficit nutrisi

Edema

Mk : Intoleransi aktivitas

Mk : Gangguan integritas kulit


Mk : Hipervolemia

8
e) Manifestasi Klinis GNA
Menurut Ngastiah (2005) Gambaran klinik dapat bermacam-macam. Kadang-
kadang gejala ringan tetapi sering juga pasien datang sudah dalam keadaan payah.
Gejala yang sering ditemukan adalah hematuria ( kencing berwarna merah seperti
air daging). Kadang disertai edema ringan disekitar mata atau dapat juga seluruh
tubuh. Umumnya terjadi edema berat bila terdapat oliguria dan gagal jantung.
Hipertensi terdapat pada 60-70 % anak dengan GNA pada hari pertama dan akan
kembali normal pada akhir minggu pertama juga. Jika terdapat kerusakan jaringan
ginjal, tekanan darah akan tetap tinggi selama beberapa minggu dan menjadi
permanen jika keadaan penyakitnya menjadi kronik. Hipertensi ini timbul karena
vasospasme atau iskemia ginjal dan berhubungan dengan gejala serebrum serta
kelainan jantung.
 Preteunia (protein dalam urine)
 Oliguria (keluaran urine berkurang)
 Nyeri panggul
 Suhu badan umumnya tidak seberapa tinggi, tetapi dapat terjadi tinggi
sekali pada hari pertama.
 Dapat timbul gejala grastrointestinal seperti muntah, tidak nafsu makan,
dan diare.
 Bila terdapat ensefalopati hipertensif dapat timbul sakit kepala, kejang dan
kesadaran menurun.
 Fatigue (keletihan atau kelelahan)

f) Pemeriksaan Diagnostik GNA


 Pemeriksaan urin sangat penting untuk menegakkan diagnosis nefritis akut.
Volume urin sering berkurang dengan warna gelap atau kecoklatan seperti air
cucian daging.
 Tes darah : Bun (bloot urea nitrogen : nitrogen urea darah) dan creatinine
meningkat kreatinin serum menigkat bila fungsi ginjal mulai
menurun.Albumin serum dan protein total mungkin normal atau agak turun
(karena hemodilusi).
 Laju endap darah meninggi, kadar Hb menurun sebagai akibat hypervolemia
(retensi garam dan air). Pada pemeriksaan urin di dapatkan jumlah urin

9
mengurang, berat jenis meninggi. Hematuria makroskopis ditemukan pada
50% penderita. Ditemukan pula albumin (+), eritrosit (++), leukosit (+),
silinder leukosit, dan hialin.
 Biopsi ginjal dapat di indikasikan jika dilakukan kemungkinan temuan adalah
menningkatnya jumlah sel dalam setiap.
 Pemeriksaan Kultur tenggorok : menentukan jenis mikroba adanya
streptokokus.
 Pemeriksaan serologis : antisterptozim, ASTO, antihialuronidase, dan anti
Dnase.
 Pemeriksaan imunologi : IgG, IgM dan C3.kompleks imun.
 Pemeriksaan radiologi : foto thorak adanya gambaran edema paru atau payah
jantung.
 ECG : adanya gambaran gangguan jantung

g) Komplikasi GNA
Komplikasi glomerulonephritis akut menurut Ngastiyah ( 2005 ) :
- Oliguria sampai anuria yang dapat berlangsung 2-3 hari. Terjadi sebagai
akibat berkurangnya filtrasi glomerulus. Gambaran seperti insufisiensi ginjal
akut dengan uremia, hiperfosfatemia, hyperkalemia dan hidremia. Walaupun
oliguria atau anuria yang lama jarang terdapat pada anak, jika hal ini terjadi
diperlukan peritoneum dialysis (bila perlu).
- Ensefalopati hipertensi, merupakan gejala serebrum karena hipertensi.
Terdapat gejala berupa gangguan pengelihatan, pusing, muntah dan kejang-
kejang. Hal ini disebabkan karena spasme pembuluh darah lokal dengan
anoksia dan edema otak.
- Gangguan sirkulasi berupa dipsneu, ortopneo, terdapat ronki basah,
pembesaran jantung dan meningginya tekanan darah yang bukan saja
disebabkan spasme pembuluh darah tetapi juga disebabkan oleh bertambahnya
volume plasma. Jantung dapat membesar dan terjadi gagal jantung akibat
hipertensi yang menetap dan kelainan di miokardium.
- Anemia yang timbul karena adanya hypervolemia disamping sintesis
eritropoietik yang menurun.
Komplikasi menurut Nursalam ( 2008 ) :

