Anda di halaman 1dari 43

MAKALAH KEPERAWATAN SISTEM INTEGUMEN

“Anatomi Fisiologi Sistem Integumen”

DOSEN PEMBIMBING

Hamdana, S.Kep, Ns, M.Kes

DISUSUN OLEH

Kelompok 2

1. Reski Nurul Afifah (A.18.10.052)


2. Nurul Ihza Luksy (A.18.10.049)
3. Nuramalia Ramadani Sam (A.18.10.045)
4. Nurasni Wulandari (A.18.10.046)
5. Nurfadillah (A.18.10.047)
6. Nurul Azizah Nurdin (A.18.10.048)
7. Nurul Khaerah (A.18.10.050)
8. Samsidar (A.18.10.054)

PRODI STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
PANRITA HUSADA BULUKUMBA
T.A 2020/2021

KATA PENGANTAR
 
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka

kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Anatomi Fisiologi Sistem

Integumen” tepat pada waktunya. Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih

banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat

akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat

penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada

pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada:

1. Ibu Hamdana, S.Kep, Ns, M.Kes selaku dosen pembimbing kami.

2.Orangtua dan teman-teman anggota kelompok.

3.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan

dalam penulisan makalah ini.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca, Sekian penulis sampaikan

terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu, semoga Allah SWT senantiasa

meridhai segala usaha kita, Amin.

Bulukumba, 8 mei 2020

Penyusun

Kelompok 1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kulit adalah ‘selimut’ yang menutupi permukaan tubuh dan memiliki fungsi

utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan rangsangan luar. Luas kulit

pada manusia rata-rata ± 2 meter persegi, dengan berat 10 kg jika dengan lemaknya atau

4 kg jika tanpa lemak. Kulit terbagi atas dua lapisan utama, yaitu epidermis (kulit ari)

sebagai lapisan yang paling luar dan Dermis (korium, kutis, kulit jangat). Sedangkan

subkutis atau jaringan lemak terletak dibawah dermis. [ CITATION Tra07 \l 1033 ]

Sistem integumen adalah sistem organ yang ditentukan, diatur, dilindungi, dan

diperintahkan hewan terhadap lingkungan yang berdekatan. Sistem ini merupakan

bagian dari sistem organ yang terbesar yang mencakup kulit, rambut, bulu, sisik, kuku,

keringat dan produknya (keringat atau lendir). Kata ini berasal dari bahasa Latin

"integumentum", yang berarti "penutup". [ CITATION And15 \l 1033 ]

Sistem Integumen pada manusia terdiri dari kulit, kuku, rambut, keringat, minyak,

dan susu. Sistem integumen mampu memperbaiki sendiri kerusakan yang tidak perlu

parah (memperbaiki sendiri) & memperbaiki pertahanan tubuh pertama (pembatas antara

Lingkungan luar tubuh dengan tubuh). [ CITATION And15 \l 1033 ]

Ketebalan epidermis berbeda-beda pada berbagai bagian tubuh, yang paling tebal

berukuran 1 milimeter, misalnya p ada telapak kaki dan telapak tangan, dan lapisan yang

tipis berukuran 0,1 milimeter terdapat pada kelopak mata, pipi, dahi, dan perut. Karena

ukurannya yang tipis, jika kita terluka biasanya mengenai bagian setelah epidermis yaitu
dermis. Dermis terutama terdiri dari bahan dasar serabut kolagen dan elastin. Serabut

kolagen dapat mencapai 72 persen dari keseluruhan berat kulit manusia bebas lemak.

[ CITATION Tra07 \l 1033 ]

Pada bagian dalam dermis terdapat adneksa-adneksa kulit. Adneksa kulit

merupakan struktur yang berasal dari epidermis tetapi berubah bentuk dan fungsinya,

terdiri dari folikel rambut, papila rambut, kelenjar keringat, saluran keringat, kelenjar

sebasea, otot penegak rambut, ujung pembuluh darah dan serabut saraf, juga sebagian

serabut lemak yang terdapat pada lapisan lemak bawah kulit (subkutis/hipodermis).

[ CITATION Tra07 \l 1033 ]

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja anatomi fisiologi pada sistem integumen ?

2. Apa saja diagnosa dan intervensi keperawatan pada sistem integumen ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui anatomi fisiologi sistem integumen.

2. Untuk mengetahui diagnosa dan intervensi keperawatan pada sistem integumen.


BAB II

ANATOMI FISIOLOGI

A. Pendahuluan

Integumen membentuk lapisan terluar pada tubuh. Integumen terdiri dari kulit dan

beberapa derivatif kulit terspesialisasi tertentu, antara lain rambut, kuku, dan beberapa

jenis kelenjar.[ CITATION Slo17 \l 1033 ]

1. Komponen integumen

a. Kulit adalah organ terbesar tubuh. Beratnya kurang lebih 4,5 kg dan

menutupi area seluas 18 kaki persegi (1,67 m2) pada laki-laki dengan berat

badan 75 kg.

1) Epidermis adalah lapisan teratas, atau terluar yang tersusun dari

jaringan epitel [ CITATION Slo17 \l 1033 ]. Epidermis merupakan bagian

kulit paling luar. Ketebalan epidermis berbeda-beda pada bagian

tubuh, paling tebal 1 milimeter misalnya pada telapak tangan dan

telapak kaki, dan paling tipis 0,1 milimeter tergantung pada kelopak

mata, pipi, dahi dan perut. Sel-sel epidermis disebut keratinosit.

