Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.

Y
DENGAN MASALAH PRIORITAS KEPERAWATAN GANGGUAN
OKSIGENASI PADA PASIEN ASMA

DEPARTEMEN KEPERAWATAN DASAR PROFESI

Disusun
Oleh :
Erry Arisma
40226009

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA
KEDIRI
2020
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. Y
DENGAN MASALAH PRIORITAS GANGGUAN OKSIGENASI PADA
PASIEN ASMA BRONCHIAL

DEPARTEMEN KEPERAWATAN DASAR PROFESI

Nama Mahasiswa : Erry Arisma


NIM : 40220009
Nama Institusi : Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri

Kediri, 10 Oktober 2020


Mengetahui,
Dosen Pembimbing Kaprodi

Sri Wahyuni, S.Kep., M.Kep Sri Wahyuni, S.Kep., M.Kep


NIK. NIK.
LAPORAN PENDAHULUAN

A. ASMA

1. Pengertian

Asma adalah penyakit imflamasi kronik saluran napas yang disebabkan


oleh reaksi hipperresponsif sel imun tubuh seperti mast sel, eosinophils, dan
Tlymphocytes terhadap stimulus tertentu dan menimbulkan gejala dyspnea,
whizzing, dan batuk akibat obstruksi jalan napas yang bersifat reversible dan
terjadi secara episodik berulang (Brunner & Suddarth, 2015)
Penyakit asma merupakan proses imflamasi kronik saluran pernafasan
yang melibatkan banyak sel dan elemennya (GINA, 2017). Asma merupakan
suatu penyakit dengan adanya penyempitan saluran pernapasan yang
berhubungan dengan tanggap reaksi yang meningkat dari trakea dan bronkus
berupa hiperaktivitas otot polos dan inflamasi, hipersekresi mukus, edema
dinding saluran pernapasan dan inflamasi yang disebabkan berbagai macam
rangsangan (Alsagaff, 2017).

2. Etiologi

Asma dapat digolongkan sebagai asma ekstrinsik, yang memiliki


penyebab eksternal pasti, dan asma intrinsik, yang tidak memiliki penyebab
eksternal yang dapat didentifikasi. Asma ekstrinsik sering terjadi sebagai akibat
respons alergik, dengan terbentuknya antibody IgE terhadap antigen spesifik
(asma alergik atau atopic) dan cenderung mulai pada masa kanak-kanak
dengan gejala-gejala yang semakin kurang berat seiring pertambahan usia;
80% penderita asma adalah atopic. Asma intrinsic,biasanya terjadi pada orang
dewasa dan tidak membaik.
a. Faktor ekstrinsik /alergik

Reaksi antigen-antibodi : Karena intalasi allergen (debu, serbuk-serbuk,


bulu- bulu, binatang).

b. Faktor intrinsik / non alergik

 Infeksi : Influenza virus, pneumonia,mycoplasma.


 Fisik : Cuaca dingin, perubahantemperature.
 Iritan : Kimia, polusi udara (co, udara, asap rokok,parfum).
 Emosional :Takut, cemas,tegang.

3. Manifestasi Klinis

Biasanya pada penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan


gejalaklinis, tapi pada saat serangan penderita tampak bernafas cepat dan
dalam, gelisah, duduk dengan menyangga kedepan, serta tanpa otot-otot
bantu pernfasan bekerja dengan keras. Gejala klasik dari asma bronchial ini
adalah sesak nafas, batuk, dan pada sebagian penderita ada yang merasa nyeri
dada. Gejala-gejala yang timbul makin banyak, antara lain : silent chest,
sianosis, gangguankesadaran, hyperinflasi dada tachicardi dan pernafasan
cepat dangkal. Serangan asma bronchial seringkali terjadi pada malam
hari.Dispnea yangbermakna.

 Batuk, terutama dimalam hari.


 Pernapasan yang dangkal dancepat.
 Mengi yang dapat terdengar pada auskultasi paru. Biasanya
mengiterdengar hanya saat ekspirasi, kecuali kondisi pasienparah.
 Peningkatan usaha bernafas, ditandai dengan retraksi dada,disertai
 perburukan kondisi, napas cuping hidung.
 Kecemasan, yang berhubungan dengan ketidakmampuan mendapatudara
 yang cukup.
 Udara terperangkap karena obstruksi aliran darah, terutama terlihat selama
ekspirasi pada pasien asma. Kondisi ini terlihat dengan
memanjangnyawaktu ekspirasi.Diantara serangan asmatik, individu
biasanya asimtomatik.Akan tetapi, dalam pemeriksaan perubahan fungsi
paru mungkin terlihat bahkan diantara serangan pada pasien yang memiliki
asma persisten. Corwin, Elizabeth j: 2009