10
- Hipertensi, congestive heart failure ( CHF )
- Okarditis
- Ketidak seimbangan cairan dan elektrolit pada fase akut
- Malnutrisi
- Hipertensi Encephalopati.

h) Penatalaksanaan GNA
i. Keperawatan
a. Tirah baring diperlakukan untuk anak dengan hipertensi dan edema,
terutama untuk mereka dengan tanda ensefalopati dan kegagalan jantung.
Tirah baring dianjurkan selama fase akut sampai urin berwarna jernih dan
kadar keratin dan tekanan darah kembali normal.
b. Cairan.
Masukan cairan biasanya dibatasi jika keluaran urin rendah. Pada beberapa
unit dibatasi antara 900 dan 1200 ml/hari. Separuh dari masukan cairan
dapat berupa susu dan separuh lainnya air. Sari buah asli harus dihindari
karena mereka mengandung kalium yang tinggi.
c. Diit.
Jika terjadi diuresis dan hipertensi telah hilang, makanan seperti roti, buah-
buahan, kentang dan sayur-sayuran dapat diberikan. Garam dibatasi
(1g/hari) hingga hipertensi dan edema menurun. Protein dibatasi
(1g/kgBB/hari) jika nitrogen urea darah meningkat dan sementara
hematuria ditemukan.
d. Pencatatan tekanan darah
e. Uji urine harian untuk darah dan protein (kualitatif dan kuantitatif)
f. Dukungan bagi orang tua.

ii. Medis
 Pemberian penisilin pada fase akut (baik secara oral atau intramuskuler).
 Pengobatan terhadap hipertensi. Pemberian cairan dikurangi, pemberian
sedative untuk menenangkan pasien sehingga dapat cukup beristirahat.

11
 Bila anuria berlangsung selama (5-7 hari) maka ureum harus dikeluarkan
dari dalam darah. Dapat dengan cara peritoneum dialysis, hemodialysis,
tranfusi tukar dan sebagainya.
 Diurektium dulu tidak diberikan pada glomerulonofritis akut, tetapi akhir-
akhir ini pemberian furosamid (lasix) secara intravena (1 mg/kgBB/hari)
dalam 5-10 menit tidak berakibat buruk pada hemodinamika ginjal dan
filtrasi glomerulus.
 Bila timbul gagal jantung, diberikan dialysis, sedativum dan oksigen.

B. Asuhan Keperawatan GNA Pada Anak


1. Pengkajian
a. Identifikasi pasien
Glomerulus nefritis akut biasanya ditemukan pada anak usia sekolah 2 – 15
tahun dan lebih sering terjadi pada anak laki – laki dibanding anak perempuan.
b. Keluhan Utama
pada anak dengan glomerulus nefritis akut biasanya memiliki keluhan seperti
edema dan hipertensi. Edema ditemukan pada 85% kasus, terutama pada
daerah periorbital (76,3%), wajah, ekstremitas, bahkan seluruh tubuh.
Biasanya edema terjadi secara mendadak dan terlihat pertama kali pada daerah
orbital terutama saat bangun di pagi hari dan menghilang di sore hari setelah
penderita melakukan aktivitas.
c. Riwayat penyakit dahulu.
Yang harus dikaji antara lain penyakit anak sebelumnya, apakah pernah
dirawat di rumah sakit sebelumnya, obat – obatan yang di gunakan
sebelumnya, riwayat alergi, riwayat operasi sebelumnya atau kecelakaan dan
imunisasi dasar.
d. Riwayat penyakit sekarang
Yang harus di kaji adalah adakah hematuria, gejala gangguan saluran kemih,
penurunan berat badan, mual, muntah, anoreksia, bengkak pada tungkai, mata,
kencing berwarna seperti cucian daging, peningkatan tekanan darah dan
peningkatan suhu tubuh.
e. Riwayat penyakit keluarga