Epidermis melekat erat pada kulit karena fungsional epidermis

diperoleh zat-zat makanan dan cairan antar sel dari plasma yang

merembes melalui dinding-dinding kapiler dermis ke dalam

epidermis. [ CITATION And15 \l 1033 ]

2) Dermis (Korium) Kulit jangat atau dermis menjadi tempat ujung

saraf perasa, tempat mengatasi kandung rambut, wadah keringat,


palit-diskusi palit (Sebacea) atau minyak, kapal-peredaran darah dan

getah bening, dan bulu penegak rambut (muskulus arektor pili). Sel-

sel umbi rambut yang ada di dasar rambut kandung, terus-menerus

membelah dalam membuat batang rambut. Kelenjar palit yang

menempel di saluran kandung rambut, menghasilkan minyak yang

mencapai permukaan kulit melalui muara kandung rambut. Kulit

jangat sering disebut kulit asli dan 95% kulit jangat membentuk

ketebalan kulit. Ketebalan rata-rata kulit jangat diperkirakan antara

1-2 mm dan paling tipis di kelopak mata serta paling tebal di telapak

tangan dan telapak kaki. Susunan dasar kulit serat, serat interfibrilar

yang dirancang sesuai selai dan sel-sel. [ CITATION And15 \l 1033 ]

(Gambar 1 : lapisan kulit epidermis dan dermis. https://www.google.com/search?

q=gambar+kulit+epidermis+dan+dermis&tbm=isch&ved=2ahUKEwjMvabI25_pAhXaMbcAHVih
AIIQ2-
cCegQIABAA&oq=gambar+kulit+epidermis+dan+dermis&gs_lcp=CgNpbWcQAzoECCMQJzoCC
AA6BAgAEB46BggAEAUQHjoGCAAQCBAeUOzgAVj3qgJg5a0CaAVwAHgAgAH6AYgBqCe
SAQcxMy4yMC41mAEAoAEBqgELZ3dzLXdpei1pbWc&sclient=img&ei=ie2yXozVJ9rj3LUP2M
KCkAg&bih=600&biw=1252&client=firefox-b-d&safe=strict#imgrc=UIzg5KJ0JXc2aM )
b. Kuku jari tangan dan kuku jari kaki adalah salah satu bentuk spesialisasi

kulit yang hanya ditemukan pada manusia dan primate lainnya.

c. Rambut adalah spesialisasi kulit yang menjadi karakteristik pada mamalia

saja.

d. Kelenjar kulit pada manusia meliputi, kelenjar sebasea, kelenjar keringat,

dan kelenjar mammae, yang merupakan bentuk modifikasi dari kelenjar

keringat.[ CITATION Slo17 \l 1033 ]

2. Fungsi integumen

a. Perlindungan. Kulit melindungi tubuh dari mikroorganisme, penarikan atau

kehilangan cairan, dan dari zat iritan kimia maupun mekanik. Pigmen

melanin yang terdapat pada kulit memberikan perlindungan selanjutnya

terhadap sinar ultraviolet matahari.

b. Pengaturan suhu tubuh. Pembuluh darah dan kelenjar keringat dalam kulit

berfungsi untuk mempertahankan dan mengatur suhu tubuh.

c. Ekskresi. Zat berlemak, air dan ion-ion, seperti Na+ diekskresi melalui

kelenjar-kelenjar pada kulit.

d. Metabolisme. Dengan bantuan radiasi sinar matahari atau sinar ultraviolet,

proses sintesis vitamin D yang penting untuk pertumbuhan dan

perkembangan tulang, dimulai dari sebuah molekul precursor

(dehidrokolestrol-7) yang ditemukan di kulit.

e. Komunikasi.
1) Semua stimulus dari lingkungan diterima oleh kulit melalui sejumlah

reseptor khusus yang mendeteksi sensasi yang berkaitan dengan suhu,

sentuhan, tekanan, dan nyeri.

2) Kulit merupakan media ekspresi wajah dan refleks vaskular yang

penting dalam komunikasi.[ CITATION Slo17 \l 1033 ]

(Gambar 2: tiga dimensi kulit dalam potongan melintang. https://www.google.com/search?


q=gambar+tiga+dimensi+kulit+dalam+potongan+melintang&tbm=isch&ved=2ahUKEwikkd2Z4Z_pAhUb2n
MBHSwMDTUQ2-
cCegQIABAA&oq=gambar+tiga+dimensi+kulit+dalam+potongan+melintang&gs_lcp=CgNpbWcQAzIECC
MQJ1D_oQFYybkBYIPBAWgAcAB4AIABnAKIAdwdkgEGMy4xNy40mAEAoAEBqgELZ3dzLXdpei1p
bWc&sclient=img&ei=cvOyXqSQJJu0z7sPrJi0qAM&bih=600&biw=1252&client=firefox-b-
d&safe=strict#imgrc=TKvaJoYway96kM)
B. Kulit

1. Lapisan

a. Epidermis adalah bagian terluar kulit. Bagian ini tersusun dari jaringan epitel

skuamosa bertingkat yang mengalami keratinisasi; jaringan ini tidak memiliki

pembuluh darah; dan sel-selnya sangat rapat. Bagian epidermis yang paling
tebal ditemukan pada telapak tangan dan telapak kaki yang mengalami

stratifikasi menjadi lima lapisan berikut:

1) Stratum basalis (germinativum) adalah lapisan tunggal sel-sel yang

melekat pada jaringan ikat dari lapisan kulit di bawahnya, dermis.

Pembelahan sel yang cepat berlangsung pada lapisan ini, dan sel baru

didorong masuk ke lapisan berikutnya.

2) Stratum spinosum adalah lapisan sel spina atau tanduk, disebut demikian

karena sel-sel tersebut disatukan oleh tonjolan yang menyerupai spina.

Spina adalah bagian penghubung intraseluler yang disebut desmosom.

3) Stratum granulosum terdiri dari tiga atau lima lapisan atau barisan sel

dengan granula-granula keratohialin yang merupakan prekursor

pembentukan keratin.

a) Keratin adalah protein keras dan resilien, anti air serta

melindungi permukaan kulit yang terbuka.

b) Keratin pada lapisan epidermis merupakan keratin lunak yang

berkadar sulfur rendah, berlawanan dengan keratin yang ada

pada kuku dan rambut.

c) Saat keratohialin dan keratin berakumulasi, maka nucleus sel

berdisintegrasi, menyebabkan kematian sel.

4) Stratum lusidum adalah lapisan jernih dan tembus cahaya dari sel-sel

gepeng tidak bernukleus yang mati atau hampir mati dengan ketebalan

empat sampai tujuh lapisan sel.


5) Stratum korneum adalah lapisan epidermis teratas, terdiri dari 25 sampai

30 lapisan sisik tidak hidup yang sangat berkeratinisasi dan semakin

gepeng saat mendekati permukaan kulit. (epidermis tipis yang melapisi

seluruh tubuh, kecuali pada telapak tangan dan telapak kaki, tersusun

hanya dari lapisan basalis dan korneum.)

a) Permukaan terbuka dari stratum korneum mengalami proses

pergantian ulang yang konstan atau deskuamasi.

b) Ada pembaharuan yang konstan pada sel yang terdeskuamasi

melalui pembelahan sel di lapisan basalis. Sel tersebut bergerak

ke atas, kea rah permukaan, mengalami keratinisasi, dan

kemudian mati. Dengan demikian, seluruh permukaan tubuh

terbuka ditutup oleh lembaran sel epidermis mati.

c) Keseluruhan lapisan epidermis akan diganti dari dasar ke atas

setiap 15 sampai 30 hari. [ CITATION Slo17 \l 1033 ]

b. Dermis dipisahkan dari lapisan epidermis dengan adanya membran dasar, atau

lamina. Membran ini tersusun dari dua lapisan jaringan ikat.

