BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia merupakan salah satu makhluk hidup. Dikatakan sebagai makhluk hidup karena
manusia memiliki ciri-ciri diantaranya: dapat bernafas, berkembangbiak, tumbuh, beradaptasi,
memerlukan makan,Pengaturan kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh diatur oleh ginjal,
kulit, paru-paru dan gastrointestinal dan megeluarkan sisa metabolisme tubuh (eliminasi). Setiap
kegiatan yang dilakukan tubuh dikarenakan peranan masing-masing organ.
Selain itu, pengaturan keseimbangan cairan dapat melalui mekanisme rasa haus yang
dikontrol oleh system endokrin (hormonal), yakni anti diuretic hormone (ADH), sistem
aldosteron, prostaglandin, dan glukokortikoid.
Membuang urine dan alvi (eliminasi) merupakan salah satu aktivitas pokok yang harus
dilakukan oleh setiap manusia. Karena apabila eliminasi tidak dilakukan setiap manusia akan
menimbulkan berbagai macam gangguan seperti retensi urine, inkontinensia urine, enuresis,
perubahan pola eliminasi urine, konstipasi, diare dan kembung. Selain berbagai macam yang
telah disebutkan diatas akan menimbulkan dampak pada system organ lainnya seperti: system
pencernaan, ekskresi, dll
Berdasar latar belakang di atas, maka penulis membuat makalah dengan judul “Prinsip
Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit dan Prinsip Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi”.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara pemenuhan cairan dan elektrolit?
2. Bagaimana cara pemenuhan kebutuhan eliminasi?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui prinsip pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit.
2. Mengetahui prinsip pemenuhan kebutuhan eliminasi.
D. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini yaitu menggunakan metode studi
literature, dimana sumber yang digunakan menggunakan sumber pustaka (buku) dan hasil
browusing dari internet.
BAB II
PEMBAHASAN
Selain itu, pengaturan keseimbangan cairan dapat melalui mekanisme rasa haus yang
dikontrol oleh system endokrin (hormonal), yakni anti diuretic hormone (ADH), sistem
aldosteron, prostaglandin, dan glukokortikoid.
1. ADH
Hormon ini memiliki peran dalam meningkatkan reabsorpsi air sehingga dapat
mengendalikan keseimbangan air dalam tubuh. Hormon ini di bentuk oleh hipotalamus yang ada
di hipofisis posterior yang mengsekresi ADH dengan meningkatkan osmolaritas dan menurunkan
cairan ekstrasel.
2. Aldesteron
Hormon ini diekresi oleh kelenjar adrenal ddi tubulus ginjal dan berfungsi pada absorbsi
natrium. Proses pengeluaran aldosteron ini diatur oleh adanya perubahan konsentrasi kalium,
natrium, dan sistem angiotensin rennin.
3. Prostaglandin
Prostaglandin merupakan asam lemak yang terdapat pada jaringan yang berfungsi merespons
radang, pengendalian tekanan darah, kontraksi uterus, dan pengaturan gerakan gastrointestinal.
Pada ginjal, asam lemak ini berperan dalam mengatur sirkulasi ginjal.
4. Glukokortikoid
Hormon ini berfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi natrium dan air yng menyebabkan
volume darah meningkat sehingga terjadi retensi natrium.
1. Kebutuhan Cairan Tubuh Bagi Manusia
Kebutuhan cairan merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia secara fisiologis
kebutuhan ini memiliki proporsi besar dalam bagian tubuh dengan hampir 90% dari total berat
badan. Sementara itu, sisanya merupakan bagian padat dari tubuh. Secara keseluruhan,
persentase cairan tubuh berbeda berdasarkan usia. Persentase cairan tubuh bayi baru lahir sekitar
75% dari total berat badan, pria dewasa 57% dari total berat bada, wanita dewasa 55% dari total
berat badan, dan dewasa tua 45% dari total berat badan. Selain itu, persentase cairan tubuh yang
bervariasi juga bergantung pada lemak dalm tubuh dan jenis kelamin. Jika lemak dalam tubuh
sedikit, maka cairan tubuh pun lebih besar. Wanita dewasa mempunyai cairan tubuh lebih sedikit
disbanding pada pria, karena jumlah lemak dalm tubuh wanita dewasa lebih banyak
dibandingkan dengan lemak dalm tubuh pria dewasa.
B. KEBUTUHAN ELEKTROLIT
Elektrolit terdapat pada seluruh cairan tubuh. Cairan tubuh mengandung oksigen, nutrient,
dan sisa metabolisme (seperti karbondioksida), yang semuanya disebut dengan ion.
1. Komposisi elektrolit
Komposisi elektrolit dalam plasma sebagai berikut :
Natrium :135 - 145 m Eq/L
Kalium : 3,5 - 5,3 m Eq/L
Klorida : 100 - 106 m Eq/L
Bikarbonat arteri : 22 - 26 m Eq/L
Bikarbonat vena : 24 - 30 m Eq/L
Kalsium : 4 - 5 m Eq/L
Magnesium : 1,5 - 2,5 m Eq/L
Fosfat : 2,5 - 4,5 mg/100ml
2. Pengaturan Elektrolit
a. Pengaturan keseimbangan natrium
Natrium merupakan kation dalam tubuh yang berfngsi dalam pengaturan osmolaritas dan
volume cairan tubuh.
b. Pengaturan keseimbangan kalium
Kalium merupakan kation utama yang terdapat dalam cairan intrasel dan berfungsi mengatur
keseimbangan elektrolit.
Aldosteron juga berfungsi mengatur keseimbangan kadar kalium dalam plasma (cairan
ekstrasel). Sistem pengaturannya melalui tiga langkah:
1) Peningkatan konsentrasi kalium dalam cairan ekstrasel yang menyebabkan peningkatan produksi
aldosteron.
2) Peningkatan jumlah aldosteron akan memengaruhi jumlah kalium yang dikeluarkanmelalui
ginjal.
3) Peningkatan pengeluaran kalium; konsentrasi kalium dalam cairan ekstrasel menurun.
c. Pengaturan keseimbangan kalsium
Kalsium dalam tubuh berfungsi dalam pembentukan tulang, penghantar impuls kontraksi
otot, koagulasi darah (pembekuan darah), dan membantu beberapa enzim pankreas.
d. Pengaturan keseimbangan magnesium
Magnesium merupakan kation dalam tubuh yang terpenting kedua dalam cairan intrasel.
Keseimbangannya diatur oleh kelenjar paratiroid. Magnesium diabsorpsi dari saluran
pencernaan. Magnesium dalam tubuh dipengaruhi oleh konsentrasi kalsium. Hipomagnesemia
terjadi bila konsentrasi serum turun kurang dari 1,5 mEq/L. Sedangkan hipermagnesemia terjadi
bila kadar magnesiumnya lebih dari 2,5 mEq/L.
e. Pengaturan keseimbangan klorida
Klorida merupakan anion utama dalam cairan ekstrasel, tetapi klorida dapat ditemukan pada
cairan ekstrasel dan intrasel. Fungsi klorida biasanya bersatu dengan natrium yaitu
mempertahankan keseimbangan tekanan osmotic dalam darah.
f. Pengaturan keseimbangan bikarbonat
Bikarbonat merupakan elektrolit utama dalam larutan buffer (penyangga) dalam tubuh.
g. Pengaturan keseimbangan fosfat (PO4)
Fosfat bersama-sama dengan kalsium berfungsi dalam pembentukan gigi dan tulang. Fosfat
diserap dari saluran pencernaan dan dikeluarkan melalui urine.
3. Gangguan /Masalah Kebutuhan Elektrolit
a. Hiponatremia, merupakan suatu keadaan kekurangan kadar natrium dalam plasma darah yang
ditandai dengan adanya kadar natrium plasma yang kurang dari 135 mEq/L, mual, muntah dan
diare.
b. Hipernatremia, suatu keadaan dimana kadar natrium dalam plasma tinggi, yang ditandai dengan
adanya mukosa kering, oliguria/anuria, turgor kulit buruk dan permukaan kulit membengkak,
kulit kemerahan, lidah kering, dll.
c. Hipokalemia, merupakan suatu keadaan kekurangan kadar kalium dalam darah. Hipokalemia ini
dapat terjadi dengan sangat cepat. Sering terjadi pada pasien yang mengalami diare
berkepanjangan.
d. Hiperkalemia, merupakan suatu keadaan dimana kadar kalium dalam darah tinggi. Keadaan ini
sering terjadi pada pasien luka bakar, penyakit ginjal, asidosis metabolik. Hiperkalemia dditandai
dengan adanya mual, hiperaktifitas system pencernaan, dll.
e. Hipokalsemia, merupakan kekurangan kadar kalsium dalam plasma darah. Hipokalsemia
ditandai dengan adanya kram otot dan karam perut, kejang,bingung, dll.
f. Hiperkalsemia, merupakan suatu keadaan kelebihan kadar kalsium dalam darah. Hal ini terjadi
pada pasien yang mengalami pengangkatan kelenjar gondok dan makan vitamin D secara
berlebihan. Hiperkalsemia ditandai dengan adanya nyeri pada tulang, relaksasi otot, batu ginjal,
dll, dan kadar kalsium daam plasma lebih dari 4,3 mEq/L.
g. Hipomagnesia, merupakan kekurangan kadar magnesium dalam darah. Hipomagnesia ditandai
dengan adanya iritabilitas, tremor, kram pada kaki dan tangan, dll, serta kadar magnesium dalam
darah kurang dari 1,3 mEq/L.
h. Hipermagnesia, merupakan kelebihan kadar magnesium dalam darah. Hal ini ditandai dengan
adanya koma, gangguan pernapasan, dan kadar magnesium lebih dari 2,5 mEq/L.
4. Keseimbangan Asam Basa
Aktivitas tubuh memerlukan keseimbangan asam basa, keseimbangan asam basa dapat
diukur dengan pH (derajat keasaman). Dalam keadaan normal, nilai pH cairan tubuh 7,35 - 7,45.
keseimbangan dapat dipertahankan melalui proses metabolisme dengan sistem buffer pada
seluruh cairan tubuh dan melalui pernapasan dengan sistem regulasi (pengaturan di ginjal). Tiga
macam sistem larutan buffer cairan tubuh yaitu larutan bikarbonat, larutan buffer fosfat, dan
larutan buffer protein.
5. Gangguan / Masalah Keseimbangan Asam Basa
a. Asidosis respiratorik, merupakan suatu keadaan yang di sebabkan oleh karena kegagalan sistem
pernapasan dalam membuang karbondioksida dari cairan tubuh.
b. Asidosis metabolic, merupakan suatu keadaan kehilangan basa atau terjadi penumpukan asam.
c. Alkalosis respiratorik, merupakan suatu keadaan kehilangan CO 2 dari paru-paru yang dapat
menimbulkan terjadinya paCO2 arteri kurang dari 35 mmHg, pH lebih 7,45. Keadaan ini dapat di
sebabkan oleh karena adanya hiperventilisasi, kecemasan, emboli paru-paru, dll.
d. Alkalosis metabolic merupakan suatu keadaan kehilangan ion hydrogen atau penambahan basa
pada cairan tubuh dengan adanya peningkatan bikarbonat plasma lebih dari 26mEq/L dan pH
arteri lebih dari 7,45 atau secara umum keadaan asam basa dapat dilihat sebagaimana table
berikut.
c. Enuresis, merupakan ketidak sanggupan menahan kemih (mengompol) yang diakibatkan tidak
mampu mengontrol sphincter eksterna. yaitu sering terjadi pada anak-anak, umumnya terjadi
pada malam hari dan dapat terjadi satu kali atau lebih dalam semalam.
d. Perubahan pola eliminasi urine, merupakan keadaan sesorang yang mengalami gangguan pada
eliminasi urine karena obstruksi anatomis, kerusakan motorik sensorik, dan infeksi saluran
kemih. Perubahan eliminasi terdiri atas : Frekuensi, Urgensi, Disuria, Poliuria, Urinaria supresi.
5. Pengkajian Eliminasinasi Urine
a. Frekuensi
Frekuensi untuk berkemih tergantung kebiasaan dan kesempatan. Banyak orang-orang
berkemih kira-kira 70 % dari urine setiap hari pada waktu bangun tidur dan tidak memerlukan
waktu untuk berkemih pada malam hari. Orang-orang biasanya berkemih : pertama kali pada
waktu bangun tidur, sebelum tidur dan berkisar waktu makan.
b. Volume
Volume urine menentukan berapa jumlah urine yang di keluarkan dalam waktu 24 jam.
Berdasarkan usia, volume urine normal dapat di tentukan sebagai berikut:
volume dibawah 500 ml atau diatas 300 ml dalam periode 24 jam pada orang dewasa, maka
perlu lapor.(Rendy;2010)
c. Warna
Normal urine berwarna kekuning-kuningan, obat-obatan dapat mengubah warna urine seperti
orange gelap. Warna urine merah, kuning, coklat merupakan indikasi adanya penyakit.
d. Bau Normal urine berbau aromatik yang memusingkan.
Bau yang merupakan indikasi adanya masalah seperti infeksi atau mencerna obat-obatan
tertentu.
e. Berat jenis
Adalah berat atau derajat konsentrasi bahan (zat) dibandingkan dengan suatu volume yang
sama dari yang lain seperti air yang disuling sebagai standar. Berat jenis air suling adalah 1, 009
ml dan normal berat jenis : 1,010 – 1,030
f. Kejernihan
Normal urine terang dan transparan
Urine dapat menjadi keruh karena ada mukus atau pus.
g. pH :
Normal pH urine sedikit asam (4,5 – 7,5)
Urine yang telah melewati temperatur ruangan untuk beberapa jam dapat menjadi alkali karena
aktifitas bakteri.
Vegetarian urinennya sedikit alkali.
h. Protein :
Normal : molekul-molekul protein yang besar seperti : albumin, fibrinogen, globulin, tidak
tersaring melalui ginjal – urine.
Pada keadaan kerusakan ginjal, molekul-molekul tersebut dapat tersaring urine.
Adanya protein didalam urine disebut proteinuria, adanya albumin dalam urine disebut
albuminuria.
i. Darah
Darah dalam urine dapat tampak jelas atau dapat tidak tampak jelas.
Adanya darah dalam urine disebut hematuria(trauma/penyakit pada saluran kemih bagian
bawah)
j. Glukosa
Normal : adanya sejumlah glukosa dalam urine tidak berarti bila hanya bersifat sementara,
misalnya pada seseorang yang makan gula banyak menetap pada pasien DM.
Adanya gula dalam urine disebut glukosa.
6. Tindakan Mengatasi Masalah Eliminasi Urine
a. Menolong Buang Air Kecil dengan Menggunakan Urineal
Tindakan membantu pasien yang tidak mampu buang air kecil sendiri di kamar kecil di
lakukan dengan menggunakan alat penampung (urineal).
Persiapan alat dan bahan :
Urineal
Pengalas
Tisu
Prosedur kerja :
Cuci tangan
Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
Pasang alas urineal di bawah glutea
Lepas pakaian bawah pasien
Pasang urineal di bawah glutea/pinggul atau di antara kedua paha
Anjurkan pasien untuk berkemih
Setelah selesai rapihkan alat
Cuci tangan, catat warna, dan jumlah produksi urine
b. Melakukan Kateterisasi
Menurut kusmiyati (2009) definisi kateter adalah pipa untuk memasukkan atau mengeluarkan
cairan yang di masukksn melalui uretra ke dalam kandung kencing untuk membuang urine.
Jenis-jenis kateter
Kateter plastik : digunakan sementara karena mudah rusak dan tidak fleksibel
Kateter latex atau karet : digunakan untuk penggunaan atau pemakaian dalam jangka waktu
sedang (kurang dari 3 mingu).
Kateter silicon murni atau teflon : untuk menggunakan jangka waktu lama 2-3 bulan karena
bahan lebih lentur pada meatur urethra.
Kateter PVC : sangat mahal untuk penggunaan 4-5 minggu, bahannya lembut tidak panas dan
nyaman bagi urethra.
Kateter logam : digunakan untuk pemakaian sementara, biasanya pada pengosongan kandung
kemih pada ibu yg melahirkan.
Ukuran kateter
Anak : 8-10 french (Fr)
Wanita : 14-16 Fr
Laki-laki : 16-18 Fr
Persiapan alat dan bahan :
Sarung tangan steril
Kateter steril (sesuai dengan ukuran dan jenis)
Duk steril
Minyak pelumas/jelly
Larutan pembersih antiseptic (kapas sublimat)
Spuit yang berisi cairan
Perlak dan alasnya
Pinset anatomi
Bengkok
Urineal bag
Sampiran
Prosedur kerja (pada perempuan)
Cuci tangan.
Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.
Atur ruangan.
Pasang perlak / alas.
Gunakan sarung tangan steril.
Pasang duk steril.
Bersihkan vulva dengan kapas sublimat dari atas ke bawah (± 3 kali hingga bersih.
Buka labia mayor dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri. Bersihkan bagian dalam.
Kateter diberi minyak pelumas atau jelly pada ujungnya, lalu asupan pelan-pelan sambil
anjurkan untuk tarik nafas, asupan (2,5-5cm) atau hingga urine keluar.
Setelah selesai, isi balon dengan cairan akuades atau sejenisnya dengan menggunakan spuit
untuk yang di pasang tetap. Bila tidak dipasang tetap, tarik kembali sambil pasien di suruh napas
dalam.
Sambung kateter dengan urineal bag dan fiksasi kea rah samping.
Rapikan alat.
Cuci tangan.
Defekasi adalah proses pengosongan usus yang sering disebut buang air besar. Terdapat dua
pusat ang menguasai refleks untuk defekasi, yang terletak di medula dan sumsum tulang
belakang.
Secara umum, terdapat dua macam refleks yang membantu proses defekasi yaitu refleks
defekasi intrinsic dan refleks defekasi parasimpatis.(Hidayat, Uliyah:2006)
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Defekasi
a. Usia
Setiap tahap perkembangan atau usia memiliki kemampuan mengontrol proses defekasi yang
berbeda.pada bayi belum memiliki kemampuan mengotrol secara penuh dalam buang air
besar,sedangkan orang dewasa sudah memiliki kemampuan mengotrol secara penuh,kemudian
pada usia lanjut proses pengontrolan tersebut mengalami penurunan.
b. Diet
Diet atau jenis makanan yang dikonsumsi dapat mempengaruhi proses defekasi.makanan
yang memiliki kandungan serat tinggi dapat membantu proses percepatan defekasi dan jumlah
yang di konsumsi pun dapat mempengaruhinya.
c. Asupan Cairan
Pemasukan cairan yang kurang dalam tubuh membuat defekasi menjadi keras oleh karena
proses absorbsi yang kurang sehingga dapat mempengaruhi kesulitan proses defekasi.
d. Aktivitas
e. Pengobatan
f. Gaya hidup
Gaya hidup dapat mempengaruhi proses defekasi.halini dapat dilihat pada seseorang yang
memiliki gaya hidup sehat/kebiasaan melakukan buang air besar di tempat yang bersih atau
toilet.maka ketika seseorang tersebut buang air besardi tempat yang terbuka atau tempat yang
kotor maka ia akan mengalami kesulilan dalam proses defekasi.
g. Penyakit
h. Nyeri
Kerusakan pada sistem sensoris dan metoris dapat mempengaruhi proses defekasi karena
dapat menimbulkan proses penurunan stimulasi sensoris dalam berdefekasi.hal tersebut dapat
mengakibatkan kerusakan pada tulang belakang ataukerusakan saraf lainnya.
Perbandingan Feses
1. Warna Bayi : Kuning Putih, hitam / tar, atau merah Kurangnya kadar
empedu, perdarahan
saluran cerna bagian
atas, atau perdarahan
saluran cerna bagian
bawah.
2. Bau Khas fases dan Amis dan perubahan bau Darah dan ifeksi.
dipengaruhi oleh
makanan
a. Konstipasi
Konstipasi merupakan keadaan individu yang mengalami atau beresiko tinggi mengalami
statis usus besar sehingga mengalami eliminasi yang jarang atau keras, serta tinja yang keluar
jadi terlalu kering dan keras.
b. Diare
Diare merupakan keadaan individu yang mengalami atau beresiko sering mengalami
pengeluaran feses dalam bentuk cair. Diare sering disertai kejang usus, mungkin ada rasa mual
dan muntah
c. Inkontinensia Usus
Inkontinesia usus merupakan keadaan individu yang mengalami perubahan kebiasaan dari
proses defekasi normal, sehingga mengalami proses pengeluaran feses tidak disadari. Hal ini
juga disebut sebagai inkontinensia alvi yang merupakan hilangnya kemampuan otot untuk
mengontrol pengeluaran feses dan gas melalui sphincter akibat kerusakan sphincter.
d. kembung
Kembung merupakan keadaan penuh udara dalam perut karena pengumpulan gas berlebihan
dalam lambung atau usus
e. Hemorroid
Hemorrhoid merupakan keadaan terjadinya pelebaran vena di daerah anus sebagai akibat
peningkatan tekanan di daerah anus yang dapat disebabkan karena konstipasi, peregangan saat
defekasi dan lain-lain
f. Fecal Impaction
Fecal impaction merupakann massa feses karena dilipatan rektum yang diakibatkan oleh
retensi dan akumulasi materi feses yang berkepanjangan. Penyebab fecal impaction adalah
asupan kurang, aktivitas kurang, diet rendah serat, dan kelemahan tonus otot.
4. Tindakan Mengatasi Masalah Eliminasi Alvi (Buang Air Besar)
e. Memberikan gliserin.
f. Mengeluarkan feses.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Kebutuhan cairan merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia secara fisiologis
kebutuhan ini memiliki proporsi besar dalam bagian tubuh dengan hampir 90% dari total berat
badan. Sementara itu, sisanya merupakan bagian padat dari tubuh. Secara keseluruhan,
persentase cairan tubuh berbeda berdasarkan usia. Persentase cairan tubuh bayi baru lahir sekitar
75% dari total berat badan, pria dewasa 57% dari total berat bada, wanita dewasa 55% dari total
berat badan, dan dewasa tua 45% dari total berat badan. Selain itu, persentase cairan tubuh yang
bervariasi juga bergantung pada lemak dalm tubuh dan jenis kelamin. Jika lemak dalam tubuh
sedikit, maka cairan tubuh pun lebih besar. Wanita dewasa mempunyai cairan tubuh lebih sedikit
disbanding pada pria, karena jumlah lemak dalm tubuh wanita dewasa lebih banyak
dibandingkan dengan lemak dalm tubuh pria dewasa.Cairan elektrolit adalah cairan saline atau
cairan yang memiliiki sifat bertegangan tetap. Cairan saline sendiri dari cairan isotonic,
hipotonik, dan hipertonik.
Kebutuhan eliminasi terdiri dari atas dua, yakni eliminasi urine (kebutuhanbuang air kecil)
dan eliminasi alvi (kebutuhan buang air besar). Organ yang berperan dalam eliminasi urine
adalah: ginjal, kandung kemih dan uretra. Dalam pemenuhan kebutuhan eliminasi urine terjadi
proses berkemih. Berkemih merupakan proses pengosongan vesika urinaria (kandung kemih).
Faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi urine adalah diet, asupan, respon keinginan awal
untuk berkemih kebiasaan seseorang dan stress psikologi. Gangguan kebutuhan eliminasi urine
adalah retensi urine, inkontinensia urine dan enuresis. Dan tindakan untuk mengatasi masalah
tersebut adalah pengumpulan urine untuk bahan pemeriksaan, buang air kecil dengan urineal dan
melakukan katerisasi.
Sedangkan system tubuh yang berperan dalam proses eliminasi alvi atau buang air besar
adalah system gastrointestinal bawah yang meliputi usus halus dan usus besar. Dalam
pemenuhan kebutuhan eliminasi alvi terjadi proses defekasi. Defekasi adalah proses
pengosongan usus yang sering disebut buang air besar. Faktor-faktor yang mempengaruhi
eliminasi alvi antara lain: usia, diet, asupan cairan, aktifitas, gaya hidup dan penyakit.
B. Saran
Kita harus ebih memperhatikan kebutuhan cairan dan elektrolit dan memperhatikan
kebutuhan eliminasi urine dan alvi dalam kehidupan kita sehari-hari. Menjaga kebersihan daerah
tempat keduanya urine dan alvi.
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, Eny Retna dan Tri Sunarsih. (2011). KDPK KEBIDANAN Teori dan Aplikasi (cetakan
ketiga). Yogjakarta: Nuha Medika.
Uliyah, Musrifatul dan A.Aziz Almul Hidayat. (2008). Keterampilan Dasar Praktik Klinik Untuk
Kebidanan (edisi kedua). Jakarta: Salemba Medika.
Barbara Kozier, Fundamental Of Nursing Concept, Process and Practice, Fifth Edition, Addison
Wsley Nursing, California, 1995