Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI

A. KONSEP MEDIS
1. Definisi
Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140
mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak hanya beresiko
tinggi menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit lain seperti penyakit
saraf, ginjal, dan pembuluh darah dan makin tinggi tekanan darah, makin besar
resikonya. (Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnose medis & NANDA
NIC NOC, jilid 2, 2015).
Menurut Tambayong dalam Nurarif & Kusuma, 2015; derajat hipertensi dapat
dikelompokkan menjadi :
No Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
1 Optimal <120 <120
2 Normal 120-129 80-84
3 High Normal 130-139 85-89
4 Hipertensi
Grade 1 (ringan) 140-159 90-99
Grade 2 (sedang) 160-179 100-109
Grade 3 (berat) 180-209 100-119
Grade 4 (sangat berat) >210 >120

2. Anatomi Fisologi
a. Anatomi
System cardiovaskuler adalah system transport (peredaran) yang membawa
gas-gas pernapasan, nutrisi, hormon, dan zat lain dari dan ke jaringan tubuh.
System kardiovaskuler dibangun oleh :
1) Darah
Merupakan jaringan cair kompleks yang mengandung sel-sel khusus
dalam cairan plasma
2) Jantung
Merupakan pompa ganda yang terdiri dari empat ruang yang bekerja
memompa darah ke pembuluh-pembuluh darah

Ni luh sukardiasih,S.kep Program Study Ners STIKes Widya Nusantara Palu 1


3) Pembuluh darah
a) Pembuluh darah arteri
Arteri merupakan jenis pembuluh darah yang keluar dari jantung yang
membawa darah keseluruh tubuh dari ventrikel sinistra (aorta). Arteri
memiliki tiga lapisan kuat yang tebal tetapi sifatnya elastis, dan terdiri dari
tiga lapisan yaitu tunika intima (lapisan paling dalam yang berhubungan
dengan darah), tunika media (lapisan tengah terdiri dari jaringan otot
polos), tunika eksterna atau adventesia (lapisan yang paling luar terdiri
dari jaringan ikat yang menguatkan dinding arteri)
b) Kapiler
Kapiler adalah pembuluh darah yang sangat kecil teraba dari cabang
terhalus dari arteri sehingga tidak tampak. Kapiler membentuk anyaman
dari seluruh jaringan tubuh yang kemudian bertemu dengan yang laninya
membentuk darah yang lebih besar yang disebut vena
c) Pembuluh darah vena
Vena adalah pembuluh darah yang membawa darah kotor kembali ke
jantung
b. Fisiologi
Tekanan darah merupakan factor yang penting dalam system sirkulasi.
Peningkatan atau penurunan tekanan darah akan mempengaruhi homeostasis
didalam tubuh. Tekanan darah selalu diperlukan untuk daya pendorong
mengalirnya darah di dalam arteri, arteriola,kapiler, dan system vena sehingga
terbentuk suatu aliran darah yang menetap. Tekanan darah diatur melalui beberapa
mekanisme fisiologis untuk menjamin aliran darah ke jaringan yang memadai.
Tekanan darah ditentukan oleh curah jantung (cardiac output) dan resistensi
pembuluh darah terhadap darah. Curah jantung adalah volume darah yang
dipompakan melalui jantung permenit, yaitu isi sekuncup (stroke volume) x laju
denyut jantung (heart rate).resistensi diproduksi terutama di arteriol yang dikenal
sebagai resistensi vaskuler sistemik. Resistensi bergantung pada viskositas
(kekentalan) darah, panjang pembuluh darah dan jari-jari pembuluh.
Aliran darah yang mengalir di sirkulasi dalam periode waktu tertentu secara
keseluruhan adalah 5000 ml/menit pada sirkulasi total orang dewasa dalam
keadaan istirahat. Kecepatan aliran darah yang melalui seluruh sisten sirkulasi
sama dengan kecepatan pompa darah oleh jantung yakni sama dengan curah

Ni luh sukardiasih,S.kep Program Study Ners STIKes Widya Nusantara Palu 2


jantung. Isi sekuncup jantung dipengaruhi oleh tekanan pengisisan
(preload,kekuatan yang dihasilkan oleh otot jantung, dan tekanan yang harus
dilawan jantung saat memompa (after load). Normalnya afterload berhubungan
dengan tekanan aortauntuk venrikel kiri dan tekanan arteri untuk ventrikel kanan.
Afterload meningkat bila tekanan darah meningkat.
Beberapa pusat yang megatur dan mengawasi perubahan tekanan darah, yaitu
:
1) System saraf yang terdiri dari pusat-pusat yang terdapat dibatang otak,
misalnya saraf otonom, susunan saraf pusat misalnya saraf vasomotor, susunan
saraf pusat
2) System hormonal atau kimia yang dapat berlangsung local dan sistemik
misalnya renin angiotensin
3) System hemodinamik yang lebih banyak dipengaruhi oleh volume darah,
sususnan kapiler serta perubahan tekanan osmotic dan hidrostatik dibagian
dalam dan diluar vaskuler.
3. Etioligi
Berdasarkan penyebab hipertensi dibagi menjadi 2 golongan :
a. Hipertensi primer (esensial)
Disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya. Faktor yang
mempengaruhinya yaitu : genetik, lingkungan, hiperaktifitas saraf simpatis, system
Renin Angiotensin dan peningkatan Na + Ca intraseluler, serta faktor yang
meningkatkan resiko seperti obesitas, alkohol, merokok dan polisetimia
mempunyai kaitan erat dengan peningkatan tekanan darah esensial.
b. Hipertensi sekunder
Penyebabnya yaitu : penggunaan estrogen, penyakit ginjal, sindrom chusing dan
hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.
Penyebab hipertensi pada orang lanjut usia adalah terjadinya perubahan-perubahan
pada :
1) Elastisitas dinding aorta menurun
2) Katub jantung menebal dan menjadi kaku
3) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah
berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun
menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.

Ni luh sukardiasih,S.kep Program Study Ners STIKes Widya Nusantara Palu 3


4) Kehilangan elastisitas pembuluh darah hal ini terjadi karena kurangnya
efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
5) Meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer.
4. Patofisologi
Mekanisme yang mengontrol konnstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf
simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla
spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf
simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan
asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah,
dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh
darah. Berbagai factor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhirespon
pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat
sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang
menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya,
yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi
yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin.
Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi
angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi
aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air
oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor
ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Untuk pertimbangan gerontology. Perubahan structural dan fungsional pada
system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang
terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya
elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah,
yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh
darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam
mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup),

Ni luh sukardiasih,S.kep Program Study Ners STIKes Widya Nusantara Palu 4


mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer (Brunner
& Suddarth, 2002).

5. Patway Keperawatan

Faktor predisposisi :stress, merokok, kurang gerak,


genetik, alkohol, konsentrasi garam,obesitas,

HIPERTENSI

Kerusakan vaskuler pembuluh darah

Perubahan struktur

Penyumbatan pembuluh darah

vasokonstriksi

Gangguan sirkulasi

ginjal otak Pembuluh darah retina

Resistensi pembuluh
Vasokonstriksi pembuluh vasokonstriksi Spasme arteriol
darah otak meningkat
darah ginjal
Afterload meningkat Resiko Cidera
Blood flow darah Nyeri kepala Suplai O2
menurun keotak
3 menurun 1
Nyeri Penurunan curah fatique
Respon RAA jantung

Merangsang aldosteron
2
Resiko ketidakefektifan
4
perfusi jaringan otak Intoleransi Aktivitas
Retensi natrium

edema

5
Kelebihan volume cairan

Sumber : Nanda 2015

Ni luh sukardiasih,S.kep Program Study Ners STIKes Widya Nusantara Palu 5


6. Manifestasi Klinik
Menurut Marulam M, Panggabean, (2012) tanda dan gejala hipertensi dibedakan
menjadi:
a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan
darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti
hipertensi artrial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur
b. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri
kepala dan kelelaha. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala lazim yang
mengenai kebanyakan pasien mencari pertolongan medis.
Menurut Tambayong dalam Nuratif & Kusuma, 2015, tanda dan gejala
dikarakteristikkan sebagai berikut:
1) Sakit kepala atau pusing
2) Nyeri atau berat di tengkuk
3) Sukar tidur
4) Mudah lelah dan marah
5) Tinnitus
6) Mata berkunang-kunang
7) Epistaksis
8) Gemetar
9) Nadi cepat setelah aktivitas
10) Sesak napas
11) Mual, muntah
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan dua cara yaitu :
a. Pemeriksaan yang segera seperti :
1) Darah rutin (Hematokrit/Hemoglobin): untuk mengkaji hubungan dari sel-sel
terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan factor resiko
seperti: hipokoagulabilitas, anemia.
2) Glukosa: Hiperglikemi (Diabetes Melitus adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh pengeluaran Kadar ketokolamin (meningkatkan hipertensi).
3) Kalium serum: Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama
(penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.

Ni luh sukardiasih,S.kep Program Study Ners STIKes Widya Nusantara Palu 6


4) Kalsium serum : Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi
5) Kolesterol dan trigliserid serum : Peningkatan kadar dapat mengindikasikan
pencetus untuk/ adanya pembentukan plak ateromatosa ( efek kardiovaskuler )
6) Pemeriksaan tiroid : Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan
hipertensi
7) Kadar aldosteron urin/serum : untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab)
8) Asam urat : Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
9) EKG: 12 Lead, melihat tanda iskemi, untuk melihat adanya hipertrofi ventrikel
kiri ataupun gangguan koroner dengan menunjukan pola regangan, dimana luas,
peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
b. Pemeriksaan Lanjutan
1) IVP :Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyakit parenkim
ginjal, batu ginjal / ureter.
2) CT Scan: Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
3) IUP: mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti: Batu ginjal, perbaikan
ginjal
8. Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas
akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan
pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. Prinsip pengelolaan penyakit
hipertensi meliputi :
a. Non Farmakologi : Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi
ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa
obat ini meliputi :

1) Diet :
Beberapa diet yang dianjurkan:
a) Rendah garam. Beberapa studi menunjukan bahwa diet rendah garam dapat
menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi. Dengan pengurangan
komsumsi garam dapat mengurangi stimulasi system renin-angiotensin
sehingga sangat berpotensi sebagai anti hipertensi.Jumlah intake sodium
yang dianjurkan 50–100 mmol atau setara dengan 3-6 gram garam per hari.
b) Diet tinggi potassium,dapat menurunkan tekanan darah tapi mekanismenya
belum jelas.Pemberian Potassium secara intravena dapat menyebabkan

Ni luh sukardiasih,S.kep Program Study Ners STIKes Widya Nusantara Palu 7


vasodilatasi,yang dipercaya dimediasi oleh nitric oxide pada dinding
vascular.
c) Diet kaya buah dan sayur.
d) Diet rendah kolesterol sebagai pencegah terjadinya jantung koroner.
e) Tidak mengkomsumsi Alkohol dan hinadari merokok
f) Menurunkan berat badan
2) Latihan fisik atau olahraga yang teratur seperti berjalan, lari, berenang,
bersepeda bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah dan dapat memperbaiki
keadaan jantung.Olaharaga isotonik dapat juga bisa meningkatkan fungsi
endotel, vasodilatasi perifer, dan mengurangi katekolamin plasma.Olahraga
teratur selama 30 menit sebanyak 3-4 kali dalam satu minggu sangat dinjurkan
untuk menurunkan tekanan darah.
3) Pendidikan kesehatan (penyuluhan) untuk meningkatkan pengetahuan
masyarakat mengenai hipertensi.
b. Farmakologi
Pengobatan hipertensi atau penyakit jantung hipertensi dapat menggunakan berbagai
kelompok obat antihipertensi seperti thiazide, beta-blocker dan kombinasi alpha dan
beta blocker, calcium channel blockers, ACE inhibitor, angiotensin receptor blocker
dan vasodilator seperti hydralazine.Hampir pada semua pasien memerlukan dua atau
lebih obat antihipertensi untuk mencapai tekanan darah yang diinginkan.
c. Follow up untuk mempertahankan terapi
Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan komunikasi
yang baik antara pasien dan petugas kesehatan (perawat, dokter) dengan cara
pemberian pendidikan kesehatan. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam interaksi
pasien dengan petugas kesehatan adalah sebagai berikut :
1) Setiap kali penderita periksa, penderita diberitahu hasil pengukuran tekanan
darahnya
2) Bicarakan dengan penderita tujuan yang hendak dicapai mengenai tekanan
darahnya
3) Diskusikan dengan penderita bahwa hipertensi tidak dapat sembuh, namun bisa
dikendalikan untuk dapat menurunkan morbiditas dan mortilitas
4) Yakinkan penderita bahwa penderita tidak dapat mengatakan tingginya tekanan
darah atas dasar apa yang dirasakannya, tekanan darah hanya dapat diketahui
dengan mengukur memakai alat tensimeter

Ni luh sukardiasih,S.kep Program Study Ners STIKes Widya Nusantara Palu 8


5) Penderita tidak boleh menghentikan obat tanpa didiskusikan lebih dahulu.
6) Sedapat mungkin tindakan terapi dimasukkan dalam cara hidup penderita
7) Ikutsertakan keluarga penderita dalam proses terapi
8) Pada penderita tertentu mungkin menguntungkan bila penderita atau keluarga
dapat mengukur tekanan darahnya di rumah
9) Buatlah sesederhana mungkin pemakaian obat anti hipertensi misal 1 x sehari
atau 2 x sehari
10) Diskusikan dengan penderita tentang obat-obat anti hipertensi, efek samping
dan masalah-masalah yang mungkin terjadi
11) Yakinkan penderita kemungkinan perlunya memodifikasi dosis atau mengganti
obat untuk mencapai efek samping minimal dan efektifitas maksimal
12) Untuk penderita yang kurang patuh, usahakan kunjungan lebih sering. Hubungi
segera penderita, bila tidak datang pada waktu yang ditentukan.
9. Pencegahan
Agar terhindar dari komplikasi yang fatal, usaha-usaha pencegahan dan
pengobatan yang dapat dilakukan yaitu :
a. Mengurangi konsumsi garam dalam diet sehari-hari, maksimal 2 gram garam dapur.
Batasi pula makanan yang mengandung garam natrium seperti corned beef, ikan
kalengan, lauk atau sayuran instan, saus botolan, mi instan, dan kue kering.
Pembatasan konsumsi garam mengakibatkan pengurangan natrium yang
menyebabkan peningkatan asupan kalium. Ini akan menurunkan natrium intrasel
yang akan mengurangi efek hipertensi.
b. Menghindari kegemukan (obesitas). Batasan kegemukan adalah jika berat badan
lebih 10% dari berat badan normal. Pada penderita muda dengan hipertensi terdapat
kecenderungan menjadi gemuk dan sebaliknya pada penderita muda dengan obesitas
akan cenderung hipertensi. Pada orang gemuk akan terjadi peningkatan tonus
simpatis yang diduga dapat mengakibatkan tekanan darah meningkat.
c. Membatasi konsumsi lemak. Ini dilakukan agar kadar kolesterol darah tidak terlalu
tinggi karena kolesterol darah yang tinggi dapat menyebabkan endapan kolesterol.
Hal ini akan menyumbat pembuluh darah dan mengganggu peredaran darah
sehingga memperberat kerja jantung dan memperparah hipertensi. Kadar kolesterol
normal dalam darah yaitu 200-250 mg per 100cc serum darah.
d. Berolah raga teratur dapat menyerap dan menghilangkan endapan kolesterol pada
pembuluh nadi. Olah raga yang dimaksud adalah gerak jalan, berenang, naik sepeda

Ni luh sukardiasih,S.kep Program Study Ners STIKes Widya Nusantara Palu 9


dan tidak dianjurkan melakukan olah raga yang menegangkan seperti tinju, gulat
atau angkat besi karena latihan yang berat dapat menimbulkan hipertensi.
e. Makan buah-buahan dan sayuran segar amat bermanfaat karena banyak mengandung
vitamin dan mineral kalium yang dapat membantu menurunkan tekanan darah.
f. Tidak merokok dan tidak minum alkohol karena diketahui rokok dan alkohol dapat
meningkatkan tekanan darah. Menghindari rokok dan alkohol berarti menghindari
kemungkinan hipertensi.
g. Latihan relaksasi atau meditasi berguna untuk mengurangi stres atau ketegangan
jiwa. Kendorkan otot tubuh sambil membayangkan sesuatu yang damai dan
menyenangkan, mendengarkan musik dan bernyanyi sehingga mengurangi respons
susunan saraf pusat melalui penurunan aktivitas simpatetik sehingga tekanan darah
dapat diturunkan.
h. Merangkai hidup yang positif. Hal ini dimaksudkan agar seseorang mengurangi
tekanan atau beban stres dengan cara mengeluarkan isi hati dan memecahkan
masalah yang mengganjal dalam hati. Komunikasi dengan orang dapat membuat hati
menjadi lega dan dari sini dapat timbul ide untuk menyelesaikan masalah.
i. Memberi kesempatan tubuh untuk istirahat dan bersantai dari pekerjaan sehari-hari
yang menjadi beban jika tidak terselesaikan. Jika hal ini terjadi pada Anda, lebih
baik melakukan kegiatan santai dulu. Setelah pikiran segar kembali akan ditemukan
cara untuk mengatasi kesulitan itu. Membagi tugas yang kita tidak bisa selesaikan
dengan sendiri dapat mengurangi beban kita. Orang yang berpendapat dirinya
mampu melakukan segala hal dengan sempurna biasa disebut perfeksionis, orang ini
akan selalu stres dan menanggung beban kerja dan pikiran berlebihan. Kita harus
sadar bahwa kemampuan setiap orang terbatas untuk mampu mengerjakan segala-
galanya. Dengan memberi kesempatan pada orang lain untuk membantu
menyelesaikan tugas kita, beban kita dapat berkurang dan kita juga banyak teman,
yang tentunya akan menimbulkan rasa bahagia.
j. Menghilangkan perasaan iri atau dengki juga mengurangi ketegangan jiwa sehingga
hati kita menjadi tentram. Dengan memupuk sikap-sikap seperti itu, tentu kita akan
mengurangi ketegangan, beban, stres yang timbul sehingga hipertensi dapat
dihindari.
10.Komplikasi
Menurut Anonim B. ( 2011), gejala akibat komplikasi hipertensi yang pernah
dijumpai adalah: gangguan penglihatan, gangguan saraf, gagal jantung,gangguan fungsi

Ni luh sukardiasih,S.kep Program Study Ners STIKes Widya Nusantara Palu 10


ginjal, gangguan serebral (otak), yang mengakibatkan kejang dan pendarahan pembuluh
darah otak yang mengakibatkan kelumpuhan, gangguan kesadaran hingga koma,
sebelum bertambah parah dan terjadi komplikasi serius seperti gagal ginjal, serangan
jantung, stroke

B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Dasar pengkajian pasien meliputi :
a. Aktivitas atau istirahat
Kelemahan, letih, napas pendek, frekuensi jantung tinggi, takipnea, perubahan irama
jantung.
b. Sirkulasi
Riwayat hipertensi, ateroslerosis, penyakit serebvaskuler, kenaikan tekanan darah,
takikardi, distritmia, kulit pucat, cianosis, diaforesis.
c. Integritas ego
Perubahan kepribadian, ansietas, depresi atau marah kronik, gelisah, tangisan yang
meledak, gerak tangan empati, otot muka tegang, pernafasan maligna, peningkatan
pola bicara.
d. Eliminasi
Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu seperti infeksi, obstruksi atau riwayat
penyakit ginjal.
e. Makanan atau cairan
Makanan yang disukai (tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterolk, mual dan
muntah, perubahan berat badan, obsesitas, adanya edema.
f. Neurosensori
Pusing, sakit kepala, gangguan penglihatan, perubahan keterjagaan, orientasi pola
atau isi bicara, proses pikir atau memori (ingatan), respon motorik (penurunan
kekuatan gangguan tangan), perubahan retinal optik.
g. Nyeri atau ketidaknyamanan
Angina, nyeri hilang atau timbul pada tungkai atau klaudikasi, sakit kepala, nyeri
abdomen.

Ni luh sukardiasih,S.kep Program Study Ners STIKes Widya Nusantara Palu 11


h. Pernafasan
Dispnea, takipnea, ortopnea, dispnea noktural paroksisimal, riwayat merokok, batuk
dengan atamu tanpa sputum, distress respirasi atau penggunaan otot aksesori
pernafasan, bunyi nafas tambahan, cianosis.
Prioritas perawatan yaitu untuk mempertahankan atau meningkatkan fungsi
kardiovaskuler. mencegah komplikasi, Memberikan informasi tentang proses atau
prognosos dan program pengobatan, mendukung kontrol aktif terhadap kondisi.
2. Diagnosa keperawatan
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan afterload (perubahan
tekanan darah)
b. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak dengan faktor resiko gangguan
sirkulasi
c. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis (peningkatan tekanan vesikuler
serabral
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai dengan
kebutuhan oksigen

Ni luh sukardiasih,S.kep Program Study Ners STIKes Widya Nusantara Palu 12


3. Intervensi
No
NOC NIC Rasional
Diagnosa
1 a. Cardiac Pump effectiveness 1. Perhatikan warna kulit, suhu, dan Kulit dingin, lembap, dan pucat
b. Circulation Status kelembaban. merupakan akibat kenaikan kompensasi
c. Vital Sign Status pada stimulasi sistem saraf simpatis dan
d. Tissue perfusion: perifer curah jantung rendah dan desaturasi
Setelah dilakukan asuhan selama… oksigen.
jam penurunan kardiak output klien 2. Periksa adanya perubahan tingkat Penurunan perfusi serebral dan hipoksia
teratasi dengan kriteria hasil: kesadaran. tercermin dalam iritabilitas, kegelisahan,
1) Tekanan darah dan denyut nadi dan dan sulit berkonsentrasi. Pasien usia
ritme dalam parameter normal sangat rentan terhadap perfusi yang
untuk pasien; denyut perifer yang berkurang.
kuat; dan kemampuan untuk 3. Kaji denyut jantung dan tekanan darah. Sebagian besar pasien memiliki takikardia
mentolerir aktivitas tanpa gejala kompensasi dan tekanan darah rendah
dispnea, sinkop, atau nyeri dada. secara signifikan sebagai respons
2) Pasien menunjukkan kulit hangat, terhadap penurunan curah jantung
kering, eupnea tanpa adanya 4. Periksa gejala nyeri dada. Curah jantung rendah dapat menurunkan
kerutan paru. perfusi miokard, sehingga menyebabkan
nyeri dada
5. Kaji saturasi oksigen dengan oksimetri Perubahan saturasi oksigen adalah salah

Ni luh sukardiasih,S.kep Program Study Ners STIKes Widya Nusantara Palu 13


nadi baik saat istirahat maupun selama satu tanda awal penurunan curah jantung.
dan setelah ambulasi. Hipoksemia sering terjadi, terutama
dengan aktivitas.
6. Posisikan pasien di semi-Fowler's ke Posisi tegak dianjurkan untuk
Fowler yang tinggi. mengurangi preload dan pengisian
ventrikel bila kelebihan cairan
penyebabnya.
7. Tempatkan pasien dalam posisi Untuk hipovolemia, posisi telentang
telentang meningkatkan kembalinya vena dan
meningkatkan diuresis.
8. Selama kejadian akut, pastikan pasien Pada gagal jantung berat, pembatasan
tetap berada di tempat istirahat atau aktivitas seringkali memfasilitasi
mempertahankan tingkat aktivitas yang pembalasan sementara
tidak membahayakan curah jantung.
9. Berikan terapi oksigen sesuai resep. Jantung yang gagal mungkin tidak dapat
merespons peningkatan kebutuhan
oksigen. Saturasi oksigen harus lebih
besar dari 90%.
2 a. Sirkulation status 1. Kaji keluhan, observasi TTV tiap 2-4 Untuk mengetahui keadaan umum pasien
b. Tissue perfusion : cerebral jam dan kesadaran klien sebagai standar dalam menentukan
Setelah dilakukan tindakan intervensi yang tepat

Ni luh sukardiasih,S.kep Program Study Ners STIKes Widya Nusantara Palu 14


keperawatan selama …… jam perfusi 2. Kaji karakteristik nyeri (intensitas, Penurunan tanda dan gejala neurologis
jaringan otak efektif dengan kriteria lokasi, frekuensi dan faktor yang atau kegagalan dalam pemulihannya
hasil : mempengaruhi). merupakan awal pemulihan dalam
 Mendemonstrasikan status sirkulasi memantau TIK.
yang ditandai dengan : 3. Kaji capillary refill, GCS, warna dalam Untuk mengetahui tingkat kesadaran dan
- Tekanan systole dan diastole kelembapan kulit. potensial peningkatan TIK
dalam rentang yang diharapkan 4. Kaji tanda peningkatan TIK ( kaku Untuk mengetahui potensial peningkatan
- Tidak ada ortostatik hipertensi kuduk, muntah proyektil dan TIK.
- Tidak ada tanda – tanda penurunan kesadaran.
peningkatan TIK tidak lebih dari 5. Berikan klien posisi semifowler, kepala Memberi rasa nyaman bagi klien
15 mmHg ditinggikan 30 derajat.
 Mendemonstrasikan kemampuan 6. Anjurkan orang terdekat ( keluarga ) Ungkapan keluarga yang menyenangkan
kognitif yang ditandai dengan untuk bicara dengan klien walaupun memberikan efek menurunkan TIK dan
- Berkomunikasi dengan jelas dan hanya lewat sentuhan. efek relaksasi bagi klien.
sesuai dengan kemampuan 7. Kolaborasi dengan dokter dalam Sebagai therapi terhadap kehilangan
- Menunjukan perhatian dan pemberian therapi obat-obatan kesadaran akibat kerusakan otak,
konsentrasi dan orientasi neurologis. kecelakaan lalu lintas dan operasi otak.
- Memproses informasi
- Membuat keputusan dengan
benar
3 a. Pain level, 1. Kaji skala nyeri dengan PQRST Nyeri merupakan pengalaman subjektif

Ni luh sukardiasih,S.kep Program Study Ners STIKes Widya Nusantara Palu 15


b. Pain control, dan harus dijelaskan oleh pasien.
c. Comfort level Identifikasi karakteristik nyeri dan factor
Setelah dilakukan tinfakan yang berhubungan merupakan suatu hal
keperawatan selama ….jam yang amat penting untuk memilih
Pasien tidak mengalami nyeri, dengan intervensi yang cocok dan untuk
kriteria hasil: mengevaluasi keefektifan dari terapi yang
 Mampu mengontrol nyeri (tahu diberikan
penyebab nyeri,mampu 2. Observasi adanya tanda-tanda nyeri Merupakan indikator/derajat nyeri yang
menggunakan tehnik nonverbal, seperti : ekspresi wajah, tidak langsung yang dialami. Sakit kepala
nonfarmakologi untuk mengurangi posisi tubuh, gelisah, mungkin bersifat akut atau kronis. Jadi
nyeri,mencari bantuan) menangis/meringis, menarik diri, manifestasi fisiologis bisa muncul atau
 Melaporkan bahwa nyeri berkurang perubahan frekuensi tidak
dengan menggunakan manajemen jantung/pernapasan, tekanan darah
nyeri 3. Ajarkan teknik distraksi/pengalihan Mengajarkan pasien pengendali nyeri
 Mampu mengenali nyeri (skala, nyeri dan/atau dapat mengubah mekanisme
intensitas, frekuensi dan tanda sensasi nyeri dan mengubah persepsi
nyeri) nyeri

 Menyatakan rasa nyaman setelah 4. Anjurkan untuk beristirahat dalam Menurunkan stimulasi yang berlebihan

nyeri berkurang ruangan yang tenang yang dapat mengurangi nyeri

 Tanda vital dalam rentang normal 5. Berikan penjelasan kepada keluarga Pengenalan segera meningkatkan

Tidak mengalami gangguan tidur dan pasien jika nyeri tersebut muncul intervensi dini dan dapat menurunkan

Ni luh sukardiasih,S.kep Program Study Ners STIKes Widya Nusantara Palu 16


segera melaporkan kepada petugas beratnya serangan
kesehatan
6. Kolaborasi dalam pemberian analgetik Analgetik dapat memblok nyeri sehingga
nyeri dapat berkurang
4 a. Self Care : ADLs 1) Kaji kemampuan klien untuk Mempengaruhi pilihan intervensi yang
b. Toleransi aktivitas melakukan tugas dan aktivitas hidup digunakan
c. Konservasi eneergi sehari hari yang normal dengan
Setelah dilakukan tindakan memperhatikan laporan tentang
keperawatan selama ……..klien dapat kelemahan, keletihan, dan kesulitan
beraktivitas dengan kriteria dalam menyelesaikan tugas
 Berpartisipasi dalam aktivitas fisik 2) Perhatikan perubahan dalam Menunjukkan perubahan neurology
dengan TD, HR, RR yang sesuai keseimbangan, gangguan gaya berjalan karena defisiensi vitamin B12
 Melaporkan peningkatan aktivitas dan kelemahan otot mempengaruhi keamanan pasien/risiko
toleransi, termasuk aktivitas sehari cedera.
hari 3) Pantau TTV selama dan setelah Manifestasi kardiopulmonal dari upaya
 Tanda fisiologis intoleran (TTV) aktivitas. jantung dan paru untuk membawajumlah
dalam batas normal oksigen adekuat ke jaringan.
 Menunjukkan nilai laboratorium 4) Beri atau anjurkan bantuan terkait Untuk membantu pasien membangun

(Hb/Ht) dalam rentang yang dapat aktivitas dan ambulasi sesuai kebutuhan kemandirian

diterima yang memungkinkan klien untuk


menjadi partisipan aktif seoptimal

Ni luh sukardiasih,S.kep Program Study Ners STIKes Widya Nusantara Palu 17


mungkin.
5) Identifikasi dan implementasikan teknik Tindakan tersebut dapat menurunkan
menghemat energy : duduk dikursi metabolism seluler dan kebutuhan
ketika berpakaian oksigen
6) Anjurkan pasien istirahat bila terjadi Meningkatkan aktivitas secara bertahap
kelelahan dan kelemahan, anjurkan sampai normal dan memperbaiki tonus
pasien melakukan aktivitas otot/stamina tanpa kelemahan.
semampunya (tanpa memaksakan diri) Meingkatkan harga diri dan rasa
terkontrol.

Ni luh sukardiasih,S.kep Program Study Ners STIKes Widya Nusantara Palu 18


4. Discharge Planing
a. Berhenti merokok
b. Pertahankan gaya hidup sehat
c. Belajar untuk rileks dan mengendalikan stress
d. Batasi konsumsi alkohol
e. Jika sudah menggunakan obat hipertensi teruskan penggunaannya secara rutin
f. Diet garam serta pengendalian berat badan
g. Periksa tekanan darah secara teratur

Ni luh sukardiasih,S.kep Program Study Ners STIKes Widya Nusantara Palu 19


DAFTAR PUSTAKA

Anonim B. , 2011, Kumpulan Kuliah Farmakologi Edisi ke 2 : Jakarta: Penerbit Buku.


Kedokteran EGC.
Brunner and Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi. 8 volume 2.
Jakarta : EGC
Kowalak JP (ed). 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Dialihbahasakan oleh Hartono A.Jakarta:
EGC.
Marulan M, Panggabean. 2012 Penyakit Jantung Hipertensi ; Buku Ajar Ilmu Peyakit
DalamJilid III Edisi Keempat ; Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia
Nurarif Huda Amin, Kusuma Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnostik Medis & Nanda NIC-NOC edisi revisi jilid 2: Jakarta : Mediaction
Publishing
Sari R. 2015. Analisis hubungan antara derajat hipertensi pada pasien usia lanjut dengan
komplikasi organ target yang terjadi pada para pasien lansia di Rumah Sakit Umum
Pusat (RSUP) Dr. Kariadi Semarang periode 2008 – 2012: [Diunduh 2018
November 6]: Tersedia pada https://es.scribd.com/document/.../Sari-R-G2A009015-
Bab2

Ni luh sukardiasih,S.kep Program Study Ners STIKes Widya Nusantara Palu 20

Anda mungkin juga menyukai