Anda di halaman 1dari 21

GANGGUAN KULIT AKIBAT ZAT KIMIA

MAKALAH
Ditujukan untuk Memenuhi Tugas Ujian Akhir Mata Kuliah Anatomi
Fisiologi Semester Dua

Oleh :
Kelompok 3
Maryam Ulfah Sholihah
Silvia Dwi Apriliani
Fitri Ardiani
Tambunan Helen Bestiar
Khojanatussaadah
Daniel Abdu Syukur
Siti Nur Hawa
Syifa Rabwatul Hanoun
Ika Nurjanah
Titi Rizqi Setiasih

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN


POLITEKNIK KESEHATAN
BANDUNG
2015

KATA PENGANTAR
Dengan mengucap Puji Syukur kehadirat Allah S.W.T kami dapat
menyelelesaikan makalah tentang GANGGUAN KULIT AKIBAT ZAT
KIMIA ini dengan baik tanpa hambatan. Sehingga makalah kami dapat
tersusun dengan baik.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini, merasa
masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi.
Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembelajaran untuk kedepannya.

Bandung, 2015

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1. Latar Belakang......................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah................................................................................1
1.3. Tujuan dan Manfaat..............................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................3
2.1. Pengertian Zat Kimia.............................................................................3
2.2. Jenis Zat Kimia yang Dapat Merusak Kulit Berdasarkan Lama
Pemaparan...................................................................................................3
2.3. Pengertian Gangguan Kulit...................................................................5
2.4. Jenis Gangguan Kulit Akibat Zat Kimia.................................................5
2.5. Jenis Gangguan Kulit Akibat Zat Kimia.................................................7
2.6.

Cara Pengobatan Gangguan Kulit..................................................13

2.7. Cara Pencegahan Gangguan Kult Akibat Zat Kimia...........................15


BAB III...................................................................................................................16
KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................................16
3.1. KESIMPULAN.....................................................................................16
3.2. SARAN................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................17

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Penggunaan zat kimia dalam kehidupan sehari-hari tentu tidak
dapat dipisahkan. Bahan kimia merupakan suatu zat yang sudah menjadi
kebutuhan dalam penunjang kehidupan dalam segala bidang terutama
pekerjaan. Pekerjaan yang berhubungan dengan zat-zat kimia tentu harus
mendapatkan perlakuan khusus agar dalam pengerjaan tidak
menimbulkan kecelakaan dalam bekerja.
Gangguan yang dapat ditimbulkan dalam kesalahan dalam
penggunaan zat kimia salah satunya adalah gangguan kulit. Akibat yang
ditimbulkan dapat berupa sementara atau permanen. Kecacatan seperti
itu dapat saja terjadi jika dalam pengerjaan tidak dilengkapi dengan alat
pelindung diri yang memadai. Selain itu sikap seorang pekerja dalam
menggunakan zat-zat kimia haruslah sesuai dengan prosedur yang telah
ditentukan.
Kulit merupakan bagian pembungkus tubuh yang paling luar. Kulit
merupakan aset yang berharga bagi manusia. Sudah banyak kasus
kecelakaan dalam penggunaan zat kimia berbahaya, cacat permanen
bahkan sampai meninggal dunia adalah contoh yang ditimbulkan akibat
zat kimia.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa Pengertian Zat Kimia.
2. Apa saja Jenis Zat Kimia yang Dapat Merusak Kulit Berdasarkan
Lama Pemaparan.
3. Apa Pengertian Gangguan Kulit.
4. Apa saja Jenis Gangguan Kulit Akibat Zat Kimia.

5. Bagaimana Mekanisme Gangguan Kulit akibat zat kimia.


6. Bagaimana Cara Pengobatan Gangguan Kulit akibat zat
kimia.
7. Bagaimana Cara Pencegahan Gangguan Kult Akibat Zat Kimia.

1.3. Tujuan dan Manfaat


1. Untuk mengetahui pengertian zat kimia
2. Untuk mengetahui jenis zat kimia yang dapat merusak kulit
berdasarkan lama pemaparan
3. Untuk mengetahui pengertian gangguan kulit
4. Untuk mengetahui jenis gangguan kulit akibat zat kimia
5. Untuk mengetahui mekanisme gangguan kulit
6. Untuk mengetahui cara pengobatan gangguan kulit akibat zat
kimia
7. Untuk mengetahui cara pencegahan gangguan kulit akibat zat
kimia

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Zat Kimia


Zat kimia adalah semua materi dengan komposisi kimia tertentu.
Sebagai contoh, suatu cuplikan air memiliki sifat yang sama dan rasio
hidrogen terhadap oksigen yang sama baik jika cuplikan tersebut diambil
dari sungai maupun dibuat di laboratorium. Suatu zat murni tidak dapat
dipisahkan menjadi zat lain dengan proses mekanis apapun. Zat kimia
yang umum ditemukan sehari-hari antara lain adalah air, garam (natrium
klorida), dan gula (sukrosa). Secara umum, zat terdapat dalam bentuk
padat, cair, atau gas, dan dapat mengalami perubahan fase zat sesuai
dengan perubahan temperatur atau tekanan.

2.2. Jenis Zat Kimia yang Dapat Merusak Kulit Berdasarkan


Lama Pemaparan
a. Asam Kuat
Termasuk asam kuat sulphuric, nitric, hydrocloric, chromic, glacial
acetic, dan lain-lain. Asam-asam kuat sangat merusak kulit,
merusak/menghancurkan kertas, kayu, pakaian, dan juga menyerang
banyak jenis logam.
b. Basa Kuat
Termasuk basa kuat caustic soda (soda api), caustic potash, lime,
sodium peroxide, dan lain-lain. Percikan bahan-bahan kimia basa harus
segera dicuci dengan sabun dan air atau antidote yang khusus. Percikan
pada mata harus diairi dengan botol berisi pencuci mata yang tersedia.
Luka atau luka bakar harus segera diobati dokter.

c. Berbagai Zat Kimia Lain Yang Berbahava


Zat-zat kimia yang bereaksi keras dengan air seperti : titanium
chloride, aluminium chloride, thionyl chloride, chloro sulphonic
acids, sulphonyl chloride, phosphorus chlorides. Dalam hal ini
sulphur dioxide dan/atau hydrogen chloride mungkin dihasilkan yang
menyebabkan luka pada paru-paru.
AgNO3

: senyawa ini beracun dan korosif, serta

mudah terbakar. Dapat menyebabkan luka bakar dan kulit melepuh,


begitupun gas atau uapnya
HCl
: HCl pekat dapat merusak kulit(luka
bakar maupun kulit melepuh) karena bersifat korosif, larutannya
dapat menyebabkan iritasi kulit
H2SO4
: Dapat merusak kulit karena bersifat
korosif, menyebabkan luka parah pada kulit
NaOH dan KOH
: bersifat korosif dan dapat
menyebabkan iritasi kulit
HF

: dapat menyebabkan iritasi kulit karena

bersifat korosif
Sodium Lauryl Sulfate

: iritasi pada kulit, alergi, gatal-gatal, kulit

kering
Petrolatum

: bahan ini akan menutupi lubang pori-

pori yang ada di muka sehingga kulit tidak bisa bernapas dan
mengeluarkan racun yang ada di dalamnya
Butil Asetat
: menyebabkan retaknya kulit atau kulit
kering
Merkuri

: menyebabkan alergi, iritasi kulit,

kerusakan kulit bahkan kanker kulit karena merkuri bersifat


karsinogenic
Alkohol

: dapat mengikis lapisan minyak alami

kulit, membuka lapisan acid mantle, munculnya bintik-bintik coklat


di kulit dan tanda-tanda penuaan dini
Bromine
: dapat menyebabkan luka bakar hebat
dan sangat iritasi pada mata, hidung dan paru-paru.

2.3. Pengertian Gangguan Kulit


Gangguan atau penyakit kulit merupakan kelainan kulit yang
diakibatkan oleh adanya jamur, kuman-kuman, parasit, virus maupun
infeksi. Penyakit kulit dapat menyerang keseluruh atau sebagian tubuh
tertentu. Penyakit kulit dapat menyerang siapa saja terutama mereka yang
berhubungan dengan bahan bahan kimia. Kelainan kulit timbul akibat
kerusakan sel yang disebabkan oleh bahan iritan melalui kerja kimiawi
atau fisis. Bahan iritan merusak lapisan tanduk, denaturasi keratin,
menyingkirkan lemak lapisan tanduk, dan mengubah daya ikat air di kulit
(Sularsito dan Djuanda, 2007).

2.4. Jenis Gangguan Kulit Akibat Zat Kimia


Dermatitis Kontak
Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai
respon terhadap pengaruh faktor eksogen dan atau faktor endogen,
menimbulkan kelaianan klinis berupa efloresensi yang polimorfik berupa
eritema, edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi dan disertai keluhan
gatal. Tanda polimorfik tidak selalu timbul bersamaan, bahkan mungkin
hanya beberapa (oligomorfik) (Sularsito dan Djuanda, 2007).
Dermatitis kontak adalah kondisi peradangan pada kulit yang
disebabkan oleh faktor eksternal, substansi-substansi partikel yang
berinteraksi dengan kulit (National Occupational Health and Safety
Comission, 2006).
Dikenal dua macam dermatitis kontak yaitu dermatitis kontak alergi dan
dermatitis kontak iritan, keduanya dapat bersifat akut maupun kronis
(Sularsito dan Djuanda, 2007).

Dermatitis Kontak Alergi (DKA)

Dermatitis kontak alergi adalah hipersensitivitas tipe lambat, hasil


dari kontak kulit dengan alergen yang spesifik pada orang-orang yang
mempunyai sensitivitas yang spesifik terhadap alergen tersebut. Reaksi
alergi tersebut menyebabkan inflamasi pada kulit yang bermanifestasi
eritema, edema, dan vesikel (Hogan D.J, 2011).
Penyebab DKA adalah bahan kimia sederhana dengan berat
molekul umumnya rendah (<1000 dalton), merupakan alergen yang belum
diproses, disebut hapten, bersifat lipofilik, sangat reaktif, dapat menembus
stratum korneum sehingga mencapai sel epidermis dibawahnya (sel
hidup). Berbagai faktor berpengaruh dalam timbulnya DKA, misalnya
potensi sensitisasi alergen, dosis per unit area, luas daerah yang terkena,
lama pajanan, oklusi, suhu dan kelembapan lingkungan, vehikulum, dan
pH. Juga faktor individu, misalnya keadaan kulit pada lokasi kontak
(keadaaan stratum korneum, ketebalan epidermis), dan status imunologik
(misalnya sedang menderita sakit, terpajan sinar matahari) (Sularsito dan
Djuanda, 2007).
Dermatitis Kontak Iritan (DKI)
Dermatitis kontak iritan (DKI) merupakan reaksi peradangan kulit
nonimunologik, dengaan patofisiologi yang kompleks dan kerusakan kulit
terjadi langsung tanpa didahului proses sensitisasi. Dermatitis kontak iritan
sangat berbeda dengan dermatitis kontak alergi dari proses terjadinya
(Sularsito dan Djuanda, 2007 ; Chowdhury dan Maibach, 2007).
Jangka waktu dan frekuensi paparan

Akut : pemaparan bahan kimia selama kurang dari 24 jam

Sub akut : pemaparan berulang terhadap suatu bahan kimia untuk


jangka waktu 1 bulan atau kurang

Subkronik : pemaparan berulang terhadap suatu bahan kimia untuk


jangka waktu 3 bulan

Kronik : pemaparan berulang terhadap bahan kimia untuk jangka


waktu lebih dari 3 bulan

Interaksi bahan kimia yang terjadi melalui mekanisme kulit

Absorbsi toksikan pada kulit


Umumnya kulit relatif impermeabel, karenanya merupakan
pelindung yang baik untuk mempertahankan fungsi kulit manusia
dari lingkungannya. Meskipun demikian beberapa zat kimia dapat
diserap lewat kulit dalam jumlah yang cukup banyak sehingga
menimbulkan efek sistemik. Contoh : insektisida dapat
menyebabkan kematian pada petani setelah diabsorbsi melalui
kulit.

2.5. Jenis Gangguan Kulit Akibat Zat Kimia


Tabel 2.1. Bahan- bahan paparan pada pekerja
yang paling sering berhubungan dengan penyakit kulit (Peate,
2002).
Paparan
Kulit

Pekerja yang Beresiko

Bah

Semua pekerja

an

kontak iritan,

Kimi
a

Penyakit
Dermatitis

Bekerja di konstruksi, getah

dermatitis kontak
alergi
perkerja pos, dan

karet, logam, dan masonry

pekerja konstruksi)

workers

Sinar
Matah

Pekerja lapangan (kerja


telekomunikasi, nelayan,

ari

Keloid,

ran lesi dengan adanya

melanoma,

perubah

lichen planus dan

kulit

an

psoriasis (Koebners

terbakar,

pigmen

phenomenon)

dermatitis

pascainfl

fotoalergik,

Actinic keratosis,

amasi,

melanosis

karsinoma (sel basal,

penyeba

sel squamous),

Panas Penggali tambang, pekerja lapangan

Miliaria,
folikulitis,
tinea pedis

Dingin Pelaut dan nelayan, pekerja lapangan Reynauds


disease,urtikaria,xerosis
Moisture

Koki, bartender, tukang


cuci, penata rambut

Dermatitis kontak
iritan, paronychia
Terbakar, nekrosis kulit

Rhusgenus (poison oak,


poison ivy)
Listrik

Dapat terbakar kulit

Tukang listrik,pekerja

telekomunikasi
Radi
asi
ion

Pekerja

radiografi,

pekerja

pada industri energi nuklir

Kanker kulit,
dermatitis radiasi
kronik dan akut,
alopesia,
kerusakan kuk

Bentuk Kelainan Kulit (Ruam)


Menurut Satiti Retno Pudjiati, bentuk kelainan kulit atau
patologi kulit terdiri atas:
Makula
Makula adalah perubahan warna kulit tanpa disertai
perubahan konsistensi dan permukaannya. Makula berukuran <
1 cm, sedangkan jika >1cm disebut patch.
Beberapa contoh makula :
Makula hitam pada freckles
Makula putih pada vitiligo
Makula merah (eritem) pada dermatitis
Papula
Papula adalah penonjolan kulit yang solid dengan diameter
< 0,5 cm. Terjadinya papula karena adanya proses:
Infiltrat pada papilla dermis:
-

Proses inflitrasi selular pada kasus lichen nitidus

Proses non-selular pada kasus lichen amiloidosis

Hiperplasia epidermis:
-

Veruka-molluscum contagiosum

Plak
Plak adalah kelaianan kulit seperti papula dengan
pemukaan datar dan diameter > 0,5cm. Plak dapat terjadi karena
perluasan suatu papula, tetapi juga karena gabungan atau
konfluensi dari beberapa papula, misalnya:
- Lichen simplex
-

Psoriasi

Urtika
Penonjolan
cepat,

kulit

dengan

batas

tegas,

timbulnya

tetapi hilangnya juga cepat; biasanya berwana

kemerahan dan pucat di bagian tengah,sering terdapat


pseudopodia (kaki semu). Urtika timbul disebabkan karena
adanya edema interselular yang biasanya merupakan
kelanjutan dari meningkatnya permeabilitas kapiler dan hampir
tidak pernah dijumpai adanya infiltrat radang. Biasanya urtika
timbul akibat adanya reaksi alergi, atau reaksi hipersensitifitas.
Urtika yang timbul di jaringan yang longgar, seperti dikelopa k
ma t a, bi bir, d an scr otu m b i asa ny a ber uk ura n bes ar
(lu as) da n dinamakan angioedema.
Vesikel
Vesikel merupakan gelembung berisi cairan sebum,
beratap, berukuran kurang dari 0,5 cm, dan memmpunyai dasar,
vesikel berisi darah disebut vesikel hemoragik.
Kista
Kista merupakan ruangan berdinding dan berisi cairan,
sel, maupun sisa sel. Kista terbentuk bukan akibat
peradangan, walaupun kemudian dapat meradang. Dinding
kista merupakan selaput yang terdiri atas jaringan ikat yang
dilapisi oleh sel epitel dan endotel. Kista terbentuk dari kelenjar
yang melebar dan tertutup, saluran kelenjar, pembuluh darah,
saluran getah bening, atau lapisan epidermis.
Abses
Abses merupakan kumpulan nanah dalam jaringan, bila mengenai
kulit berate di dalam kutis atau subkutis.

Nodus
Nodus merupakan massa subkutan padat sirkumskrip terletak
dikutan atau subkutan, dapat menonjol, jika diameter lebih dari 1
cm disebut nodulus.
Tumor
Tumor istilah untuk benjolan yang berdasarkan pertumbuhan sel
maupun jaringan
Sikatriks
Sikartriks terdiri atas jaringan tak utuh, relief kulit tidak normal,
permukaan kulit licin dan tidak terdapat adneksa kulit. Sikatriks
dapat atrofi, kulit mencekung dan dapat hipertropik, yang sacara
klinis terlihat menonjol karena kelebihan jaringan ikat.Bila sikatriks
hipertrofik menjadi patologik, pertumbuhan melampaui batas luka
disebut keloid.
Anetoderma
Anetoderma bila kutis kehilangan elastsitas tanpa perubahan
berarti pada bagian kulit yang lain, dapat dilihat bagian-bagian yang
lain ditekan dengan jari seakan-akan berlubang.
Erosi
Erosi merupakan kelainan kulit yang disebabkan kehilangan
jaringan yang tidak melampaui stratum basal.

Ekskoriasi

Jika garukan lebih dalam lagi sehingga tergores sampai ujung


papil, maka akan terlihat darah yang keluar selain serum. Kelainan
kulit disebabkan oleh jaringan sampai stratum papilare disebut
ekskoriasis.
Ulkus
Ulkus adalah hilangnya jaringan yang lebih dalam dari
ekskoriasis. Ulkus dengan demikian mempunyai tepi, dinding, dasar
dan isi. Termasuk erosi atau ekskoriasis dengan bentuk liniar ialah
fisura atau rhagades, yakni belahan kulit yang terjadi oleh tarikan
jaringan disekitarnya.

Skuama
Skuama adalah lapisan stratum korneum yang terlepas dari kulit.
Skuama dapat halus sebagai taburan tepung, maupun lapisan
tebal dan luas sebagai lembara kertas.
2.5. Mekanisme Gangguan Kulit
Menurut Sularsito dan Djuanda, 2007, mekanisme terjadinya
kelainan kulit pada DKA adalah mengikuti respons imun yang
diperantarai oleh sel (cell- mediated immune respons) atau reaksi
imunologik tipe IV, suatu hipersensitivitas tipe lambat. Reaksi ini
terjadi melalui dua fase, yaitu fase sensitisasi dan fase elisitasi.
Hanya individu yang telah mengalami sensitisasi dapat menderita
DKA (Sularsito dan Djuanda, 2007).
Biasanya disebabkan oleh bahan dengan berat molekul rendah
yang disebut hapten. Kelainan kulit terjadi melalui proses
hipersensitivitas tipe IV atau proses alergi tipe lambat (Gell &
Coombs). Hapten bergabung dengan protein pembawa menjadi
alergen lengkap. Alergen Iengkap difagosit oleh makrofag dan
merangsang limfosit yang ada di kulit yang mengeluarkan limfosit
aktivasi faktor (LAF). Sel limfosit kemudian berdiferensiasi

membentuk subset sel limfosit T memori (sel Tdh) dan sel limfosit T
helper dan sel T suppresor. Sel T memori ini bila menerima
informasi alergen yang sudah dikenal masuk ke dalam kulit, maka
sel Tdh akan mengeluarkan limfokin (faktor sitotoksis, faktor inhibisi
migrasi, faktor kemotaktik dan faktor aktivasi makrofag (SAINTMEZARD, 2004). Dengan dilepaskannya berbagai faktor m maka
akan terjadi pengaliran sel mas dan sel basofil, ke arah lesi, dan
timbullah proses radang yang merupakan manifestasi reaksi
dermatitis kontak alergis (Siregar, 1996).
Gambaran klinis umumnya berupa papul, vesikel dengan dasar
eritem dan edema, disertai rasa gatal. Dalam perusahaan sering
ditemukan beberapa bahan kimia yang mempunyai gugusan rumus
kimia yang sama. Apabila pekerja sudah sensitif terhadap suatu zat
kimia, maka ia akan mudah menjadi sensitif terhadap zat-zat lain
yang mempunyai rumus kimia yang bersamaan, misalnyaprokain,
benzokain, para aminobensen mempunyai gugus benzen yang
sama. Apabila seseorang sensitif terhadap prokain maka akan lebih
mudah sensitif terhadap benzokain atau PABA; ini disebut
sensitisasi silang (Siregar, 1996).

2.6.

Cara Pengobatan Gangguan Kulit


Pengobatan DKA :
Tindakan pertama ialah memutuskan mata rantai kontak dengan
penderita, selanjutnya dapat diberikan pengobatan yang sesuai
dengan jenis penyakitnya. Bila kelainan kulit akut dapat diberi obat
kompres, sampai eksudasi kering. Sesudah itu dapat
dilanjutkan dengan diberi salep yang mengandung
kortikosteroid. Bila ada infeksi sekunder dapat diberi antibiotika
seperti tetrasiklin atau eritromisin. Bila ada infeksi jamur diberi obat
anti jamur. (Siregar,1996)
Upaya pengobatan DKI yang terpenting adalah menghindari
pajanan bahan iritan, baik yang bersifat mekanis, fisis, maupun
kimiawi, serta menyingkirkan faktor-faktor yang memperberat. Bila

hal ini dapat dilaksanakan secara sempurna, dan tidak terjadi


komplikasi, maka DKI tersebut akan sembuh dengan sendirinya
tanpa pengobatan topikal. Kalaupun memakai obat topikal, cukup
dengan pelembab untuk memperbaiki kulit yang kering (Sularsito
dan Djuanda, 2007).
Untuk mengatasi peradangan, dapat diberikan kortikosteroid
topikal, seperti hidrokortison, atau untuk kelainan yang kronis dapat
diawali dengan kortikosteroid yang lebih kuat. Pemakaian alat
pelindung diri yang adekuat diperlukan bagi mereka yang bekerja
dengan bahan iritan, sebagai salah satu upaya pencegahan
(Sularsito dan Djuanda, 2007).

2.7. Cara Pencegahan Gangguan Kult Akibat Zat Kimia


a. SIKAP KERJA YANG TIDAK BENAR (TIDAK ERGONOMIS)
1. Menyesuaikan alat kerja dengan postur tubuh pekerja sesuai
dengan jenis dan sifat pekerjaan masing-masing, sehingga
pekerjaan dapat dilakukan dengan posisi duduk atau berdiri,
misalnya:
2. Duduk dikursi dan menggunakan meja yang sesuai: tingginya
untuk tempat peralatan kerja
3. Berdiri tegak, dengan peralatan kerja diatas meja yang sesuai
fungsinya.
4. Pekerja tidak membungkuk, jongkok atau duduk di lantai dan
memaksakan posisi tubuh pada keadaan alami
5. Usahakan istirahat atau mengganti posisi kerja secara berkala.
6. Melakukan latihan pada otot yang mengalami gangguan
7. Rujuk ke Puskesmas atau sarana kesehatan terdekat.
b. UAP LOGAM atau ZAT-ZAT KIMIA
1. Posisi kerja menghadap searah dengan arah angin
2. Menggunakan masker penutup mulut dan hidung.
3. Tidak merokok sewaktu kerja.
4. Penghawaan yang baik ditempat kerja dan menggunakan
cerobong asap diatas tungku
5. Pengaturan waktu kerja agar pekerja tidak terlalu terpapar oleh
uap logam atau zat-zat kimia.
6. Bila timbul gejala gangguan saluran pernafasan segera ke
sarana kesehatan.
c. LARUTAN KIMIA (Asam Sulfat, Kalium bikhromat, Natrium Sulfat
dan lain-lain)
1. Menggunakan sarung tangan
2. Tidak makan dan tidak merokok waktu bekerja
3. Segera cuci tangan atau mandi setelah selesai bekerja.
4. Bila timbul gangguan pada kulit, segera berobat kesarana
kesehatan.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1. KESIMPULAN
Zat kimia adalah semua materi dengan komposisi kimia tertentu.
Gangguan atau penyakit kulit merupakan kelainan kulit yang diakibatkan
oleh adanya jamur, kuman-kuman, parasit, virus maupun infeksi. Penyakit
kulit dapat menyerang keseluruh atau sebagian tubuh tertentu. Gangguan
kulit yang diakibatkan oleh zat kimia dapat merusak struktur kulit.
Kesalahan cara penggunaan bahan kimia berbahaya dapat menimbulkan
kecelakaan kerja yang dapat mengakibatkan gangguan kulit apabila zat
tersebut mengenai kulit si pengguna zat kimia. Penggunaan zat kimia
berbahaya dilengkapi dengan APD dan sikap yang baik saat pengerjaan.

3.2. SARAN
Sebaiknya pengerjaan yang berhubungan dengan penggunaan zatzat kimia berbahaya dilakukan dengan hati-hati dan harus dilengkapi
dengan alat pelindung diri. Paling sederhana adalah menjaga kebersihan
tubuh,mandi teratur setiap hari. Karena kulit sangat berperan penting bagi
tubuh.tidak memakai pakaian,sabun mandi,dan handuk yang sama karena
bisa tertular melalui barang-barag yang dipakai bersama.
Selain itu juga selalu berhati-hati dalam menggunakan segala sesuatu
yang mengandung zat kimia yang mungkin saja jika pemakaian secara
terus menerus dapat berbahaya dan merusak kulit. Terutama pada kulit
yang sensitive terhadapap bahan-bahan yang mengandung zat kimia.jika
sudah terdapat gangguan kimia, salah satu cara nya adalah dengan
belerang karna belerang dipercaya berkhasiat membantu dalam
pengobatan gangguan kulit, namun lebih efektif jika segera berkonsultasi
dengan dokter spesialis kulit, agar pengobatan lebih optimal.

DAFTAR PUSTAKA
http://blogkesmas.blogspot.com/2011/05/cara-pencegahan-danpenanggulangan.html
http://kesehatansemenit.blogspot.com/2012/03/mengenal-jenisjenis-penyakit-kulit.html
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38937/4/Chapter
%20ll.pdf
http://www.wedaran.com/3772/penyebab-gejala-dan-pengobatanalergi-kulit/
https://somelus.wordpress.com/2008/11/26/penyakit-kulit-akibatkerja/

Anda mungkin juga menyukai