12
Yang harus di kaji adanya riwayat penyakit ginjal dalam keluarga dan
penyakit turunan dalam keluarga seperti DM, hipertensi, dll.
f. Pemeriksaan Fisik
 Pemeriksaan Umum. Pemeriksaan tingkat kesadaran, tanda- tanda vital
yaitu tekanan darah, pernapasan, suhu tubuh, frekuensi nadi pada anak
dengan glomerulus nefritis akut biasanya terjadi peningkatan tekanan
darah disebabkan akibat terinduksinya system rennin-angiotensin,
Hipertermi atau suhu tubuh meningkat dikarenakan adanya inflamasi oleh
streptokokus.
 Ukuran antropometri, adalah pengukuran fisik yang dapat di ukur dengan
alat pengukur seperti timbangan dan pita meter, meliputi : berat badan,
panjang badan, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar lengan. Pada anak
dengan gangguan GNA biasanya mengalami penurunan berat badan
karena anak mengalami penurunan nafsu makan.
 Pemeriksaan Head To Toe :
- Kulit, Warna kulit apakah normal, pucat atau sianosis, rash lesi, bintik–
bintik, ada atau tidak. Jika ada seperti apa, warna, bentuknya ada
cairan atau tidak, kelembaban dan turgor kulit baik atau tidak. Pada
anak dengan glomerulus nefritis akut biasanya tampak pucat, timbul
edema atau penumpukan cairan dibawah kulit karena penurunan fungsi
ginjal.
- Kepala, pada anak dengan GNA biasanya ubun- ubun cekung, rambut
keriting.
- Wajah, pada anak dengan GNA biasanya Nampak edema.
- Mata. Pada anak dengan GNA biasanya Nampak edema pada kelopak
mata, konjungtiva anemis, pupil anisokor.
- Telinga. Bentuk ukuran telinga, kesimetrisan telinga, warna, ada
serumen atau tidak dan lain-lain.
- Hidung. Bentuk, posisi, lubang ada lender atau tidak, lesi, sumbatan,
pendarahan tanda-tanda infeksi, adakah pernapasan cuping hidung atau
tidak ada nyeri tekan.

13
- Mulut. Warna mukosa mulut dan bibir, tekstrur, lesi dan stomatitis.
Langit – langit keras ( platum durum ) dan lunak, tenggorokan, bentuk
dan ukuran lidan.
- Dada. Kesimetrisan dada, adakah retaksi dinding dada, adakah bunyi
napas tambahan ( seperti ronchi, wheezing, crackels ), adakah bunyi
jantung tambahan ( seperti mur mur ), takipnea, dipsnea, peningkatan
frekuensi, kedalaman ( pernapasan kusmaul ).
- Abdomen. Inspeksi perut tampak membesar, palpasi ginjal adanya
nyeri tekan, palpasi hepar adakah distensi, massa, dengarkan bunyi
bising usus, palpasi seluruh kuadran abdomen.
- Genetalia dan rectum. Pada laki laki inpeksi uretra dan testis apakah
terjadi hipospadia atau epispedia, adanya edema skrotum atau
terjadinya hemia serta kepersihan preputium. Sedangkan pada wanita
inspeksi labia dan klitoris adanya edema atau massa labia mayora
menutupi labia minora, lubang vagina, adakah skret atau bercak darah.
- Ekstremitas. Tangan : telapak tangan pucat, dan udem, pitting udema
lebih dari 2 detik. Kaki : terdapat udem pada kaki pitting udema lebih
dari 2 detik.

2. Diagnosa Keperawatan
Kemungkinan diagnose yang muncul :
 Hypervolemia
 Deficit nutrisi
 Gangguan integritas kulit
 Intoleransi aktivitas
 Nyeri akut
 Ansietas

3. Intervensi Keperawatan

14
NO DIAGNOSA SLKI SIKI
1 Hypervolemia Keseimbangan cairan. Manajemen hypervolemia
Definisi : Ekspetasi yang di inginkan Tindakan yang diberikan :
Peningkatan volume cairan meningkat. Observasi
intravaskuler, interstisial, dan - Dengan kriteria hasil :  Identikasi penyebab
intraseluler.  Asupan cairan hipervolemia
meningkat skala 5  periksa tanda dan gejala
 Haluaran urine hypervolemia ( mis.
meningkat skala 5 Ortopnea, dyspnea, edema,
 Kelembapan membrane JVP / CVP meningkat,
muka meningkat skala refleks hepatojugular positif,
5 suara napas tambahan.