4. Komplikasi

Status asmatikus adalah keadaan spasme bronkiolus berkepanjangan yang


mengancam jiwa yang tidak dapat dipulihkan dengan pengobatan dapat terjadi pada
beberapa individu. Pada kasus ini, kerja pernapasan sangat meningkat. Apabila kerja
pernapasan meningkat, kebutuhan oksigen juga meningkat. Karena individu yang
mengalami serangan asma tidak dapat memenuhi kebutuhan oksigen normalnya,
individu semakin tidak sanggup memenuhi kebutuhan oksigen yang sangat tinggi yang
dibutuhkan untuk berinspirasi dan berekspirasi melawan spasme bronkiolus,
pembengkakan bronkiolus, dan mucus yang kental. Situasi ini dapat menyebabkan
pneumothoraks akibat besarnya tekanan untuk melakukan ventilasi. Apabila individu
kelelahan, dapat terjadi asidosis respiratorik, gagal nafas, dan kematian. Corwin,
Elizabeth J:2009
Serangan awal asma dapat terjadi pada masa kanak-kanak atau dewasa,
episode asma akut, yang disebut sebagai serangan asma dapat dicetuskan oleh stress,
olahraga berat, infeksi, atau pemajanan terhadap allergen atau iritan lain seperti debu
dan sebagainya. Banyak klien asma dalam keluarganya mempunyai riwayat alergi.
Dispnea adalah gejala utama asma, tetapi hiperventilasi, sakit kepala, kebas, dan mual
juga dapat terjadi.

5. Pengobatan
Pengobatan Nonfarmakologi

a. Penyuluhan ini ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan klien tentang


penyakit asma sehingga klien secara sadar menghindari faktor-faktor
pencetus, menggunakan obat secara benar, dan berkonsultasi pada tim
kesehatan.
b. Menghindari factor pencetus.Klien perlu dibantu mengidentifikasi
pencetus serangan asma yang ada pada lingkungannya, diajarkan cara
menghindari dan mengurangi factor pencetus, termasuk intake cairan yang
cukup bagiklien.
c. Fisioterapi, dapat digunakan untuk mempermudah pengeluaran mucus. Ini
dapat dilakukan dengan postural drainase, perkusi, dan fibrasidada.
Pengobatan Farmakologi
a. Agonis beta: metaproterenol (alupent, metrapel). Bentuknya
aerosol,bekerja sangat cepat, diberikan sebanyak 3-4 x semprot, dan jarak
antara semprotan pertama dan kedua adalah 10 menit.
b. Metilxantin, dosis dewasa diberikan 125-200 mg 4 x sehari. Golongan
metilxantin adalah aminofilin dan teofilin. Obat ini diberikan bilagolongan
beta agonis tidak memberikan hasil yang memuaskan.
c. Kortikosteroid. Jika agonis beta dan metilxantin tidak memberikan respons
yang baik,harus diberikan kortikosteroid. Steroid dalam bentuk aerosol
dengan dosis 4 x semprot tiap hari. Pemberian steroid dalam jangka
yanglama mempunyai efek samping, maka klien yang mendapat steroid
jangkalama harus diawasi denganketat.
d. Kromolin dan Iprutropioum bromide (atroven). Kromolin merupakan obat
pencegah asma khususnya untuk anak-anak. Dosis Iprutropioum Bromide
diberikan 1-2 kapsul 4 x sehari (Kee dan Hayes, 1994).
Muttaqin,Arif:2008
B. KONSEP GANGGUAN OKSIGENASI

1. Pengertian

Oksigen merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan


manusia, dalam tubuh, oksigen berperan penting dalam proses metabolisme sel
tubuh. Kekurangan oksigen bisa menyebabkan hal yang sangat berarti bagi
tubuh, salah satunya adalah kematian. Karena nya berbagai upaya perlu
dilakukan untuk menjamin pemenuhan kebutuhan oksigen tersebut, agar
terpenuhi dengan baik. Pemenuhan kebutuhan oksigen ini tidak terlepas dari
kondisi sistem pernafasan dan sistem kardiovaskuler secara fungsional. Bila ada
gangguan pada salah satu organ sistem respirasi dan kardiovaskuler, maka
kebutuhan oksigen akan mengalami gangguan (Haswita, Sulistyowati, 2017).
Oksigenasi merupakan proses penambahan O2 ke dalam sistem (kimia
dan fisika). Oksigen berupa gas tidak berwarna dan tidak berbau, yang mutlak
dibutuhkan dalam proses metabolisme sel. Kebutuhan tubuh terhadap oksigen
tidak tetap, dalam waktu tertentu membutuhkan oksigen dalam jumlah banyak
karena suatu sebab. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigen
dalam tubuh antara lain lingkungan, latihan, emosi, gaya hidup, dan status
kesehatan ( Sutanto, Fitriana, 2017)

2. Proses Oksigenasi

Proses oksigenasi melibatkan sistem pernafasan dan kardiovaskuler. Prosesnya


terdiri dari 3 tahapan yaitu:
a) Ventilasi merupakan proses pertukaran udara antara atmosfer dan alveoli.
Masuknya O2 atmosfir ke dalam alveoli ke atmosfer yang terjadi saat
respirasi (inspirasi-ekspirasi).
b) Difusi merupakan proses pertukaran gas oksigen dengan karbon dioksida
antara alveoli dengan darah pada membran kepiler alveolar paru.
c) Transportasi gas merupakan perpindahan gas dari paru ke jaringan dan dari
jaringan ke paru dengan bantuan darah (aliran darah) (Haswita, Sulistyowati,
2017).

