Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Perawatan adalah proses pemenuhan kebutuhan dasar manusia


(biologis,psikologis, sosial dan spiritual) dalam rentang sakit sampai dengan sehat (Aziz,
2004).Perineum adalah daerah antara kedua belah paha yang dibatasi oleh vulva dan anus
(Danis, 2000).Post Partum adalah selang waktu antara kelahiran placenta sampai dengan
kembalinya organ genetik seperti pada waktu sebelum hamil (Mochtar,2002).Perawatan
perineum adalah pemenuhan kebutuhan untuk menyehatkan daerah antara paha yang
dibatasi vulva dan anus pada ibu yang dalam masa antara kelahiran placenta sampai
dengan kembalinya organ genetik seperti pada waktu sebelum hamil.

Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional sebagai bagian


integral pelayanan kesehatan berbentuk pelayanan biologi, psikologi, sosial dan spiritual
secara komprehensif yang ditunjukan kepada klien baik sebagai individu, keluarga,
dan masyarakat baik sehat maupun sakit mencakup siklus hidup manusia.Asuhan
keperawatan yang ditujukan pada masyarakat oleh perawat komunitas diberikan
dengan menekankan kelompok resiko tinggi sebagai upaya pencapaian derajat
kesehatan optimal disesuaikan dengan tingkat kebutuhan berdasarkan siklus hidup
manusia meliputi masa anak-anak, masa remaja, dewasa, dan lansia, dimana setiap fase
hidup manusia memiliki gambaran khas yang menjadikan kebutuhan tiap fase menjadi
berbeda satu sama lain.

B. Tujuan

1.Mengetahui sejarah vulva hygiene

2.Menjaga kebersihan vulva

3.Mencegah terjadinya infeksi pada vulva

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
KeperawatanPerawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan
melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimiliki diperoleh melalui
pendidikan keperawatan (UU RI. No. 23 tahun 1992 ttg kesehatan).
Keperawatan adalah pelayanan professional yang merupakan bagian integral dari
pelayanan kesehatan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio
psiko sosio spiritual yang komprehensif yang ditujukan kepada individu, kelompok dan
masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia
(Lokakarya Nasional Perawat, 1983).
Asmadi (2008) mendefinisikan keperawatan sebagai suatu bentuk layanan kesehatan
profesional yang merupakan bagian integral dari layanan kesehatan yang didasarkan pada
ilmu dan kiat keperawatan. Keperawatan memiliki suatu cara pandang mendasar yang
disebut sebagai paradigma. Paradigma keperawatan merupakan suatu pandangan global
yang dianut oleh mayoritas kelompok ilmiah (keperawatan) atau hubungan berbagai teori
yang membentuk suatu susunan yang mengatur hubungan di antara teori tersebut guna
mengembangkan model konseptual dan teori-teori keperawatan sebagai kerangka kerja
perawat. Paradigma keperawatan terdiri atas empat unsur, yaitu keperawatan, manusia,
sehat-sakit, dan lingkungan.

1.Sejarah dan Perkembangan Keperawatan di Dunia

Sejarah keperawatan di dunia diawali pada zaman purbakala (Primitive Culture)


sampai pada munculnya Florence Nightingale sebagai pelopor keperawatan yang berasal
dari Inggris. Perkembangan keperwatan sangat dipengaruhi oleh perkembangan struktur
dan kemajuan peradaban manusia. Perkembangan keperawatan diawali pada :

a.Zaman Purbakala (Primitive Culture)

Manusia diciptakan memiliki naluri untuk merawat diri sendiri (tercermin pada
seorang ibu). Harapan pada awal perkembangan keperawatan adalah perawat harus
memiliki naluri keibuan (Mother Instinc). Dari masa Mother Instic kemudian bergeser
ke zaman dimana orang masih percaya pada sesuatu tentang adanya kekuatan mistik
yang dapat mempengaruhi kehidupan manusia. Kepercayaan ini dikenal dengan nama
Animisme. Mereka meyakini bahwa sakitnya seseorang disebabkan karena kekuatan
alam/pengaruh gaib seperti batu-batu, pohon-pohon besar dan gunung-gunung tinggi.
Kemudian dilanjutkan dengan kepercayaan pada dewa-dewa dimana pada masa itu
mereka menganggap bahwa penyakit disebabkan karena kemarahan dewa, sehingga

2
kuil-kuil didirikan sebagai tempat pemujaan dan orang yang sakit meminta
kesembuhan di kuil tersebut. Setelah itu perkembangan keperawatan terus berubah
dengan adanya Diakones & Philantrop, yaitu suatu kelompok wanita tua dan janda
yang membantu pendeta dalam merawat orang sakit, sejak itu mulai berkembanglah
ilmu keperawatan.

b.Zaman Keagamaan

Perkembangan keperawatan mulai bergeser kearah spiritual dimana seseorang


yang sakit dapat disebabkan karena adanya dosa/kutukan Tuhan. Pusat perawatan
adalah tempat-tempat ibadah sehingga pada waktu itu pemimpin agama disebut
sebagai tabib yang mengobati pasien. Perawat dianggap sebagai budak dan yang
hanya membantu dan bekerja atas perintah pemimpin agama.

c. Zaman Masehi

Keperawatan dimulai pada saat perkembangan agama Nasrani, dimana pada


saat itu banyak terbentuk Diakones yaitu suatu organisasi wanita yang bertujuan
untuk mengunjungiorang sakit sedangkan laki-laki diberi tugas dalam memberikan
perawatan untuk mengubur bagi yang meninggal.