1) Lapisan papilar adalah jaringan ikat areolar renggang dengan fibrolas,

sel mast,dan makrofag. Lapisan ini banyak mengandung banyak

pembuluh darah, yang memberikan nutrisi pada epidermis di atasnya.

a) Paila dermal serupa jari, yang mengandung reseptor sensorik

taktil dan pembuluh darah, menonjol ke dalam lapisan epidermis.


b) Pada telapak tangan dan telapak kaki, papilla yang ada sangat

banyak dan tinggi, jumlahnya sekita 65.000/inci persegi

(10.400/cm2).

c) Pola tonjolan dan guratan pada telapak tangan dan telapak kaki

pada setiap orang sangat unik dan mencerminkan pengaturan

papilla dermal. Kegunaan guratan tangan adalah untuk

mempermudah penggenggaman melalui peningkatan friksi.

2) Lapisan retikular terletak lebih dalam dari lapisan papilar. Lapisan ini

tersusun dari jaringan ikat ireguler yang rapat, kolagen dan serat

elastik. Sejalan dengan penambahan usia, deteriorasi normal pada

simpul kolagen dan serat elastik mengakibatkan pengeriputan kulit.

[ CITATION Slo17 \l 1033 ]

c. Lapisan subkutan atau hipodermis (fasia superfisial) mengikat kulit secara

longgar dengan organ-organ yang terdapat di bawahnya. Lapisan ini

mengandung jumlah sel lemak yang beragam, bergantung pada area tubuh dan

nutrisi individu, serta berisi banyak pembuluh darah dan ujung saraf.[ CITATION

Slo17 \l 1033 ]

2. Warna. Perbedaan warna kulit terjadi akibat faktor berikut:

a. Melanosit, terletak pada stratum basalis, memproduksi pigmen, melanin, yang

bertanggung jawab untuk pewarnaan kulit dari coklat sampai hitam.

1) Pada rentang yang terbatas, melanin melindungi kulit dari sinar

ultraviolet matahari yang merusak. Peningkatan produksi melanin

(tanning) berlangsung jika terpajan sinar matahari.


2) Jumlah melanosit (sekitar 1.000/mm2 sampai 2.000/mm2) tidak

bervariasi antar ras, tetapi perbedaan genetik dalam besarnya jumlah

produksi melanin dan pemecahan pigmen yang lebih melebar

mengakibatkan perbedaan ras.

3) Puting susu, areola dan area sirkumanal, skrotum, penis, dan labia

mayora, adalah area tempat terjadinya pigmentasi yang besar;

sedangkan telapak tangan dan telapak kaki mengandung sedikit

pigmen.[ CITATION Slo17 \l 1033 ]

b. Darah dalam pembuluh dermal di bawah lapisan epidermis dapat terlihat dari

permukaan dan menghasilkan pewarnaan merah muda. Ini lebih jelas terlihat

pada kulit orang putih (Caucasian).

c. Keberadaan dan jumlah pigmen kuning, karotin, hanya ditemukan pada stratum

korneum, dan dalam sel lemak dermis dan hypodermis, yang menyebabkan

beberapa perbedaan pada pewarnaan kulit.[ CITATION Slo17 \l 1033 ]

C. Derivatif Kulit

Kuku, rambut, kelenjar keringat serta kelenjar sebasea adalah derivatif

epidermis.[ CITATION Slo17 \l 1033 ]

1. Kuku. Kuku jari tangan dan kuku jari kaki adalah lempeng pelindung yang berasal

dari perpanjangan epidermis ke dalam dermis.

a. Kuku adalah lempeng keratin keras berlekuk yang terletak di atas dasar kuku

yang nutrisinya disuplai dari pembuluh darah.


b. Badan kuku tumbuh dari akar kuku yang tertanam di kulit. Pertumbuhan kuku

kira-kira 0,5 mm perminggu, lebih cepat di musim panas daripada di musim

dingin.

c. Kutikel (eponikium) adalah lipatan epidermis berlekuk yang menutup akar kuku.

Hiponikium adalah stratum korneum tebal di bawah ujung lepas kuku.

d. Lunula (bulan sabit) adalah arear keputihan berbentuk melengkung dekat kutikel.

[ CITATION Slo17 \l 1033 ]

2. Rambut. Atau pili, ada pada hampir seluruh bagian tubuh, tetapi sebagian besar

berupa rambut vellus yang kecil dan tidak berwarna, atau tersamar. Rambut terminal

biasanya kasar dan dapat dilihat. Rambut ini tertanam di kulit kepala, alis dan bulu

mata, ketika masa pubertas rambut ini akan menggantikan posisi rambut vellus di

area ketiak dan pubis (dan di wajah laki-laki) sebagai bagian dari karakteristik

seksual sekunder.

a. Rambut berasal dari folikel rambut yang terbentuk sebelum lahir melalui

pertumbuhan dari epidermis ke dalam dermis.

1) Folikel rambut tubular membengkak pada bagian dasarnya, kemudian

membentuk bulbus rambut. Bulbus rambut ini kemudian diinvaginasi

suatu massa yang tersusun dari jaringan ikat renggang, pembuluh

darah, dan saraf yang disebut papila dermal yang memberikan nutrisi

untuk pertumbuhan rambut.

2) Sel-sel bulbus rambut yang terletak tepat di atas papilla disebut

matriks germinal rambut, dan analog dengan sel-sel stratum basalis

pada epidermis. Setelah mendapat nutrisi dari pembuluh darah pada

papilla, sel-sel matriks germinal kemudian membelah dan terdorong


kea rah permukaan kulit untuk menjadi rambut yang terkeratinisasi

penuh.[ CITATION Slo17 \l 1033 ]

b. Rambut terdiri dari akar, bagian yang tertanam dalam folikel dan batang, bagian

di atas permukaan kulit. Akar dan batang rambut tersusun dari tiga lapisan

epitelium.

1) Kutikel, adalah lapisan terluar yang tersusun dari sel-sel mati yang

bersisik.

2) Korteks adalah lapisan tengah yang berkeratinisasi, membentuk bagian

utama batang rambut. Bagian ini mengandung, jumlah pigmen beragam

yang menentukan warna rambut.

3) Sebuah medula atau aksis sentral, tersusun dari dua sampai tiga lapisan

sel. Pertumbuhan medula buruk bahkan sering kali tidak terjadi,

terutama pada rambut pirang.[ CITATION Slo17 \l 1033 ]

(gambar 3: folikel rambut. https://www.google.com/search?


q=gambar+rambut+dalam+folikelnya&tbm=isch&ved=2ahUKEwi6sfWm4Z_pAhXSQnwKHTvcDxsQ2-
cCegQIABAA&oq=gambar+rambut+dalam+folikelnya&gs_lcp=CgNpbWcQAzoECCMQJzoCCAA6BQgAEI
MBOgQIABAeOgYIABAFEB46BggAEAgQHlCU3wVYuqIGYP6kBmgCcAB4AIAB_AKIAdMjkgEINi4xMi
41LjOYAQCgAQGqAQtnd3Mtd2l6LWltZw&sclient=img&ei=jvOyXrqyD9KF8QO7uL_YAQ&bih=600&biw
=1252&client=firefox-b-d&safe=strict#imgrc=5Nq-FNtuoHUg1M)
c. Otot arektor pili adalah pita tipis otot polos yang berhubungan dengan folikel

rambut. Kontraksi otot ini menyebabkan ujung-ujung rambut berdiri

(“merinding”) dan mengakibatkan keluarnya sekresi kelenjar sebasea. Setiap

folikel rambut mengandung satu atau beberapa kelenjar sebasea.[ CITATION

Slo17 \l 1033 ]

d. Pertumbuhan rambut bersifat siklik (siklus).

1) Ada periode pertumbuhan pasti yang diikuti dengan fase istirahat, jika

rambut telah mencapai batas pertumbuhan maksimal.

a) Selama masa istirahat, bagian dasar rambut berubah menjadi

suatu massa terkeratinisasi menyerupai pentungan yang tetap

melekat pada folikel.

b) Setelah masa istirahat, bulbus rambut yang baru terbentuk dari

bagian bawah massa yang lama. Rambut yang baru mendorong

keluar rambut yang lama, sehingga rambut lama menjadi rontok.

c) Di suatu saat tertentu, 90% rambut kepala sedang tumbuh dengan

aktif, sedangkan 10% sisanya beristirahat.

2) Rambut di kulit kepala tumbuh dalam masa 2 sampai 6 tahun, dan

kemudian memasuki fase istirahat selama 3 bulan sebelum rontok.

3) Rambut di tubuh tumbuh sepanjang kurang lebih 0,05 inci/ minggu.

Sedangkan, rambut pada kulit kepala membutuhkan waktu sekitar 7

minggu untuk dapat tumbuh sepanjang satu inci.

4) Kebotakan adalah suatu deteriorasi folikel yang progresif.

Prevalensinya lebih besar pada laki-laki Karena memiliki karakteristik


pengaruh genetik kelamin yang hanya muncul jika hormon laki-laki

ada dalam tubuh.[ CITATION Slo17 \l 1033 ]

3. Kelenjar pada kulit

a. Kelenjar keringat (sudoriferus) terbagi menjadi dua jenis berdasarkan struktur

dan lokasinya.

1) Kelenjar keringat ekrin adalah kelenjar tubular simpel dan berpilin

serta tidak berhubungan dengan folikel rambut. Kelenjar ini

penyebarannya meluas ke seluruh tubuh, terutama pada telapak tangan,

telapak kaki, dan dahi. Sekresi dari kelenjar ini (keringat) mengandung

air dan membantu pendinginan evaporatif tubuh untuk

mempertahankan suhu tubuh.

2) Kelenjar keringat apokrin adalha kelenjar keringat terspesialisasi yang

besar dan bercabang dengan penyebaran yang terbatas. Kelenjar ini

ditemukan pada aksila, areola payudara, dan regia nogenital.

a) Kelenjar apokrin yang ditemukan di lipatan ketiak dan area

anogenital memiliki duktus yang membuka ke bagian atas folikel

rambut. Kelenjar ini mulai berfungsi pada masa pubertas untuk

merespons stress atau kegembiraan dan mengeluarkan semacam

sekresi tidak berbau yang kemudian akan berbau jika bereaksi

dengan bakteri.

b) Kelenjar seruminosa pada saluran telinga menghasilkan serumen

atau getah telinga, dan kelenjar siliaris moll pada kelopak mata

juga termasuk kelenjar apokrin.


c) Kelenjar mammae adalah kelenjar apokrin termodifikasi yang

mengalami spesialisasi untuk memproduksi susu.[ CITATION Slo17

\l 1033 ]

b. Kelenjar sebasea mengeluarkan sebum yang biasanya dialirkan ke folikel

rambut. Kelenjar sebasea, rambut, dan kelenjar keringat apokrin membentuk unit

pilosebasea, tetapi hanya berbentuk pada rambut di area genitalia, bibir, putting

susu, dan areola payudara.

1) Kelenjar sebasea adalah kelenjar holokrin (sel-sel sekretori menghilang

selama sekresi sebum).

2) Sebum adalah campuran lemak, zat lilin, minyak dan pecahan-pecahan

sel. Zat ini berfungsi sebagai emoliens atau pelembut kulit dan

merupakan suatu barier terhadap evaporasi. Zat ini juga memiliki

aktivitas bakterisida.

3) Jerawat adalah gannguan pada kelenjar sebasea di wajah, leher, dan

punggung yang terjadi terutama pada dekade kedua masa kehidupan.

Kelenjar sebasea ini dapat terinfeksi sehungga menyebabkan furunkel

(bisul).[ CITATION Slo17 \l 1033 ]

D. Peran Kulit dalam Termoregulasi

Panas tubuh dihasilkan dari aktivitas metabolik dan pergerakan otot. Panas seperti

ini harus dikeluarkan, atau suhu tubuh akan naik di atas batas normal; pada lingkungan

bersuhu dingin, panas harus dipertahankan, atau suhu tubuh akan turun di bawah batas

normal.[ CITATION Slo17 \l 1033 ]


1. Pengeluaran panas di kulit berlangsung melalui proses evaporasi air yang disekresi

oleh kelenjar keringat dan juga melalui proses perspirasi tak kasat mata (difusi

molekul air melalui kulit).

a. Pada cuaca panas dan lembab, keringat sangat banyak keluar, tetapi tingkat

evaporasi sangat rendah, sehingga mengakibatkan rasa tidak nyaman.

Dengan demikian, berkeringat sebagai salah satu mekanisme pendinginan

hanya akan efisien pada tingkat kelembaban yang lebih rendah.

b. Pengeluaran keringat dikendalikan melalui sistem saraf, yang merespons

pemanasan atau pendinginan darah secara berlebihan.[ CITATION Slo17 \l

1033 ]

2. Retensi panas adalah salah satu fungsi dari kulit dan jaringan adiposa dalam

lapisan subkutan. Lemak merupakan insulator panas untuk tubuh dan derajat

insulasi bergantung pada jumlah jaringan adiposa.[ CITATION Slo17 \l 1033 ]

3. Pembuluh darah dalam papilla dermal juga dikendalikan oleh sistem saraf.

a. Jika pembuluh darah berdilatasi, aliran darah ke permukaan kulit meningkat,

sehingga konduksi panas pada bagian eksterior dapat terjadi.

b. Pembuluh darah berkonstriksi untuk menurunkan aliran darah ke permukaan

kulit dalam upaya mempertahankan panas tubuh sentral.[ CITATION Slo17 \l

1033 ]
BAB III

DIAGNOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN

A. Diagnosis Keperawatan

1. Gangguan integritas kulit/jaringan b.d bahan kimia iritatif [ CITATION PPN17 \l

1033 ]

a. Definisi: kerusakan kulit (demis dan/atau epidermis) atau jaringan (membrane

mukosa, kornea, fasia, otot, tendon, tulang, kartilago, kapsul sendi dan/atau

ligament).

b. Penyebab:

1) Perubahan sirkulasi

2) Perubahan status nutrisi (kelebihan atau kekurangan)

3) Kekurangan/kelebihan volume cairan

4) Penurunan mobilitas

5) Bahan kimia iritatif

6) Suhu lingkungan yang ekstrem

7) Factor mekanis (mis. Penekanan pada tonjolan tulang, gesekan) atau factor

elektris (elektrodiatermi, energy listrik bertegangan tinggi)

8) Efek samping terapi radiasi

9) Kelembaban

10) Proses penuaan

11) Neuropati perifer


12) Perubahan pigmentasi

13) Perubahan hormonal

14) Kurang terpapar informasi tentang upaya mempertahankan/melindungi

integritas jarimgan

c. Gejala dan tanda mayor:

Subjektif Objektif:

(tidak tersedia) a. Kerusakan jaringan dan

/atau lapisan kulit

d. Gejala dan tanda minor:

Subjektif Objektif:

(tidak tersedia) 1) Nyeri

2) Perdarahan

3) Kemerahan

4) Hematoma

e. Kondisi klinis terkait:

1) Imobilisasi

2) Gagal jantung kongestif

3) Gagal ginjal

4) Diabetes mellitus

5) Imunodefisiensi (mis. AIDS)

2. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik [ CITATION PPN17 \l 1033 ]


a. Definisi: Pengelaman sensorik atau emisional yang berkaitan dengan kerusakan

jaringan aktual atau fungsional , dengan onset mendadak atau lambat dan

berintesitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.

b. Penyebab:

1) Agen pencedera fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia , neoplasma )

2) Agen pencedera kimiawi ( mis, terbakar bahan kimia iritan)

3) Agen pencedera fisik ( mis. Abses,amputasi ,terbakar ,terpotong,mengangkat

berat,prosedur operasi,trauma, latihan fisik berlebihan)

c. Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif Objektif

1). Mengeluh nyeri 1). Tampak meringis

2). Bersikap protektif (mis. Waspada

posisi menghindari nyeri)

3). Gelisah

4). Frekuensi nadi meningkat

5). sulit tidur

d. Gejala dan Tanda Minor

Subjektif Objektif

( tidak tersedia) 1). Tekanan darah meningkat


2). Pola napas berubah

3). Nafsu makan berubah

4). Proses berfikir terganggu

5). Menarik diri

6). Berfokus pada diri sendiri

7). Diaforesis

e. Kondisi klinis terkait:

1) Kondisi pembedahan

2) Cedera traumatis

3) Infeksi

4) Sindrom koroner akut

5) Glaukoma

3. Hipertermia b.d terpapar lingkungan panas [ CITATION PPN17 \l 1033 ]

a. Definisi: Suhu tubuh meningkat di atas rentang normal tubuh.

b. Penyebab:

1) Dehidrasi

2) Terpapar lingkungan panas

3) Proses penyakit (mis.infeksi,kanker)

4) Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan

5) Peningkatan laju metabolisme

6) Respon trauma
7) Aktivitas berlebihan

8) Peggunaan incubator

c. Gejala dan tanda mayor

Subjektif Objektif

(tidak ada) 1) suhu tubuh diatas nilai normal.

d. Gejala dan tanda minor

Subjektif Objektif

(tidak tersedia) 1) Kulit merah

2) Kejang

3) Takikardi

4) Takipnea

5) Kulit terasa hangat

e. Kondisi klinis terkait

1) Proses infeksi

2) Hipertiroid

3) Stroke

4) Dehidrasi

5) Trauma

6) Prematuritas

4. Risiko infeksi b.d ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer [ CITATION PPN17 \l

1033 ]

a. Definisi: Berikon mengalami peningkatan terserang organisme patogenik.


b. Faktor risiko:

1) Penyakit kronis (mis.diabetes mellitus)

2) Efek prosedur invasive

3) Malnutrisi

4) Peningkatan paparan orgnisme patogen lingkungan

5) Ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer;

a) Gangguan peristaltik

b) Kerusakan integritas kulit

c) Perubahan sekresi pH

d) Penurunan kerja siliaris

e) Ketuban pecah lama

f) Ketubah pecah sebelum waktunya

g) Merokok

h) Statis cairan tubuh

6) ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder;

a) Penurunan hemoglobin

b) Imununosupresi

c) Leukopenia

d) Supresi respon inflamasi

e) Vaksinasi tidak adekuat

c. Kondisi klinis terkait

1) AIDS

2) Luka bakar
3) Penyakit paru obstruktif kronis

4) Diabetes mellitus

5) Tindakan invasive

6) Kondisi penggunaan terapi steroid

7) Penyalahgunaan obat

8) Ketuban pecah sebelum waktunya (KPSW)

9) Kanker

10) Gagal ginjal

11) Imunosupresi

12) Lymphedema

13) Leukositopenia

14) Gangguan fungsi hati

5. Risiko alergi b.d makanan [ CITATION PPN17 \l 1033 ]

a. Definisi: Berisiko mengalami stimulasi respon imunitas yang berlebihan akibat

terpapar alergen.

b. Faktor risiko:

1) Makanan (mis. Alpukat, pisang, kiwi, kacang, makanan olahan laut, buah

tropis, jamur)

2) Terpapar Zat alergen (Mis, Zat kimia,agen farmakologis)

3) Terpapar alergen lingkungan (Mis. Debu,serbuk Sari)

4) Sengatan serangga

c. Kondisi klinis terkait:

1) Kondisi penutupan imunitas


2) Riwayat pembedahan

3) Riwayat alergi sebelumnya

4) Asma

B. Intervensi Keperawatan

1. Gangguan integritas kulit/jaringan

a. Perawatan integritas kulit [ CITATION PPN18 \l 1033 ]

Tindakan

Observasi:

1) Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit (mis. Perubahan sirkulasi,

perubahan status nutrisi, penurunan kelembaban, suhu lingkungan

ekstrem, penurunan mobilitas)

Terapeutik:

1) Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring

2) Lakukan pemijatan pada area penonjolan tulang, jika perlu

3) Bersihkan perineal dengan air hangat, terutama selama periode diare

4) Gunakan produk berbahan petroleum atau minyak pada kulit kering

5) Gunakan produk berbahan ringan/alami dan hipoalergik pada kulit

sensitive

6) Hindari produk berbahan dasar alcohol pada kulit kering

Edukasi:

1) Anjurkan menggunakan pelembab (mis. Lotion, serum)


2) Anjurkan minum air yang cukup

3) Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi

4) Anjurkan meningkatkan asupan buah dan sayuran

5) Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrem

6) Anjurkan menggunakan tabir surya SPF minimal 30 saat berada di luar

rumah

7) Anjurkan mandi dan menggunakan sabun secukupnya

b. Perawatan Luka [ CITATION PPN18 \l 1033 ]

Tindakan

Observasi:

1) Monitor karakteristik luka (mis. Drainase, warna, ukuran, bau)

2) Monitor tanda-tanda infeksi

Terapeutik:

1) Lepaskan balutan dan plester secara perlahan

2) Cukur rambut di sekitar daerah luka, jika perlu

3) Bersihkan dengan cairan NaCL atau pembersih nontoksik, sesuai

kebutuhan

4) Bersihkan jaringan nekrotik

5) Berikan salep yang sesuai ke kulit/lesi, jika perlu

6) Pasang balutan sesuai jenis luka

7) Perlahankan teknik steril saat melakukan perawatan luka

8) Ganti belutan sesuai jumlah eksudat dan drainase

9) Jadwalkan perubahan posisi setiap 2 jam atau sesuai kondisi pasien


10) Beriikan diet dengan kalori 30-35 kkal/kgBB/hari dan protein 1,25-1,5

g/kgBB/hari

11) Berikan suplemen vitamin dan mineral (mis. Vitamin A, vitamin C, Zinc,

asam amino), sesuai indikasi

12) Berikan terapi TENS (stimulasi saraf transcutaneous), jika perlu

Edukasi:

1) Jelaskan tanda dan gejala infeksi

2) Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi kalori dan protein

3) Ajarkan prosedur perawatan luka secara mandiri

Kolaborasi:

1) Kolaborasi prosedur debridement (min. enzimatik, biologis, mekanis,

autolitik), jika perlu

2) Kolaborasi pemberian antibiotic, jika perlu

c. Edukasi perawatan kulit [ CITATION PPN18 \l 1033 ]

Tindakan

Observasi :

1) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi

Terapeutik :

1) Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan

2) Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan

3) Berikan kesempatan untuk bertanya.


Edukasi:

1) Anjurkan menggunakan tabir surya saat berada di luar rumah

2) Anjurkan minum cukup cairan

3) Anjurkan mandi dan menggunakan sabun secukupnya

4) Anjurkan menggunakan pelembab

5) Anjurkan melapor jika ada lesi kulit yang tidak biasa

6) Anjurkan membersihkan dengan air hangat bagian perianal selama periode

diare

2. Nyeri Akut

a. Manajemen nyeri [ CITATION PPN18 \l 1033 ]

Tindakan

Observasi:

1) Identifikasi lokasi,karakteristik, durasi frekuensi,kualitas,intensitas nyeri

2) Identifikasi skala nyeri

3) Identifikasi respon nyeri non verbal

4) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri

5) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri

6) Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri

7) Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup

8) Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan

9) Monitor efek samping penggunaan analgetik

Terapeutik:
1) Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis TENS,

hipnosis,akupresur,terapi musik ,biofeedback,terapi pijat,aromaterapi

,teknik imajinasi terbimbing kompres hangat /dingin, terapi bermain)

2) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri ( mmis. Suhu ruangan,

pencahayaan,kebisingan)

3) Fasilitasi istirhat dan tidur

4) Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi

meredahan nyeri

Edukasi:

1) Jelaskan penyebab,periode , dan pemicu nyeri

2) Jelaskan strategi meredakan nyeri

3) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri

4) Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat

5) Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi:

1) Kolaborasi pemberian analgetik,jika perlu

b. Pemberian analgesik [ CITATION PPN18 \l 1033 ]

Tindakan

Observasi:

1) Identifikasi karakteristik nyeri ( mis. Pencetus ,pereda kualitas, lokasi ,

intensitas, frekuensi,durasi.

2) Identifikasi riwayat alergi obat


3) Identifikasi kesesuaian jenis analgesik (mis. Narkotik, non-narkotik,atau

NSAID) dengan tingkat keperahan nyeri

4) Monitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah pemberian analgesik

5) Monitor efektifitas analgesic

Terapeutik:

1) Diskusikan jenis analgesik yang disukai untuk mencapai analgesia optimal

, jika perlu

2) Pertimbangkan penggunaan infus kontinu,atau bolus opioid untuk

mempertahankan kadar dalam serum

3) Tetapkan target efektifitas analgesik untuk mengomptimalkan respon

pasien

4) Dokumentasikan respons terhadap efek analgesik dan efek yang tidak

diinginkan

Edukasi:

1) Jelaskan efek terapi dan efek samping obat

Kolaborasi:

1) Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesik,,sesuai indikasi

c. Edukasi Manajemen Nyeri [ CITATION PPN18 \l 1033 ]

Tindakan

Observasi:

1) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi


Terapeutik:

1) Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan

2) Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan

3) Berikan kesempatan untuk bertanya

Edukasi:

1) Jelaskan penyebab,periode, dan strategi meredakan nyeri

2) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri

3) Anjurkan menggunaan analgesik secara tepat

4) Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri.

3. Hipertermia

a. Manajemen Hipertermia [ CITATION PPN18 \l 1033 ]

Tindakan

Observasi:

1) Mengidentifikasi penyebab hipertermia (mis. Dehidrasi, terpapar

lingkungan panas, penggunaan incubator)

2) Monitor suhu tubuh

3) Monitor kadar elektrolit

4) Monitor peluaran urine

5) Monitor komplikasi akibat hipertermia

Terapeutik:

1) Sediakan lingkungan yang dingin

2) Longgarkan atau lepaskan pakaian


3) Basahi dan kipasi permukaan tubuh

4) Berikan cairan oral

5) Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami hyperhidrosis

(keringat berlebih)

6) Lakukan pendinginan eksternal (mis. Selimut hipertermia atau kompres

dingin pada dahi, leher, dada, abdomen, aksila)

7) Hindari pemberian antipiretik atau aspirin

8) Berikan oksigen, jika perlu

Edukasi:

1) Anjurkan tirah baring

Kolaborasi:

1) Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu

b. Regulasi Temperatur [ CITATION PPN18 \l 1033 ]

Tindakan

Observasi:

1) Monitor suhu bayi sampai stabil (36,5derajat C-37,5derajat C)

2) Monitor suhu tubuh anak tiap dua jam, jika perlu

3) Monitor tekanan darah, frekuensi pernafasan dan nadi

4) Monitor warna dan suhu kulit

5) Monitor dan catat tanda dan gejala hipotermia atau hipertermia

Terapeutik:
1) Pasang alat pemantau suhu kontinu, jika perlu

2) Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat

3) Bedong bayi segera setelah lahir untuk mencegah kehilangan panas

4) Masukkan bayi BBLR kedalam plastik segera setelah lahir (mis. Bahan

polyethylene, polyurethane)

5) Gunakan topi bayi untuk mencegah kehilangan panas bayi baru lahir

6) Tempatkan bayi baru lahir di bawah radiant warmer

7) Pertahankan kelembaban incubator 50% atau lebih untuk mengurangi

kehilangan panas karena proses evaporasi

8) Atur suhu incubator sesuai kebutuhan

9) Hangatkan terlebih dahulu bahan-bahan yang akan kontak dengan bayi

(mis. Selimut, kain bedongan, stetoskop)

10) Hindari melekatkan bayi di dekat jendela terbuka atau di area aliran

pendinginan ruangan atau didekat kipas angin

11) Gunakan matras penghangat selimut hangat, dan penghangat ruangan

untuk menaikkan suhu tubuh, jika perlu

12) Gunakan kasur pendingin, water circulating blankets, ice pack atau gel ped

dan intravascular cooling catheterization untuk menurunkan suhu tubuh

13) Sesuaikan suhu lingkungan dengan kebutuhan pasien

Edukasi:

1) Jelaskan cara pencegahan heat exhaustion dan heat stroke

2) Jelaskan cara pencegahan hipotermi karena terpapar udara dingin


3) Demonstrasikan teknik perawatan metode kangguru (PMK) untuk bayi

BBLR

Kolaborasi:

1) Kolaborasi pemberian antipiretik, jika perlu

c. Edukasi pengukuran suhu tubuh [ CITATION PPN18 \l 1033 ]

Tindakan

Observasi:

1) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi

Terapeutik:

1) Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan

2) Jadwalkkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan

3) Berikan kesempatan untuk bertanya

4) Dokumentasikan hasil pengukuran suhu

Edukasi:

1) Jelaskan prosedur pengukuran suhu tubuh

2) Anjurkan terus memegang bahu dan menahan dada saat pengukuran aksila

3) Ajarkan memilih lokasi pemgukuran suhu oral atau aksila

4) Ajarkan cara meletakkan ujung termometer di bawah lidah atau dibagian

tengah aksila

5) Ajarkkan cara membaca hasil termometer raksa dan/atau elektronik

4. Risiko infeksi

a. Manajemen imunisasi/vaksinasi [ CITATION PPN18 \l 1033 ]


Tindakan

Observasi:

1) Identifikasi riwayat kesehatan dan riwayat alergi

2) Identifikasi kontraindikasi pemberian imunisasi (mis. reaksi anafilaksis

terhadap vaksin sebelumnya dan atau sakit parah dengan atau tanpa

demam)

3) Identifikasi status imunisasi setiap kunjungan ke pelayanan kesehatan

Terapeutik:

1) Berikan suntikan pada bayi di bagian paha anterolateral

2) Dokumentasikan informasi vaksinasi (mis. nama produsen, tanggal

kedaluwarsa)

3) Jadwalkan imunisasi pada interval waktu yang tepat

Edukasi:

1) Jelaskan tujuan, manfaat, reaksi yang terjadi, jadwal, dan efek samping

2) Informasikan imunisasi yang diwajibkan pemerintah(mis. hepatitis B,

BCG, difter, tetanus, pertussis, H.influenza, polio, campak, measles,

rubella)

3) Informasikan imunisasi yang melindungi terhadap penyakit namaun saat

ini tidak diwajibkan pemerintah (mis. influnza, pneumokokus)

4) Informasikan vaksinasi untuk kejadian khusus(mis. rabies, tetanus)

5) Informasikan penundaan pemberian imunisasi tidak berarti mengulang

jadwal imunisasi kembali


6) Informasikan penyedia layanan pecan imunisasi nasional yang

menyediakan vaksin gra

b. Pencegahan infeksi [ CITATION PPN18 \l 1033 ]

Tindakan

Observasi:

1) Monitor tanda dan gejala infeksi local dan sistematik

Terapeutik:

1) Batasi jumlah pengunjung

2) Berikan perawatan kulit pada area edema

3) Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan

pasien

4) Pertahankan teknik aseptik pada pasien berisikon tinggi

Edukasi:

1) Jelaskan tanda dan gejala infeksi

2) Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar

3) Ajarkan etika batuk

4) Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi

5) Ajurkan meningkatkan asupan nutrisi

6) Ajurkan meningkatkan asupan cairan

Kolaborasi:

1) Kolaborasi pemberian imunisasi

c. Perawatan luka bakar [ CITATION PPN18 \l 1033 ]


Tindakan

Observasi:

1) Identifikasi penyebab luka bakar

2) Identifikasi durasi terkena luka bakar dan riwayat penanganan luka

sebelumnya

3) Monitor kondisi luka (mis. persentasi ukuran luka, derajat luka,

perdarahan, warna dasar luka, infeksi, eksudat, bau luka, kondisi tepi luka)

Terapeutik:

1) Gunakan teknik aseptik selama merawat luka

2) Lepaskan balutan lama dengan menghindari nyeri dan perdarahan

3) Rendam dengan air steril jika balutan lengket pada luka

4) Bersihkan luka dengan cairan steril (mis.NaCl 0.9%, cairan antiseptic)

5) Lakukan terapi relaksasi untuk mengurangi nyeri

6) Jadwalkan frekuensi perawatan luka berdasarkan ada atau tidaknya

infeksi,jumlah eksudat dan jenis balutan yang digunakan

7) Gunakan modem dressing sesuai dengan kondisi luka(mis.

hyrocolloid, polymer, crystalline acllulose)

8) Berikan diet dengan kalori 30-35 kkal/kgBB/hari dan protein 1,25-

1,5g/kgBB/hari

9) Berikan suplemen vitamin dan mineral (mis.vitamin A, vitamin C,

Zinc, asam amino), sesuai indikasi

Edukasi:

1) Jelaskan tanda dan gejala infeksi


2) Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi kalori dan protein

Kolaborasi:

1) Kolaborasi prosedur debridement (mis.enzimatika,biologis, mekanis,

autolitik), jika perdu

2) Kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu

5. Risiko alergi

a. Edukasi reaksi alergi [ CITATION PPN18 \l 1033 ]

Tindakan

Observasi:

1) Identifikasi kemampuan pasien dan keluarga menerima informasi

2) Monitor pemahaman pasien dan keluarga tentang alergi

Terapeutik:

1) Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan

2) Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan

3) Fasilitasi mengenali penyebab alergi

4) Berikan kesempatan pasien dan keluarga bertanya

Edukasi:

1) Jelaskan definisi,penyebab,gejala dan tanda alergi

2) Jelaskan cara menghindari alergi(mis. tidak menggunakan karpet,

menggunakan masker)

3) Ajurkan pasien dan keluarga menyediakan obat alergi


b. Pencegahan alergi [ CITATION PPN18 \l 1033 ]

Tindakan

Observasi:

1) Identifikasi riwayat alergi (obat, makanan, debu, udara)

2) Monitor terhadap reaksi obat, makanan, lateks, transfusi darah atau produk

darah atau alergi lainnya

Terapeutik:

1) Berikan tanda alergi pada rekam medis

2) Pasang gelang tanda alergi pada lengan

3) Hentikan paparan alergi

4) Lakukan tes alergi sebelum pemberian obat

Edukasi:

1) Ajarkan menghindari dan mencegah paparan allergen

Kolaborasi:

1) Kolaborasi dengan tenaga kesehatan dalam pencegahan alergi (mis.

dokter, ahli gizi)

c. Manajemen reaksi alergi [ CITATION PPN18 \l 1033 ]

Tindakan

Observasi:

1) Identifikasi penyebab dan riwayat alergi (mis. obat, makanan, debu, udara,

lateks, transfusi darah)


2) Monitor gejala dan tanda reaksi alergi(mis. muka merah, urtikaria,

angioederma, batuk paroksimal, gelisah, dispnea, sianosis, wheezing atau

syok)

3) Monitor selama 30 menit setelah pemberian agen farmakologis (mis.

antibiotik)

Terapeutik:

1) Pasang gelang tanda alergi pada lengan

2) Hentikan paparan alergen

3) Berikan bantuan hidup dasar selama terjadi syok anafilaktik

4) Lakukan tes alergi

Edukasi:

1) Informasikan tentang alergi yang dialami

2) Ajarkan cara menghindari dan mencegah paparan alergen dari lingkungan

atau lainnya

3) Ajarkan pertolongan pertama syok anafilaktik

Kolaborasi:

1) Kolaborasi pemberian obat-obat anti alergi.

BAB IV

PENUTUP
A. Kesimpulan

Integumen membentuk lapisan terluar pada tubuh. Integumen terdiri dari kulit dan

beberapa derivatif kulit terspesialisasi tertentu, antara lain rambut, kuku, dan beberapa

jenis kelenjar.[ CITATION Slo17 \l 1033 ]. Kulit adalah ‘selimut’ yang menutupi permukaan

tubuh dan memiliki fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan

rangsangan luar. Luas kulit pada manusia rata-rata ± 2 meter persegi, dengan berat 10 kg

jika dengan lemaknya atau 4 kg jika tanpa lemak. Kulit terbagi atas dua lapisan utama,

yaitu epidermis (kulit ari) sebagai lapisan yang paling luar dan Dermis (korium, kutis,

kulit jangat). Sedangkan subkutis atau jaringan lemak terletak dibawah dermis. [ CITATION

Tra07 \l 1033 ].

B. Saran

Kami sebagai penulis dapat berharap kepada para pembaca, setelah membaca

makalah ini. Para pembaca apalagi para mahasiswa keperawatan dapat mengetahui

tentang Anatomi Fisiologi Sistem Integumen, sehingga mampu menjadi bekal ataupun

referensi bagi mahasiswa kelak, dan kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang

membangun dari teman teman sekalian.


DAFTAR PUSTAKA

Andriyani, R., Triana, A., & Juliarti , W. (2015). Buku Ajar Biologi Reproduksi dan
Perkembangan. Yogyakarta: Deepublish.

PPNI. (2017). STANDAR DIAGNOSA KEPERAWATAN INDONESIA. Jakarta Selatan: DPP


PPNI.

PPNI. (2018). STANDAR INTERVENSI KEPERAWATAN INDONESIA. Jakarta Selatan: DPP


PPNI.

Sloane, E. (2017). ANATOMI DAN FISIOLOGI untuk Pemula. Jakarta: EGC.

Tranggono, R. I., & Latifah, F. (2007). Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik . Jakarta: PT
Gramedis Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai