Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH TENTANG

KEBUTUHAN ELIMINASI

DISUSUN OLEH
KELOMPOK III
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
GEMA INSAN AKADEMIK
TAHUN AKADEMIK 2019-2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang


Maha Esa atas limpahan rahmat dan karunianya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kelompk
kami dengan baik.
Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas mata
kuliah keperawatan dasar dengan bahan kajian Fisiologi
Sistem Perkemihan
Tidak lupa kami memohon maaf apabila terdapat
kesalahan dalam pembuatan makalah ini, baik yang
disengaja maupun tidak disengaja. Kami mengucapkan
terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membimbing
kami untuk menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah kami masih jauh
dari kata sempurna, untuk itu kami sangat ingin
menerima kritik dan saran dari pembaca.

Makassar, 18 September 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................2
Daftar Isi.......................................................................3

BAB I
 Latar belakang.....................................................4
 Rumusan masalah...............................................4
 Tujuan..................................................................4
 Manfaat................................................................4
BAB II
 Proses Berkemih..................................................5
 Konsep Kebutuhan Eliminasi Alvi.........................6
 Konsep Dasar Eliminasi Urine..............................8

3
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Manusia seperti makhluk hidup lainnya, berusaha untuk
mempertahankan homeostatis, yang berarti keseimbangan. Otak dan organ
tubuh lainnya bekerja sama untuk mengatur suhu tubuh, keasaman darah,
ketersediaan oksigen dan variabel lainnya. Ginjal yang berperan penting
mempertahankan homeostasis dengan mengatur konsentrasi banyak
konstituen plasma, terutama elektrolit dan air dengan mengeliminasi semua
zat sisa metabolisme.
Sistem perkemihan merupakan bagian dari anatomi dan fisiologi
tubuh manusia, yang sangat berperan penting dalam kelangsungan hidup
manusia. Sistem perkemihan berfungsi untuk mengolah zat-zat yang tidak
diperlukan dalam tubuh dan memiliki beberapa proses. Sehingga dengan
keluarnya zat yang tidak baik bagi tubuh maka tubuh akan terhindar dari
beberapa penyakit yang menyangkut sistem perkemihan.

Rumusan Masalah
A. Apa yang dimaksud dengan proses berkemih dan prosesnya ?
B. Apa sajakah konsep kebutuhan eliminasi alvi ?
C. Apa sajakah konsep dasar emiminasi urine ?
Tujuan
A. Untuk mengetahui pengertian dan proses berkemih
B. Untuk mengetahui apa saja konsep kebutuhan eliminasi alvi
C. Untuk mengetahui apa saja konsep dasar eliminasi urine

Manfaat

Dalam pembuatan makalah ini diharapkan pembaca dapat menambah


pengetahuan tentang Sistem Perkemihan Pada Manusia.

4
BAB II
PEMBAHASAN

Pengertian Eliminasi
Menurut KBBI, eliminasi adalah pengeluaran, penghilangan, penyingkiran,
penyisihan. Dalam bidang kesehatan, eliminasi adalah proses pembuangan sisa
metabolisme tubuh baik berupa urine atau bowel ( feses ). Eliminasi pada manusia
digolongkan menjadi 2 macam, yaitu :
 Defekasi
Defekasi adalah suatu tindakan atau proses makhluk hidup untuk membuang
kotoran atau tinja yang padat atau setengah padat yang berasal dari sistem
pencernaan (Dianawuri, 2009).
 Miksi
Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih bila kandung kemih terisi.
Miksi disebut juga dengan buang air kecil.

1. Proses Berkemih
Reflek berkemih adalah reflek medula spinalis yang seluruhnya bersifat
otomatis. Selama kandung kemih terisi penuh dan menyertai kontraksi berkemih,
keadaan ini disebabkan oleh reseptor regang sensorik pada dinding kandung
kemih sampai reseptor pada uretra posterior ketika mulai terisi urine pada
tekanan kandung kemih yang tinggi.
Proses pengosongan kandung kemih terjadi bila kandung kemih terisi penuh.
Proses miksiterdiri dari dua langkah utama yaitu :
 Kandung kemih secara progresif terisi sampai tegangan di dindingnya
meningkat diatas nilai ambang, yang kemudian mencetuskan langkah kedua.
Terjadinya distensi atau peningkatan tegangan pada kandung kemih
mencetuskan refleks I yang menghasilkan kontraksi kandung kemih dan refleks
V yang menyebabkan relaksasi uretra.
 Timbul refleks saraf yang disebut reflek miksi (refleks berkemih) yang berusaha
mengosongkan kandung kemih atau jika ini gagal setidaknya menimbulkan
kesadaran dan keinginan untuk berkemih. Ketika proximal uretra mengalirkan
urin maka akan mengaktifkan refleks II yang akan menghasilkan kontraksi
kandung kemih dan IV sehingga stingfer eksternal dan uretra akan berelaksasi,
sehingga urin dapat keluar. Jika tejadi distensi pada uretra yang bisa
disebabkan karena sumbatan, atau kelemahan sfingter uretra maka akan
mengaktifkan refleks III, sehingga kontraksi kandung kemih melemah.

