Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

PEMERIKSAAN PENUNJANG SISTEM PERKEMIHAN


(GLOMERULONEFRITIS AKUT)

DI SUSUN OLEH:

1. DESI RATNA SARI


2. TRI SUSILAWATI
3. RANGGA BERLIKA

DOSEN PEMBEIMBING : RIKO SANDRA PUTRA, S.Kep, M.Bmd

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MITRA ADIGUNA


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
PALEMBANG
2017
KATA PENGANTAR

Assalamuallaikum Wr.Wb
Segala puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT serta Shalawat dan
salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarga dan para
sahabatnya. Karena berkat rahmat dan karunia-Nya juga kita dapat mengetahui dan
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Pemeriksaan Penunjang Sistem
Perkemihan. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
oleh karena itu kritik, saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini di kemudian hari.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Dosen Pembimbing yang telah
memberi masukan dalam pembuatan makalah ini serta semua pihak yang telah
membantu hingga makalah ini dapat terselesaikan. Kami berharap semoga dengan
makalah ini kita semua lebih memahami isi yang terkandung di dalamnya.
Demikianlah makalah ini kami buat, apabila ada kesalahan dalam pembuatan
makalah ini kami mohon maaf dan kepada Allah kami mohon ampun. Wassalam.

Palembang, Oktober 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i


KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 3
1.3 Tujuan .......................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Glomerulosnefrtis Akut ................................................................ 4
2.1.1 Definisi ............................................................................ 4
2.1.2 Anatomi sistem perkemihan ............................................. 5
2.1.3 Etiologi ............................................................................ 8
2.1.4 Tanda dan gejala .............................................................. 9
2.1.5 Manifestasi klinik ............................................................. 10
2.1.6 Pemeriksaan diagnostik .................................................... 11
2.1.7 Penatalaksanaan .............................................................. 11
2.1.8 Komplikasi ...................................................................... 12
2.1.9 Pencegahan ...................................................................... 13
2.2 Asuhan keperawatan pada klien glomerulonefritis akut .............. 13
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan .................................................................................. 23
3.2 Saran ............................................................................................ 23

DAFTAR PUSTAKA

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Nefritis atau peradangan ginjal, adalah salah satu penyakit ginjal yang
sering ditemui. Gejala utamanya adalah tampaknya elemen seperti albumin di
dalam air seni. Kondisi ini disebut albuminuria. Sel-sel darah merah dan darah
putih dan serpihan granular yang kesemuanya tampak dalam pemeriksaan
mikroskopik pada air seni.
Gejala ini lebih sering nampak terjadi pada masa kanak-kanak dan
dewasa dibanding pada orang-orang setengah baya. Bentuk yang paling
umum dijumpai dari nefritis adalah glomerulonefritis. Seringkali terjadi dalam
periode 3 sampai 6 minggu setelah infeksi streptokokus.
Penderita biasanya mengeluh tentang rasa dingin, demam, sakit
kepala, sakit punggung, dan udema (bengkak) pada bagian muka biasanya
sekitar mata (kelopak), mual dan muntah-muntah. Sulit buang air kecil dan air
seni menjadi keruh. Prognosis biasanya dapat menyembuhkan dan penderita
sembuh total. Namun pada beberapa orang gejala ini berkembang menjadi
kronis. Pada keadaan ini proses kerusakan ginjal terjadi menahun dan selama
itu gejalanya tidak tampak. Akan tetapi pada akhirnya orang-orang tersebut
dapat menderita uremia (darah dalam air seni.Red) dan gagal ginjal.
Ginjal merupakan salah satu organ paling vital dimana fungsi ginjal
sebagai tempat membersihkan darah dari berbagai zat hasil metabolisme
tubuh dan berbagai racun yang tidak diperlukan tubuh serta dikeluarkan
sebagai urine dengan jumlah setiap hari berkisar antara 1-2 liter. Selain fungsi
tersebut, ginjal berfungsi antara lain mempertahankan kadar cairan tubuh dan
elektrolit (ion-ion), mengatur produksi sel-darah merah. Begitu banyak fungsi