 Edema menurun skala 5  monitor intake dan out put

 Dehidrasi menurun cairan.

skala 5  monitor tanda

 Tekanan darah hemokonsentrasi.

membaik skala 5  Monitor kecepatan infus


secara ketat.
 Mata cekung membaik
 Monitor tanda peningkatan
sekala 5
tekanan onkotik plasma.
 Turgor kulit membaik
Terapeutik
skala 5
 Timbang berat badan setiap
 Membrane mukosa
hari dengan waktu yang
membaik skala 5
sama.
 Denyut nadi radial
 Batasi cairan dan garam
membaik skala 5
 Tinggikan kepala tempat
tidur 30 – 40 ͦ
Edukasi
 Anjurkan melapot jika
haluaran urin < 0,5
mL/kg/jam dalam 6 jam
 Anjurkan melapor jika BB
mengalami kenaikan > 1 kg

15
dalam sehari
 Ajarkan cara mencatat atau
mengukur asupan dan
haluaran cairan.
 Ajarkan cara membatasi
asupan cairan.
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
deuretik
 Kolaborasi penggantian
kehilangan kalium akibat
deuretik
 Kolaborasi pemeberian
CRRT, jika perlu.
2 Deficit nutrisi Status nutrisi Manajemen nutrisi
Definisi : Ekspetasi yang diinginkan Tindakan yang di berikan :
Asupan nutrisi tidak cukup membaik. Observasi
untuk memenuhi kebutuhan  Porsi makan yang  Identifikasi status nutrisi
metabolisme. dihabiskan membaik  Identifikasi alergi dan
skala 5 intoteransi makanan
 Pengetahuan tentang  Identifikasi kebutuhan kalori
standar asupan nutrisi dan jenis nutrient
yang tepat membaik  Monitor asupan makanan
skala 5  Monitor berat badan
 Neyi abdomen menurun  Monitor hasil pemeriksaan
skala 5 laboratorium

 Diare menurun skala 5 Terapeutik

 Berat badan membaik  Berikan makanan tinggi serat

skala 5 untuk mencegah konstipasi

 IMT membaik skala 5  Berikan makanan tinggi


kalori dan tinggi protein
 Frekuensi makan
 Fasilitasi menentukan
membaik skala 5
pedoman pedoman diet

16
( mis. Piramida makanan )
Edukasi
 Anjurkan posisi duduk, jika
mampu
 Ajarkan diet yang di
programkan.
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
( mis. Pereda nyeri,
antlemetik )
 Kolaborasi dengan ahli gizi.
3 Gangguan integritas kulit Integritas kulit dan jaringan Perawatan integritas kulit
Definisi : Ekspetasi yang di inginkan Tindakan yang diberikan :
Kerusakan kulit demis atau meningkat : Obeservasi
epidermis, atau jaringan  Kerusakan jaringan  Identifikasi penyebab dan
( membrane mukosa, kornea, menurun skala 5 merawat kulit untuk menjaga
fasia, otot, tendon, tulang,  Kerusakan lapisan kulit keutuhan, kelembapan, dan
kartilago, kapsul sendi dan menurun skala 5 mencegah perkembangan
ligament ).  Nyeri menurun skala 5 mikroorganisme.

 Perfusi jaringan Terapeutik


meningkat skala 5  Bersihkan parineal dengan

 Hidrasi membaik skala air hangat, terutama saat

5 priode diare.

 Elastisitas meningkat  Gunakan produk berbahan

skala 5 petroleum atau minyak pada


kulit kering.
 Suhu kulit membaik
 Hindari produk berbahan
skala 5
alcohol pada kulit kering.
 Ubah posisi setiap 2 jam
sekali, jika tirah baring.
Edukasi
 Anjurkan minum air yang

17
cukup
 Anjurkan tingkatan asupan
nutrisi
 Anjurkan menggunakan
pelembab ( mis. Lotion dan
serum )
 Anjurkan meningkatkan
asupan buah dan sayur
 Anjurkan mandi dan
menggunakan sabun
secukupnya
 Anjurkan untuk menghindari
terpapar sinar mata hari
secara ekstrem.
4 Intoleransi aktivitas Toleransi aktivitas Manajemen energy
Definisi : Ekspetasi yang diinginkan Tindakan yang di berikan :
Ketidakcukupan energy untuk meningkat : Observasi
melakukan kegiatan sehari –  Frekuensi nadi  Identifikasi fungsi tubuh
hari. membaik skala 5 yang mengakibatkan
 Tekanan dara membaik kelelahan
skala 5  Monitor kelelahan fisik dan
 Frekuensi napas emosional
membaik skala 5  Monitor pola dan jam tidur