Pada zaman pemerintahan Lord-Constantine, ia mendirikan Xenodhoecim atau


hospes yaitu tempat penampungan orang-orang sakit yang membutuhkan pertolongan.
Pada zaman ini berdirilah Rumah Sakit di Roma yaitu Monastic Hospital.

d.Pertengahan abad VI Masehi

Pada abad ini keperawatan berkembang di Asia Barat Daya yaitu Timur
Tengah, seiring dengan perkembangan agama Islam. Pengaruh agama Islam terhadap
perkembangan keperawatan tidak lepas dari keberhasilan Nabi Muhammad SAW
menyebarkan agama Islam.

e.Abad VII Masehi

Di Jazirah Arab berkembang pesat ilmu pengetahuan seperti Ilmu Pasti,


Kimia, Hygiene dan obat-obatan. Pada masa ini mulai muncul prinsip-prinsip dasar
keperawatan kesehatan seperti pentingnya kebersihan diri, kebersihan makanan dan
lingkungan. Tokoh keperawatan yang terkenal dari Arab adalah Rufaidah.

f.Permulaan abad XVI

Pada masa ini, struktur dan orientasi masyarakat berubah dari agama menjadi
kekuasaan, yaitu perang, eksplorasi kekayaan dan semangat kolonial. Gereja dan
tempat-tempat ibadah ditutup, padahal tempat ini digunakan oleh orde-orde agama
untuk merawat orang sakit. Dengan adanya perubahan ini, sebagai dampak negatifnya
bagi keperawatan adalah berkurangnya tenaga perawat. Untuk memenuhi kurangnya
perawat, bekas wanita tuna susila yang sudah bertobat bekerja sebagai perawat.
Dampak positif pada masa ini, dengan adanya perang salib, untuk menolong korban

3
perang dibutuhkan banyak tenaga sukarela sebagai perawat, mereka terdiri dari orde-
orde agama, wanita-wanita yang mengikuti suami berperang dan tentara (pria) yang
bertugas rangkap sebagai perawat.Pengaruh perang salib terhadap keperawatan :

1) Mulai dikenal konsep P3K

2) Perawat mulai dibutuhkan dalam ketentaraan sehingga timbul peluang kerja bagi
perawat dibidang sosial.

Ada 3 Rumah Sakit yang berperan besar pada masa itu terhadap perkembangan
keperawatan:

1.Hotel Dieu di Lion

Awalnya pekerjaan perawat dilakukan oleh bekas WTS yang telah bertobat.
Selanjutnya pekerjaan perawat digantikan oleh perawat terdidik melalui
pendidikan keperawatan di RS ini.

2. Hotel Dieu di Paris

Pekerjaan perawat dilakukan oleh orde agama. Sesudah Revolusi


Perancis, orde agama dihapuskan dan pekerjaan perawat dilakukan oleh orang-
orang bebas. Pelopor perawat di RS ini adalah Genevieve Bouquet.

3. ST. Thomas Hospital (1123 M)

Pelopor perawat di RS ini adalah Florence Nightingale (1820). Pada masa


ini perawat mulai dipercaya banyak orang. Pada saat perang Crimean War,
Florence ditunjuk oleh negara Inggris untuk menata asuhan keperawatan di RS
Militer di Turki. Hal tersebut memberi peluang bagi Florence untuk meraih
prestasi dan sekaligus meningkatkan status perawat. Kemudian Florence dijuluki
dengan nama “ The Lady of the Lamp”.

g.Perkembangan keperawatan di Inggris

Florence kembali ke Inggris setelah perang Crimean. Pada tahun 1840


Inggris mengalami perubahan besar dimana sekolah-sekolah perawat mulai
bermunculan dan Florence membuka sekolah perawat modern. Konsep pendidikan
Florence ini mempengaruhi pendidikan keperawatan di dunia.Kontribusi Florence
bagi perkembangan keperawatan a. l :

1) Nutrisi merupakan bagian terpenting dari asuhan keperawatan.

2) Okupasi dan rekreasi merupakan terapi bagi orang sakit

3) Manajemen RS

4) Mengembangkan pendidikan keperawatan

5) Perawatan berdiri sendiri berbeda dengan profesi kedokteran


4
6) Pendidikan berlanjut bagi perawat.

h.SejarahdanPerkembangan Keperawatan di Indonesia

Sejarah dan perkembangan keperawatan di Indonesia dimulai pada masa


penjajahan Belanda sampai pada masa kemerdekaan.