1
ginjal sehingga bila ada kelainan yang mengganggu ginjal, berbagai penyakit
dapat ditimbulkan.
Glomerulonefritis merupakan berbagai kelainan yang menyerang sel-
sel penyerang ginjal (sel glomerulus). Glomerulonefritis menahun adalah
penyakit paling sering menimbulkan gagal ginjal dikemudian hari. Kelainan
ini terjadi akibat gangguan utama pada ginjal (primer) atau sebagai
komplikasi penyakit lain (sekunder), misalnya komplikasi penyakit diabetes
mellitus, keracunan obat, penyakit infeksi dan lain-lain. Pada penyakit ini
terjadi kebocoran protein atau kebocoran eritrosit.
Glomerulonefritis merupakan penyebab utama terjadinya gagal ginjal
tahap akhir dan tingginya angka morbiditas baik pada anak maupun pada
dewasa. Sebagian besar glomerulonefritis bersifat kronik dengan penyebab
yang tidak jelas dan sebagian besar tampak bersifat imunologis.
Glomerulonefritis menunjukkan kelainan yang terjadi pada glomerulus,bukan
pada struktur jaringan ginjal yang lain seperti misalnya tubulus, jaringan
interstitial maupun sistem vaskulernya.
Glomerulonefritis sering ditemukan pada anak berumur antara 3-7
tahun dan lebih sering mengenai anak laki-laki dibandingkan anak
perempuan. Perbandingan antara anak laki-laki dan perempuan adalah 2 : 1
dan jarang menyerang anak dibawah usia 3 tahun. Hasil penelitian multisenter
di Indonesia pada tahun 1988, melaporkan adanya 170 pasien yang dirawat di
rumah sakit pendidikan dalam 12 bulan. Pasien terbanyak dirawat di Surabaya
(26,5%), kemudian disusul berturut-turut di Jakarta (24,7%), Bandung
(17,6%), dan Palembang (8,2%). Pasien laki-laki dan perempuan berbanding
2 : 1 dan terbanyak pada anak usia antara 6-8 tahun (40,6%).
Gejala glomerulonefritis bisa berlangsung secara mendadak (akut) atau
secara menahun (kronis) seringkali tidak diketahui karena tidak menimbulkan
gejala. Gejalanya dapat berupa mual-mual, kurang darah (anemia), atau
hipertensi. Gejala umum berupa sembab kelopak mata, kencing sedikit, dan

2
berwarna merah, biasanya disertai hipertensi. Penyakit ini umumnya (sekitar
80%) sembuh spontan, 10% menjadi kronis, dan 10% berakibat fatal.

1.2 Rumusan Masalah


Beberapa hal yang menjadi pokok permasalahan dalam pembahasan
makalah ini adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan gangguan sistem perkemihan
(glomerulonefritis) ?
2. Apa penyebab terjadinya glomerulonefritis ?
3. Bagaimana tanda dan gejala dari glomerulonefritis ?
4. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien glomerulonefritis?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian gangguan sistem perkemihan
(glomerulonefritis) itu
2. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien glomerulonefritis
3. Untuk mengetahui penyebab terjadinya glomerulonefritis
4. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari glomerulonefritis

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Glomerulosnefritis Akut


2.1.1 Definisi
Glomerulosnefritis Akut (GNA) adalah reaksi imunologi pada ginjal
terhadap bakteri atau virus tertentu. Yang sering terjadi ialah akibat infeksi
kuman streptococcus, sering ditemukan pada usia 3-7 tahun (Kapita Selecta,
2000)
Glomerulonefritis merupakan suatu istilah yang dipakai untuk
menjelaskan berbagai ragam penyakit ginjal yang mengalami proliferasi dan
inflamasi glomerulus yang disebabkan oleh suatu mekanisme imunologis.
Sedangkan istilah akut (glomerulonefritis akut) mencerminkan adanya
korelasi klinik selain menunjukkan adanya gambaran etiologi, patogenesis,
perjalanan penyakit dan prognosis.
Glomerulonefritis atau di sebut juga Sindroma nefrotik ditandai
dengan gejala edema, proteinuria, hipoalbuminemia dan hiperkholesterolemia.
Tanda-tanda tersebut dijumpai disetiap kondisi yang sangat merusak
membran kapiler glomerulus dan menyebabkan peningkatan permeabilitas
glomerulus.

4
2.1.2 Anatomi Sistem Perkemihan
Gambar Anatomi Sistem Perkemihan

Saluran perkemihan terdiri dari ginjal, ureter, vesika urinaria dan


urethra. Ginjal merupakan organ yang berbentuk seperti kacang dan terletak di
kedua sisi kolumna vertebralis. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dibanding
ginjal kiri karena tertekan ke bawah oleh hati katup terletak di kosta ke-12,
sedangkan ginjal kiri terletak setinggi kosta ke-11. Berat Ginjal + 125 gram.
Ureter merupakan saluran yang menghubungkan ginjal dengan vesika
urinaria, panjang ureter 10 12 inci, berfungsi sebagai penyalur urine ke
vesika urinaria. Kandung kemih adalah suatu organ yang berongga yang
terletak di sebelah anterior tepat di belakang os pubis, yang tersusun dari otot
polos, yang berkontraksi dan berfungsi sebagai tempat penampungan urine
sementara dan menyalurkan urine ke uretra. Uretra merupakan saluran kecil
yang dapat mengembang dan berjalan dari kandung kemih keluar tubuh.
Panjang uretra pada wanita 1,5 inci dan pada pria 8 inci.
Fungsi- fungsi utama dari ginjal adalah :
1. Ultra filtrasi : Menyaring darah dan bahan-bahan yang terlarut serta
membuang cairan yang sudah tidak dibutuhkan oleh tubuh.

5
2. Pengendalian cairan : Mempertahankan keseimbangan cairan dan
elektrolit
3. Keseimbangan asam basa : Mempertahankan derajat asam dan basa
dengan mensekresi ion H dan pembentukan Bicarbonat sebagai Buffer.
4. Mengatur tekanan darah dengan mengendalikan volume sirkulasi dan
sekresi urine.
5. Mengatur metabolisme dengan mengaktifkan vitamin D yang diatur oleh
kalsium fosfat ginjal.
6. Memproduksi eritrosit : eritropoetin yang disekresikan oleh ginjal dan
merangsang sumsum tulang agar membuat sel-sel eritrosit.
7. Ekskresi produk sisa : Membuang langsung produk metabolisme yang
terdapat pada filtrasi glomerulus.
Pembentukan Urine
Nefron merupakan unit fungsional dari ginjal, yang merupakan
awal pembentuk urine. Ginjal ini tersusun + 1 juta nefron yang terdiri dari
sebuah glomerulus dan sebuah tubulus. Dinding kapiler glomerulus tersusun
oleh sel-sel endotel dan membran basalis, Glomerulus membentang dan
membentuk tubulus yang terdiri atas 3 bagian yaitu :
1. Tubulus proximal :
Dalam keadaan normal, + 20 % dari plasma melewati glomerulus
akan disaring ke dalam nefron dengan jumlah 80 liter per hari yang terdiri
dari filtrat yaitu : air, elektrolit dan molekul kecil lainnya masuk ke dalam
tubulus proximal di proses hingga 60 % dan filtrat tersebut di serap
kembali ke dalam darah, kecuali glukosa 100 % di serap yang disebut
dengan Reabsorbsi Obligat (mutlak).
2. Ansa Henle
Cairan dari tubulus proximal masuk ke Ansa henle. Ketika cairan
turun ke ansa henle desenden, ada transportasi aktif ureum yang

6
menyebabkan kepekatan meningkat, ketika naik lewat ansa henle asenden
ada transportasi aktif H2O (dikeluarkan)
3. Tubulus Distal
Di dalam tubulus ini terjadi 3 proses yaitu :
1) Reabsorbsi air oleh Anti Diuretik Hormon
Bila tubuh kekurangan air maka otak akan membuat banyak anti
diuretic hormon sehingga penyerapan di distal banyak juga dan urine
menjadi sedikit. Begitu sebaliknya bila air berlebih jumlah anti diuretik
hormon sedikit dan filtrat dapat lolos yang akhirnya jadi urine banyak.
2) Bekerjanya anti diuretik hormon
Anti diuretik hormon dapat juga dikeluarkan oleh korteks anak ginjal
untuk melakukan transportasi aktif yaitu mengeluarkan kalsium dan
menarik natrium.
3) Sekresi zat-zat sisa metabolime dan zat racun tubuh.
Ductus Kolligentes
Merupakan tubulus penampung setelah tubulus distal. Di sini masih
terjadi proses reabsorbsi air oleh anti diuretik hormon. Bila cairan sudah
melewati ductus kolligentes maka disebut dengan urine yang dilanjutkan ke
kalix minor menuju kalix mayor dan melewati pelvis ginjal mengalirkan urine
ke ureter menuju ke vesika urinaria dengan gerakan peristaltik yang membuka
sfingter ureter, kemudian urine masuk ke dalam vesika urinaria, sebagai
tempat penampungan sementara.
Vesika Urinaria
Suatu kantong berotot yang disebut musculus Detrusor, yang terisi sedikit
demi sedikit urine, mulai dari volume 0 100 cc, tekanan kandung kemih
sedikit bertambah. Dari volume 100 400 cc tekanan kandung kemih tidak
berubah, karena Musculus Detrusor mengembang mengikuti jumlah air
kemih lewat 400 cc ke atas tekanan meningkat dan meregangkan Musculus
Detrusor.

7
Regangan ini mengirim impuls afferent ke medula spinalis lumbal dan
sacral dengan susunan saraf pusat. Dari lumbal sacral keluar impuls efferent
ke Musculus Detrusor (mengerut). Merangsang pembukaan sfingter urethra
internal untuk membuka sehingga timbul keinginan untuk BAK, dengan
mengalirkan urine keluar tubuh melalui sfingter urethra eksterna.
Komposisi Urine
Urine yang normal biasanya berwarna jernih sampai dengan kuning
muda, tidak terdapat glukosa, eritrosit, leukosit dan trombosit serta protein.
Bau sedikit pesing, berat jenis 1010 1030.
Urine terdiri dari :
1. Air
2. Elektrolit
3. Zat asam sisa metabolism
2.1.3 Etiologi
1. Streptococcus beta hemoliticus group A.
2. Keracunan (timah hitam, tridion)
3. Penyakit sipilis
4. Trombosis vena renalis
5. Penyakit kolagen (Kapita Selecta, 2000)
Glomerulonefritis akut didahului oleh infeksi ekstra renal terutama di
traktus respiratorius bagian atas dan kulit oleh kuman streptococcus beta
hemoliticus golongan A tipe 12, 4, 16, 25, dan 29. Hubungan antara
glomerulonefritis akut dan infeksi streptococcus dikemukakan pertama kali
oleh Lohlein pada tahun 1907 dengan alas an timbulnya glomerulonefritis
akut setelah infeksi skarlatina,diisolasinya kuman streptococcus beta
hemoliticus golongan A, dan meningkatnya titer anti- streptolisin pada serum
penderita.
Antara infeksi bakteri dan timbulnya glomerulonefritis akut terdapat
masa laten selama kurang 10 hari. Kuman streptococcus beta hemoliticus tipe

8
12 dan 25 lebih bersifat nefritogen daripada yang lain, tapi hal ini tidak
diketahui sebabnya. Kemungkinan factor iklim, keadaan gizi, keadaan umum
dan factor alergi mempengaruhi terjadinya glomerulonefritis akut setelah
infeksi kuman streptococcus.
Glomerulonefritis akut pasca streptococcus adalah suatu sindrom
nefrotik akut yang ditandai dengan timbulnya hematuria, edema, hipertensi,
dan penurunan fungsi ginjal. Gejala-gejala ini timbul setelah infeksi kuman
streptococcus beta hemoliticus golongan A disaluran pernafasan bagian atas
atau pada kulit. Glomerulonefritis akut pasca streptococcus terutama
menyerang pada anak laki-laki dengan usia kurang dari 3 tahun.Sebagian
besar pasien (95%) akan sembuh, tetapi 5 % diantaranya dapat mengalami
perjalanan penyakit yang memburuk dengan cepat.
Penyakit ini timbul setelah adanya infeksi oleh kuman streptococcus
beta hemoliticus golongan A disaluran pernafasan bagian atas atau pada kulit,
sehingga pencegahan dan pengobatan infeksi saluran pernafasan atas dan kulit
dapat menurunkan kejadian penyakit ini. Dengan perbaikan kesehatan
masyarakat, maka kejadian penyakit ini dapat dikurangi.
Glomerulonefritis akut dapat juga disebabkan oleh sifilis, keracunan
seperti keracunan timah hitam tridion, penyakitb amiloid, trombosis vena
renalis, purpura anafilaktoid dan lupus eritematosus.
2.1.4 Tanda dan Gejala
Umumnya 10 % penderita infeksi saluran kemih yang disebabkan oleh
bakteri yang mungkin dapat tidak menimbulkan gejala sehingga penderita
tidak menyadari adanya infeksi. Pada keadaan yang menimbulkan tanda dan
gejala biasanya :
1. Dysuria (rasa terbakar pada saat berkemih).
2. Frekuensi pengeluaran urine yang sedikit-sedikit dan sering.
3. Ketidakmampuan mengosongkan kandung kemih/pengosongan kandung
kemih yang tidak tuntas.

9
4. Nyeri suprapubik dan menyebar menjadi nyeri pinggang dan dapat
terjadi low back pain.
5. Spasme kandung kemih.
6. Warna urine yang keruh.
7. Hematuri pada keadaan lanjut.
8. Gangguan saluran intestinal : mual, muntah dan anoreksia.
2.1.5 Manifestasi Klinik
1. Hematuria
2. Oliguria
3. Edema ringan sekitar mata atau seluruh tubuh
4. Gangguan gastrointestinal
5. Sakit kepala, merasa lemah
6. Nyeri pinggang menjalar sampai ke abdomen
Manifestasi sindrom nefrotik adalah edema. Edema biasanya lunak
dan cekung bila ditekan (piting), dan umumnya ditemukan disekitar mata
(periorbital), pada area ekstremitas (sacrum, tumit dan tangan), dan pada
abdomen (acites). Gejala lain seperti malaise, sakit kepala, irritabilitas dan
keletihan umumnya terjadi.
Penyakit ginjal biasanya dibagi menjadi kelainan glomerulus dan non
glomerulus berdasarkan etiologi, histology, atau perubahan faal yang utama.
Dari segi klinis suatu kelainan glomerulus yang sering dijumpai adalah
hipertensi, sembab, dan penurunan fungsi ginjal. Meskipun gambaran klinis
biasanya telah dapat membedakan berbagai kelainan glomerulus dan non
glomerulus, biopsi ginjal masih sering dibutuhkan untuk menegakkan
diagnosis pasti.
Tanda utama kelainan glomerulus adalah proteinuria, hematuria,
sembab, hipertensi dan penurunan fungsi ginjal, yang dapat terlihat secara
tersendiri atau secara bersama seperti misalnya pada sindrom nefrotik, gejala

10
klinisnya terutama terdiri dari proteinuria massif dan hipoalbuminemia,
dengan atau tanpa sembab
2.1.6 Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan baik untuk penegakkan
diagnosa atau pengobatan antara lain adalah :
1. Laboratorium
a. Analisa urine : terdapat leukosit, eritrosit, crystal, pus, bakteri dan pH
meningkat.
b. Urine kultur :
1) Untuk menentukan jenis kuman atau penyebab infeksi saluran
kemih misalnya : streptococcus, E. Coli, dll
2) Untuk menentukan jenis antibiotik yang akan diberikan
c. Darah : terdapat peningkatan leukosit, ureum dan kreatinin.
2. Blass Nier Ophage Intra Venous Pyelogram ( BNO IVP )
a. Menunjukkan konfirmasi yang cepat tentang penyebab nyeri
abdominal, panggul.
b. Menunjukkan abnormalitas anatomi saluran perkemihan.
3. Cystoscopy : Mengetahui kerusakan dari serabut-serabut otot pada
kandung kemih
2.1.7 Penatalaksanaan
1. Istirahat selama 1-2 minggu sampai tinggal edema sedikit.
2. Modifikasi diet.
Makanan yang mengandung protein sebanyak 3-4 mg/kgBB/hari :
minimun bila edema masih berat. Bila edema berkurang diberi garam
sedikit
3. Pembatasan cairan dan natrium
4. Pembatasan protein bila BUN meningkat.
5. Antibiotika. Antibiotika hanya diberikan jika ada infeksi.
6. Anti hipertensi

11
7. Pemberian diuretik furosemid intravena (1 mg/kgBB/kali)
8. Bila anuria berlangsung lama (5-7hari) dianjurkan dialisa peritoneal atau
hemodialisa.
9. Mencegah infeksi. Diperiksa apakah anak tidak menderita TBC.
10. Diuretika.
11. Inter national Cooperatife study of Kidney disease in Children
mengajukan:
a. Selama 28 hari prednison per os sebanyak 2 kg/kgBB/sehari dengan
maksimun sehari 80 mg.
b. Kemudian prednison per os selama 28 hari sebanyak 1,5 mg/kgBB /
hari setiap 3hari dalam 1mingggu dengan dosis maksimun sehari :
60mg . Bila terdapat respons selama (b) maka dilanjutkan dengan 4
minggu secara intermiten
c. Pengobatan prednison dihentikan. Bila terjadi relaps maka seperti pada
terapi permulaan diberi setiap hari prednison sampai urine bebas
protein. Kemudian seperti terapi permulaan selama 5 minggu tetapi
secara interminten.
12. Lain-lain : Fungsi acites, Fungsi hidrotoraks dilakukan bila ada indikasi
vital. Bila ada dekompensasi jantung diberikan digitalisasi.
2.1.8 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada infeksi saluran kemih ini adalah
karena adanya proses reflux atau mikroorganisme yang di dapat secara
asendens, yaitu menyebabkan :
1. Pyelonefritis
Infeksi yang naik dari ureter ke ginjal, tubulus reflux urethrovesikal dan
jaringan intestinal yang terjadi pada satu atau kedua ginjal.

12
2. Gagal Ginjal
Terjadi dalam waktu yang lama dan bila infeksi sering berulang atau tidak
diobati dengan tuntas sehingga menyebabkan kerusakan ginjal baik secara
akut dan kronik.
2.1.9 Pencegahan
1. Minum air putih yang banyak 2 2,5 liter per hari
2. Hindari minum minuman beralkohol, kopi karena dapat mengiritasi
kandung kemih
3. Menganjurkan menjaga personal hygiene yang benar :
a. Tidak menahan keinginan untuk berkemih dan berkemih dengan tuntas
b. Jaga perineum agar tetap bersih dan biasakan selesai berkemih untuk
membersihkan perineum dari depan ke belakang
c. Menggunakan celana dalam katun atau yang menyerap keringat
d. Tidak menggunakan jeans atau celana yang terlalu ketat
4. Hindari hubungan sex yang terlalu sering dan berlebihan dan setelah itu
biasakan mengosongkan kandung kemih.

2.2 Asuhan Keperawatan Pada Klien Glomerulonefritis Akut


A. Pengkajian
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
1) Riwayat penyakit yang berhubungan dengan kandung kemih,
trauma kandung kemih, infeksi saluran kemih berulang
2) Personal hygiene yang salah
3) Kebiasaan menahan BAK
4) Riwayat penyakit DM
b. Pola Nutrisi Metabolik
1) Intake minum yang kurang
2) Mual, Muntah
3) Anoreksia

13
4) Demam, peningkatan suhu
c. Pola Eliminasi
1) Sering berkemih
2) Warna urine keruh
3) Ketidakmampuan mengosongkan kandung kemih
4) Hematuri (urine bercampur darah)
5) Diare
d. Pola Aktivitas dan Latihan
1) Bekerja di ruang ber AC
2) Banyak duduk
3) Kurang beraktivitas
4) Malaise
e. Pola Tidur dan Istirahat
Tidur terganggu karena nocturia
f. Pola Persepsi dan Kognitif
1) Nyeri Supra pubik
2) Dysuria
3) Rasa terbakar saat berkemih
4) Spasme kandung kemih
5) Low back pain
g. Pola Persepsi dan Konsep Diri
Merasa rendah diri
h. Pola Peran dan Hubungan dengan Sesama.
1) Perasaan terasing
2) Gangguan interaksi sosial
i. Pola Reproduksi dan Seksualitas
Menopause
j. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi Terhadap Stress.
Stress tergantung individu

14
k. Pola Sistem Kepercayaan.
Keyakinan yang dianut oleh pasien
B. Diagnosa Keperawatan
Menurut Doengoes ( 1999), diagnosa keperawatan yang sering muncul
pada pasien infeksi saluran kemih adalah :
a. Hipertermi berhubungan dengan adanya infeksi yang dimanifestasikan
oleh adanya peningkatan suhu, tachicardi, menggigil dan malaise.
b. Nyeri berhubungan dengan inflamasi pada jaringan mukosa saluran
perkemihan yang dimanifestasikan oleh adanya nyeri pada saat
berkemih, nyeri pinggang, nyeri supra pubik, low back pain dan
spasme kandung kemih.
c. Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan adanya infeksi saluran
kemih yang dimanifestasikan oleh adanya nocturia, inkontinensia dan
hematuri.
d. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual, muntah, dan anoreksia.
e. Resiko tinggi infeksi berulang berhubungan dengan kurang
pengetahuan tentang penyebab, pencegahan kekambuhan dan
perawatan.
C. Rencana Keperawatan
1. Hipertermi berhubungan dengan adanya infeksi yang dimanifestasikan
oleh adanya peningkatan suhu, tachicardia, menggigil dan malaise.
Tujuan : menurunkan suhu tubuh.
Kriteria Hasil :
Suhu tubuh dalam batas normal : 36 37 oC
perabaan tidak hangat , tidak menggigil.

15
Rencana Tindakan :
1) Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam terutama suhu dan nadi.
Rasional : Untuk menentukan rencana tindakan yang akan
dilakukan.
2) Kaji keadekuatan hidrasi baik mukosa mulut dan kulit
Rasional : Demam dapat meningkatkan pengeluaran cairan
terutama keringat.
3) Beri kompres hangat, biasa atau dingin pada dahi, axila dan
lipatan paha.
Rasional : Kompres yang diberikan pada kulit dapat mengurangi
atau menurunkan suhu secara evaporasi.
4) Anjurkan klien untuk banyak minum 2 2,5 liter per hari
Rasional : Menurunkan suhu melalui pengeluaran urine yang
banyak.
5) Monitor intake dan out put cairan
Rasional : Memastikan hidrasi tetap adekuat dan memonitor
fungsi renal.
6) Kolaborasi dalam pemberian antibiotik dan antipiretik
Rasional : Antipiretik dapat menurunkan suhu tubuh.
2. Nyeri berhubungan dengan inflamasi pada jaringan mukosa saluran
perkemihan yang dimanifestasikan oleh adanya nyeri pada saat
berkemih, nyeri pinggang, nyeri supra pubik, low back pain dan
spasme kandung kemih.
Tujuan : Nyeri teratasi.
Kriteria Hasil :
Dapat mengontrol rasa nyeri, nyeri berkurang bahkan hilang, ekspresi
wajah rileks

16
Rencana Tindakan :
1) Kaji adanya rasa nyeri baik lokasi, intensitas, frekuensi dan
lamanya nyeri
Rasional : Perubahan lokasi atau intensitas nyeri merupakan
indikasi proses infeksi dan memberikan intervensi berdasarkan
tingkat nyeri yang dirasakan.
2) Beri posisi yang nyaman menurut klien
Rasional : Posisi pilihan klien dapat meningkatkan kenyamanan
dan mengurangi rasa nyeri.
3) Palpasi kandung kemih setiap 4 jam untuk mengetahui adanya
distensi
Rasional : Distensi yang terlalu lama pada kandung kemih
mengakibatkan nyeri kandung kemih.
4) Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam
Rasional : Nafas dalam dapat menurunkan rasa nyeri
5) Beri kompres hangat pada daerah yang nyeri
Rasional : Rasa hangat dapat memvasodilatasi pembuluh darah
sekitar sehingga nyeri dapat berkurang
6) Anjurkan klien minum 8 10 gelas per hari sesuai indikasi
Rasional : Mengurangi iritasi pada mukosa urethra
7) Kolaborasi dalam pemberian analgetik, anti spasmodik dan
penozopyridine (untuk meredakan iritasi saluran kemih)
Rasional : Golongan obat di atas dapat mengurangi nyeri dan
iritasi saluran kemih.
3. Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan adanya infeksi saluran
kemih yang dimanifestasikan oleh adanya nocturia, inkontinensia dan
hematuri.
Tujuan : Perubahan pola eliminasi teratasi

17
Kriteria Hasil : Pola urine kembali normal 6 7 kali setiap
hari, produksi urine > 30 cc / menit, urine normal ; warna jernih, tidak
ada darah, tidak ada tekanan saat mengeluarkan urine
Rencana Tindakan :
1) Observasi perubahan urine : warna, jumlah, bau
Rasional : Untuk mendeteksi adanya infeksi lebih awal
2) Kaji keluhan tidak bisa berkemih, berkemih berdarah, tidak bisa
menahan urine tiba-tiba, berkemih pada malam hari
Rasional : Untuk mengetahui adanya peradangan pada kandung
kemih
3) Beri intake minum 2 2,5 liter per hari
Rasional : Untuk membantu pengeluaran kuman dari kandung
kemih melalui berkemih atau menurunkan konsentrasi bakteri
4) Anjurkan klien berkemih tiap 3 4 jam
Rasional : Mencegah urine statis dan mencegah bertambahnya
kuman pada kandung kemih akibat urine yang terlalu lama
tertahan.
5) Bantu klien mendapatkan posisi yang nyaman saat berkemih
Rasional : Mengurangi rasa nyeri saat berkemih dan proses
berkemih terasa lampias.
6) Ajarkan klien untuk perawatan perineal yang benar dari depan ke
belakang setiap kali selesai berkemih dan defekasi
Rasional : Mencegah masuknya kuman pada urethra.
7) Kolaborasi dalam pemberian obat anti bakteri dengan tim medik
Rasional : Mengurangi pertumbuhan bakteri.
8) Pantau atau periksa urine kultur dan sensitifitasnya
Rasional : Menentukan penyebab infeksi saluran kemih dan
mengevaluasi efektifitas pengobatan.

18
4. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual, muntah, dan anorexia.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria Hasil : Nutrisi terpenuhi sesuai dengan kebutuhan
tubuh, keluhan mual tidak ada, muntah tidak ada, porsi yang
disediakan habis.
Rencana Tindakan :
1) Kaji pola makan klien sebelum sakit dan sesudah sakit
Rasional : Mengetahui kebiasaan dan jenis makanan serta
masukan makanan klien
2) Kaji adanya keluhan mual, muntah dan anorexia
Rasional : Untuk merencanakan tindakan selanjutnya
3) Pertahankan kebersihan mulut sebelum makan
Rasional : Mukosa mulut yang bersih meningkatkan selera makan
4) Beri makan dalam porsi kecil dan sering
Rasional : Meningkatkan asupan makanan
5) Ciptakan lingkungan yang nyaman dan sajikan makanan dalam
keadaan hangat
Rasional : Mengurangi rasa mual
6) Anjurkan untuk makan biskuit atau roti atau makanan kesukaan
sesuai indikasi
Rasional : Menurunkan sekresi asam lambung dan mencegah rasa
mual serta meningkatkan asupan makanan
7) Kolaborasi dalam pemberian Antasida
Rasional : Antasida dapat menurunkan asam lambung dan
mencegah rasa mual.

19
5. Resiko tinggi infeksi berulang berhubungan dengan kurang
pengetahuan tentang penyebab, pencegahan kekambuhan dan
perawatan.
Tujuan : Infeksi tidak terjadi
Kriteria Hasil : Pasien mengetahui penyebab, pencegahan dan
perawatan yang benar tentang infeksi saluran kemih.
Rencana Tindakan :
1) Anjurkan klien untuk banyak minum air putih 2 2,5 liter air dan
hindari konsumsi kopi dan alkohol
Rasional : Mengurangi iritasi pada mukosa kandung kemih
2) Jelaskan untuk tidak menahan keinginan berkemih, kosongkan
kandung kemih secara sempurna setiap kali berkemih
Rasional : Mencegah distensi kandung kemih
3) Ajarkan perawatan perineal yang benar terutama setelah berkemih
dan defekasi, bersihkan dari depan ke belakang
Rasional : Mencegah perpindahan mikroorganisme yang ada di
anus
4) Jaga kebersihan perineal agar tetap kering dan bersih keringkan
depan sampai ke belakang
Rasional : Mencegah perkembangan mikroorganisme
5) Gunakan celana dalam dari bahan katun
Rasional : Menyerap cairan dan keringat
6) Gunakan celana yang longgar dan jangan terlalu ketat
Rasional : Memperlancar aliran darah
7) Anjurkan untuk segera berkemih setelah melakukan hubungan
sexual
Rasional : Mencegah perkembangan mikroorganisme di dalam
kandung kemih dan melalui berkemih dapat mengeluarkan kuman

20
8) Jelaskan pentingnya mengkonsumsi antibiotik sesuai dengan resep
atau sampai habis
Rasional : Antibiotik mengatasi infeksi dan mencegah resistensi.
D. Pelaksanaan Keperawatan
Pelaksanaan adalah asuhan keperawatan secara nyata berupa
serangkaian kegiatan yang sistematis berdasarkan perencanaan untuk
mencapai hasil yang optimal. Sebelum melakukan rencana tindakan
keperawatan, perawat hendaklah menjelaskan tindakan keperawatan yang
dilakukan terhadap pasien. Dalam pelaksanaan, perawatan melakukan
fungsinya sebagai independent, interdependent dan dependent. Pada
fungsi independent perawat melakukan tindakan atas dasar inisiatif
sendiri. Contohnya memberikan latihan pernapasan perut dalam posisi
duduk dan berbaring. Pada fungsi interdependent, perawat melakukan
fungsi kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya. Dan fungsi independent
perawat melakukan fungsi tambahan untuk menjalankan program dari tim
kesehatan lain seperti pengobatan.
Di samping itu perawat harus memperhatikan keadaan umum dan
respon pasien selama pelaksanaan. Dan untuk melatih pasien agar mandiri,
sebaiknya dalam tahap pelaksanaan ini adalah sebagai berikut : persiapan,
pelaksanaan dan dokumentasi. Pada fase persiapan, perawat dituntut
memiliki pengetahuan dan keterampilan. Selain itu perawat juga harus
mampu menganalisa situasi dan kondiri pasien baik fisik maupun
mentalnya sehingga dalam merencanakan, memvalidasi rencana serta
dalam pelaksanaannya perawat akan terhindar dari kesalahan.
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir proses keperawatan yang dapat
digunakan sebagai alat pengukur keberhasilan suatu rencana keperawatan
yamg telah dibuat. Meskipun evaluasi dianggap sebagai tahap akhir dari
proses keperawatan proses ini tidak berhenti, yang telah terpecahkan dan

21
masalah yang perlu dikaji ulang, direncanakan kembali, dilaksanakan dan
dievaluasikan kembali.
F. Discharge Planning
Penyuluhan yang diberikan kepada klien bertujuan untuk mencegah
terjadinya kekambuhan sehingga klien dapat bebas dari penyakit infeksi
saluran kemih ini. Penyuluhan yang diberikan antara lain ;
1. Minum air putih yang banyak 2 2,5 liter per hari
2. Hindari minum minuman beralkohol, kopi karena dapat mengiritasi
kandung kemih
3. Menganjurkan menjaga personal hygiene yang benar :
a. Tidak menahan keinginan untuk berkemih dan berkemih dengan
tuntas
b. Jaga perineum agar tetap bersih dan biasakan selesai berkemih
untuk membersihkan perineum dari depan ke belakang
c. Menggunakan celana dalam katun atau yang menyerap keringat
d. Tidak menggunakan jeans atau celana yang terlalu ketat
4. Hindari hubungan sex yang terlalu sering dan berlebihan dan setelah
itu biasakan mengosongkan kandung kemih.
5. Minum obat dengan teratur sesuai dengan resep terutama golongan
antibiotik untuk mengatasi infeksi dengan tuntas. Dan walaupun tanda
dan gejala sudah hilang teruskan minum antibiotik sampai habis untuk
mengatasi infeksi dengan tuntas dan menghindari resistensi
kuman terhadap antibiotik.

22
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Glomerulosnefritis Akut (GNA) adalah reaksi imunologi pada ginjal
terhadap bakteri atau virus tertentu. Yang sering terjadi ialah akibat infeksi
kuman streptococcus, sering ditemukan pada usia 3-7 tahun (Kapita Selecta,
2000).
Etiologi dari Glomerulosnefritis Akut (GNA) adalah:
1. Streptococcus beta hemoliticus group A.
2. Keracunan (timah hitam, tridion)
3. Penyakit sipilis
4. Trombosis vena renalis
5. Penyakit kolagen (Kapita Selecta, 2000)

3.2 Saran

Diharapkan petugas kesehatan dapat meningkatkan pelayanan

kesehatan khususnya dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien

dengan gangguan sistem perkemihan. Serta memberikan penjelasan tentang

perawatan dan pengobatan yang akan dilakukan.

23
DAFTAR PUSTAKA

Kapita Selekta Kedokteran : Glomerulonefritis Akut, Edisi Ke 2 , Media


Aesculapius FKUI, 1982, 601 602.

Noer, Muhammad Syaifullah : Glomerulonefritis, Buku Ajar Nefrologi Anak, Jilid II,
Ikatan Dokter Anak Indonesia, Jakarta, 1996, 318 326.

Richard E. Behrman, Victor C. Vaughn : Glomerulonefritis Akut Dalam Nelson


Textbook of Pediatrics, Alih Bahasa dr. R.F. Maulana, M.Sc ; EGC, Jakarta,
1992, 89 104.

Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI : Glomerulonefritis Akut, Ilmu Kesehatan
Anak, Buku Kuliah 2, Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI, Jilid 2, jakarta,
1985, 835 839.

24

Anda mungkin juga menyukai