Anda di halaman 1dari 22

KONSEP KEBUTUHAN CAIRAN DAN

ELEKTROLIT
Dosen Pengampu : Yuni Sapto

Disusun Oleh :

Kelompok 1

1. Ahmad Faqih F
2. Eka Mailina I
3. Siti Karina
4. Mey Ferdita
5. Desy Ika P
6. Sumintri

STIKES AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP

2015/2016
A. KONSEP KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
Kebutuhan cairan dan elektrolit merupakan suatu proses dinamik karena metabolis me
tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespon terhadap stressor fisiologis
dan lingkungan. Cairan dan elektrolit saling berhubungan, ketidakseimbangan yang
berdiri sendiri jarang terjadi dalam bentuk kelebihan atau kekurangan.

1. Sistem Tubuh Yang Berperan Pada Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit


a. Ginjal
Ginjal merupakan organ yang memiliki peran cukup besar dalam pengaturan
kebutuhan cairan dan elektrolit. Hal ini terlihat pada fungsi ginjal yakni sebagai
pengatur air, pengatur konsentrasi garam dalam darah, pengatur keseimbangan
asam basa darah, dan pengaturan ekskresi bahan buangan atau kelebihan garam.
Proses pengaturan kebutuhan keseimbangan air diawali oleh kemampuan bagian
ginjal seperti glomerulus sebagai penyaringan cairan. Rata-rata setiap 1 liter darah
mengandung 500 cc plasma yang mengalir melalui glomerulus, 20% nya disaring
ke luar. Cairan yang tersaring, kemudian mengalir melalui renalis yang sel-selnya
menyerap semua bahan yang dibutuhkan. Jumlah urine yang diproduksi ginjal
dapat dipengaruhi oleh ADH dan aldosterone dengan rata-rata 1 ml/kg/jam.
b. Kulit
Kulit merupakan bagian penting dalam pengaturan cairan yang terkait dengan
proses pengaturan panas. Proses ini diatur oleh pusat pengatur panas yang disarafi
oleh yasamotorik dengan kemampuan mengendalikan arteriola kutan dengan cara
vasodilatasi dan vasokonstriksi. Banyaknya darah yang mengalir melalui pembuluh
darah dalam kulit mempengaruhi jumlah keringat yang dikeluarkan. Proses
pelepasan panas kemudian dapat dilakukan dengan cara penguapan.
Proses pelepasan panas lainnya dilakukan melalui cara pemancaran, yaitu dengan
melepaskan panas ke udara sekitarnya. Cara tersebut berupa cara konduksi dan
konveksi. Cara konduksi yaitu pengalihan panas ke benda yang disentuh, sedangkan
cara konveksi yaitu mengalirkan udara yang panas ke permukaan yang lebih dingin.
c. Paru-paru
Organ paru-paru berperan dalam pengeluaran cairan dengan menghasilka n
insensible water loss ± 400 ml/hari. Proses pengeluaran cairan terkait dengan
respons akibat perubahan frekuensi dan kedalaman pernafasan (kemampuan
bernafas), misalnya orang yang melakukan olah raga berat.
d. Gastrointestinal
Gastrointestinal merupakan organ saluran pencernaan yang berperan dalam
mengeluarkan cairan melalui proses penyerapan dan pengeluaranair. Dalam kondisi
normal, cairan yang hilang dalam system ini sekitar 100-200 ml/hari.
Selain itu, pengaturan kesimbangan cairan dapat melalui mekanisme rasa haus
yang dikontrol oleh system endokrin (hormonal), yakni anti diuretic hormone
(ADH), system aldosterone, prostaglandin, dan glukokortikoid.
a. ADH
Hormone ini memilki peran meningkatkan reabsorpsi air sehingga dapat
mengendalikan keseimbangan air dalam tubuh. Hormone ini dibentuk oleh
hipotalamus yang ada di hipofisis posterior yang mensekresi ADH dengan
meningkatkan osmolaritas dan menurunkan cairan ekstrasel.
b. Aldosterone
Hormone ini disekresi oleh kelenjar adrenal di tubulus ginja l dan berfungs i
pada absorbsi natrium. Proses pengeluaran aldosteron ini diatur oleh adanya
perubahan konsentrasi kalium, natrium, dan system angiotensin renin.
c. Prostaglandin
Prostaglandin merupakan asam lemak yang terdapat pada jaringan yang
berfungsi merespons radang, pengendalian tekanan darah, kontraksi uterus, dan
pengaturan pergerakan gastrointestinal. Pada ginjal, asam lemak ini berperan
dalam mengatur sirkulasi ginjal.
d. Glukokortikoid
Hormone ini berfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi natrium dan air yang
menyebabkan volume darah meningkat sehingga terjadi retensi natrium.

2. Cara Perpindahan Cairan Tubuh


a. Difusi
Difusi merupakan pencampuran kontinu beberapa molekul di dalam cairan,
gas, atau zat padat yang disebabkan oleh pergerakan molekul secara acak.
Misalnya, dua gas menjadi bercampur oleh gerakan konstan dari molekulnya.
Proses difusi terjadi bahkan jika dua zat dipsahkan oleh sebuah membrane tipis. Di
dalam tubuh, difus i air, elektrolit , dan zat lain terjadi melalui “pori-pori celah”
membrane kapiler. Kecepatan difusi zat bervariasi sesuai dengan :
1) Ukuran molekul
Molekul yang lebih besar bergerak sedikit lebih lambat dibandingkan dengan
molekul kecil karena memerlukan energi yang lebih besar untuk bergeerak.
2) Konsentrasi larutan
3) Suhu larutan.
Peningkatan suhu tubuh meningkatkan kecepatanpergerakan molekul.
b. Osmosis
Osmosis adalah pergerakan air menembus membrane sel, dari larutan yang
berkonsentrasi rendah ke larutan yang yang berkonsentrasi tinggi. Dengan kata lain,
air bergerak menuju zat terlarut yang berkonsentrasi lebih tinggi sebagai upaya
untuk menyeimbangkan konsentrasi.
Di dalam tubuh, air merupakan zat pelarut, zat terlarut terdiri atas elektrolit,
oksigen, dan karbon dioksida, glukosa, urea, asam amino dan protein. Osmosis
terjadi jika konsentrasi zat terlarut pada salah satu sisi membran permeable selektif,
seperti membran kapiler, lebih tinggi dibandingkan sisi yang lain.
c. Transport aktif
Substansi dapat bergerak melintasi membrane impermeable dari larutan
berkonsentrasi rendah menuju larutan berkonsentrasi tinggi melalui proses transport
aktif. Berbeda denga difusi atau osmosis, proses transport aktif memerlukan energy
metabolik. Dalam transport aktif, zat bergabung dengan pembawa (carrier) di luar
permukaan membrane sel dan bergerak menembus permukaan membrane sel.
Setelah masuk, zat terlepas dari pembawa (carrier) dan masuk ke dalam sel. Setiap
zat memiliki pembawa yang spesifik, dan proses ini memerlukan enzim serta energy.
Proses transport aktif penting untuk mempertahankan keseimbangan natrium dan
kalium antara cairan intraseluler dan ekstraseluler. Untuk mempertahankan keadaan
ini, diperlukan mekanisme transport aktif melalui pompa natrium-kalium. Selain
perpindahan internal dalam tubuh, cairan dan elektrolit juga mengalami penuruna n
akibat perpindahan keluar tubuh misalnya melalui urine dan keringat.
d. Tekanan cairan
Proses difusi dan osmosis melibatkan adanya tekanan cairan. Proses osmotik juga

menggunakan tekanan osmotic, yang merupakan kemampuan pastikel pelarut


untuk menarik larutan melalui membrane.
Bila dua larutan dengan perbedaan konsentrasi dan larutan yang mempunya i
konsentrasi lebih pekat molekulnya tidak dapat bergabung (larutan disebut koloid).
Sedangkan larutan yang mempunyai kepekatan sama dan dapat bergabung (disebut
kristaloid). Contoh larutan kristaloid adalah larutan garam, tetapi dapat menjadi koloid
apabila protein bercampur dengan plasma. Secara normal, perpindahan caira n
menembus membrane sel permeable tidak terjadi. Prinsip tekanan osmotic ini sangat
penting dalam proses pemberian cairan intravena. Biasanya, larutan yang sering
digunakan dalam pemberian infuse intravena bersifat isotonic karena mempunya i
konsentrasi sama dengan plasma darah. Hal ini penting untuk mencegah perpindahan
cairan dan elektrolit ke dalam intrasel. Larutan intravena bersifat hipotonik, yaitu
larutan yang konsentrasinya kurang pekat dibanding konsentrasi plasma darah.
Tekanan osmotic plasma akan lebih besar dibanding tekanan tekanan osmotic cairan
interstisial karena konsentrasi protein dalam plasma dan molekul protein lebih besar
dibanding cairan interstisial, sehingga membentuk larutan koloid dan sulit menembud
membrane semipermeabel. Tekanan hidrostatik adalah kemampuan tiap molekul
larutan yang bergerak dalam ruang tertutup. Hal ini penting guna mengatur
keseimbangan cairan ekstra dan intrasel.
e. Membran semipermeable
Merupakan penyaring agar cairan yang bermolekul besar tidak tergabung.
Membran semipermeable terdapat pada dinding kapiler pembuluh darah, yang terdapat
di seluruh tubuh sehingga molekul atau zat lain tidak berpindah ke jaringa n.

3. Kebutuhan Cairan Tubuh Bagi Manusia


Kebutuhan cairan merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia secara
fisiologis. Kebutuhan ini memiliki proporsi besar dalam bagian tubuh dengan hampir
90% dari total berat badan. Sementara itu, sisanya merupakan bagian padat dari tubuh.
Secara keseluruhan, presentase cairan tubuh berbeda berdasarkan usia. Presentase
cairan tubuh bayi baru lahir sekitar 75% dari total berat badan, pria dewasa 57% dari
total berat badan, wanita dewasa 55% dari total berat badan, dan dewasa tua 45% dari
total berat badan. Selain itu, presentase jumlah cairan tubuh yang bervariasi juga
bergantung pada lemak dalam tubuh danjenis kelamin. Jika lemak dalam tubuh
sedikit, maka cairan tubuh lebih besar.
No Umur / BB (Kg) Kebutuhan cairan (mL/24 jam)
1. 3 hari/ 3 kg 250-300
2. 1 tahun/ 9,5 kg 1150-1300
3. 2 tahun/11,8 kg 1350-1500
4. 6 tahun/ 20 kg 1800-2000
5. 10 tahun/ 28,7 kg 2000-2500
6. 14 tahun/45 kg 2200-2700
7. 18 tahun/ 54 kg 2200-2700

4. Jenis Cairan
a. Cairan nutrient
Pasien yang istirahat ditempat tidur memerlukan sebanyak 450 kalori setiap
harinya. Cairan nutrien (zat gizi) melalui intravena dapat memenuhi kalori ini
dalam bentuk karbohidrat, nitrogen dan vitamin yang penting untuk metabolisme.
Kalori dalam cairan nutrient dapat berkidar antara 200-1500/liter.
Cairan nutrient terdiri atas:
1) Karbohidrat dan air, contoh: dextrose (glukosa), levulose (fruktosa), invert
sugar (½ dextrose dan ½ levulose).
2) Asam amino, contoh: amigen, aminosol dan travamin.
3) Lemak, contoh: lipomul dan
liposyn. b. Blood Volume Expanders
Merupakan bagian dari jenis cairan yang berfungsi meningkatkan volume
pembuluh darah setelah kehilangan darah atau plasma. Apabila keadaan darah
sudah tidak sesuai, misalnya pasien dalam kondisi pendarahan berat, maka
pemberian plasma akan mempertahankan jumlah volume darah. Pada pasien
dengan luka bakar berat, sejumlah besar cairan hilang dari pembuluh darah di
daerah luka. Plasma sangat perlu diberikan untuk menggantikan cairan ini. Jenis
blood volume expanders antara lain: human serum albumin dan dextran dengan
konsentrasi yang berbeda. Kedua cairan ini mempunyai tekanan osmotic, sehingga
secara langsung dapat meningkatkan jumlah volume darah.
5. Penghitungan cairan dan kalori pada anak, dewasa, dan lansia

6. Penghitungan IWL pada anak, dewasa dan lansia


a. Tehnik Menghitung Balance Cairan (Anak)
Menghitung Balance cairan anak tergantung tahap umur, untuk menentukan Air
Metabolisme, menurut Iwasa M, Kogoshi S dalam Fluid Tehrapy Bunko do (1995) dari PT. Otsuka
Indonesia yaitu:
Usia Balita (1 - 3 tahun) : 8 cc/kgBB/hari
Usia 5 - 7 tahun : 8 - 8,5 cc/kgBB/hari
Usia 7 - 11 tahun : 6 - 7 cc/kgBB/hari
Usia 12 - 14 tahun : 5 - 6 cc/kgBB/hari

Untuk IWL (Insensible Water Loss) pada anak = (30 - usia anak dalam
tahun) x cc/kgBB/hari
Jika anak mengompol menghitung urine 0,5 cc - 1 cc/kgBB/hari

b. Penghitungan Balance Cairan Untuk Dewasa


Input cairan: Air (makan+Minum)= ...... cc
Cairan Infus = ...... cc
Therapi injeksi = ...... cc
Air Metabolisme =.......cc (Hitung AM= 5 cc/kgBB/hari)
Output cairan: Urine =......cc
Feses = .....cc(kondisi normal 1 BAB feses = 100 cc)
Muntah/perdarahan
cairan drainage luka/
cairan NGT terbuka =.....cc
IWL =.....cc (hitung IWL= 15cc/kgBB/hari)
(Insensible Water Loss)

7. Masalah kebutuhan cairan


Gangguan/masalah dalam Pemenuhan Kebutuhan
Cairan a. Hipovolume Atau Dehidrasi
Kekurangan cairan eksternal dapat terjadi karena penurunan asupan cairan dan
kelebihan pengeluaran cairan. Ada tiga macam kekurangan volume cairan eksternal
atau dehidrasi, yaitu:
1) Dehidrasi isotonic, terjadi jika kekurangan sejumlah cairan dan elektrolitnya
yang seimbang.
2) Dehidrasi hipertonik, terjadi jika kehilangan sejumlah air yang lebih banyak
daripada elektrolitnya.
3) Dehidrasi hipotonik, terjadi jika tubuh lebih banyak kehilangan elektrolitnya
daripada air.
Macam dehidrasi (kurang volume cairan) berdasarkan derajatnya :
1) Dehidrasi berat
Pengeluaran/ kehilangan cairan 4-6 L
Serum natrium 159-166 mEq/L
Hipotensi
Turgor kulit
buruk Oliguria
Nadi dan pernapasan meningkat
Kehilangan cairan mencapai > 10% BB
2) Dehidrasi sedang

otot lemahsilau melihat sinar


Nadi cepat dan lemah

3) Dehidrasi ringan, dengan terjadinya kehiangan cairan sampai 5% BB atau


1,5–2L.
turgor kulit normal denyut
jantung meningkat mata
terlihat cekung

Penatalaksanaan pada penderita dehidrasi (Doenges & Sylvia Anderson):


a) Obat-obatan Antiemetik ( Untuk mengatasi muntah )
b) Obat-obatan anti diare
Pengeluaran feces yang berlebihan dapat diberikan obat-obat anti diare
serta dapat diberikan oralit.
c) Pemberian air minum
Pemberian air minum yang mengandung natrium cukup memadai
untuk mengatasi ketidakseimbangan yang terjadi.
d) Pemberian cairan intravena
Pada kekurangan cairan yang berat, maka diperlukan pemberian cairan
intravena.Larutan garam isotonik (0,9%) merupakan cairan infus
terpilih untuk kasus-kasus dengan kadar natrium mendekati normal,
karena akan menambah volume plasma. Segera setelah pasien
mencapai normotens i, separuh dari larutan garam normal (0,45%)
diberikan untuk menyediakan air bagi sel-sel dan membantu
pembuangan produk-produk sisa metabolisme.
e) Pemberian bolus cairan IV
Pemberian bolus cairan IV awal dalam suatu uji beban cairan, untuk
mengetahui apakah aliran kemih akan meningkat, yang menunjukka n
fungsi ginjal normal.
b. Hipervolume atau overhidrasi
Terdapat dua manifestasi yang ditimbulkan akibat kelebihan cairan yaitu,
1) Hipervolume (peningkatan volume darah),
a) Overhidrasi adalah kelebihan cairan dalam tubuh. Penyebabnya jika asupan
cairan lebih besar daripada pengeluaran cairan. Ini terjadi jika ada kerusakan
di hipofise, jantung dan ginjal.
(1) Tanda dan gejala: sesak nafas, kekacauan mental, kejang dan koma.
(2) Kelebihan volume cairan mengacu pada perluasan isotonik dari CES yang
disebabkan oleh retensi air dan natrium yang abnormal dalam proporsi yang
kurang lebih sama dimana mereka secara normal berada dalam CES. Hal ini
selalu terjadi sesudah ada peningkatan kandungan natrium tubuh total, yang
pada akhirnya menyebabkan peningkatan air tubuh total.
(3) Penatalaksanaan : Diuretik, Dialisi atau hemofiltrasi arteriovena kontinue
: pada gagal ginjal atau kelebihan beban cairan.
2) Edema (kelebihan cairan pada interstisial).
Oedema, peningkatan berat badan, peningkatan TD (penurunan TD saat
jantung gagal) nadi kuat, asites, krekles (rales). Ronkhi, mengi, distensi vena
leher, kulit lembab, takikardia, irama gallop, protein rendah, anemia, retensi air
yang berlebihan, peningkatan natrium dalam urin.
Penatalaksanaan
Tujuan terapi adalah mengatasi masalah pencetus dan mengembalikan CES
pada normal. Tindakan dapat berupa hal berikut :
a) Pembatasan natrium dan air.
b) Diuretik.
c) Dialisi atau hemofiltrasi arteriovena kontinue : pada gagal ginjal atau
kelebihan beban cairan yang mengancam hidup.
Derajat I : kedalamannya 1- 3 mm dengan waktu kembali 3 detik
Derajat I I : kedalamannya 3-5 mm dengan waktu kembali 5 detik
Derajat III : kedalamannya 5-7 mm dengan waktu kembali 7 detik
Derajat IV : kedalamannya 7 mm dengan waktu kembali 7 detik

8. Kebutuhan Elektrolit
Elektrolit terdapat pada seluruh cairan tubuh. Cairan tubuh mengandung oksigen,
nutrient dan sisa metabolism, seperti karbondioksida yang semuanya disebut dengan
ion. Beberapa jenis garam dalam air akan dipecah dalam bentuk ion elektrolit.
Contohnya, NaCl akan dipecah menjadi ion Na+ dan Cl-. Pacahan elektrolit tersebut
merupakan ion yang dapat menghantarkan arus listrik. Ion yang bermuatan negative
disebut anion dan ion bermuatan positif disebut kation. Contoh kation ayitu natrium,
kalium, kalsium dan magnesium. Sedangkan anion contohnya klorida, bikarbonat dan
fosfat. Komposisi elektrolit dalam plasma adalah:
a. Natrium: 135-145 mEq/lt,
b. Kalium: 3,5-5,3 mEq/lt,
c. Kalsium: 4-5 mEq/lt,
d. Magnesium: 1,5-2,5 mEq/lt,
e. Klorida: 100-106 mEq/lt,
f. Bikarbonat: 22-26 mEq/ltd an
g. Fosfat: 2,5-4,5 mEq/lt.

Pengukuran elektrolit dalam satuan miliequivalen per liter cairan tubuh atau
milligram per 100 ml (mg/100 ml). Equivalen tersebut merupakan kombinasi
kekuatan zat kimia atau kation dan anion dalam molekul.

9. Pengaturan Elektrolit
a. Pengaturan Keseimbangan Natrium
Natrium merupakan kation dalam tubuh yang berfungsi mengatur osmolaritas
dan volume cairan tubuh. Natrium paling banyak terdapat pada cairan ekstrasel.
Pengaturan konsentrasi cairan ekstrasel diatur oleh ADH dan aldosteron.
Aldosteron dihasilkan oleh korteks suprarenal dan berfungsi mempertaha nka n
keseimbangankonsentrasi natrium dalam plasma dan prosesnya dibantu oleh ADH.
ADH mengatur sejumlah air yang diserap kembali ke dalam ginjal dari tubulus
renalis. Aldosteron juga mengatur keseimbangan jumlah natrium yang diserap
kembali oleh darah. Natrium tidak hanya bergerak ke dalam atau ke luar tubuh, tetapi
juga mengatur keeseimbangan cairan tubuh. Eksresi dari natrium dapat dilakukan
melalui ginjal atau sebagian kecil melalui feses, keringat dan air mata.
b. Pengaturan Keseimbangan Kalium
Kalium merupakan kation utama yang terdapat dalam cairan intrasel dan
berfungsi mengatur keseimbangan elektrolit. Keseimbangan kalium diatur oleh
ginjal dengan mekanisme perubahan ion natrium dalam tubulsu ginjal dan sekresi
aldosteron. Aldosteron juga berfungsi mengatur keseimbangan kadar kalium
dalam plasma (cairan ekstrasel).
System pengaturan keseimbangan kalium melalui 3 langkah yaitu:
1) Peningkatan konsentrasi kalium dalam cairan ekstrasel yang menyebabkan
peningkatan produksi aldosterone.
2) Peningkatan jumlah aldosteron akan mempengaruhi jumlah kalium yang
dikeluarkan melalui ginjal.
3) Peningkatan pengeluaran kalium; konsentrasi kalium dalam cairan ekstrasel
menurun.
c. Pengaturan Keseimbangan Kalsium
Kalsium dalam tubuh berfungsi membentuk tulang, menghantarkan impuls
kontraksi otot, koagulasi (pembekuan) darah dan membantu beberapa enzim
pancreas. Kalsium diekskresi melalui urine dan keringat. Konsentrasi kalsium
dalam tubuh diatur oleh hormone paratiroid dalam reabsorpsi tulang. Jika kadar
kalsium darah menurun, kelenjar paratiroid akan merangsang pembentukan
hormone paratiroid yang langsung meningkatkan jumlah kalsium dalam darah.
d. Pengaturan Keseimbangan Klorida
Klorida merupakan anion utama dalam cairan ekstrasel, tetapi tidak dapat
ditemukan pada cairan ekstrasel dan intrasel. Fungsi klorida biasanya bersatu
dengan natrium, yaitu mempertahankan keseimbangan tekanan osmotic dalam
darah. Hipokloremia merupakan siatu keadaan kekurangan kadar klorida dalam
darah, sedangkan hiperkloremia merupakan kelebihan klor dalam darah.
Normalnya, kadar klorida dalam darah pada orang dewasa adalah 95-108 mEq/lt.
e. Pengaturan Keseimbangan Magnesium
Magnesium merupakan kation dalam tubuh, merupakan yang terpenting kedua
dalam cairan intrasel. Keseimbangannya diatur oleh kelenjar paratiroid.
Magnesium diabsorpsi dari saluran pencernaan. Magnesium dalam tubuh
dipengaruhi oleh konsentrasi kalsium. Hipmagnesium terjadi bila konsentrasi
serum turun menjadi < 1,5 mEq/ltd dan hipermagnesium terjadi bila kadar
magnesium serta seum meningkat menjadi > 2,5 mEq/lt.
f. Pengaturan Keseimbangan Bikarbonat
Bikarbonat merupakan elektrolit utama larutan buffer (penyangga) dalam tubuh.
g. Pengaturan Keseimbangan Fosfat
Fosfat (PO4) bersama-sama dengan kalsium berfungsi membentuk gigi dan
tulang. Posfat diserap dari saluran pencernaan dan dikeluarkan melalui urine.

10. Jenis Cairan Elektrolit


Cairan elektrolit adalah cairan saline atau cairan yang memiliki sifat
bertegangan tetap dengan bermacam-macam elektrolit. Cairan saline terdiri atas
cairan isotonic, hipotonik dan hipertonik. Konsentrasi isotonic disebut juga normal
saline yang banyak dipergunakan. Contoh cairan elektrolit:
a. Cairan Ringer’s, terdiri atas: Na+, K+, Cl, Ca2+
b. Cairan Ringer’s Laktat, terdiri atas: Na+, K+, Mg2+, Cl, Ca2+, HCO3
c. Cairan Buffer’s, terdiri atas: Na+, K+, Mg2+, Cl, HCO3
Jenis Cairan Infus
a. Asering
Indikasi:
Dehidrasi (syok hipovolemik dan asidosis) pada kondisi:
gastroenteritis akut, demam berdarah dengue (DHF), luka bakar,
syok hemoragik, dehidrasi berat, trauma.

Komposisi:
Setiap liter asering mengandung:
1) Na 130 mEq,
2) K 4 mEq,
3) Cl 109 mEq,
4) Ca 3 mEq
5) Asetat (garam) 28 mEq

Keunggulan:
1) Asetat dimetabolisme di otot, dan masih dapat ditolelir pada pasien yang
mengalami gangguan hati
2) Pada pemberian sebelum operasi sesar, RA mengatasi asidosis laktat lebih baik
dibanding RL pada neonates
3) Pada kasus bedah, asetat dapat mempertahankan suhu tubuh sentral pada
anestesi dengan isofluran
4) Mempunyai efek vasodilator

Pada kasus stroke akut, penambahan MgSO4 20 % sebanyak 10 ml pada 1000 ml


RA, dapat meningkatkan tonisitas larutan infus sehingga memperkecil risiko
memperburuk edema serebral

b. KA-EN 1B
Indikasi:
1) Sebagai larutan awal bila status elektrolit pasien belum
diketahui, misal pada kasus emergensi (dehidrasi karena
asupan oral tidak memadai, demam)< 24 jam pasca operasi
2) Dosis lazim 500-1000 ml untuk sekali pemberian secara IV. Kecepatan
sebaiknya 300-500 ml/jam (dewasa) dan 50-100 ml/jam pada anak-anak
3) Bayi prematur atau bayi baru lahir, sebaiknya tidak diberikan lebih dari 100
ml/jam
c. KA-EN 3A & KA-EN 3B

1) Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan


harian air dan elektrolit dengan kandungan kalium cukup untuk
mengganti ekskresi harian, pada keadaan asupan oral terbatas
2) Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)
3) Mensuplai kalium sebesar 10 mEq/L untuk KA-EN 3A
4) Mensuplai kalium sebesar 20 mEq/L untuk KA-EN 3B
d. KA-EN MG3
Indikasi :
1) Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan
harian air dan elektrolit dengan kandungan kalium cukup untuk
mengganti ekskresi harian, pada keadaan asupan oral terbatas
2) Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)
3) Mensuplai kalium 20 mEq/L
4) Rumatan untuk kasus dimana suplemen NPC dibutuhkan 400 kcal/L
e. KA-EN 4A
Indikasi :
1) Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak
2) Tanpa kandungan kalium, sehingga dapat diberikan pada pasien dengan
berbagai kadar konsentrasi kalium serum normal
3) Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik

Komposisi (per 1000 ml):


1) Na 30 mEq/L
2) K 0 mEq/L
3) Cl 20 mEq/L
4) Laktat 10 mEq/L
5) Glukosa 40
gr/L f. KA-EN 4B
Indikasi:
1) Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak
usia kurang 3 tahun
2) Mensuplai 8 mEq/L kalium pada pasien sehingga
meminimalkan risiko hipokalemia
3) Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik

1) Na 30 mEq/L
2) K 8 mEq/L
3) Cl 28 mEq/L
4) Laktat 10 mEq/L
5) Glukosa 37,5 gr/L
g. Otsu-NS
Indikasi:
1) Untuk resusitasi
2) Kehilangan Na > Cl, misal diare
3) Sindrom yang berkaitan dengan kehilangan natrium
(asidosis diabetikum, insufisiensi adrenokortikal, luka bakar)
h. Otsu-RL
Indikasi:

1) Resusitasi
2) Suplai ion bikarbonat
3) Asidosis metabolik

i. MARTOS-10
Indikasi:
1) Suplai air dan karbohidrat secara parenteral pada penderita diabetic
2) Keadaan kritis lain yang membutuhkan nutrisi eksogen seperti tumor, infeksi
berat, stres berat dan defisiensi protein

Dosis: 0,3 gr/kg BB/jam


Mengandung 400 kcal/L

j. AMIPAREN

Indikasi:

1) Stres metabolik berat


2) Luka bakar
3) Infeksi berat
4) Kwasiokor
5) Pasca operasi
6) Total Parenteral Nutrition
Dosis dewasa 100 ml selama 60 menit

k. AMINOVEL-600

Indikasi:

1) Nutrisi tambahan pada gangguan saluran GI


2) Penderita GI yang dipuasakan
3) Kebutuhan metabolik yang meningka t
l. PAN-AMIN G
Indikasi:

1) Suplai asam amino pada hiponatremia


dan stres metabolik ringan.
2) Nitrisi dini pasca operasi.

11. Masalah kebutuhan Elektrolit


a. Hiponatremia, merupakan suatu keadaan kekurangan kadar natrium dalam plasma
darah yang ditandai dengan adanya kadar natrium plasma yang kurang dari 135
mEq/L, mual, muntah dan diare.
b. Hipernatremia, suatu keadaan dimana kadar natrium dalam plasma tinggi, yang
ditandai dengan adanya mukosa kering, oliguria/anuria, turgor kulit buruk dan
permukaan kulit membengkak, kulit kemerahan, lidah kering, dll.
c. Hipokalemia, merupakan suatu keadaan kekurangan kadar kalium dalam darah.
Hipokalemia ini dapat terjadi dengan sangat cepat. Sering terjadi pada pasien
yang mengalami diare berkepanjangan.
d. Hiperkalemia, merupakan suatu keadaan dimana kadar kalium dalam darah tinggi.
Keadaan ini sering terjadi pada pasien luka bakar, penyakit ginjal, asidosis
metabolik. Hiperkalemia dditandai dengan adanya mual, hiperaktifitas system
pencernaan, dll.
e. Hipokalsemia, merupakan kekurangan kadar kalsium dalam plasma darah.
Hipokalsemia ditandai dengan adanya kram otot dan karam perut,
kejang,bingung, dll.
f. Hiperkalsemia, merupakan suatu keadaan kelebihan kadar kalsium dalam darah.
Hal ini terjadi pada pasien yang mengalami pengangkatan kelenjar gondok dan
makan vitamin D secara berlebihan. Hiperkalsemia ditandai dengan adanya nyeri
pada tulang, relaksasi otot, batu ginjal, dll, dan kadar kalsium daam plasma lebih
dari 4,3 mEq/L.
g. Hipomagnesia, merupakan kekurangan kadar magnesium dalam darah.
Hipomagnesia ditandai dengan adanya iritabilitas, tremor, kram pada kaki dan
tangan, dll, serta kadar magnesium dalam darah kurang dari 1,3 mEq/L.
h. Hipermagnesia, merupakan kelebihan kadar magnesium dalam darah. Hal ini
ditandai dengan adanya koma, gangguan pernapasan, dan kadar magnesium lebih
dari 2,5 mEq/L.

12. Keseimbangan Asam Basa


Dalam aktivitasnya, sel tubuh memerlukan keseimbangan asam-basa.
Keseimbangan asam-basa dapat diukur dengan pH (derajat keasaman). Dalam
keadaan normal, pH cairan tubuh adalah 7,35-7,45.
Keseimbangan asam-basa dapat dipertahankan melalui proses metabolis me
dengan sistem buffer pada seluruh cairan tubuh dan oleh pernafasan dengan sist em
regulasi (pengaturan di ginjal). Tiga macam sistem larutan buffer cairan tubuh adalah
larutan bikarbonat, larutan buffer fosfat, dan larutan buffer protein. Sistem buffer itu
sendiri terdiri atas natrium bikarbonat (NaHCO3), kalium bikarbonat (KHCO3), dan
asam karbonat (H2CO3).
Pengaturan keseimbangan asam-basa dilakukan oleh paru melalui pengangkuta n
kelebihan CO2 dan H2CO2 dari darah yang dapat menigkatkan pH hingga kondisi
standard (normal)). Ventilasi dianggap memadai apabila suplai O2 seimbang dengan
kebutuhan O2. Pembuangan melalui paru harus seimbang dengan pembentukan Co2
agar ventilasi memadai. Ventilasi yang memadai dapat mempertahankan kadar pCO2
sebesar 40 mmHg.
Jika pembentukan CO2 metabolik meningkat, konsentrasinya dalam cairan
ekstrasel juga meningkat. Sebaliknya, penurunan metabolisme memperkecil
konsentrasi CO2. Jika kecepatan ventilasi paru meningkat, kecepatan pengeluara n
CO2 juga meningkat, dan hal ini menunjukan jumlah C02 yang berkumpul dalam
cairan ekstrasel. Peningkatan dan penurunan ventilasi alveolus efeknya akan
mempengaruhi pH cairan ekstrasel. Peningkatan pCO2 menurunkan pH, sebaliknya
pO2 meningkatkan pH darah. Perubahan ventilasi alveolus juga akan mengubah
konsentrasi ion H+. Sebaliknya, konsentrasi ion H+ dapat mempengaruhi kecepatan
ventilasi alveolus (umpan balik). Kadar pH yang rendah dan konsentrasi ion H+
yang tinggi disebut asidosis, sebaliknya pH yang tinggi dan konsentrasi ion H+ yang
rendah disebut alkalosis.
a. Jenis Asam-Basa
Cairan basa (alkali) digunakan untuk mengoreksi asidosis. Keadaan asidosis
dapat disebabkan oleh henti jantung dan koma diabetika. Contoh cairan alkali adalah
natrium (sodium) laktat dan natrium bikarbonat. Laktat merupakan garam dari asam
lemah yang dapat mengambil ion H+ dari cairan, sehingga mengurangi keasaman
(asidosis). Ion H+ diperoleh dari asam karbonat (H2CO3), yang mana terurai menjadi
HCO3- (bikarbonat) dan H+. Selain sistem pernafasan, ginjal juga berperan untuk
mempertahankan asam-basa yang sangat kompleks. Ginjal mengeluarkan ion hidrogen
dan membentuk ion bikarbonat sehingga pH darah normal. Jika pH plasma turun dan
menjadi lebih asam, ion hidrogen dikeluarkan dan bikarbonat dibentuk kembali.
b. Masalah Keseimbangan Asam-Basa
1) Asidosis Respiratorik
Asidosis respiratorikmerupakan suatu keadaan yang disebabkan oleh kegagalan
sistem pernafasan dalam membuang karbondioksida dari cairan tubuh sehingga
terjadi kerusakan pada pernafasan, peningkatan pCO2 arteri di atas 45 mmHg, dan
penurunan pH hingga < 7,35 yang dapat disebabkan oleh adanya penyakit
obstruksi, trauma kepala, perdarahan, dan lain-lain.
2) Asidosis Metabolik
Asidosis metabolik merupakan suatu keadaan kehilangan basa atau terjadinya
penumpukan asam yang ditandai dengan adanya penurunan pH hingga kurang dari
7,35 dan HCO3 kurang dari 22 mEq/1t.
3) Alkalosis Respiratorik
Alkalosis Respiratorik merupakan suatu keadaan kehilangan CO2 dari paru yang
dapat menimbulkan terjadinya pCO2 arteri < 35 mmHg dan pH > 7,45 akibat
adanya hiperventilasi, kecemasan, emboli paru, dan lain-lain.
4) Alkalosis Metabolik
Alkalosis metabolik merupakan suatu keadaan kehilangan ion hidrogen atau
penambahan basa pada cairan tubuh dengan adanya peningkatan bikarbonat plasma
> 26 mEq/1t dan pH arteri > 7,45 , atau secara umum keadaan asam-basa dapat
dilihat sebagaimana table berikut :

HCO3 Plasma pH Plasma pCO2 Plasma Gangguan Asam-Basa


Meningkat menurun meningkat asidosis respiratorik
menurun menurun menurun asidosis metabolik
menurun meningkat menurun alkalosis respiratorik
meningkat meningkat meningkat alkalosis metabolik

13. Faktor yang mempengaruhi Kebutuhan cairan dan Elektrolit


a. Umur
Asupan cairan individu bervariasi berdasarkan usia. Dalam hal ini, usia berpengaruh terhadap
proporsi tubuh, luas permukaan tubuh, kebutuhan metabolik, serta berat badan. Bayi dan anak di
maasa pertumbuha memiliki proporsi cairan tubuh yang lebih besar dibandingkan orang dewasa.
Karenanya, jumlah cairan yang diperlukan dan jumlah cairan yang hilang juga lebih besar
dibandingkan orang dewasa. Besarnya kebutuhan cairan pada bayi dan anak-anak juga
dipengaruhi oleh laju metabolik yang tinggi serta kondisis ginjal mereka yang belum matur
dibandingka ginjal orang dewasa. Kehilanga cairan dapat terjadi akibat pebgeluaran yang besar
dari kulit dan pernafaasan. Pada individu lansia, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sering
disebabkan oleh masalah jantung atau gangguan ginjal.

Usia Berat badan Kebutuhan (ml)/24 jam


3 hari 3,0 250-300
1 tahun 9,5 1150-1300
2 tahun 11,8 1350-1500
6 tahun 20,0 1800-2000
10 tahun 18,7 2000-2500
14 tahun 45,0 2200-2700
18 tahun 54,0 2200-2700
(dewasa)

b. Aktivitas
Aktivitas hidup seseorang sangat berpengaruh terhadap kebutuhan cairan dan
elektrolit. Aktivitas menyebabkan peningkatan proses metabolism dalam tubuh. Hal
ini mengakibatkan peningkatan haluaran cairan melalui keringat. Dengan demikian,
jumlah cairan yang dibutuhkan juga meningkat. Selain itu, kehilanga n cairan yan
tidak disadari (insensible water loss) juga mengalami peningkatan akibat
peningkatan laju pernafasan dan aktivasi kelenjar
keringat c. Iklim
Normalnya, individu yan tinggal di lingkungan yang iklimnya tidak terlalu
panas tidak akan mengalami pengeluaran cairan yang ekstrem melalui kulit dan
pernafasan. Dalam situasi ini, cairan yang keluar umumnya tidak dapat
diobservasi sehingga disebut sebagai kehilangan cairan yang tidak disadari
(insensible water loss, IWL). Besarnya IWL pada tiap individu bervariasi,
dipengaruhi oleh suhu lingkungan, tingkat metabolism, dan usia.
Individu yang tinggal di lingkunan yang berrsuhu tinggi atau di daerah engan
tingkat kelembaban yang rendah akan lebih sering mengalami kehilangan cairan
dan elektrolit.
d. Diet
Diet seseorang berpengaruh juga terhadap asupan cairan dan elektrolit. Jika asupan makanan
tidak adekuat atau tida seimbang, tubuh berusaha memecah simpanan protein dengan terlebih
dahulu memecah glikogen dan lemak. Kondisi ini mengakibatkan penurunan kadar albumin.
Dalam tubuh, albumin penting untuk mempertahankan tekanan onkotik plasma. Jika tubuh
kekurangan albumin, tekanan
onkotik plasma dapat menurun. Akibatnya, cairan dapat berpindah dari
intravaskuler ke interstisial sehingga terjadi edema di interstisial.
e. Stress
Kondisi stress berpengaruh pada kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh. Saat
stress, tuubuh mengalami peningkatan metabolism seluler, peningk ata n
konsentrasi glukosa darah, dan glkolisis otot. Mekanisme ini mengakibatka n
retensi air dan natrium. Di samping itu, stress juga menyebabkan peningkata n
produksi hormone antidiuretic yang dapat mengurangi produksi urine.
f. Penyakit
Trauma pada jaringan dapat menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit dari
sel/jaringan yang rusak (misalnya luka robek atau luka bakar). Pasien yang
menderita diare juga mengalami peningkatan kebutuhan cairan akibat kehilanga n
cairan melalui saluran gastrointestinal. Gangguan jantung dan ginjal juga dapat
menyebabkan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Sat aliran darh ke ginjal
menurun karena kemampuan pompa jantung menurun, tubuh akan melakukan
“penimbunan”cairan dan natrium sehingga terjadi retensi cairan dan kelebihan
beban cairan (hypervolemia). Lebih lanjut, kondisi ini dapat menyebabkan edema
paru-paru.
Normalnya, urine akan dikeluarkan dalam jumlah yang cukup untuk
menyeimbangkan cairan dan elektrolit serta kadar asam dan basa dalam tubuh.
Apabila asupan cairan banyak, ginjal akan memfiltrasi cairan lebih banyak dan
menahan ADH sehinngga produksi urine meningkat.
g. Tindakan medis
Beberapa tindakan medis menimbulkan efek sekubder terhadap kebutuhan
cairan dan elektrolit tubuh. Tindakan pengisapan cairan lambung dapat
menyebabkan penurunan kadar kalsium dan kalium.
h. Pengobatan
Penggunaan beberapa obat seperti diuretic maupun laksatif secara berlebiha n
dapat menyebabkan peningkatan kehilanagn cairan dalam tubuh. Akibanya,
terjadi deficit cairan tubuh. Selain itu, penggunaan diuretic meyebabkan kehilanga
n natrium sehingga kadar kalium akan meningkat. Penggunaan kortiosteroid dapat
pula menyebabkan retensi natrium dan air dalam tubuh.
i. Pembedahan
Kilen yang mengalami pembedahan beresiko tinggi mengala mi
ketidakseimbangan cairan. Beberapa klien dapat kehilangan banyak darah selama
periode operasi, sedangkan beberapa klien lainnya justru mengalami kelebihan
beban cairan akibat asupan cairan berlebih melalui intravena selama pembedahan
atau sekresi hormone ADH selama masa stress akibat obat-obatan.
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A. Aziz Alimu (2006).Pengantar Kebutuhan DasarManusia-Aplikasi Konsep dan


Proses Keperawatan. Jakarta:Salemba Medika.

Tamsuri,Anas.(2009).Klien Gangguan Keseimbangan Cairan daElektrolit.Jakarta: Buku


Kedokterab EGC

Alimu,A.Aziz.Ketrampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan Edisi 2.Jakarta:Salemba Medika

http://digilib.fk.umy.ac.id

Anda mungkin juga menyukai