Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH MATA KULIAH KGD ASKEP KEGAWATDARURATAN PADA ANAK

DENGAN PENYAKIT URTIKARIA & ANGIODEMA

Disusun : Kelompok 4

Desty Ramadina
Dira Ramdayani
Feby Ayunda Mutiara
Intan Rosmita Dewi
Nabila Mutia Yasmin
Putri Lestari
Silvia Pangestuti
Sri Lestari

Program Study DIII Keperawatan


STIKES RAFLESIA DEPOK 2020/2021

Jl. Mahkota Raya 32-B, Komplek Pondok Duta, Tugu, Cimanggis, Kota Depok, Jawa Barat
16451, Indonesia.

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt. Yang telah memberikan kemudahan
kepada kami, sehingga dapat menyelesaikan Makalah ini yang berjudul “Kegawatdaruratan
Pada Anak Dengan Penyakit Urtikaria & Angiodema”
Sholawat dan salam semoga tercurahkan kepada pahlawan revolusi Islam yang telah
membawa umat manusia dari kegelapan kepada cahaya yang terang benderang yakni
baginda Nabi Muhammad Saw.

Adapun tujuan pembuatan Makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas Mata
Kuliah. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, mohon
maaf apabila dalam penyusunan makalah ini masih terdapat kesalahan-kesalahan yang
merupakan akibat dari kelemahan penulis semata dalam penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari penulisan makalah ini jauh dari sempurna. Namun demikian telah
memberikan manfaat bagi penulis. Akhir kata penulis berharap makalah ini akan dapat
berguna bagi kita semua. Kritik dan saran yang sifatnya membangun akan dengan senang hati
akan diterima.

Penyusun.
Bogor, 04 Januari 2020.

DAFTAR ISI

Kata Pengantar...........................................................................................................................i
Daftar Isi...................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................................................... 2
C. Tujuan ........................................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Anatomi .......................................................................................................................................
.3
B. Pengertian ....................................................................................................................................
.5
C. Etiologi ........................................................................................................................................
.. 6
D. Pathway ........................................................................................................................................
.7
E. Komplikasi ..................................................................................................................................
.. 9
F. Pemeriksaan
diagnosa .................................................................................................................... 9
G. Asuhan
Keperawatan .................................................................................................................... 10 H.
Komplementer .............................................................................................................................. 12
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................................................... 13
DAPTAR PUSTAKA

ii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Urtikaria merupakan suatu kelompok penyakit yang mempunyai kesamaan pola reaksi
kulit yang khas yaitu perkembangan lesi kulit urtikarial yang berakhir 1-24 jam dan/atau
angioedema yang berakhir sampai 72 jam. Sampai saat ini data tentang pasien urtikaria
dan angioedema yang dirawat di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Soetomo belum diteliti.
Urtikaria dan angioedema adalah salah satu masalah kesehatan yang umum dijumpai di
dunia. Urtikaria akut memiliki durasi kurang dari 6 minggu sedangkan urtikaria kronik
lebih dari 6 minggu.Urtikaria akut biasanya dapat ditangani dengan mudah, namun
adanya manifestasi klinis angioedema dapat menyebabkan obstruksi nafas apabila
mengenai laring dan merupakan suatu kegawatan.Urtikaria kronis diasosiasikan dengan
tingginya angka morbiditas dan penurunan kualitas hidup. Angioedema dan lesi urtikaria
yang bertahan lebih dari 72 jam merupakan indikasi pasien dirawat di rumah sakit.
Pendekatan klinis yang dilakukan terhadap pasien urtikaria atau angioedema meliputi
riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan diagnostik untuk mencari penyebab
dan tipe urtikaria.Penatalaksanaan utama pada semua bentuk urtikaria adalah identifikasi
dan penghindaran faktor pencetus serta pemberian antihistamin (AH) dengan pilihan
utama AH1. Pasien dengan urtikaria hebat atau angioedema dapat ditambahkan terapi
kortikosteroid.
Penelitian retrospektif ini dilakukan untuk mengetahui gambaran umum pasien urtikaria
dan angioedema dalam kurun waktu 3 tahun terakhir yaitu tahun 2011-2013 di Instalasi
Rawat Inap Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya, diharapkan
dapat memberikan gambaran mengenai faktor risiko, gambaran klinis, evaluasi
pemeriksaan, serta terapi urtikaria dan angioedema yang banyak ditemukan di
masyarakat.
Frekuensi urtikaria diperkirakan sebesar 20% dari seluruh populasi, dapat terjadi pada
semua umur namun lebih sering pada wanita dan biasanya pada usia 20-40 tahun. Sekitar
40% pasien urtikaria disertai angioedema, 50% hanya dengan urtikaria sedangkan
angioedema saja1sebesar 10%. Ada banyak faktor penyebab urtikaria dan angioedema
seperti toleransi terhadap makanan, infeksi, obat-obatan, trauma fisik dan penyakit
sistemik, namun 70-95% penyebabnya masih belum diketahui terutama pada urtikaria
kronik. Hal ini seringkali menimbulkan masalah fisik, psikis maupun sosial dalam
kehidupan penderita sehari-hari sehingga mempengaruhi kualitas hidupnya.
1
Urtikaria dan angioedema merupakan penyakit yang pengobatannya menitik beratkan
pada etiologinya sehingga dalam penegakan diagnosis sangat diperlukan anamnesis dan
pemeriksaan fisik yang komprehensif untuk menentukan klasifikasi serta pemeriksaan
penunjang yang sesuai agar dapat memberikan edukasi dan terapi yang tepat kepada
pasien serta menghemat biaya yang harus dikeluarkan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja anatomi penyakit urtikaria dan angiodema ?
2. Bagaimana pengertian penyakit urtikaria dan angiodema ?
3. Apa saja penyebab penyakit urtikaria dan angiodema ?
4. Bagaimana pathway penyakit urtikaria dan angiodema ?
5. Apa saja komplikasi penyakit urtikaria dan angiodema ?
6. Apa saja pemeriksaan diagnosa penyakit urtikaria dan angiodema ?
7. Bagaimana asuhan keperawatan penyakit urtikaria dan angiodema ?
8. Apa saja keperawatan komplementer yang bisa dilakukan pada penyakit tersebut ?

C. Tujuan
1. Agar mahasiswa mengetahui tentang anatomi penyakit urtikaria dan angiodema.
2. Agar mahasiswa mengetahui tentang pengertian penyakit urtikaria dan angiodema.
3. Agar mahasiswa mengetahui tentang penyebab penyakit urtikaria dan angiodema.
4. Agar mahasiswa mengetahui tentang pathway penyakit urtikaria dan angiodema.
5. Agar mahasiswa mengetahui tentang komplikasi penyakit urtikaria dan angiodema.
6. Agar mahasiswa mengetahui tentang pemeriksaan diagnosa penyakit urtikaria dan
angiodema.
7. Agar mahasiswa mengetahui tentang asuhan keperawatan penyakit urtikaria dan
angiodema.

8. Agar mahasiswa mengetahui tentang keperawatan komplementer yang bisa dilakukan


pada penyakit tersebut.
BAB II PEMBAHASAN

A. Anatomi
Kulit merupakan organ terluas di tubuh manusia. Jika dibentangkan, kulit tubuh orang
dewasa memiliki luas sekitar dua meter persegi — bisa menutupi sebuah pintu. Luasnya
kulit kita berfungsi untuk melindungi setiap otot, jaringan, serta organ-organ penting

2
dalam tubuh. Kulit juga berfungsi untuk membantu mengatur suhu tubuh sekaligus
sebagai indra peraba. Selain itu, kulit manusia juga berperan sebagai produsen vitamin D
yang penting untuk kesehatan tulang. Itu sebabnya kita harus selalu menjaga kesehatan
kulit.
Tebal-tipis dan warna-warni kulit bisa berbeda antar orang, tergantung dari banyak faktor
— termasuk genetik, ras, usia, hingga jenis kelamin. Ada juga beberapa orang yang
memiliki kulit lebih berbulu daripada yang lainnya. Terlepas dari semua itu, pada
dasarnya kulit terdiri dari 3 lapisan utama :
1. Epidermis

Sumber: Teach Me Anatomy

Epidermis adalah lapisan kulit pertama dan yang terluar, satu-satunya lapisan kulit
yang bisa dilihat oleh mata telanjang. Anatomi kulit epidermis sebagian besar
dibentuk oleh lapisan keratinosit, yang memproduksi keratin. Epidermis itu sendiri
kemudian dibagi lagi menjadi 5 lapisan, yaitu: a. Stratum basal: tempat produksi
keratinosit yang utama
b. Stratum spinosum: keratinosit yang terbentuk kemudian berikatan dengan
sambungan interseluler yang disebut desmosom

c. Stratum granulosum: tempat sel-sel kulit menghasilkan lemak dan molekul


lainnya
d. Stratum lucidum: berfungsi untuk memproduksi keratin yang lebih banyak
e. Stratum korneum: lapisan epidermis teratas, yang tetap memproduksi keratin
Keratinosit biasanya membutuhkan waktu antara 30 sampai 40 hari untuk
melakukan perjalanan dari stratum basale ke stratum korneum.
Ada juga 3 lapisan sel non-keratinosit yang menghuni epidermis, yaitu:

3
a. Melanosit: bertanggung jawab dalam memproduksi melanin (pigmen pemberi
warna kulit). Semakin banyak melanin yang diproduksi, warna kulit akan semakin
gelap. Produksi melanin dipengaruhi oleh genetik Anda.
b. Sel langerhans: berfungsi sebagai sel penghubung dan sistem pertahanan kulit
c. Sel merkel: fungsinya sebagai salah satu reseptor kulit 2. Dermis

Sumber: Teach Me Anatomy

Dermis adalah lapisan kulit kedua setelah epidermis. Dermis berfungsi sebagai
pelindung dalam tubuh. Strukturnya lebih tebal daripada dermis, meski hanya terdiri
dari dua lapisan — lapisan papiler superfisial dan lapisan retikuler.
Lapisan retikuler jauh lebih tebal daripada lapisan papiler dan memiliki kumpulan
serat kolagen.
Beberapa struktur sel yang dapat ditemukan di dermis, yaitu:
a. Fibroblas: berfungsi untuk memproduksi kolagen dan elastin
b. Sel mast: sel ini mengandung histamin granul yang berasal dari sistem kekebalan
tubuh
c. Pelengkap kulit: tempat berkumpulnya folikel rambut, kelenjar sebasea (kelenjar
minyak), dan kelenjar keringat. Pertumbuhan kuku juga dimulai di sini.

3. Subkutan (hipodermis)

Lapisan hipodermis adalah lapisan kulit paling terdalam, yang juga sering disebut
dengan lapisan subkutan atau subkutis. Lapisan subkutan mengandung lemak paling
banyak untuk melindungi tubuh serta membantu tubuh untuk menyesuaikan diri
dengan suhu luar. Hipodermis juga berperan sebagai pengikat kulit ke otot dan
berbagai jaringan yang ada di bawahnya.

B. Pengertian

4
1. Urtikaria
Urtikaria adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya edema kulit superfisial
setempat dengan ukuran bervariasi sering dikelilingi oleh halo eritem yang disertai rasa
gatal atau panas. Ruam urtikaria cepat timbul dan hilang perlahan-lahan dalam 1-24
jam.
Urtikaria adalah erupsi pada kulit yang berbatas tegas dan menimbul (bentol),
berwarna merah, memutih bila ditekan, dan disertai rasa gatal. Urtikaria dapat
berlangsung secara akut, kronik, atau berulang. Urtikaria akut umumnya berlangsung
beberapa jam sampai beberapa hari.
Secara histologis, pada urtikaria nampaknya adanya edema pada dermis bagian atas
yang disertai dengan dilatasi pembuluh darah vena dan limfatik (Zuberbier et al.,
2014).
2. Angiodema
Angioedema adalah urtikaria yang terjadi pada lapisan dermis bagian bawah atau
subkutis, sering mengenai wajah dan membran mukosa seperti bibir, laring dan
genetalia. Pada angioedema lebih dominan rasa nyeri daripada gatal dan ruamnya
hilang secara perlahan dalam 72 jam.
Angiodema dapat memberikan gejala berupa sensasi nyeri, terbakar, tidak gatal,
berupa edema yang terbatas tidak tegas pada dermis dalam dan subkutan atau
membran mukosa.
Angioedema dapat menyebabkan obstruksi nafas sehingga merupakan
kegawatdaruratan dan lesi urtikaria yang bertahan lebih dari 72 jam merupakan
indikasi pasien rawat inap.
Angioedema dapat dibedakan menjadi angioedema yang disertai urtika dan tanpa
urtika. Berdasarkan penyebabnya angioedea tanpa urtika dibagi menjadi : a.
Angioedema defisiensi C1INH herediter.
b. Angioedema defisiensi C1INH dapatan.
c. Angioedema karena obat-obatan.
d. Angioedema berhubungan dengan delayed pressure.
e. Angioedema idiopatik.
Terdapat dua mediator pada angiodema yang bertanggung jawab, yaitu histamin dan
bradikinin. Sebagian besar angiodema yang terjadi adalah dimediator oleh histamin,
namun perlu diwaspadai gejala angiodema yang dimediatori oleh bradikinin
(Bernstein et al., 2017).

C. Penyebab
1. Alergi terhadap obat-obatan, makanan tertentu (kerang, udang, dan telur), sengatan
serangga, dan kadang karena menghirup alergen, seperti bulu binatang.
2. Zat pengawet
3. Infeksi bakteri atau virus
4. Faktor stress memperparah urtikaria (Hembing Wijayakusuma, 2008).
Paparan urtikaria akut tidak diketahui. Namun, beberapa penyebab yang dapat diketahui
anatara lain makanan, penggunaan obat-obatan, paparan lingkungan (pollen, zat kimia,

5
tanaman, jamur, dll), paparan terhadap lateks, tekanan pada kulit, paparan panas/dingin,
stress emosional, kehamilan, infeksi, malaria, dan infeksi parasit (Goyal et al., 2017).

D. Pathway
1. Urtikaria

6
2. Angiodema

7
E. Komplikasi
1. Urtikaria
Lesi urtikaria bisa sembuh tanpa komplikasi. Namun pasien dengan gatal yang hebat
bisa menyebabkan purpura dan excoriasi yang bisa menjadi infeksi sekunder.

8
Penggunaan antihistamin bisa menyebabkan somnolens dan bibir kering. Pasien
dengan keadaan penyakit yang berat bisa mempengaruhi kualitas hidup.
2. Angiodema
Komplikasi angiodema yang paling berbahaya adalah pembengkakan laring ,
tenggorokan, saluran napas atas dapat menyebabkan kesulitan bernapas, asfiksia dan
bahkan kematian. Nyeri tenggorokan, disfonia, dan disfasia merupakan gejala dari
keterlibatan laring. Pembengkakan pada laring dapat menyulitkan proses intubasi.
Angiodema juga dapat menyebabkan rasa nyeri dan perubahan fisik sehingga dapat
menyebabkan gangguan pada kualitas hidup pasien.

F. Pemeriksaan Diagnosa
1. Laboratorium
Hitung darah lengkap dengan diferensial, profil kimia, laju endap darah (LED),
pengukuran TSH, urinalisis dan biakan urine, antibody antinuclear.
2. Radiografik
Radiograf dada, foto sinus, foto gigi, atau panorex.
3. Uji selektif
Krioglobulin, analisis serologic hepatitis dan sifilis, factor rheumatoid, komplemen
serum, IgM, IgE serum.
4. Biopsi kulit
Jika laju endap darah meningkat, lakukan biopsi menyingkirkan kulit untuk
kemungkinan vaskulitis urtikaria.

G. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
b. Keluhan utama : biasanya pasien mengeluh gatal, rambut rontok, luka dikulit.
c. Riwayat kesehatan
9
1) Riwayat kesehatan sekarang
Tanyakan pada pasien sejak kapan merasakan keluhan seperti yang ada pada
keluhan utama dan tidakan apa yang dilakukan
pasien untuk menanggulanginya.
2) Riwayat kesehatan dahulu
Apakah pasien sebelumnya pernah mengalami penyakit yang sama atau
penyakit kulit lainnya.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Apakah keluarga pasien ada yang mengalami penyakit yang sama atau
penyakit kulit lainnya.
4) Riwayat psikososial
Apakah pasien mengalami kecemasan yang berlebihan. Apakah sedang
mengalami stress yang berkepanjangan.
5) Riwayat pemakaian obat
Apakah pasien pernah memakai obat-batan yang dipakai dikulit, atau
pernahkah pasien tidak tahan (alergi) terhadap suatu abat.
6) Pemeriksaan fisik
Kesadaran umum : lemah
TTV : suhu naik atau turun
Kepala : bila kulit kepala sudah terkena bisa terjadi alopesia.
Mulut : dapat juga mengenai membrane mukosa terutama yang disebabkan
oleh obat.
Abdomen : adanya limfadenopati dan hepatomegali.
Ekstermitas : perubahan pada kuku dan kuku dapat lepas.
Kulit : kulit periorbital mengalami inflamasi dan edema sehingga terjadi
ekstropion pada keadaan kronis dapat terjadi gangguan pigmentasi. Adanya
eritema, pengelupasan kulit, sisik halus dan skuama.

2. Diagnosa
a. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan proses penyakit.
Tujuan :
− Tanda-tanda vital dalam rentang normal
− Menyatakan rasa nyaman

10
Intervensi :
− Gunakan pendekatan yang menenangkan.
− Observaasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan.
− Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi.
− Ajarkan teknik non farmakologis : teknik distraksi.
b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan permiabilitas kapiler.
Tujuan :
− Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan
− Tidak ada luka/lesi pada kulit −
Tidak ada tanda-tanda infeksi
− Menunjukan terjadinya proses penyembuhan luka −
Ketebalan dan tekstur jaringan normal.
Intervensi :
− Anjurkan pasien untuk memakai pakaian yang longgar.
− Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering.
− Monitor kulit akan adanya kemerahan.
− Observasi luka.
− Lakukan teknik perawatan luka dengan steril/non steril.
− Ajarkan pada keluarga pasien tentang luka dan perawatan luka.

c. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan proses penyakit.


Tujuan :
− Body image positif
− Mampu mengidentifikasi kekuatan personal.
Intervensi :
− Kaji secara verbal dan nonverbal respon klien terhadap tubuhnya.
− Monitor frekuensi mengkritik dirinya.
11
− Menjelaskan tentang pengobatan, perawatan, kemajuan, dan prognosis
penyakit.
− Dorong klien mengungkapkan perasaannya.

H. Keperawatan Komplementer
1. Tanaman leunca (Solanum nigrum)
Cara penggunaan :
− Cuci bersih leunca, haluskan.
− Balutkan luka yang terkena biduran sampai warna kulit menjadi hijau. Lakukan 23
kali sehari.
2. Tanaman daun sirih (Piper betle) Cara
penggunaan :
− Cuci bersih daun sirih, rebus dengan 1 liter air hingga mendidih, lalu saring.
− Setelah dingin, gunakan airnya untuk mencuci (mengompres) bagian yang sakit.
3. Tanaman jahe (Zingiber officinale)
Cara penggunaan :
− Cuci bersih jahe, tumbuk.
− Rebus dengan air 1 liter hingga mendidih, lalu saring.
− Kemudian minum airnya.
4. Tanaman kunyit (Curcuma longa) Cara
penggunaan :
− Cuci bersih kunyit, lalu tumbuk.
− Rebus dengan air 600cc hingga air tersisa 200cc, lalu saring dan minum.

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
Urtikaria merupakan suatu kelompok penyakit yang mempunyai kesamaan pola reaksi
kulit yang khas yaitu perkembangan lesi kulit urtikarial yang berakhir 1-24 jam dan/atau
angioedema yang berakhir sampai 72 jam.

12
Urtikaria adalah erupsi pada kulit yang berbatas tegas dan menimbul (bentol), berwarna
merah, memutih bila ditekan, dan disertai rasa gatal. Urtikaria dapat berlangsung secara
akut, kronik, atau berulang.
Angiodema dapat memberikan gejala berupa sensasi nyeri, terbakar, tidak gatal, berupa
edema yang terbatas tidak tegas pada dermis dalam dan subkutan atau membran mukosa.
Beberapa penyebab yang dapat diketahui anatara lain makanan, penggunaan obat-obatan,
paparan lingkungan (pollen, zat kimia, tanaman, jamur, dll), paparan terhadap lateks,
tekanan pada kulit, paparan panas/dingin, stress emosional, kehamilan, infeksi, malaria,
dan infeksi parasit.
Komplikasi urtikaria menyebabkan purpura dan excoriasi yang bisa menjadi infeksi
sekunder, sedangkan angiodema pembengkakan laring , tenggorokan, saluran napas atas
dapat menyebabkan kesulitan bernapas, asfiksia dan bahkan kematian.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan laboratorium,
radiografik, uji selektif, dan biopsi kulit.
Tanaman herbal yang dapat membantu pada penyakit urtikaria dan angiodema adalah
tanaman leunca, jahe, sirih dan kunyit.

13
DAFTAR PUSTAKA

Fitria. 2013. “Aspek Etiologi Dan Klinis Pada Urtikaria Dan Angioedema”. JURNAL
KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 13 Nomor 2 Agustus 2013.
Nurarif, A. H & Kusuma, H. 2015. “Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Mediis & NANDA NIC-NOC”. Jakarta : MediAction.
Wijayakusuma, Hembing. 2008. “Buku Ramuan Lengkap Herbal Taklukan Penyakit”.
Jakarta : Pustaka Bunda.
Wirantari, Nadia., dkk. 2014. “Jurnal Urtikaria dan Angioedema: Studi Retrospektif”.
Berkala Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin - Periodical of Dermatology and
Venereology. Vol. 26 / No. 3 / Desember 2014.

Anda mungkin juga menyukai