ELEKTROLIT
Dosen Pengampu : Yuni Sapto
Disusun Oleh :
Kelompok 1
1. Ahmad Faqih F
2. Eka Mailina I
3. Siti Karina
4. Mey Ferdita
5. Desy Ika P
6. Sumintri
2015/2016
A. KONSEP KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
Kebutuhan cairan dan elektrolit merupakan suatu proses dinamik karena metabolis me
tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespon terhadap stressor fisiologis
dan lingkungan. Cairan dan elektrolit saling berhubungan, ketidakseimbangan yang
berdiri sendiri jarang terjadi dalam bentuk kelebihan atau kekurangan.
4. Jenis Cairan
a. Cairan nutrient
Pasien yang istirahat ditempat tidur memerlukan sebanyak 450 kalori setiap
harinya. Cairan nutrien (zat gizi) melalui intravena dapat memenuhi kalori ini
dalam bentuk karbohidrat, nitrogen dan vitamin yang penting untuk metabolisme.
Kalori dalam cairan nutrient dapat berkidar antara 200-1500/liter.
Cairan nutrient terdiri atas:
1) Karbohidrat dan air, contoh: dextrose (glukosa), levulose (fruktosa), invert
sugar (½ dextrose dan ½ levulose).
2) Asam amino, contoh: amigen, aminosol dan travamin.
3) Lemak, contoh: lipomul dan
liposyn. b. Blood Volume Expanders
Merupakan bagian dari jenis cairan yang berfungsi meningkatkan volume
pembuluh darah setelah kehilangan darah atau plasma. Apabila keadaan darah
sudah tidak sesuai, misalnya pasien dalam kondisi pendarahan berat, maka
pemberian plasma akan mempertahankan jumlah volume darah. Pada pasien
dengan luka bakar berat, sejumlah besar cairan hilang dari pembuluh darah di
daerah luka. Plasma sangat perlu diberikan untuk menggantikan cairan ini. Jenis
blood volume expanders antara lain: human serum albumin dan dextran dengan
konsentrasi yang berbeda. Kedua cairan ini mempunyai tekanan osmotic, sehingga
secara langsung dapat meningkatkan jumlah volume darah.
5. Penghitungan cairan dan kalori pada anak, dewasa, dan lansia
Untuk IWL (Insensible Water Loss) pada anak = (30 - usia anak dalam
tahun) x cc/kgBB/hari
Jika anak mengompol menghitung urine 0,5 cc - 1 cc/kgBB/hari
8. Kebutuhan Elektrolit
Elektrolit terdapat pada seluruh cairan tubuh. Cairan tubuh mengandung oksigen,
nutrient dan sisa metabolism, seperti karbondioksida yang semuanya disebut dengan
ion. Beberapa jenis garam dalam air akan dipecah dalam bentuk ion elektrolit.
Contohnya, NaCl akan dipecah menjadi ion Na+ dan Cl-. Pacahan elektrolit tersebut
merupakan ion yang dapat menghantarkan arus listrik. Ion yang bermuatan negative
disebut anion dan ion bermuatan positif disebut kation. Contoh kation ayitu natrium,
kalium, kalsium dan magnesium. Sedangkan anion contohnya klorida, bikarbonat dan
fosfat. Komposisi elektrolit dalam plasma adalah:
a. Natrium: 135-145 mEq/lt,
b. Kalium: 3,5-5,3 mEq/lt,
c. Kalsium: 4-5 mEq/lt,
d. Magnesium: 1,5-2,5 mEq/lt,
e. Klorida: 100-106 mEq/lt,
f. Bikarbonat: 22-26 mEq/ltd an
g. Fosfat: 2,5-4,5 mEq/lt.
Pengukuran elektrolit dalam satuan miliequivalen per liter cairan tubuh atau
milligram per 100 ml (mg/100 ml). Equivalen tersebut merupakan kombinasi
kekuatan zat kimia atau kation dan anion dalam molekul.
9. Pengaturan Elektrolit
a. Pengaturan Keseimbangan Natrium
Natrium merupakan kation dalam tubuh yang berfungsi mengatur osmolaritas
dan volume cairan tubuh. Natrium paling banyak terdapat pada cairan ekstrasel.
Pengaturan konsentrasi cairan ekstrasel diatur oleh ADH dan aldosteron.
Aldosteron dihasilkan oleh korteks suprarenal dan berfungsi mempertaha nka n
keseimbangankonsentrasi natrium dalam plasma dan prosesnya dibantu oleh ADH.
ADH mengatur sejumlah air yang diserap kembali ke dalam ginjal dari tubulus
renalis. Aldosteron juga mengatur keseimbangan jumlah natrium yang diserap
kembali oleh darah. Natrium tidak hanya bergerak ke dalam atau ke luar tubuh, tetapi
juga mengatur keeseimbangan cairan tubuh. Eksresi dari natrium dapat dilakukan
melalui ginjal atau sebagian kecil melalui feses, keringat dan air mata.
b. Pengaturan Keseimbangan Kalium
Kalium merupakan kation utama yang terdapat dalam cairan intrasel dan
berfungsi mengatur keseimbangan elektrolit. Keseimbangan kalium diatur oleh
ginjal dengan mekanisme perubahan ion natrium dalam tubulsu ginjal dan sekresi
aldosteron. Aldosteron juga berfungsi mengatur keseimbangan kadar kalium
dalam plasma (cairan ekstrasel).
System pengaturan keseimbangan kalium melalui 3 langkah yaitu:
1) Peningkatan konsentrasi kalium dalam cairan ekstrasel yang menyebabkan
peningkatan produksi aldosterone.
2) Peningkatan jumlah aldosteron akan mempengaruhi jumlah kalium yang
dikeluarkan melalui ginjal.
3) Peningkatan pengeluaran kalium; konsentrasi kalium dalam cairan ekstrasel
menurun.
c. Pengaturan Keseimbangan Kalsium
Kalsium dalam tubuh berfungsi membentuk tulang, menghantarkan impuls
kontraksi otot, koagulasi (pembekuan) darah dan membantu beberapa enzim
pancreas. Kalsium diekskresi melalui urine dan keringat. Konsentrasi kalsium
dalam tubuh diatur oleh hormone paratiroid dalam reabsorpsi tulang. Jika kadar
kalsium darah menurun, kelenjar paratiroid akan merangsang pembentukan
hormone paratiroid yang langsung meningkatkan jumlah kalsium dalam darah.
d. Pengaturan Keseimbangan Klorida
Klorida merupakan anion utama dalam cairan ekstrasel, tetapi tidak dapat
ditemukan pada cairan ekstrasel dan intrasel. Fungsi klorida biasanya bersatu
dengan natrium, yaitu mempertahankan keseimbangan tekanan osmotic dalam
darah. Hipokloremia merupakan siatu keadaan kekurangan kadar klorida dalam
darah, sedangkan hiperkloremia merupakan kelebihan klor dalam darah.
Normalnya, kadar klorida dalam darah pada orang dewasa adalah 95-108 mEq/lt.
e. Pengaturan Keseimbangan Magnesium
Magnesium merupakan kation dalam tubuh, merupakan yang terpenting kedua
dalam cairan intrasel. Keseimbangannya diatur oleh kelenjar paratiroid.
Magnesium diabsorpsi dari saluran pencernaan. Magnesium dalam tubuh
dipengaruhi oleh konsentrasi kalsium. Hipmagnesium terjadi bila konsentrasi
serum turun menjadi < 1,5 mEq/ltd dan hipermagnesium terjadi bila kadar
magnesium serta seum meningkat menjadi > 2,5 mEq/lt.
f. Pengaturan Keseimbangan Bikarbonat
Bikarbonat merupakan elektrolit utama larutan buffer (penyangga) dalam tubuh.
g. Pengaturan Keseimbangan Fosfat
Fosfat (PO4) bersama-sama dengan kalsium berfungsi membentuk gigi dan
tulang. Posfat diserap dari saluran pencernaan dan dikeluarkan melalui urine.
Komposisi:
Setiap liter asering mengandung:
1) Na 130 mEq,
2) K 4 mEq,
3) Cl 109 mEq,
4) Ca 3 mEq
5) Asetat (garam) 28 mEq
Keunggulan:
1) Asetat dimetabolisme di otot, dan masih dapat ditolelir pada pasien yang
mengalami gangguan hati
2) Pada pemberian sebelum operasi sesar, RA mengatasi asidosis laktat lebih baik
dibanding RL pada neonates
3) Pada kasus bedah, asetat dapat mempertahankan suhu tubuh sentral pada
anestesi dengan isofluran
4) Mempunyai efek vasodilator
b. KA-EN 1B
Indikasi:
1) Sebagai larutan awal bila status elektrolit pasien belum
diketahui, misal pada kasus emergensi (dehidrasi karena
asupan oral tidak memadai, demam)< 24 jam pasca operasi
2) Dosis lazim 500-1000 ml untuk sekali pemberian secara IV. Kecepatan
sebaiknya 300-500 ml/jam (dewasa) dan 50-100 ml/jam pada anak-anak
3) Bayi prematur atau bayi baru lahir, sebaiknya tidak diberikan lebih dari 100
ml/jam
c. KA-EN 3A & KA-EN 3B
1) Na 30 mEq/L
2) K 8 mEq/L
3) Cl 28 mEq/L
4) Laktat 10 mEq/L
5) Glukosa 37,5 gr/L
g. Otsu-NS
Indikasi:
1) Untuk resusitasi
2) Kehilangan Na > Cl, misal diare
3) Sindrom yang berkaitan dengan kehilangan natrium
(asidosis diabetikum, insufisiensi adrenokortikal, luka bakar)
h. Otsu-RL
Indikasi:
1) Resusitasi
2) Suplai ion bikarbonat
3) Asidosis metabolik
i. MARTOS-10
Indikasi:
1) Suplai air dan karbohidrat secara parenteral pada penderita diabetic
2) Keadaan kritis lain yang membutuhkan nutrisi eksogen seperti tumor, infeksi
berat, stres berat dan defisiensi protein
j. AMIPAREN
Indikasi:
k. AMINOVEL-600
Indikasi:
b. Aktivitas
Aktivitas hidup seseorang sangat berpengaruh terhadap kebutuhan cairan dan
elektrolit. Aktivitas menyebabkan peningkatan proses metabolism dalam tubuh. Hal
ini mengakibatkan peningkatan haluaran cairan melalui keringat. Dengan demikian,
jumlah cairan yang dibutuhkan juga meningkat. Selain itu, kehilanga n cairan yan
tidak disadari (insensible water loss) juga mengalami peningkatan akibat
peningkatan laju pernafasan dan aktivasi kelenjar
keringat c. Iklim
Normalnya, individu yan tinggal di lingkungan yang iklimnya tidak terlalu
panas tidak akan mengalami pengeluaran cairan yang ekstrem melalui kulit dan
pernafasan. Dalam situasi ini, cairan yang keluar umumnya tidak dapat
diobservasi sehingga disebut sebagai kehilangan cairan yang tidak disadari
(insensible water loss, IWL). Besarnya IWL pada tiap individu bervariasi,
dipengaruhi oleh suhu lingkungan, tingkat metabolism, dan usia.
Individu yang tinggal di lingkunan yang berrsuhu tinggi atau di daerah engan
tingkat kelembaban yang rendah akan lebih sering mengalami kehilangan cairan
dan elektrolit.
d. Diet
Diet seseorang berpengaruh juga terhadap asupan cairan dan elektrolit. Jika asupan makanan
tidak adekuat atau tida seimbang, tubuh berusaha memecah simpanan protein dengan terlebih
dahulu memecah glikogen dan lemak. Kondisi ini mengakibatkan penurunan kadar albumin.
Dalam tubuh, albumin penting untuk mempertahankan tekanan onkotik plasma. Jika tubuh
kekurangan albumin, tekanan
onkotik plasma dapat menurun. Akibatnya, cairan dapat berpindah dari
intravaskuler ke interstisial sehingga terjadi edema di interstisial.
e. Stress
Kondisi stress berpengaruh pada kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh. Saat
stress, tuubuh mengalami peningkatan metabolism seluler, peningk ata n
konsentrasi glukosa darah, dan glkolisis otot. Mekanisme ini mengakibatka n
retensi air dan natrium. Di samping itu, stress juga menyebabkan peningkata n
produksi hormone antidiuretic yang dapat mengurangi produksi urine.
f. Penyakit
Trauma pada jaringan dapat menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit dari
sel/jaringan yang rusak (misalnya luka robek atau luka bakar). Pasien yang
menderita diare juga mengalami peningkatan kebutuhan cairan akibat kehilanga n
cairan melalui saluran gastrointestinal. Gangguan jantung dan ginjal juga dapat
menyebabkan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Sat aliran darh ke ginjal
menurun karena kemampuan pompa jantung menurun, tubuh akan melakukan
“penimbunan”cairan dan natrium sehingga terjadi retensi cairan dan kelebihan
beban cairan (hypervolemia). Lebih lanjut, kondisi ini dapat menyebabkan edema
paru-paru.
Normalnya, urine akan dikeluarkan dalam jumlah yang cukup untuk
menyeimbangkan cairan dan elektrolit serta kadar asam dan basa dalam tubuh.
Apabila asupan cairan banyak, ginjal akan memfiltrasi cairan lebih banyak dan
menahan ADH sehinngga produksi urine meningkat.
g. Tindakan medis
Beberapa tindakan medis menimbulkan efek sekubder terhadap kebutuhan
cairan dan elektrolit tubuh. Tindakan pengisapan cairan lambung dapat
menyebabkan penurunan kadar kalsium dan kalium.
h. Pengobatan
Penggunaan beberapa obat seperti diuretic maupun laksatif secara berlebiha n
dapat menyebabkan peningkatan kehilanagn cairan dalam tubuh. Akibanya,
terjadi deficit cairan tubuh. Selain itu, penggunaan diuretic meyebabkan kehilanga
n natrium sehingga kadar kalium akan meningkat. Penggunaan kortiosteroid dapat
pula menyebabkan retensi natrium dan air dalam tubuh.
i. Pembedahan
Kilen yang mengalami pembedahan beresiko tinggi mengala mi
ketidakseimbangan cairan. Beberapa klien dapat kehilangan banyak darah selama
periode operasi, sedangkan beberapa klien lainnya justru mengalami kelebihan
beban cairan akibat asupan cairan berlebih melalui intravena selama pembedahan
atau sekresi hormone ADH selama masa stress akibat obat-obatan.
DAFTAR PUSTAKA
http://digilib.fk.umy.ac.id