3. Faktor yang Mempengaruhi Oksigenasi

a. Faktor fisiologi
1) Menurunnya kapasitas O2 seperti pada anemia.
2) Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada obstruksi
saluran napas bagian atas, penyakit asma.
3) Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan transpor
O2 terganggu seperti pada hipertensi, syok, dan dehidrasi.
4) Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam, ibu hamil,
luka, dan penyakit hipertiroid.
5) Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada
kehamilan, obesitas, muskuloskeletal yang abnormal, serta penyakit
kronis seperti TB paru.
b. Faktor perkembangan
1) Bayi prematur: yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan.
2) Bayi dan toddler: adanya risiko infeksi saluran pernapasan akut.
3) Anak usia sekolah dan remaja: risiko infeksi saluran pernapasan dan
merokok

4) Dewasa muda dan pertengahan: diet yang tidak sehat, kurang aktivitas,
dan stres yang mengakibatkan penyakit jantung dan paruparu.
5) Dewasa tua: adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan
arteriosklerosis, elastisitas menurun, dan ekspansi paru menurun.
c. Faktor perilaku
1) Nutrisi: seperti gizi yang buruk menjadi anemia sehingga daya ikat
oksigen berkurang.
2) Latihan dapat meningkatkan kebutuhan oksigen karenameningkatnya
metabolisme.
3) Merokok
4) Penyalahgunaan substansi (alkohol dan obat-obatan)
5) Kecemasaan
d. Faktor lingkungan
1) Tempat kerja
2) Temperatur lingkungan
3) Ketinggian tempat dari permukaan laut.

4. Tipe Kekurangan Oksigen

Menurut Tarwoto & Wartonah (2015), masalah keperawatan masalah


kebutuhan oksigen terdiri dari:
a. Hipoksemia merupakan keadaan dimana terjadi penurunan konsentrasi
oksigen dalam darah arteri. Pada keadaan hipoksemia tubuh, akan
melakukan kompensasi dengan cara meningkatkan pernapasan,
meningkatkan stroke volume, vasodilatasi pembuluh darah, dan peningkatan
nadi.
b. Hipoksia merupakan keadaan kekurangan oksigen di jaringan atau tidak
adekuatnya pemenuhan kebutuhan oksigen seluler akibat defisiensi oksigen
yang diinspirasi atau meningkatnya penggunaan oksigen pada tingkat
seluler. Hipoksia dapat terjadi setelah 4-6 menit ventilasi berhenti spontan.
Hipoksia tejadi diakibatkan oleh menurunnya hemoglobin, berkurangnya
konsentrasi oksigen, ketidakmampuan jaringan mengikat oksigen,
menurunnya difusi oksigen dari alveoli ke dalam darah, menurunnya perfusi
jaringan, kerusakan atau gangguan ventilasi.
c. Perubahan pola nafas Pada keadaan normal, frekuensi pernapasan pada orang
dewasa sekitar 12-20X/menit, dengan irama teratur serta inspirasi lebih
panjang dari ekspirasi. Pernapasan normal disebut eupnea.

WOC
C. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Anamnesis
1) Identitas Klient
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai,
status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah,
nomer register, tanggal masuk rumah sakit, diagnosis medis (Padila,
2012).

2) Keluhanutama
Keluhan utama meliputi sesak nafas, bernafas terasa berat pada dada, dan
adanya keluhan sulit untuk bernafas

3) Riwayat penyakit saat ini


Klien dengan serangan asma datang mencari pertolongan terutama
dengan keluhan sesak nafas yang hebat dan mendadak, kemudian diikuti
dengan gejala-gejala lain seperti wheezing, penggunaan otot bantu
pernapasan, kelelahan, gangguan kesadaran, sianosis, dan perubahan
tekanan darah.Perawat perlu mengkaji obat- obatan yang biasa diminum
klien dan memeriksa kembali setiap jenis obat apakah masih relevan
untuk digunakan kembali

4) Riwayat penyakitdahulu
Penyakit yang pernah diderita pada masa-masa dahulu seperti adanya
infeksi saluran pernapasan atas, sakit tenggorokan, amandel, sinusitis,
dan polip hidung. Riwayat serangan asma, frekuensi, waktu, dan alergen-
alergen yang dicurigai sebagai pencetus serangan, serta riwayat
pengobatan yang dilakukan untuk meringankan gejala asma.

5) Riwayat penyakitkeluarga
Pada klien dengan serangan asma perlu dikaji tentang riwayat penyakit
asma atau penyakit alergi yang lain pada anggota keluarganya karena
hipersensitivitas pada penyakit asma ini lebih ditentukan oleh faktor
genetik dan lingkungan.

b. Pemeriksaanfisik
1) Keadaan umum :
a) Kesadaran penderita : apatis, sopor, koma, gelisah, komposmentis
tergantung pada keadaan klien.
b) Tanda-tanda vital : Kaji dan pantau potensial masalah yang berkaitan
dengan pembedahan : tanda vital, derajat kesadaran, cairan yang keluar
dari luka, suara nafas, pernafasan infeksi kondisi yang kronis atau
batuk dan merokok.
c) Pantau keseimbangan cairan.
d) Observasi resiko syok hipovolemia akibat kehilangan darah pada
pembedahan mayor (frekuensi nadi meningkat, tekanan darah turun,
konfusi, dan gelisah).
e) Observasi tanda infeksi (infeksi luka terjadi 5-9 hari, flebitis biasanya
timbul selama minggu kedua) dan tanda vital.
f) Kaji komplikasi tromboembolik : kaji tungkai untuk tandai nyeri tekan,
panas, kemerahan, dan edema pada betis.
g) Kaji komplikasi emboli lemak : perubahan pola panas, tingkah laku,
dan tingkat kesadaran.
h) Kaji kemungkinan komplikasi paru dan jantung : observasi perubahan
frekuensi frekuensi nadi, pernafasan, warna kulit, suhu tubuh, riwayat
penyakit paru, dan jantung sebelumnya.
i) Kaji pernafasan : infeksi, kondisi yang kronis atau batuk dan merokok.
2) Secara sistemik menurut Padila (2012) antara lain:
a) Sistem integumen
Terdapat eritema, suhu disekitar daerah trauma meningkat, bengkak,
edema, nyeri tekan.
b) Kepala
Tidak ada gangguan yaitu normo cephalik simetris, tidak ada
penonjolan, tidak ada nyeri kepala.
c) Leher
Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada penonjolan, reflek
menelan ada.
d) Muka
Wajah terlihat menahan sakit, tidak ada perubahan fungsi maupun
bentuk. Tidak ada lesi, simetris, tak edema.
e) Mata
Tidak ada gangguan seperti konjungtiva tidak anemis
f) Telinga
Tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal. Tidak ada lesi atau
nyeri tekan.
g) Hidung
Tidak ada deformitas, tak ada pernafasan cuping hidung.
h) Mulut dan faring
Tak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan, mukosa
mulut tidak pucat.
i) Thoraks
Tak ada pergerakan otot intercostae, gerakan dada simetris
j) Paru-paru
Inspeksi : Pada klien asma terlihat adanya peningkatan usaha dan
frekuensi pernapasan, serta penggunaan otot bantu pernapasan.
Inspeksi dada terutama untuk melihat postur bentuk dan
kesimetrisan, adanya peningkatan diameter anteroposterior,
retraksi otot-otot interkostalis, sifat dan irama pernapasan, dan
frekuensi pernapasan.
.Palpasi :Pada palpasi biasanya kesimetrisan, ekspansi, dan taktil fremitus
normal.

Perkusi : Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor


sedangkandiafragma menjadi datar danrendah.

Auskultasi : Terdapat suara vesikuler yang meningkat disertai


dengan ekspirasi lebih dari empat detik atau lebih dari tiga kali
inspirasi, dengan adanya bunyi napas tambahan utama wheezing
pada akhir ekspirasi.

k) Jantung
Inspeksi : Tidak tampak iktus jantung
Palpasi :Nadi meningkat, iktus tidak teraba
Auskultasi : Suara S1 dan S2 tunggal tak ada mur-mur
l) Abdomen Inspeksi : Bentuk datar, simetris, tidak ada hernia
Palpasi : Turgor baik, tidak ada defands muskuler hepar tidak teraba.
Perkusi : Suara thympani, ada pantulan gelombang cairan
Auskultasi : Kaji bising usus.
m)Inguinal-genetalis-anus
Tak ada hernia, tak ada pembesaran lymphe, ada kesulitan buang air
besar.
n) Sistem muskuloskeletal
Tidak ada gangguan, dapat bergerak sesuai dengan kebutuhan.

c. Pemeriksaan Diagnostik

1) Pengukuran Fungsi Paru(Spirometri)


Pengukuran ini dilakukan sebelum dan sesudah pemberian
bronkodilator aerosol, golongan adrenergic.Peningkatan FEV atau
FVC sebanyak lebih dari 20% menunjukkan diagnosis asma.

2) Pemeriksaan darah rutin dankimia.

Jumlah sel leukosit yang lebih dari 15.000/mm terjadi karena adanya
infeksi. SGOT dan SGPT meningkat disebabkan kerusakan hati akibat
hipoksia atau hiperkapnea Sel eosinofil pada klien dengan status
asmatikus dapat mencapai 1000-1500/mm3 baik asma intrinsic
ataupun ekstrinsik, sedangkan hitungan sel eosinofil normal
antara100-200/mm.Perbaikan fungsi paru disertai penurunan hitung
jenis sel eosinofil menunjukkan pengobatan telah tepat.

3) Pemeriksaan Radiologi

Hasil pemeriksaan radiologi pada klien dengan asma bronchial


biasanya normal, tetapi prosedur ini harus tetap dilakukan untuk
menyingkirkan kemungkinan adanya proses patologi diparu atau
komplikasi asma seperti pneumothoraks, pneumomediastinum,
atelektasis, dan lain-lain. Muttaqin, Arif: 2008

2. Diagnosa Keperawatan
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan bronkospasme
2. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan denganpenegeluaran sputum
berlebih ditandai dengan suara rhonci.
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan spasme bronkus.
3.Intervensi Keperawatan
Masalah Tujuan dan Kriteria
No Intervensi Rasional
Keperawatan Hasil
1 Bersihan jalan Setelah dilakukan Observasi : Observasi:
nafas tindakan keperawatan a. Untuk mengetahui tanda-tanda vital
selama 3 jam, maka a. Monitor status kardiopulmonal pasien
jalan napas px bersih ( frekuensi, kekuatan nadi, b. Mengetahui seberapa banyak
dengan kriteria hasil : frekuensi nafas, td ) oksigeen yang berada di dalam
a. Produksi sputum b. Monitor status oksigenasi tubuh
menurun ( oksimetri ) c. Mengetahui secara dini adakah
b.Whezhing menurun c. Monitor status cairan resiko syok
c. Mengi menurun d. Monitor tingkat kesadaran dan d. Untuk mengetahui tingkat
respon pupil kesadaran pasien

Terapeutik:
Terapeutik :
a. Agar kebutuhan oksigen dalam
a. Berikan oksigen
tubuh terpenuhi
b. Persiapkan intubasi dan ventilasi
b. Mempersiapkan jika sesuatu yang
mekanis jika perlu
darurat terjadi

Edukasi:
Edukasi : a. Agar pasien dapat mengetahui
a. Jelasakan penyebab/faktor resiko secara dini dan menhindari kondisi
syok syok
b. Jelaskan tanda dan gejala syok b. Agar pasien mengerti dan dapat
c. Anjurkan melapor apabila segera meminta bantuan apabila
menemukan tanda gejala awal syok terjadi syok
c. Agar pasien segera mendapatkan
bantuan ketika syok
Kolaborasi :
a. Kolaborasi pemberian iv
b. Kolaborasi pemberian transfusi Kolaborasi:
darah a. Mengganti cairan pasien yang
c. Kolaborasi pemberian antiinflamasi keluar dan menghindari syok
b. Mencegah terjadinya syok
c. Untuk menghindari inflamsi

2 Pola napas tidak Setelah dilakukan Pemantauan respirasi Pemantauan respirasi


efektif tindakan keperawatan Observasi :
Observasi:
selama 1x24 jam, maka a. Mengetahui tanda-tanda vital
a. Monitor pola nafas, saturasi O2
pola napas pasien pasien
b. Monitor frekuensi, irama
membaik dengan b. Mengetahui ada tidknya usahan
kedalaman, dan upaya nafas
kriteria hasil : napas pada pasien
c. Monitor adanya sumbatan jalan
a. Dysnepea menurun c. Mengetahui ada tidaknya sumbatan,
nafas
b. Penggunaan otot apabila ada segera dilakukan
bantu napas pembebsan jalan nafas
Terapeutik:
menurun
a. Atur interval pemantauan respirasi
c. Frekuensi napas Terapeutik:
b. Edukasi
membaik a. Agar proses respirasi dapat kembali
c. Jelaskan tujuan dan procedure
d. Kedalaman napas normal
pemantauan
membaik b. Agar pasien mengerti dengan
d. Informasikan hasil pemantauan
kondisi yang alami
c. Agara pasien mengetahui tindakan
Edukasi: yang akan diberikan
a. Jelaskan tujuan dan procedure d. Agar pasien tahu tentang hasil
pemantauan pemriksaan
b. Informasikan hasil pemantauan
Edukasi:
Terapi oksigen a. Agar pasien mengerti tindakan
yang akan dilakukan
Observasi:
b. Agar pasien tahu tentnag hasil
a. Monitor kecepatan aliran oksigen pemeriksaannya
b. Monitor posisi alat terapi oksigen
c. Monitor tanda-tanda hipoventilasi Terapi Oksigen
d. Monitor integritas mukosa hidung Observasi
akibat pemasangan oksigen a. Agar aliran oksigen yang masuk
kedalam tubuh pasien sesuai
Terapeutik dengan yang di adviskan
b. Untuk memastikan oksigen benar-
a. Bersihkan secret pada mulut,
benar masuk
hidung, dan trakea
c. Menegtahui secara dini bila ada
b. Pertahankan kepatenan jalan nafas
gejal hipoventilasi
c. Berikan oksigen
d. Agar oksigen yang diberikan bias
maksimal masuk kedalam tubuh
tanpa ada hambatan
Edukasi
a. Ajarkan keluarga cara Terapeutik
menggunakan oksigen di rumah a. Agar area mulut hidung pasien
b. Kolaborasi bersih dan tidak mengganggu jalan
c. Kolaborasi penentuan dosis oksigen nafas
b. Agar jalan nafas pasien tidak
mengalam sumbatan
c. Untuk membantu kebutuhan
oksigenasi pasien

Edukasi
a. Agar keluarga dapat menggunakan
oksigen yang baik sesuai
kebutuhan
b. Agar kbebuyuhan oksigenasi
pasien terpenuhi
c. Agar sesuai dengan kebutuhan
pasien

3
Format Asuhan Keperawatan

PRODI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN
BHAKTI WIYATA KEDIRI

PENGKAJIAN KEPERAWATAN DASAR

Tanggal MRS : 1 April 2020 Jam Masuk : 15.00 WIB


Tanggal Pengkajian : 1 April 2020 No. RM : 1021090
Jam Pengkajian : 16.00 WIB Diagnosa Medis : Asma Bronk

I. BIODATA
IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien : Ny. Y
Umur : 49 tahun
Jenis Kelamin :P
Suku/ Bangsa : Jawa/ Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Status Perkawinan : Kawin
Alamat : Pasuruan
     
IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB
Nama : Ny. S
Umur : 43
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SMA
Jenis Kelamin :P
Agama : Islam
Alamat : Pasuruan
Hubungan dengan pasien  : Istri

II. RIWAYAT PENYAKIT


1. KELUHAN UTAMA :
a. Saat Masuk Rumah Sakit
Pasien mengatakan merasa sesak, batuk berdahak dan nyeri dada setelah
beraktifitas dari kebun.
b. Saat Pengkajian
Pasien mengatakan merasa sesak napas, batuk berdahak dan nyeri dada.

2. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG → Pada tanggal 1 April pasien


mengatakan sesak nafas batuk dan nyeri dada, kemudian pukul 15.00 dibawa ke
IGD RS Bangil :
a. P = Provoking atau Paliatif
Beraktifitas berlebihan
b. Q = Quality
Seperti ditekan
c. R = Regio
Di dada kanan dan kiri
d. S = Severity
6
e. T = Time
Menetap
Menurut Ahency for Health Care Polcy and Research
No Intensitas Nyeri Diskripsi
1 Tidak Nyeri Pasien mengatakan tidak nyeri
2 Nyeri Ringan Pasien mengatakan sedikit nyeri atau
ringan
Pasien nampak gelisah
3  Nyeri Sedang  Pasien mengatakan nyeri masih bisa ditahan /
sedang

Pasien nampak gelisah


Pasien mampu sedikit berpartisipasi dlm
keperawatan
4 Nyeri Berat Pasien mengatakan nyeri tidak dapat ditahan /
berat
Pasien sangat gelisah
Fungsi mobilitas dan perilaku pasien
Berubah
5 Nyeri Sangat Pasien mengataan nyeri tidak tertahankan /
Berat sangat berat
Perubahan ADL yang mencolok (Ketergantungan),
putus asa

3. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


1. Pernah dirawat: ya tidak kapan : 1 tahun yang lalu
Diagnosa :Asma Bronkial
2. Riwayat penyakit kronik dan menular ya  tidak Jenis: -
Riwayat kontrol : -
Riwayat penggunaan obat :-
3. Riwayat alergi : ya tidak jenis cuaca dingin
4. Riwayat operasi : ya tidak kapan-

4. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


Ya Jenis penyakit:-
 Tidak

III. OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK


1. Pemeriksaan Tanda tanda vital
TD : 120/90 mmHg
ND : 97x/menit
SH : 36,7̊C
RR : 24 X/menit
BB : 65 kg
TB : 170
Kesadaran : Compos Mentis Somnolen
Sopor Koma Apatis
2. Keadaan Umum
Pasien tampak lemah, sesak nafas, tampak batuk, kesadaran pasien composmetis.
3. HEAD TO TOE
KEPALA
Bentuk kepala simetris tidak
Ketombe ada tidak
Kotoran pada kulit kepala ada tidak
Pertumbuhan rambut  merata tidak
Lesi ada  tidak
Nyeri tekan ya  tidak
KULIT
Kulit ikterik sianos  kemerahan hiperpigmentasi
Turgor kulit baik kurang jelek
Lesi ada  tidak
Oedema ya  tidak
Peradangan ya  tidak

PENGLIHATAN
Bola mata  simetris tidak
Pergerakan bola mata  normal tidak
Refleks pupil terhadap cahaya normal tidak
Kornea  bening tidak
Konjungtiva  anemis tidak
Sclera  ikterik tidak
Pupil  isokor anisokor
ketajaman pengelihatan  normal tidak

PENCIUMAN/PENGHIDUNG
Bentuk simetris tidak
Fungsi penciuman baik tidak
Peradangan ada  tidak
Polip ada tidak
Perdarahan ya tidak

PENDENGARAN/TELINGA
Bentuk daun telinga simetris tidak
Letak simetris tidak
Peradangan ada tidak
Fungsi pendengaran baik tidak
Serumen ada tidak
Cairan ada  tidak
Perdarahan ya  tidak

MULUT
Mulut  bersih kotor berbau
Bibir  pucat cyanosis merah
Mukosa bibir lembab  kering stomatitis
Gigi  bersih tidak
Gusi berdarah ya  tidak
Tonsil radang  tidak
Lidah tremor ya  tidak
Fungsi pengecapan  baik tidak

LEHER
Benjolan/massa ada  tidak
Kekakuan ya  tidak
Nyeri tekan ya  tidak
Kedudukan trachea  normal tidak
Gangguan bicara ada  tidak

DADA/PERNAFASAN
PARU
Inspeksi
Keluhan :  sesak  nyeri waktu nafas
Batuk  produktif Kering Darah
Sekret : Ada Konsistensi : Kental
Warna : Kuning Kental Bau : Khas Sputum
Irama nafas :  teratur tidak teratur
Pola  Dispnoe Kusmaul Cheyne Stokes
Bentuk dada  Simetris Asimetris
Bentuk thorax  Normal chest Pigeon chest
Funnel chest Barrel chest
Retraksi Intercosta  ya tidak
Retraksi Suprasternal ya  tidak
Pernafasan cuping hidung ya tidak
Alat bantu napas  ya tidak
Jenis: Masker NRBM Flow 8lpm
Palpasi
Pemeriksaan taktil / vokal fremitus : Getaran antara kanan dan kiri teraba (sama/
tidak sama), lebih bergetar pada sisi
Perkusi
Area paru : ( sonor / hipersonor / dulness )
Auskultasi
Suara nafas :
Area Vesikuler Bersih Halus Kasar
Area Brochial Bersih Halus Kasar
Area Bronkovesikuler Bersih Halus Kasar
Suara tambahan :
Crakles Rochi Wheezing Pleural Friction rub

JANTUNG
Inspeksi
Ictus Cordis ( + / - ), pelebaran - cm
Palpasi
Pulsasi pada dinding thorax teraba ( Lemah/ Kuat/ Tidak teraba )
Perkusi
Batas – batas jantung normal adalah :
Batas atas :................................( N = ICS II )
Batas bawah :................................( N = ICS V )
Batas Kiri :................................( N = ICS V Mid clavikula Sinistra )
Batas Kanan :................................( N = ICS IV Mid sternalis Dextra )
Auskultasi
BJ I terdengar (tunggal/ganda), (Keras/lemah), (reguler/irreguler)
BJ II terdengar (tunggal/ganda), Keras/lemah), (reguler/irreguler)
Bunyi jantung tambahan :
BJ III (+ / -), Gallop Rhythm (+ / -), Murmur (+ / -)
Keluhan lain terkait dengan jantung :
a. Keluhan nyeri dada ya tidak
b. Irama jantung reguler ireguler
S1/S2 tunggal ya tidak
c. CRT :<3detik
d. Akral hangat panas dingin
kering basah
e. JVP normal meningkat menurun
f. Clubbing Finger ya  tidak

ABDOMEN
Bentuk  simetris tidak
Abdomen tegang kembung ascites
Nyeri tekan ya tidak
Peristaltik usus : 11x/menit
Oedem ya tidak

REPRODUKSI
Radang pada genitalia eksterna ya tidak
Lesi ya tidak
Siklus menstruasi teratur tidak
Pengeluaran cairan ya tidak

EKSTREMITAS ATAS/BAWAH
Pembatasan gerak ya tidak
Varises ada tidak
Tromboplebitis ada tidak
Nyeri ya tidak
Kemerahan ya tidak
Kelemahan tungkai/tidak ya tidak
Kekuatan otot
55
55

Oedem
-

IV. POLA PEMELIHARAAN KESEHATAN


a. Pola Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi
Pemenuhan
No makan dan Sebelum Sakit Setelah Sakit
Minum
1 Jumlah / Waktu Pagi Pagi
Makan: 1x 1 porsi Makan 1 porsi
Minum: Siang
1 gelas kopi 1 gelas air Makan 1 porsi
putih Malam
Siang Makan satu porsi
Makan: 2 x 1 porsi
Minum:
3 gelas Air putih
Malam
Makan: 1 x 1 porsi
Minum:
1 gelas Kopi
2 Jenis Nasi : Nasi
Nasi putih Nasi putih
Lauk : Lauk
Tahu, tempe, ayam Telur, daging
Sayur : Sayur
Bayam, sawi wortel
Minum : Minum / Infus
Air putih dan kopi Air putih, susu
3 Pantangan / - -
Alergi
4 Kesulitan makan - -
dan minum
5 Usaha untuk - -
mengatasi
masalah

b. Pola Eliminasi
Pemenuhan
No Eliminasi Sebelum Sakit Setelah Sakit
BAB / BAK
1 Jumlah / Waktu Pagi Pagi
BAK: 1x 300cc BAK: 1x 500cc
BAB: - BAB: -
Siang Siang
BAK: 2x 250cc BAK: 1x 400cc
BAB: - BAB: -
Malam Malam
BAK: 2x 200 BAK: 1x 600
BAB: 1x BAB : -
2 Warna BAK : BAK :
Kuning jernih Khas urin
BAB : BAB :
Kuning kecoklatan -
3 Bau BAK : BAK :
Khas urin Khas urin
BAB : BAB :
Khas feses -
4 Konsistensi BAK : BAK :
cair cair
BAB : BAB :
Lunak -
5 Masalah
eliminasi Tidak ada
Tidak ada
6 Cara mengatasi
Tidak ada Tidak ada
masalah

c. Pola Istirahat Tidur


Pemenuhan
No Sebelum Sakit Setelah Sakit
Istirahat Tidur
1 Jumlah / Waktu Pagi : Pagi :
- 8 jam
Siang : Siang:
1 jam 8jam
Malam : Malam:
5 jam 8 jam
2 Gangguan tidur - -
3 Upaya
mengatasi
- -
masalah
gangguan tidur
4 Hal yang
Suasana kamar yang
mempermudah -
bersih dan sepi
tidur
5 Hal yang
mempermudah Suara berisik
bangun

d. Pola Kebersiah diri / Personal Hygiene


Pemenuhan
No Personal Sebelum Sakit Setelah Sakit
Hygiene
1 Frekuensi 2 hari sekali Tidak mencuci rambut
mencuci rambut
2 Frekuensi 2x sehari Tidak mandi tapi diseka
Mandi
3 Frekuensi 2x sehari Tidak meggosok gigi
Gosok gigi
4 Memotong kuku 1x sehari Tidak memotong kuku
5 Ganti pakaian 3x sehari 1x sehari

e. Merokok  ya tidak
f. Alkohol ya tidak
V.PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
a. Persepsi klien terhadap penyakitnya
 Cobaan Tuhan hukuman lainnya
b. Ekspresi klien terhadap penyakitnya
Murung/diam  gelisah
tegang marah/menangis
c. Reaksi saat interaksi Kooperatif
tidak kooperatif
curiga
d. Gangguan konsep diriya tidak
Masalah Keperawatan:-

VI. PENGKAJIAN SPRIRITUAL


Kebiasaan beribadah
a. Sebelum sakitsering kadang- kadang tidak pernah
b. Selama sakit  sering kadang- kadang tidak pernah
Masalah Keperawatan :-

VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG


LABORATORIUM :
A. Darah Lengkap
Leukosit : 16.700 ( N : 3.500 - 10.000 mL )
Eritrosit : 4.9 ( N : 1,2 juta - 1,5 juta )
Trombosit : 250.000 ( N : 150.000 – 350.000 / mL )
Hemoglobin :13,25 ( N : 11,0 – 16,3 gr / dl )
Hematrokit : 37,9 ( N : 35,0 – 50 gr / dl )
B. Kimia Darah
Ureum : 26 ( N : 10 – 50 mg / dl )
Creatinin :.1,2 ( N : 07 – 1,5 mg / dl )
SGOT :15 ( N : 2 – 17 )
SGPT :7 ( N : 3 – 19 )
BUN : 13 ( N : 20 – 40 / 10 – 20 mg / dl )
Bilirubin : 1,0 ( N : 1,0 mg / dl )
Total Protein :7,2 ( N : 6,7 – 8,7 mg / dl )
GD Puasa :100 ( N : 100 mg / dl )
GD 2 JPP :116 ( N : 140 – 180 mg / dl )

C. Analisa aelektrolit
Natrium : 140 ( N : 136 – 145 mmol / l )
Kalium :4 ( N : 3,5 – 5,0 mml / l )
Clorida :100 ( N : 98 – 106 mmol / l )
Calsium : 8,2 ( N : 7,6 – 11,0 mg / dl )
Phospor :5 ( N : 2,5 – 7,07 mg / dl )

PEMERIKSAAN PENUNJANG YANG LAIN :


Jenis pemeriksaan Hasil
Foto Rontgent -
USG -
EKG -
EEG -
CT- Scan -
MRI -
Endoscopy -
Lain – lain -

TERAPI YANG TELAH DIBERIKAN


Nama Obat Dosis Nama Obat Dosis
Furosemid 1 x 20 mg Pulmicot 3x1
Topazol 1 x 1 ampul Ventolin 4x1
Meropenem 3 x 1 gr
Cefurotaxim 1 x 1 ampul
Infus NS 15 tpm

DATA TAMBAHAN LAIN :


...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................

DAFTAR PRIORITAS MASALAH


1. Pola nafas tidak efektif
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif

Kediri, 1 Oktober 2020

( Erry Arisma )
ANALISA DATA

NO ANALISA DATA ETIOLOGI DIAGNOSA


1. Ds : Allergen masuk Pola nafas tidak
 Pasien mengatakan efektif
merasa sesak Melepas IG E
 Pasien mengatakan batuk
 Pasien mengatakan nyeri melepaskan
dada saat bernafas mediator kimia
Do :
 Pasien tampak sesak Kontraksi otot
 Tampak pernapasan polos
cuping hidung
 Tampak ada usaha nafas Bronkospasme
 Pasien tampak batuk
Penyempitan
berdahak
saluran paru
 Suara nafas wheezing
kanan kiri
Sesak napas
 Pasien tampak gelisah
 Pasien terpasang masker Usaha napas
NRBM 8 lpm berlebih
 TD : 130/90 mmHg
 HR : 97 x/mnt Nafas cepat
 S : 36,7C
 RR : 32 x/mnt
 Spo2 : 98 %
2. Ds : Allergen masuk Bersihan jalan
 Pasien mengatakan nafas tidak efektif
merasa sesak Melepas IG E
 Pasien mengatakan batuk
 Pasien mengatakan dapat melepaskan
mengeluarkan sputum mediator kimia
 Pasien mengatakan nyeri
dada saat bernafas Kontraksi otot
Do : polos
 Pasien tampak sesak
 Tampak pernapasan Bronkospasme
cuping hidung
Pembengkakan
 Tampak ada usaha nafas
membrane mukosa
 Pasien tampak batuk
berdahak
Pembentukan
 Tampak dahak pasien mucus belebih
berwarna kuning kental
 Tampak sputum tertinggal
di area faring
 Suara nafas wheezing
kanan kiri
 Pasien tampak gelisah
 Pasien terpasang masker
NRBM 8 lpm
 TD : 130/90 mmHg
 HR : 97 x/mnt
 S : 36,7C
 RR : 32 x/mnt
Spo2 : 98 %
RENCANA KEPERAWATAN
Nama Klien : