Disusun Oleh:
Dwi Patmawati Hasim
2213042
Hari/tanggal :
Mengetahui
( ) ( ) ( )
TEORI TENTANG LANSIA
A. DEFINISI LANSIA
Gerontologi berasal dari bahasa Latin, yaitu geros berarti usia lanjut
dan logos berarti ilmu. Gerontologi merupakan cabang ilmu yang
mempelajari proses menua dan masalah yang terjadi pada lanjut usia. Geriatri
berasal dari bahasa Latin, yaitu geros berarti lanjut usia dan eatriea berarti
kesehatan atau medis. Geriatri merupakan cabang ilmu kedokteran yang
berfokus pada masalah kedokteran, yaitu penyakit yang timbul pada usia
lanjut (Kushariyadi, 2010).
Menurut Prayitno (2008), mengatakan bahwa lanjut usia adalah orang
yang berusia 56 tahun ke atas,tidak mempunyai penghasilan dan tidak
berdaya mencari nafkah untuk keperluan pokok bagi kehidupannya sehari-
hari.
Di Indonesia, dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang
Kesejahteraan Lanjut Usia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat (2), (3), (4), mengatakan
bahwa lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas, baik
pria maupun wanita.
Penduduk lansia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan
secara terus menerus, ditandai dengan penurunan daya tahan fisik dan rentan
terhadap penyakit yang mengakibatkan kematian. Secara ekonomi lansia
dianggap sebagai beban sumber daya. Lansia merupakan kelompok umur
yang mengalami berbagai penurunan daya tahan tubuh dan berbagai tekanan
psikologis (Saparinah,2008).
B. BATASAN LANSIA
Usia yang dijadikan patokan untuk lanjut usia berbeda-beda, umumnya
berkisar antara 60-65 tahun. Beberapa pendapat para ahli tentang batasan usia
adalah sebagai berikut:
1. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), menggolongkan lanjut
usia menjadi 4 yaitu:
a. Usia pertengahan (middle age) 45-59 tahun
b. Lanjut usia (elderly) 60-74 tahun
c. Lanjut usia tua (old) 75-90 tahun
d. Usia sangat tua (very old) usia > 90 tahun
2. Menurut Prof. DR. Koesoemanto Setyonegoro, Sp.Kj., batasan usia
dewasa sampai lanjut usia dikelompokkan menjadi:
a. Usia dewasa muda (elderly adulthood) usia 18/20-25 tahun
b. Usia dewasa penuh (middle years) usia 25-60/65 tahun
c. Lanjut usia (geriatric age) usia >65/70 tahun
3. Menurut Hurlock, perbedaan lanjut usia ada dua tahap, yaitu:
a. Early old age (usia 60-70 tahun)
b. Advanced old age (usia >70 tahun)
4. Menurut Burnsie, ada empat tahap lanjut usia, yaitu:
a. Young old (usia 60-69 tahun)
b. Middle age old (usia 70-79 tahun)
c. Old-old (usia 80-89 tahun)
d. Very old-old (usia > 90 tahun)
A. DEFINISI
Myalgia adalah suatu keadaan dimana badan terasa pegal-pegal, mulai
diakibatkan oleh olahraga yang menyebakan tubuh meregang terlalu banyak.
Myalgia yang terjadi tanpa riwayat trauma mungkin disebabkan oleh infeksi
virus.
Nyeri otot (Myalgia) adalah suatu istilah umum untuk suatu gejala yangdis
ebabkan berbagai kelainan dan kondisi medis. Penyebab yang paling
seringdisebabkan oleh ketegangan ( kontraksi ) yang berlebihan, saat latihan
atau bekerja berat
B. PENYEBAB
Umum
1. Penyebab umum myalgia adalah penggunaan otot yang salah atau otot yang
terlalu tegang.
2. Myalgia yang berlangsung dalam waktu yang lama menunjukkan myopati
metabolik,defisiensi nutrisi atau sindrom fatigue kronik.
3. Kelelahan (setelah latihan tidak terbiasa atau mengikuti kontraksi intens
kejang).
4. Cedera langsung pada otot (memar, luka atau cedera tekan).
Gangguan Sistemik
1. Virus (influenza, Epstein-Barr, herpes simpleks, poliomielitis)
2. Infeksi bakteri (radang tenggorokan, penyakit Lyme, tetanus)
3. Jamur (Histoplasmosis)
4. Parasit (malaria, toksoplasmosis, trichinosis)
Imunisasi
1. Vaksinasi terhadap berbagai penyakit)
2. Obat (antikonvulsan, antibiotika, agen antikanker, meurunkan kolesterol
agen, diuretik)
3. Penyalahgunaan obat
4. Racun
Penyebab Lain
1. Kekurangan vitamin C dan B kompleks.
2. Kekurangan mineral dan elektrolit (kalsium, fosfor, magnesium, kalium,
natrium)
C. GEJALA
1. Nyeri sendi
2. Kekakuan
3. Gejala neurologis (mati rasa, tremor, gangguan penglihatan, telinga
berdenging)
4. Kelelahan
5. Ruam
D. CARA MENCEGAH
1. Istirahat yang cukup, 6-8 jam
2. Cukupkan masukan nutrisi. Sarapan pagi, minum susu atau multivitamin B
dan C, cukup bagus untuk membantu aktifitas berat seharian.
3. Bekerja secara ergonomis. Cara bekerja yang aman, nyaman dan sehat.
Seperti cara duduk yang benar, cara mengangkat beban yang benar.
4. Adakan jeda istirahat. Saat kebanyakan duduk maka berikan waktu sekitar
5 menit untuk berdiri, untuk gerak ringan guna menghindara ketegangan
otot. Usahakan waktu istirahat untuk meluruskan punggung walau sebentar.
5. Apabila ada otot yang terasa tegang maka dapat dilakukan pemijatan,
pemijatan dapat di bantu dengan air hangat atau balsam guna memperlancar
aliran darah.
E. CARA MENGATASI
1. rileks dan lembut meregangkan daerah yang terlibat.
2. Mandi air hangat.
3. Pijat.
4. latihan peregangan harus digunakan sesering mungkin.
5. Olahraga teratur, perlahan-lahan meningkat dari setiap gerakan lembut
untuk lebih kuat, dapat membantu mengembalikan otot yang tepat.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan
lunak, erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan (perubahan
awal) berkembang menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi
dan subluksasio. Perubahan osteoartristik yang terjadi secara bersamaan.
2. Scan radionuklida :mengidentifikasi peradangan sinovium
3. Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan
irregularitas/ degenerasi tulang pada sendi
4. Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih besar
dari normal: buram, berkabut, munculnya warna kuning ( respon inflamasi,
produk-produk pembuangan degeneratif ); elevasi SDP dan lekosit,
penurunan viskositas dan komplemen ( C3 dan C4 ).
5. Biopsi membran sinovial : menunjukkan perubahan inflamasi dan
perkembangan panas.
6. Pemeriksaan cairan sendi melalui biopsi, FNA (Fine Needle Aspiration)
atau atroskopi; cairan sendi terlihat keruh karena mengandung banyak
leukosit dan kurang kental dibanding cairan sendi yang normal.
G. PENATALAKSANAAN
1. Jika merupakan suatu gejala penyakit, pengobatan utama ditujukan
pada penyakit tersebut.
2. Meningkatkan aliran darah atau suhu dalam otot, membantu untuk
mengurangiakumulasi zat metabolik yang merugikan.
3. Mengurangi aktivitas yang memperkuat timbulnya nyeri
4. Medications
a. NSAID
b. COX-nonselektif : asam mafenamat, piroksikam,
indometasin,aspirin, naproksen, ibuprofen
c. COX 2 preferential : meloxicam, diclofenac
Analgetik
ascorbic acid (vitamin C) dan antioxi
H. PENGKAJIAN
a. Aktivitas
1) Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
2) Tanda :Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,
takipnea.
b. Sirkulasi
1) Gejala : Riwayat Hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung
koroner/katup dan penyakit cebrovaskuler, episode palpitasi.
2) Tanda : Kenaikan TD, Nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis,
radialis, tikikardi, murmur stenosis valvular, distensi vena
jugularis, kulit pucat, sianosis, suhu dingin (vasokontriksi perifer)
pengisian kapiler mungkin lambat/ tertunda.
c. Integritas Ego
1) Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, factor stress
multiple (hubungan,keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan).
2) Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan continue
perhatian, tangisan meledak,otot muka tegang, pernafasan
menghela, peningkatan pola bicara.
d. Eliminasi
1) Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau
riwayat penyakit ginjal pada masa yang lalu).
e. Makanan/cairan
2) Gejala: Makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi
garam, lemak sertakolesterol, mual, muntah dan perubahan BB
akhir akhir ini (meningkat/turun), Riwayatpenggunaan diuretic
3) Tanda: Berat badan normal atau obesitas, adanya edema,
glikosuria.
f. Neurosensori
1) Gejala: Keluhan pening pening/pusing, berdenyut, sakit kepala,
suboksipital (terjadi saatbangun dan menghilangkan secara
spontansetelah beberapa jam), Gangguan penglihatan (diplobia,
penglihatan kabur,epistakis).
2) Tanda: Status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi
bicara,efek, proses piker,penurunan keuatan genggaman tangan.
g. Nyeri/ ketidaknyaman
1) Gejala: Angina (penyakit arteri koroner/ keterlibatan jantung),
sakitkepala.
h. Pernafasan
1) Gejala: Dispnea yang berkaitan dari kativitas/kerja
takipnea,ortopnea,dispnea, batuk dengan/tanpa pembentukan
sputum, riwayat merokok.
2) Tanda: Distress pernafasan/penggunaan otot aksesori pernafasan
bunyinafas tambahan(krakties/mengi), sianosis.
i. Keamanan
1) Gejala: Gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural.
I. DIAGNOSA
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
b. Deficit derawatan diri : berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal
c. Kurang Pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
d. Resiko jatuh berhubungan dengan factor usia 75 tahun
J. PERENCANAAN
No Diagnosa NOC NIC
1 Nyeri akut Setelah dilakuakan Pain Management
berhubungan tindakan selam 3x 7 jam
dengan agen pasien mampu 1. Kaji nyeri klien
cedera biologis Pain level : secara komprehensif
a. Mampu (P,Q,R,S,T).
mengontrol nyeri (tahu 2. Observasi reaksi
penyebab nyeri, mampu nonverbal dari
menggunakan tehnik ketidaknyamanan.
nonfarmakologi untuk 3. Kaji tanda-tanda vital.
mengurangi nyeri, 4. Ajarkan klien teknik
mencari bantuan) non farmakologi
b. Melaporkan untuk menurunkan
bahwa nyeri berkurang respon nyeri
dengan menggunakan diantaranya: tehnik
manajemen nyeri relaksasi, distraksi,
c.Mampu mengenali nyeri dan guide imageri.
(skala, intensitas, 5. Anjurkan klien untuk
frekuensi dan tanda menggunakan tehnik
nyeri) manajemen nyeri non
d. Menyatakan rasa farmakologi saat nyeri
nyaman setelah nyeri timbul.
berkurang 6. Kolaborasi pemberian
e. Tanda vital dalam analgetik.
rentang normal
2 Defisit Setelah dilakukan Self Care Assistance:
perawatan diri tindakan keperawatan ADLs
berhubungan selama 3x7 jam 1. Monitor kemampuan
dengan diharapkan kebutuhan klien untuk
kelemahan klien terpenuhi dengan kemampuan diri
fisik. kriteria hasil : klien yang mandiri.
Self Care: Activity of
Daily Living (ADLs) 2. Sediakan bantuan
a. Klien terbebas dari sampai klien mampu
bau badan. secara utuh untuk
melakukan self care.
b. Menyatakan
kenyamanan terhadap 3. Dorong klien untuk
kemampuan untuk melakukan aktifitas
melakukan ADL. sehari-hari yang
normal sesuai
c. Dapat melakukan kemampuan yang
ADL dengan bantuan. dimiliki.
4. Dorong kemampuan
untuk melakukan
secara mandiri, tapi
beri bantuan ketika
klien tidak mampu
melakukannya.
5. Ajarkan klien atau
keluarga untuk
mendorong
kemandirian, untuk
memberikan bantuan
jika hanya pasien
tidak mampu untuk
melakukannya.
DAFTAR PUSTAKA