1) Masa Penjajahan Belanda

Perkembangam keperawatan di Indonesia dipengaruhi oleh kondisi


sosial ekonomi yaitu pada saat penjajahan kolonial Belanda, Inggris dan Jepang.
Pada masa pemerintahan kolonial Belanda, perawat berasal dari penduduk
pribumi yang disebut Velpeger dengan dibantu Zieken Oppaser sebagai penjaga
orang sakit.

Tahun 1799 didirikan rumah sakit Binen Hospital di Jakarta untuk


memelihara kesehatan staf dan tentara Belanda. Usaha pemerintah kolonial
Belanda pada masa ini adalah membentuk Dinas Kesehatan Tentara dan Dinas
Kesehatan Rakyat. Daendels mendirikan rumah sakit di Jakarta, Surabaya dan
Semarang, tetapi tidak diikuti perkembangan profesi keperawatan, karena
tujuannya hanya untuk kepentingan tentara Belanda.

2)Masa Penjajahan Inggris (1812 – 1816)

Gurbernur Jenderal Inggris ketika VOC berkuasa yaitu Raffles sangat


memperhatikan kesehatan rakyat. Berangkat dari semboyannya yaitu kesehatan
adalah milik manusia, ia melakukan berbagai upaya untuk memperbaiki derajat
kesehatan penduduk pribumi antara lain:

a) pencacaran umum

b) cara perawatan pasien dengan gangguan jiwa

c) kesehatan para tahanan

Setelah pemerintahan kolonial kembali ke tangan Belanda, kesehatan


penduduk lebih maju. Pada tahun 1819 didirikan RS. Stadverband di Glodok
Jakarta dan pada tahun 1919 dipindahkan ke Salemba yaitu RS. Cipto
Mangunkusumo (RSCM). Tahun 1816 – 1942 berdiri rumah sakit-rumah sakit
hampir bersamaan yaitu RS. PGI Cikini Jakarta, RS. ST Carollus Jakarta, RS.
ST. Boromeus di Bandung, RS Elizabeth di Semarang. Bersamaan dengan itu
berdiri pula sekolah-sekolah perawat.

3) Zaman Penjajahan Jepang (1942 – 1945)

Pada masa ini perkembangan keperawatan mengalami kemunduran,


dan dunia keperawatan di Indonesia mengalami zaman kegelapan. Tugas
keperawatan dilakukan oleh orang-orang tidak terdidik, pimpinan rumah sakit

5
diambil alih oleh Jepang, akhirnya terjadi kekurangan obat sehingga timbul
wabah.

4) Zaman Kemerdekaan

Tahun 1949 mulai adanya pembangunan dibidang kesehatan yaitu


rumah sakit dan balai pengobatan. Tahun 1952 didirikan Sekolah Guru
Perawat dan sekolah perawat setingkat SMP. Pendidikan keperawatan
profesional mulai didirikan tahun 1962 yaitu Akper milik Departemen
Kesehatan di Jakarta untuk menghasilkan perawat profesional pemula.
Pendirian Fakultas Ilmu Keperawatan (FIK) mulai bermunculan, tahun 1985
didirikan PSIK (Program Studi Ilmu Keperawatan) yang merupakan
momentum kebangkitan keperawatan di Indonesia. Tahun 1995 PSIK FK UI
berubah status menjadi FIK UI. Kemudian muncul PSIK-PSIK baru seperti di
Undip, UGM, UNHAS dll.

5) Tren Keperawatan Sekarang dan Masa Depan

Setelah tahun 2000, dunia khususnya bangsa Indonesia memasuki era


globalisasi, pada tahun 2003 era dimulainya pasar bebas ASEAN dimana
banyak tenaga professional keluar dan masuk ke dalam negeri. Pada masa itu
mulai terjadi suatu masa transisi/pergeseran pola kehidupan masyarakat
dimana pola kehidupan masyarakat tradisional berubah menjadi masyarakat
yang maju. Keadaan itu menyebabkan berbagai macam dampak pada aspek
kehidupan masyarakat khususnya aspek kesehatan baik yang berupa masalah
urbanisaasi, pencemaran, kecelakaan, disamping meningkatnya angka kejadian
penyakit klasik yang berhubungan dengan infeksi, kurang gizi, dan kurangnya
pemukiman sehat bagi penduduk. Pergeseran pola nilai dalam keluarga dan
umur harapan hidup yang meningkat juga menimbulkan masalah kesehatan
yang berkaitan dengan kelompok lanjut usia serta penyakit degeneratif.

Pada masyarakat yang menuju ke arah moderen, terjadi peningkatan


kesempatan untuk meningkatkan pendidikan yang lebih tinggi, peningkatan
pendapatan dan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap hukum dan
menjadikan masyarakat lebih kritis. Kondisi itu berpengaruh kepada pelayanan
kesehatan dimana masyarakat yang kritis menghendaki pelayanan yang
bermutu dan diberikan oleh tenaga yang profesional. Keadaan ini memberikan
implikasi bahwa tenaga kesehatan khususnya keperawatan dapat memenuhi
standart global internasional dalam memberikan pelayanan
kesehatan/keperawatan, memiliki kemampuan professional, kemampuan
intelektual dan teknik serta peka terhadap aspek sosial budaya, memiliki
wawasan yang luas dan menguasi perkembangan Iptek.

Namun demikian upaya untuk mewujudkan perawat yang professional


di Indonesia masih belum menggembirakan, banyak factor yang dapat
menyebabkan masih rendahnya peran perawat professional, diantaranya:

6
a ) Keterlambatan pengakuan body of knowledgeprofesi keperawatan. Tahun
1985 pendidikan S1 keperawatan pertama kali dibuka di UI, sedangkan di
negara barat pada tahun 1869.

b) Keterlambatan pengembangan pendidikan perawat professional.

c)Keterlambatan system pelayanan keperawatan (standart, bentuk praktik


keperawatan, lisensi)

Menyadari peran profesi keperawatan yang masih rendah dalam dunia


kesehatan akan berdampak negatif terhadap mutu pelayanan kesehatan bagi
tercapainya tujuan kesehatan Indonesia sehat, maka solusi yang harus
ditempuh adalah:

i.Pengembangan pendidikan keperawatan.

Meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap pelayanan keperawatan yang


profesional, telah memicu perawat untuk terus mengembangkan dirinya dalam
berbagai bidang, terutama penataan sistem pendidikan keperawatan. Oleh karena itu
profesi keperawatan dengan landasan yang kokoh perlu memperhatikan wawasan
keilmuan, orientasi pendidikan dan kerangka konsep pendidikan

1).Wawasan Keilmuan

Pada tingkat pendidikan akademi, penggunaan kurikulum D III keperawatan


1999, merupakan wujud dari pembenahan kualitas lulusan keperawatan. Wujud ini
dapat dilihat dengan adanya:

a) Mata Kuliah Umum (MKU), yaitu: Pendidikan Agama, Pancasila, Kewiraan dan
Etika Umum)

b) Mata Kuliah Dasar Keahliah (MKDK), yaitu: Anatomi, Fisiologi dan Biokimia,
Mikrobiologi dan Parasitologi, Farmakologi, Ilmu Gizi dan Patologi.

c)Mata Kuliah Keahlian (MKK), yaitu: KDK, KDM I dan II, Etika Keperawatan,
Komunikasi Dalam Keperawatan, KMB I, II, III, IV dan V, Keperawatan Anak
I dan II, Keperawatan Maternitas I dan II, Keperawatan Jiwa I dan II,
Keperawatan Komunitas I, II dan III, Keperawatan Keluarga, Keperawatan
gawat Darurat, Keperawatan Gerontik, Kepemimpinan dan Manajemen
Keperawatan, Keperawatan Profesional dan Pengantar Riset Keperawatan.

Demikian juga halnya dengan tingkat pendidikan S1 Keperawatan, yaitu


dengan berlakunya kurikulum Ners pada tahun 1998. Sementara itu di Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (FIK-UI) telah dibuka S2 Keperawatan
untuk Studi Manajemen Keperawatan, Keperawatan Maternitas dan
Keperawatan Komunitas. Dan selanjutnya akan dibuka Studi S2 Keperwatan
Jiwa dan Keperawatan Medikal Bedah. Dapat disimpulkan bahwa saat ini

7
perkembangan keperawatan diarahkan kepada profesionalisme dengan
spesialisasi bidang keperawatan.

j.Orientasi Pendidikan

Pendidikan keperawatan bagaimanapun akan tetap berorientasi pada


pengembangan pengetahuan dan teknologi, artinya pengalaman belajar baik kelas,
laboratorium dan lapangan tetap mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
serta memanfaatkan segala sumber yang memungkinkan penguasaan iptek. Sehingga
diharapkan dapat meningkatkan pelayanan keperawatan dan persaingan global.

a.Kerangka Konsep

Berpikir ilmiah, pembinaan sikap dan tingkah laku profesional, belajar


aktif mandiri, pendidikan dilingkungan masyarakat serta penguasaan iptek
keperawatan merupakan karakteristik dari pendidikan profesional keperawatan.

b.Memantapkan sistem pelayanan perawatan professional

Perubahan sifat pelayanan dari fokasional menjadi profesional dengan


fokus asuhan keperawatan dengan peran preventif dan promotif tanpa melupakan
peran kuratif dan rehabilitatif harus didukung dengan peningkatan sumber daya
manusia di bidang keperawatan. Sehingga pada pelaksanaan pemberian asuhan
keperawatan dapat terjadinya pelayanan yang efisien, efektif serta berkualitas.
Selanjutnya, saat ini juga telah berkembang berbagai model prakti keperawatan
profesional, seperti:

a) Praktik keperawatan di rumah sakit fasilitas kesehatan

b) Praktik keperawatan di rumah (home care)

c) Praktik keperawatan berkelompok seperti nursing home atau klinik bersama

d) Praktik keperawatan perorangan, yaitu melalui keputusan Kepmenkes No.


647 tahun 2000, yang kemudian di revisi menjadi Kepmenkes No. 1239
tahun 2001 tentang Registrasi dan Praktik Keperawatan.

Departemen Kesehatan RI sampai saat ini sedang menyusun registrasi,


lisensi dan sertifikasi praktik keperawatan. Selain itu semua penerapan model
praktik keperawatan professional dalam memberikan asuhan keperawatan harus
segera di lakukan untuk menjamin kepuasan konsumen/klien.

c.Penyempurnaan organisasi keperawatan

Organisasi profesi keperawatan memerlukan suatu perubahan cepat dan


dinamis serta kemampuan mengakomodasi setiap kepentingan individu menjadi
kepentingan organisasi dan mengintegrasikannya menjadi serangkaian kegiatan
yang dapat dirasakan manfaatnya. Restrukturisasi organisasi keperawatan

8
merupakan pilihan tepat guna menciptakan suatu organisasi profesi yang mandiri
dan mampu menghidupi anggotanya melalui upaya jaminan kualitas kinerja dan
harapan akan masa depan yang lebih baik serta meningkat.

Komitmen perawat guna memberikan pelayanan keperawatan yang bermutu baik


secara mandiri ataupun melalui jalan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain
sangat penting dalam terwujudnya pelayanan keperawatan professional. Nilai
professional yang melandasi praktik keperawatan dapat di kelompokkan dalam:

a) Nilai intelektual

Nilai intelektual dalam prtaktik keperawatan terdiri dari

• Body of Knowledge

• Pendidikan spesialisasi (berkelanjutan)

• Menggunakan pengetahuan dalam berpikir secara kritis dan kreatif

b) Nilai komitmen moral

Pelayanan keperawatan diberikan dengan konsep altruistic, dan


memperhatikan kode etik keperawatan. Pelayanan professional terhadap
masyarakat memerlukan integritas, komitmen moral dan tanggung jawab etik.

Aspek moral yang harus menjadi landasan perilaku perawat adalah:

•Beneficience; selalu mengupayakan keputusan dibuat berdasarkan keinginan


melakukan yang terbaik dan tidak merugikan klien

•Fair; tidak mendeskriminasikan klien berdasarkan agama, ras, social budaya,


keadaan ekonomi dan sebagainya, tetapi memperlakukan klien sebagai
individu yang memerlukan bantuan dengan keunikan yang dimiliki

•Fidelity; berperilaku caring (peduli, kasih sayang, perasaan ingin membantu),


selalu berusaha menepati janji, memberikan harapan yang memadahi,
komitmen moral serta memperhatikan kebutuhan spiritual klien.

k.Otonomi, kendali dan tanggung gugat

Otonomi merupakan kebebasan dan kewenangan untuk melakukan tindakan


secara mandiri. Hak otonomi merujuk kepada pengendalian kehidupan diri sendiri yang
berarti bahwa perawat memiliki kendali terhadap fungsi mereka. Otonomi melibatkan
kemandirian, kesedian mengambil resiko dan tanggung jawab serta tanggung gugat
terhadap tindakannya sendiri, begitupula sebagai pengatur dan penentu diri sendiri.

Kendali mempunyai implikasi pengaturan atau pengarahan terhadap sesuatu


atau seseorang. Bagi profesi keperawatan, harus ada kewenangan untuk mengendalikan
praktik, menetapkan peran, fungsi dan tanggung jawab anggota profesi.

9
Tanggung gugat berarti perawat bertanggung jawab terhadap setiap tindakan yang
dilakukannya terhadap klien.

Hygiene berasal dari bahasa Yunani yang berarti sehat.Vulva adalah organ
eksteranal wanita. Hygiene vulva adalah suatu tindakan memelihara kebersihan dan
kesehatan organ eksternal genetalia wanita. Merupakan tindakan keperawatan yang
dilakukan oleh klien yang tidak mampu secara mandiri dalam membersihkan vulva.
Juga merupakan serangkaian tindakan yang dilakukan dalam prosedur asuhan
kebidanan seperti, pemeriksaan dalam pada masa inpartu, pengambilan secret vagina
dan lain- lain.

Vulva hygiene adalah perilaku memelihara alat kelamin bagian luar (vulva)
guna mempertahankan kebersihan dan kesehatan alat kelamin, serta untuk mencegah
terjadinya infeksi. Perilaku tersebut seperti melakukan cebok dari arah vagina ke arah
anus menggunakan air bersih, tanpa memakai antiseptik, mengeringkannya dengan
handuk kering atau tisu kering, mencuci tangan sebelum membersihkan daerah
kewanitaan (Darma, 2017). Menurut Mumpuni (2013) menyatakan bahwa organ
reproduksi perempuan memang membutuhkan perhatian khusus. Bentuknya yang
terbuka, memudahkan masuknya kuman melalui mulut vagina. Tubuh dan organ intim
yang sehat dapat pula memicu kepercayaan diri seseorang.

B.Bagian-bagian vulva

1. Bagian-bagian yang termasuk vulva antara lain:

a. Labia majora (bibir besar)

Adalah bantalan jaringan ikat longgar berlemak yang terbentuk dari otot
polos. Organ ini relatif besar, berdaging, dan mengandung kelenjar yang
mensekresikan sera minyak. Labia majora ini berbentuk oval bulat penuh yang
mengelilingi sekitar vulva dari mons pubis hingga ke perineum dan berfungsi untuk
melindungi serta menutupi sebagian atau seluruh labia minora, klitoris, urethra dan
vagina. Terdapat pula pemisah membujur yang disebut “pudenda sumbing”. Setelah
pubertas, labia majora bagian luar ditumbuhi rambut pubis. (menjaga dan merawat
seksual wanita noor verawaty,sri dan rahayu, liswidyawati:2012)

b. Labia minora (bibir kecil)

Adalah bibir bagian dalam vulva yang berfungsi melindungi bukaan vagina
(introitu) dan bukaan urethra (meatus). Ukurannya sangat bervariasi antar wanita,
dari yang kecil dan tipis hingga yang besar dan menonjol keluar majora. Bentuknya
cenderung tidak teratur dan kurang simetris. Panjangnya bisa sangat kecil, bisa juga
cukup lebar hingga sekitar 5 cm. Labia minora ini berada di balik majora dan
mengelilingi bukaan vagina dan urethra. Labia minora disebut juga “kelopak
bunga”.

10
Tidak terdapat rambut pubis pada labia minora, yang terdapat di sana hanyalah
kelenjar sebasea. Labia ini kaya akan simpul saraf dan membuatnya sangat sensitif
terhadap ransangan, sentuhan dan tekanan. Saat terjadi stimulus seksual, darah
mengalir ke dalam labia dan ukuran bibir bagian dalam bisa membesar hingga dua
kali lipat. Pembesaran labia saat rangsangan seksual ini menambah kenikmatan
seksual pada wanita.

c. Mons pubis

Venus mound (mons veneris atau mons pubis) berarti “gunung venus” (dewi
cinta romawi) adalah gundukan lemak empuk yang terdapat tepat di atas tulang
panggul bagian depan. Area ini kay akan simpul saraf yang membuatnya sensitif
terhadap sentuhan dan tekanan. Pada orang dewasa, area ini di tutupi oleh rambut
pubis.

d. Kelenjar bartholin

Kelenjar bartholin adalah kelenjar yang berlokasi di dekat bukaan vagina dan
berfungsi untuk memprodukssi ciran (lendir) sekresi.

e. Klitoris

Klitoris termasuk bagian yang tidak terlihat dari luar, juga sangat sensitif
terhadap ransangan. Saat terjadi ransangan seksual, klitoris bisa berereksi,
membesar, dipenuhi oleh darah, dan tudungnya tertarik sehingga kepala klitoris
lebih terbuka. Klitoris memiliki peran penting dalam rangsangan seksual dan
orgasme. Satu-satunya fungsi klitoris adalah untuk menambah kepusan seksual
ketika berhubungn intim.

f. Bukaan urethra (meatus)

Bukaan urethra terletak di bawah klitoris, diatas bukaan vagina. Walaupun


urethra tidak berhubungan dengan seks atau reproduksi, organ ini termasuk ke dalam
vulva. Urethra terhubung ke kandung kemih dan merupakan jalan keluar bagi urin.
Panjang urethra pada wanita kurang lebih 4 cm.

g. Bukaan vagina (introitus)

Secara teknis organ ini termasuk organ eksternal karena bisa dilihat drai luar.
Sebuah cinci otot yang disebut otot bulbocavernosus, mengelilingi introitus. Otot ini
adalah otot spincter (cincin otot melingkar yang mengelilingi bukaan atau jalan masuk
didalam tubuh yang membuka dan menutup dengan cara mengerut), otot ini bisa
menekan dan meremas sendiri. Introitus memiliki banyak ujung saraf sehingga area
ini sangatlah sensitif.

11
h. Perineum

Parineum adalah kulit yang terbentang pendek, dimulai dari bagian bawah
vulva hingga ke anus. Parineum ialah area berbentuk berlian yang terletak diantara
simfisis pubis (persendian yang dibentuk oleh dua os pubis yang saling bertemu) dan
tulang ekor. Daerah ini membentuk dasar panggul dan berisi organ seks eksternal
serta bukaan anus. Lebih jauh lagi parineum bisa di bagi menjadi segitiga urogenital
di bagian depan dan segitiga anal di bagian belakang.

Pada sejumlah wanita, parineum bisa robek saat melahirkan bayi dan ini
adalah sesuatu yang alami. Namun, beberapa dokter lebih memilih untuk memotong
parineum terlebih dahulu dengan alasan sobekan alami yang akan terjadi nanti bisa
saja tidak terkendalidan lebih berbahaya daripada potongan presisi yang dilakukan
dengan menggunakan pisau bedah. Pemotongan ini disebut episiotomy.

i. Vestibulum

Daerah dengan batas atas klitoris, batas bawah fourchet, batas lateral labia
minora. Vestibulum berasal dari sinus urogenital. (kesehatan reproduksi dan HIV-
AIDS Noviana, nana:2013)

C.Manfaat

Menurut Andira (2012), perawatan vagina mempunyai beberapa manfaat diantaranya :

a. Menjadikan vagina tetap dalam keadaan bersih dan nyaman.

b. Dapat mencegah munculnya keputihan, gatal-gatal, dan bau tak sedap.

c. Dapat menjaga pH vagina dalam kondisi normal (3,5 – 4,5).

D. Hal-hal yang mempengaruhi perilaku vulva hygiene

Menurut Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2010) perilaku manusia


dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu :

a.Faktor predisposisi (Predisposing Factors)

Faktor-faktor yang dapat memudahkan terbentuknya suatu perilaku seseorang


adalah pengetahuan, sikap, dan kebiasaan.

Seseorang akan mampu melakukan vulva hygiene yang benar jika seseorang
tersebut tahu bagaimana cara melakukannya. Tanpa adanya pengetahuan tentang
vulva hygiene yang benar seseorang tersebut tidak akan mampu melakukan prosedur
dengan baik. Sedangkan, sikap merupakan reaksi yang secara tidak langsung muncul
ketika seseorang mendapat stimulus tertentu. Sikap tersebut akan terbentuk jika
seseorang terbiasa. Maka secara tidak langsung sikap seseorang yang terus-menerus

12
dilakukan akan menjadi sebuah kebiasaan. Sebagai contoh, seorang remaja tahu
bagaimana cara cebok yang benar yaitu membasuh kemaluan dari arah depan (vagina)
ke belakang (anus), namun remaja tersebut tidak menerapkan ilmu yang ia miliki,
justru remaja tersebut membasuh kemaluannya dari arah belakang (anus) ke depan
(vagina). Sehingga perilaku buruk tersebut dilakukan secara terus-menerus dan
menjadi kebiasaan.

b. Faktor Pemungkin (Enabling Factors)

Faktor-faktor yang mendukung atau yang menjadi pemungkin terjadinya suatu


perilaku seseorang adalah tersedianya sarana dan prasarana yang memfasilitasi untuk
terjadinya suatu perilaku. Baik buruknya seseorang dalam melakukan vulva hygiene
tergantung pada sarana dan prasarana yang ada. Sebagai contoh, seseorang akan
membersihkan alat kelaminnya menggunakan air bersih jika tersedia air bersih. Tetapi
jika tidak tersedia air bersih maka dengan terpaksa menggunakan air seadanya,
misalnya air sungai. Berdasarkan contoh tersebut terlihat jelas bahwa keberadaan
sarana dan prasarana menjadi faktor pendukung terbentuknya suatu perilaku.

C .Faktor Penguat (Reinforcing Factors)

Faktor-faktor yang dapat menjadi pendorong atau faktor yang memperkuat


terjadinya perilaku adalah sikap dan perilaku seseorang yang menjadi panutan. Seorang
panutan yang dimaksud adalah seperti teman, keluarga, lingkungan sekitar, atau tokoh
masyarakat. Sebagai contoh, seorang remaja tahu jika sering menggunakan sabun
antiseptik untuk membersihkan vagina akan memicu terjadinya keputihan, namun tetap
saja ia membersihkan vagina dengan sabun antiseptik karena ibunya juga menggunakan
sabun antiseptik untuk membersihkan vagina. Dari contoh tersebut terlihat jelas bahwa
seorang panutan merupakan faktor penguat terjadinya perilaku pada seseorang.

E. Cara melakukan vulva hygiene yang benar

1.Memelihara kebersihan alat kelamin

Wijayanti (2009) menyatakan bahwa memelihara kebersihan alat kelamin dapat


dilakukan dengan cara :

a.Mencuci tangan sebelum menyentuh vagina. Tujuannya untuk mencegah alat


kelamin terkontaminasi oleh bakteri yang ada pada tangan (Kusyati, 2012).

b. Melakukan cara cebok dari arah depan (vagina) ke belakang (anus). Supaya bibit
penyakit yang bersarang di sekitar anus tidak terbawa ke dalam vagina, karena hal
tersebut dapat menimbulkan infeksi, peradangan, dan rangsangan gatal.

c. Selalu mengusahakan agar vagina tetap kering dan tidak lembab, karena keadaan
basah akan mempermudah berkembangnya bakteri pathogen.

d. Tidak menggunakan bedak pada vagina karena bedak akan menyebabkan jamur
dan bakteri tumbuh

13
e. Tidak sembarangan menggunakan cairan pembersih organ kewanitaan karena
dapat merusak keasaman vagina. Keasaman vagina ini berfungsi untuk mencegah
pertumbuhan kuman atau bakteri pathogen yang masuk. Kebanyakan wanita
Indonesia membersihkan vagina dengan cairan pembersih (antiseptic) agar vagina
kesat dan terbebas dari bakteri penyebab keputihan, namun kandungan antiseptic
pada sabun justru dapat memudahkan kuman dan bakteri masuk ke dalam liang
vagina. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Suryandari (2013) pembersih
organ kewanitaan

f. pada umumnya mengandung berbagai senyawa kimia meliputi petroleum, syntetic


chemical, dan petrocheminal yang dapat merusak kulit dan lingkungan. Sabun
pembersih organ kewanitaan juga mengandung natrium dan kalium yang dapat
menyebabkan vagina dalam keadaan basa, akibatnya tingkat keasaman vagina
akan rusak dan menyebabkan mudah berkembangbiaknya bakteri pathogen di
vagina. Cara terbaik untuk membersihkan organ kewanitaan adalah
membasuhnya menggunakan air bersih dari arah depan (vagina) ke arah belakang
(anus). Apabila ingin menggunakan sabun sebaiknya pilih sabun pembersih organ
kewanitaan yang mengandung pH tidak lebih dari 3,5-4,5 misalnya sabun bayi
atau membersihkan organ intim dengan sabun yang tidak mengubah kestabilan
pH di sekitar vagina, salah satunya produk yang berbahan dasar dari susu.

g. Pada saat menstruasi diwajibkan mengganti pembalut 2-3 kali dalam sehari atau
setiap 4 jam sekali secara teratur. Andira (2012) mengungkapkan bahwa pada saat
haid, kuman-kuman lebih mudah masuk ke dalam organ reproduksi. Pembalut
dengan gumpalan darah yang banyak akan menjadi tempat tumbuh dan
berkembangnya jamur maupun bakteri. Oleh sebab itu, pada saat menstruasi
dianjurkan untuk mengganti pembalut 2-3 kali dalam sehari atau setiap 4 jam
sekali, atau setiap saat jika sudah merasa tidak nyaman. Sebelum mengganti
pembalut wajib membersihkan vagina terlebih dahulu.

i. Tidak sering memakai pantyliner. Pantyliner adalah salah satu jenis pembalut
wanita yang digunakan diluar periode menstruasi, dan ukurannya lebih kecil.
Pantyliner jika digunakan terlalu lama dapat menyebabkan peningkatan jumlah
bakteri pathogen dan membunuh lactobacillus dalam vagina, pantyliner juga
dapat mentransfer flora intestinal seperti Eschericia Coli ke dalam vagina.
Sebaiknya gunakan pantyliner saat perlu saja dan jangan terlalu lama, paling tidak
3-6 jam sehari.

j. Mengganti pakaian dalam dua kali sehari saat mandi.

k. Memakai pakaian dalam dari bahan yang mudah menyerap keringat misalnya
katun. Bahan lain yang tidak menyerap keringat seperti nylon atau polyester
menyebabkan alat kelamin terasa gerah dan panas, sehingga vagina menjadi
lembab dan menjadi tempat berkembangbiaknya bakteri dan jamur.

14
l.Memakai celana dalam yang tidak ketat. Celana dalam yang terlalu ketat
menyebabkan tidak adanya sirkulasi udara di sekitar alat kelamin sehingga daerah
sekitar vagina menjadi lembab.

2. Menjalani pola makan sehat

Andira (2012) mengungkapkan bahwa untuk merawat organ reproduksi


disarankan untuk mengurangi konsumsi makanan yang manis karena menurut sebuah
penelitian, 90% wanita yang mengurangi konsumsi gula akan mengalami penurunan
infeksi jamur. Menurut Shadine (2009) dalam Darma (2017) dinyatakan bahwa dalam
beberapa penelitian menunjukkan jika mengkonsumsi makanan dengan jumlah gula
yang berlebihan dapat menimbulkan efek negatif pada bakteri lactobacillus yang ada
di vagina.

3. Mencegah stress dan kelelahan

Menurut Shadine (2009) dalam Darma (2017) dinyatakan bahwa untuk


mencegah terjadinya keputihan dengan istirahat cukup dan menghindari stress.
Misalkan dengan cara tidak mengerjakan tugas atau belajar hingga larut malam,
melakukan aktifitas-aktifitas yang menyenangkan, dan berlibur. Dengan demikian
stress dapat dicegah

15
BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

Sejarah yang cukup panjang mengenai vulva hygiene,Vulva hygiene adalah tindakan
keperawatan pada alat kelamin perempuan, yaitu perawatan diri pada organ eksterna yang
terdiri atas mons veneris, terletak didepan simpisis pubis, labia mayora yang merupakan
dua lipatan besar yang membentuk vulva, labia minora, dua lipatan kecil di antara atas
labia mayora, klitoris sebuah jaringan eriktil yang serupa dengan penis laki-laki,
kemudian juga bagian yang terkait di sekitarnya seperti uretra, vagina, perineum dan
anus.

B. Saran
Saran penulis semoga materi tentang perawatan perineum atau vulva higiene dapat
menambah wawasan bagi mahasiswa yang belum memahami bagaimana cara merawat
perieneum.

16
DAFTAR PUSTAKA

http ://repository.unimus.ac.id

http://risdayantiidda.blogspot.com/2017/01/tugas-vulva-hygiene.html

http://eprints.undip.ac.id/49621/2/BAB_I.pdf

17

Anda mungkin juga menyukai