5
2. Konsep Kebutuhan Eliminasi Alvi
A. Definisi Defekase
Definisi defekase merupakan proses pengeluaran yang mengeluarkan
sisa-sisa pencernaan atau zat yang tidak mengalami pencernaan. Zat ini
biasanya berupa feses yang dikeluarkan melalui anus.

B. Anatomi Fisiologi Saluran Pencernaan Normal


1. MULUT
Pencernaan secara mekanik dan kimiawi dimulai dari mulut. Gigi
menguyah makanan, memecahnya menjadi ukuran tertentu. Sekresi saliva
mengandung enzim seperti ptialin yang mencerna elemen makanan tertentu.
2. ESOPHAGUS
Ketika makanan memasuki esophagus bagian atas, ia berjalan
melewati spinkter esophagus bagian atas dimana ada sebuah otot sirkular yang
mencegah udara masuk ke esophagus dan makanan dari refluks ke
tenggorokan. Bolus dari makanan mengadakan perjalanan 25 cm di
esophagus.
3. LAMBUNG
Dalam lambung, makanan disimpan sementara dan dipecahkan secara
mekanik dan kimiawi untuk pencernaan dan absorpsi. Lambung mensekresi
HCl, mukus, enzim pepsin, dan faktor intrinsik. Sebelum makanan
meninggalkan lambung, ia diubah menjadi bahan yang semifluid yang disebut
CHYME.
4. USUS HALUS
Usus halus merupakan saluran yang diameternya 2,5 cm dan
panjangnya 6 m. Usus terdiri dari 3 bagian : doudenum, jejenum, ileum.
Chyme tercampur dengan enzim pencernaan (seperti empedu dan amilase)
ketika berjalan melewati usus halus.
5. USUS BESAR
Bagian bawah dari saluran gastrointestinal adalah usus besar (kolon)
karena diameternya lebih lebih besar dari usus halus. Usus besar terbagi atas
caecum, kolon, dan rektum.

C. Fisiologi Defekasi
Defekasi adalah pengeluaran fase dari anus dan rektum, sedangkan fisiologi
defekase adalah mekanisme perjalanan makanan hingga akhir keluar menjadi
feses.
Dalam defekasi ada dua refleks yaitu refleks defekasi intrinsik dan refleks
defekasi parasimpatis.
 Refleks Defekasi Intrinstik
Refleks ini berawal dari feses yang masuk rektum yang kemudian
menyebabkan rangsangan pada fleksus ingentikus dan terjadilah gerakan
peristaltik
 Refleks Defekasi Parasimpatis
Feses yang masuk ke rektum akan merangsang saraf rektum yang
kemudian diteruskan ke spinal coral, dan dari sini kemudian dikembalikan

6
ke kolon descenden, sigmoid, dan rectum yang menyebabkan intensifnya
peristaltik.

D. Produk Defekasi
 Produk dari defekasi ialah feses
 Feses terdiri atas 75% air dan 25% materi padat
 Fase normal warna coklat
 Baunya khas
 Konsistensi : lembek namun berbentuk
 Defekasi disertai dengan pengeluaran gas
 Gas terdiri dari CO21 metana, H2S, O21N2

E. Faktor yang Mempengaruhi Defekasi


 Usia : Umur tidak hanya mempengaruhi karakteristik feses, tapi juga
pengontrolannya. Anak-anak tidak mampu mengontrol eliminasinya sampai
sistem neuromuskular berkembang, biasanya antara umur 2 – 3 tahun.
Orang dewasa juga mengalami perubahan pengalaman yang dapat
mempengaruhi proses pengosongan lambung.
 Diet : Makanan adalah faktor utama yang mempengaruhi eliminasi feses.
Cukupnya selulosa, serat pada makanan, penting untuk memperbesar
volume feses
 Cairan : Pemasukan cairan juga mempengaruhi eliminasi feses. Ketika
pengeluaran (contoh: urine dan muntah) yang berlebihan, tubuh melanjutkan
untuk mereabsorbsi air dari chyme ketika ia lewat di sepanjang colon.
Dampaknya chyme menjadi lebih kering dari normal, menghasilkan feses
yang keras.
 Tonus Otot : Otot-otot yang lemah sering tidak efektif pada peningkatan
tekanan intraabdominal selama proses defekasi atau pada pengontrolan
defekasi.
 Psikologis : Cemas, takut, marah akan meningkatkan pristaltik sehingga
dapat menyebabkan diare.
 Obat-obatan : Beberapa obat memiliki efek samping yang dapat
berpengaruh terhadap eliminasi yang normal
 Gaya hidup : Gaya hidup mempengaruhi eliminasi feses pada beberapa
cara. Pelathan buang air besar pada waktu dini dapat memupuk kebiasaan
defekasi pada waktu yang teratur, seperti setiap hari setelah sarapan, atau
bisa juga digunakan pada pola defekasi yang ireguler

F. Masalah Pada Pola Defekasi


 Konstipasi
Konstipasi merupakan keadaan individu yang mengalami atau beresiko
tinggi mengalami statitis usus besar sehingga menimbulkan eliminasi yang
jarang atau keras, atau keluarnya tinja terlalu kering dan keras.

7
 Diare
Diare merupakan keadaan individu yang mengalami atau beresiko sering
mengalami pengeluaraan fase dalam bentuk cair. Diare sering disertai
kejang usus, mungkin ada rasa mual dan muntah.
 Kembung
Kembung merupakan keadaan penuh udara dalam perut karena
pengumpulan gas secara berlebihan dalam lambung atau usus
 Hemorroid
Hemorroid merupakan keadaan terjadi pelebaran vena di daerah anus
sebagai akibat peningkatan tekanan di daerah anus yang dapat
disebabkan karena konstipasi, peregangan saat defekasi, dan lain-lain.
 Fecal Impaction
Fecal impaction merupakan masa feses keras dilipatan rektum yang
diakibatkan oleh etensi dan akumulasi materi feses yang berkepanjangan.

3. Konsep Dasar Eliminasi Urine


A. Anatomi Fisiologi Saluran Perkemihan
Susunan sistem perkemihan terdiri dari, antara lain :
 Dua ginjal atau ren yang menghasilkan urine
 Dua ureter yang membawa urine dari ginjal ke vesika urinaria atau
kandung kemih
 Satu vesika urinaria, tempat urine dikumpulkan
 Satu uretra
Adapun anatomi sistem perkemihan antara lain adalah sebagai berikut :
 Ginjal, bentuknya seperti biji kacang, jumlahnya ada dua di kiri dan di
kanan. Ginjal terletak di kedua sisi medula spinalis, di balik rongga
peritoneum. Ginjal kiri lebih besar dari ginjal kanan, dan pada umumnya
ginjal laki-laki lebih panjang daripada ginjal perempuan (Syaifuddin,1994)
 Ureter, adalah tabung yang berasal dari ginjal dan bermuara di kandung
kemih. Panjangnya sekitar 25 cm dan diameternya 1,25 cm.
 Kandung kemih, adalah kantung muskular tempat urine bermuara dari
ureter. Pada pria, kandung kemih terletak di antara kelenjar prostat dan
rektum. Sedangkan pada perempuan, kandung kemih terletak di antara
uterus dan vagina.
 Uretra, membentang dari kandung kemih sampai meatus uretra. Panjang
uretra pada pria sekitar 20 cm dan membentang dari kandung kemih
sampai ujung penis. Pada perempuan, panjang uretra sekitar 3 cm dan
membentang dari kandung kemih sampai lubang di antara labia minora 2,5
cm di belakang klitoris.

B. Komposisi Urine
Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme
(seperti urea), garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk
urin berasal dari darah atau cairan interstisial. Komposisi urin berubah
8
sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi tubuh, misal
glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa. Cairan
yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa
yang berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh. Materi
yang terkandung di dalam urin dapat diketahui melalui urinalisis. Urea yang
dikandung oleh urin dapat menjadi sumber nitrogen yang baik untuk tumbuhan
dan dapat digunakan untuk mempercepat
pembentukan kompos. Diabetes adalah suatu penyakit yang dapat dideteksi
melalui urin. Urin seorang penderita diabetes akan mengandung gula yang tidak
akan ditemukan dalam urin orang yang sehat.

C. Kerja Perkemihan
Proses pengeluaran urine diatur oleh refleks milkturisi :
 Sejumlah urine ( sekitar 200 – 300 ml ) akan menyebabkan ragangan pada
kandung kencing atau kandung kemih
 Regangan akan merangsan reseptor regangan, sinyal akan diteruskan
melalui syaraf affreren kenervus pelvikus di medulla spinalis
 Di medulla spinalis akan diteruskan ke nervus motorik parasimpatis dan
melalui interneuron di bawa ke hipotalaus yang akan dihantarkan ke otak
sehingga manusia mempersepsikan keinginan untuk buang air kecil atau
BAK

D. Proses Pembentukan Urine


Ada tiga proses dasar yang berperan dalam pembentukan urine antara lain
sebagai berikut :
 Filtrasi glomerulus. Proses ini terjadi karena permukaan aferen lebih besar
dari permukaan eferen sehingga terjadi penyerapan darah. Saat darah
melalui glomerulus, terjadi filtrasi plasma bebas protein menembus
membran kapiler glomerulus ke dalam kapsul Bowman.
 Reabsorpsi tubulus. Pada tubulus bagian atas, terjadi penyerapan kembali
sebagian besar zat-zat penting seperti glukosa, natrium, klorida, sulfat, dan
ion bikarbonat. Proses tersebut berlangsung secara pasif yang dikenal
dengan istilah reabsopsi obligator.
 Sekresi tubulus. Mekanisme ini merupakan cara kedua bagi darah untuk
masuk ke dalam tubulus di samping melalui filtrasi glomerulus. Melalui
sekresi tubulus, zat-zat tertentu pada plasma yang tidak berhasil disaring di
kapiler tubus dapat lebih cepat dieliminasi.

E. Fisiologi Berkemih
Fisiologi berkemih melalui dua proses yaitu sebagai berikut :
 Pengisian Kandung Kemih
Dinding ureter terdiri dari otot polos yang tersusun spiral, memanjang dan
melingkar, tetapi batas lapisan yang jelas tidak ditemukan. Kontraksi
peristaltik yang teratur timbul 1-5 kali tiap menit akan mendorong urine dari
pelvis renal menuju kandung kemih, dan akan masuk secara periodic sesuai
dengan gelombang peristaltik

9
 Pengosongan Kandung Kemih
Otot polos kandung kemih seperti pada ureter, tersusun secara spiral,
memanjang, melingkar dan karena sifat dari kontraksinya otot ini disebut
muskulus detrusor, terutama berperan dalam pengosongan kandung kemih
selama berkemih. Susunan otot berada di samping kiri dan kanan uretra,
dan serat ini disebut spingter uretra interna, meskipun tidak sepenuhnya
melingkari uretra

F. Faktor yang Mempengaruhi Eliminasi


 Pertumbuhan dan Perkembangan
Jumlah urine yang diekskresikan dapat dipengaruhi oleh usia dan berat
badan seseorang. Normalnya, bayi dan anak-anak mengekskresikan 400 –
500 ml urine setiap harinya. Sedangkan orang dewasa
mengekskresikan1500 – 1600 ml urine per-hari. Seiring penuaan, lansia juga
mengalami perubahan pada pola eliminasi urine. Sedangkan ibu hamil dapat
mengalami peningkatan keinginan miksi akibat adanya penekanan pada
kandung kemih
 Asupan Cairan dan Makanan
Kebiasaan mengkonsumsi jenis makanan atau minuman tertentu, misalnya
teh, kopi, coklat, dan alkohol dapat menyebabkan peningkatan ekskresi
urine karena dapat menghambat hormon antidiuretik ( ADH )
 Kebiasaan/Gaya Hidup
Gaya hidup ada kaitannya dengan kebiasaan seseorang ketika berkemih.
Sebagai contoh, seseorang yang terbiasa buang air kecil di sungai atau di
alam bebas akan mengalami kesulitan ketika harus berkemih di toilet.
 Faktor Psiokologis
Kondisi stres dan kecemasan dapat menyebabkan peningkatan stimulus
berkemih
 Aktivitas dan Tonus Otot
Eliminasi urine membutuhkan kerja otot-otot kandung kemih, abdomen dan
pelvis. Jika terjadi gangguan pada kemampuan tonus otot, dorongan untuk
berkemih juga akan berkurang
 Kondisi Patologis
Kondisi sakit seperti demam dapat menyebabkan penurunan produksi urine
akibat banyak cairan yang dikeluarkan melalui penguapan kulit
 Medikasi
Penggunaan obat-obatan tertentu misalnya diuretik dapat meningkatkan
haluaran urine, sedangkan penggunaan antikolinergik dapat menyebabkan
retensi urine

 Proses Pembedahan
Tindakan pembedahan menyebabkan stres yang akan memicu sindrom
adaptasi umum. Kelenjar hiposisi anterior akan melepaskan hormon ADH
sehingga meningkatkan reabsorpsi air dan menurunkan haluaran urine.

10
 Pemeriksaan Diagnosik
Prosedur pemeriksaan saluran perkemihan, seperti pielogram intravena dan
urogram, tidak membolehkan pasien mengkonsumsi cairan per-oral
sehingga akan memengaruhi haluaran urine.

G. Masalah Perubahan Pada Pola Berkemih


1. Masalah-masalah dalam eliminasi urine antara lain adalah :
 Retensi, yaitu adanya penumpukan urine didalam kandung kemih dan
ketidak sanggupan kandung kemih untuk mengosongkan diri.
 Inkontinensi urine, yaitu ketidaksanggupan sementara atau permanen
otot sfingter eksterna untuk mengontrol keluarnya urine dari kandung
kemih.
 Enuresis, Sering terjadi pada anak-anak, umumnya terjadi pada malam
hari (nocturnal enuresis), dapat terjadi satu kali atau lebih dalam
semalam.
 Urgency, adalah perasaan seseorang untuk berkemih.
 Dysuria, adanya rasa sakit atau kesulitan dalam berkemih.
 Polyuria, Produksi urine abnormal dalam jumlah besar oleh ginjal, seperti
2.500 ml/hari, tanpa adanya peningkatan intake cairan.
 Urinari suppresi, adalah berhenti mendadak produksi urine
2. Perubahan produksi urine
Selain perubahan eliminasi urine, masalah lain yang kerap dijumpai
pada pola berkemih adalah perubahan produksi urine. Perubahan tersebut
meliputi poliuria, oliguira, dan anuria.
 Poliuria, yaitu produksi urine yang melebihi batas normal disertai asupan
cairan. Kondisi ini dapat terjadi pada penderita diabetes,
keidakseimbangan harmonal
( misalnya : ADH ) dan nefritis kronik. Poliuria dapat menyebabkan
kehilangan cairan yang berlebihan yang mengarah pada dehidrasi
 Oliguria, yaitu produksi urine yang rendah, yakni 100 – 500 ml/24 jam.
 Anuria, yaitu produksi urine kurang dari 100 ml/24 jam

H. Gejala Perubahan Perkemihan


Gejala tertentu yang khusus terkait dengan perubahan perkemihan,
dapat timbul dalam lebih dari satu jenis gangguan. Selama pengkajian, perawat
menanyakan klien mengenai gejala-gejala yang tertera ditabel 46-2. Perawat
juga mengkaji pengetahuan klien mengenai kondisi atau faktor-faktor yang
mempresipitasi atau memperburuk gejala tersebut.
Gejala umum pada perubahan perkemihan antara lain adalah sebagai
berikut :
 Gejala urgensi
Gejala urgensi adalah merasakan untuk segera berkemih. Penyebabnya
adalah penuhnya kandung kemih, iritasi atau radang kandung kemih
akibat infeksi, sfingter uretra tidak kompeten, dan stres psikologis.

11
 Gejala Disuria
Gejala disuria adalah merasa nyeri atau sulit berkemih. Penyebabnya
adalah peredangan kandung kemih, trauma atau inflamasi sfingter
uretra.
 Gejala Frekuensi
Gejala frekuensi adalah berkemih dengan sering. Penyebabnya adalah
peningkatan asupan cairan, radang pada kandung kemih, peningkatan
tekanan pada kandung kemih ( kehamilan, stres psikologis ).
 Gejala Keraguan Poliuria
Gejala Keraguan Poliuria adalah sulit memulai berkemih. Mengeluarkan
sejumlah besar urine. Penyebabnya adalah pembesaran kostat,
ansietas, edema uretra. Asupan cairan berlebih, diabetesmelitus atau
insipidus, pengganguan diuretic, dieresis pascaobstuktif.
 Gejala Oliguria
Gejala oliguria adalah haluaran urine menurun dibandingkan cairan yang
masuk ( biasanya kurang dari 400 ml/jam ). Penyebabnya adalah
dehidrasi, gagal ginjal, ISK, peningkatan sekresi ADH, gagal jantung
kongesif.
 Gejala Nokturia
Gejala nokturia adalah berkemih berlebihan atau sering pada malam
hari. Penyebabnya adalah asupan cairan berlebihan sebelum tidur (
terutama kopi alkohol ), penyakit ginjal, proses penuaan.
 Gejala Hematuria
Gejala hematuria adalah terdapat darah dalam urine. Penyebabnya
adalah neoplasma pada ginjal atau kandung kemih, penyakit glomerulus,
infeksi pada ginjal atau kandung kemih, trauma pada struktur
perkemihan, diskrasia darah.

12

Anda mungkin juga menyukai