 Keluhan lelah menurun  Monitor lokasi dan

skala 5 ketidaknyamanan selama

 Dyspnea saat aktivitas melakukan aktivitas

menurun skala 5
Terapeutik
 Dipsniea setelah
 Sediakan lingkungan yang
aktivitas menurun skala
nyaman dan rendah stimulus
5
 Lakukan latih rentang gerak
pasif dan aktif
 Berikan aktivitas distraksi

18
yang menenangkan
Edukasi
 Anjurkan tirah baring
 Anjurkan melakukan
aktifitas secara bertahap
 Anjurkan stategi koping
untuk mengurangi kelelahan.
Kolaborasi
 Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan.
5 Nyeri akut Tingkat nyeri Manajemen nyeri
Definisi : Ekspetasi yang diinginkan Tindakan yang diberikan :;
Pengalaman sensorik atau menurun : Observasi
emosional yang berkaitan  Keluhan nyeri menurun  Identifikasi skala nyeri
dengan kerusakan jaringan skala 5  Identifikasi lokasi,
actual atau fungsional, dengan  Meringsi menurun karakteristik, durasi,
onset mendadak atau lambat skala 5 frekuensi, kualitas, intensitas
dan berinteraksi ringan hingga  Kesulitan tidur nyeri.
berat yang berlangsung kurang menurun skala 5  Identifikasi respon nyeri non
dari 3 bulan.  Gelisah menurun skala verbal

5  Identifikasi yang

 Muntah menurun skala memperberat dan

5 memperingan nyeri

 Mual menurun skala 5  Identifikasi pengaruh budaya


terhadap respon nyeri
 Frekuensi nadi
 Identifikasi pengaruh nyeri
membaik skala 5
pada kualitas tidur
 Tekanan darah
 Monitor keberhasilan terapi
membaik skala 5
komplementer yang sudah di
 Pola napas membaik
berikan
skala 5
Terapeutik
 Nafsu makan membaik
 Berikan teknik non
skala 5

19
 Fungsi berkemih farmakologi
membaik skala 5.  Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
( mis. Suhu ruangan,
pencahayaan dan lain – lain )
 Fasilitasi istirahat tidur
 Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan
nyeri.
Edukasi
 Jelaskan penyebab, priode
dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan
nyeri
 Ajarkan monitor nyeri secara
mandiri
 Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat.
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu.

6 Ansietas Tingkat ansietas Reduksi ansietas


Definisi : Ekspetasi yang diinginkan Tindakan yang di berikan :
Kondisi emosional dan menurun : Observasi
pengalaman subjek individu  Verbalisasi  Identifikasi saat tingkat
terhadap objek yang tidak jelas kebingungan menurun ansietas berubah
dan spesifik akibat antisipasi skala 5  Identifikasi kemampuan
bahaya yang memungkinkan  Verbilisasi khawatir mengambil keputusan
individu melakukan tindakan akibat yang di hadapi  Monitor tanda – tanda
untuk menghadapi ancaman. menurun dengan skala ansietas ( verbal & non
5 verbal )

20
 Perilaku tegang Terapeutik
menurun skala 5  Ciptakan suasana terapeutik
 Perilaku gelisah untuk menumbuhkan
menurun skala 5 kepercayaan
 Konsentrasi membaik  Temani pasien untuk
skala 5 mengurangi kecemasan, jika

 Pola tidur membaik perlu

skala 5  Gunakan pendekatan yang

 Pola berkemih tenang dan meyakinkan

membaik skala 5  Pahami yang membuat


ansietas dengarkan dengan
penuh perhatian
 Motivasi mengidentifikasi
situasi yang memicu
kecemasan.
Edukasi
 Jelaskan prosedur, termasuk
sensasi yang mungkin
muncul
 Anjurkan keluarga untuk
tetap bersama pasien jika
perlu
 Anjurkan tidak melakukan
kegiatan yang kompetitif,
sesuai kebutuhan
 Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan presepsi.
 Latih kegiatan pengalihan
untuk mengurangi rasa nyeri
 Latih teknik relaksasi.
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian obat
ansietas, jika diperlukan.

21
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan pelaksanaan rencana keperawatan oleh perawat
terhadap pasien. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan
rencana keperawatan diantaranya yakni intervensi dilaksanakan sesuai rencana
setelah dilaksanakan validasi, kemampuan interpersonal, teknik dan intelektual
dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan
psikologi klien dilindungi serta dokumentasi serta intervensi dan respon pasien.
Pada tahap implementasi ini merupakan aplikasi secara konkrit dari rencana
intervensi yang telah dibuat untuk mengatasi masalah kesehatan dan perawatan
yang muncul pada pasien (Budianna Keliat, 1994)

 Hipervolemia berhubungan dengan penurunan urine.


Implementasi :
 Identikasi penyebab hipervolemia
 periksa tanda dan gejala hypervolemia ( mis. Ortopnea, dyspnea,
edema, JVP / CVP meningkat, refleks hepatojugular positif, suara
napas tambahan.
 monitor intake dan out put cairan.
 monitor tanda hemokonsentrasi.
 Monitor kecepatan infus secara ketat.
 Monitor tanda peningkatan tekanan onkotik plasma.
 Timbang berat badan setiap hari dengan waktu yang sama.
 Batasi cairan dan garam
 Tinggikan kepala tempat tidur 30 – 40 ͦ
 Anjurkan melapor jika haluaran urin < 0,5 mL/kg/jam dalam 6
jam
 Anjurkan melapor jika BB mengalami kenaikan > 1 kg dalam
sehari
 Ajarkan cara mencatat atau mengukur asupan dan haluaran cairan.
 Kolaborasi pemberian deuretik Kolaborasi penggantian kehilangan
kalium akibat deuretik

22
 Defisit nutrisi berhubungan dengan anoreksia dan penurunan kebutuhan
metabolic.
Implementasi :
 Mengidentifikasi status nutrisi pasien
 Memonitor berat badan pasien meningkat atau tidak
 Pemberian suplemen untuk meningkatkan nafsu makan
 Mengkolaborasikan deng tim medis lain untuk pemberian nutrisi
sesuai kebutuhan

 Gangguan integritas kulit berhubungan dengan edema dan menurunnya


tingkat aktivitas.
Implementasi :
 Mengidentifikasi penyebab gangguan integritas kulit untuk
menjaga keutuhan, kelembapan dan mencegah adanya
perkembangan mikroorganisme.
 Monitor untuk membersihkan perineal dengan air hangat, terutama
selama priode diare.
 Monitor untuk mengubah posisi setiap 2 jam sekali jika tirah
baring.
 Anjurkan pasien minum air secukupnya
 Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi secukupnya
 Anjurkan mengkonsumsi buah dan sayur secukupnya
 Anjurkan menghindari paparan suhu yang ekstrem

 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan fatigue (kelelahan) dan tirah


baring.
Implementasi :
 Monitor pola dan jam tidur
 Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
 Sediakan lingkungan yang nyaman dan rendah stimulus
 Latih gerak pasif dan aktif
 Anjurkan tirah baring
 Anjurkan melakukan aktifitas secara bertahap
23
 Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan
makanan
 Anjurkan stategi koping untuk mengurangi kelelahan
 Monitor kelelahan fisik dan emosional
 Identifikasi fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan

 Nyeri akut (sakit kepala dan pusing) berhubunngan dengan gangguan


perfusi darah ke otak sekunder terhadap hipertensi.
Implementasi :
 Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
 Mengidentifikasi skala nyeri
 Mengidentifikasi respons nyeri non verbal
 Mengontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
 Memfasilitasi istirahat dan tidur
 Mempertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
 Menjelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
 Menjelaskan strategi meredakan nyeri
 Menganjurkan memonitor nyeri secara mandiri
 Berkolaborasi untuk memberikan analgesik, jika perlu

 Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan.


Implementasi :
 Mengidentifikasi saat tingkat ansietas berubah
 Mengidentifikasi kemampuan mengambil masalah
 Memonitor tanda-tanda ansietas
 Menciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
 Menemani pasien untuk mengurangi kecemasan
 Memahami situasi yang membuat ansietas dengarkan dengan
penuh perhatian
 Menggunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan

24
 Menjelaskan prosedur termasuk sensasi yang mungkin dialami
 Menginformasikan secara faktual mengenai diagnosis, pengobatan,
dan prognosis
 Menganjurkan keluarga untuk tetap bersam pasien
 Menganjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
 Bengkolaborasikan pemberian obat antlansietas, jika perlu

5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan, dimana
evaluasi adalah kegiatan yang dilakukan secara menerus dengan melibatkan
pasien, keluarga, perawat dan anggota tim kesehatan lainya. Tujuan dari evaluasi
ini untuk menilai apakah tujuan dalam renana keperawatan tercapai dengan baik
dan untuk melakukan pengkajian ulang (US.Midar H,dkk, 1989)

Kriteria dalam menentukan tercapainya suatu tujuan pasien yakni :

 Dx 1 : Hipervolemia dapat teratasi


 Dx 2 : Deficit nutrisi dapat teratasi
 Dx 3 : Gangguan Integritas kulit dapat teratasi
 Dx 4 : Intoleransi aktivitas membaik
 Dx 5 : Nyeri akut membaik
 Dx 6 : Ansietas membaik

25
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan
Glomerulonefritis Akut (GNA) merupakan keadaan atau manifefstasi utama
gangguan sistemik dengan rentang penyakit minimal sampai berat.
Glomerulonefritis poststreptokokal akut ( APSGN, acute poststreptokokal
glomerulonefritis) merupakan penyakit ginjal pasca infeksi yang sering terjadi
pada masa kanak-kanak dan merupakan penyakit yang menyebabkan dapat
ditegakan pada sebagian besar kasus. dapat terjadi pada setiap tingkatan usia tetapi
terutama menyerang anak-anak pada awal usia sekolah dengan awitan paling
sering terjadi pada usia 6-7 tahun. Penyakit ini jarang dijumpai pada anak-
anak ,usia dibawah 2 tahun ( Donna L wong, 2009 ).
Menurut Ngastiyah (2005) Glomerulonefritis akut didahului oleh infeksi
ekstra renal terutama di traktus respiratorius bagian atas dan kulit oleh kuman
streptococcus beta hemoliticus golongan A tipe 12, 4, 16, 25, dan 29.
Gejala – gejala umum yang muncul biasanya adalah rasa lelah, anoreksia, dan
kadang demam, sakit kepala, mual, muntah,
Tujuan utama di lakukan pada manajemen glomerulonephritis adalah untuk
meminimalkan kerusakan pada glomerulus, meminimalkan metabolisme pada
ginjal, peningkatan fungsi ginjal.
Tidak ada pengobatan khusus yang mempengaruhi penyembuhan kelainan
glomerulonephritis. pemberian penisilin untuk memberantas semua sisa infeksi,
tirah memamerkan selama stadium akut, diet bebas bila terjadi busung lapar atau
gejala gagal jantung dan nanti hipertensi jika perlu, sementara kortikolestroltidak
memiliki efek pada glomerulonephritis akut pasca infeksi strepkokus.

2. Saran
Mengingat antigen yang berperan dalam proses terjadinya GNA masih belum
di ketahui dengan pasti, di harapkan dapat di lakukan penelitian lebih lanjut.
Petugas kesehatan dan masyarakat perlu mendapat pengetahuan tentang penyebab
proses terjadinya GNA, baik dengan penyuluhan maupun dengan media massa

26
sehingga dapat mengenal gejala secara dini, menentukan diagnose dini dan
pelaksanaan terapi yang lebih efesien.

27
DAFTAR PUSTAKA

Betz, Cecily L. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta: EGC.

Hranowo, Sapto. 2001. Keperawatan Medical Bedah untuk Akademi Keperawatan. Jakarta:
Widya Medika

‘7 IKE AMELIA.Pdf’
Ii, B A B, ‘Nyeri Akut Pada..., USWATUN KHASANAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP,
2013’, 2005, 20–40
Keperawatan, Asuhan, Komprehensif Pada, Ruang Mawar, Rsud Prof, and W Z Johannes
Kupang, “ASUHAN KEPERAWATAN KOMPREHENSIF PADA An. J.U DENGAN
DIAGNOSA GLOMERULUS NEFRITIS AKUT DI RUANG MAWAR RSUD PROF. DR.
W. Z. JOHANNES KUPANG ”, 2019

28

Anda mungkin juga menyukai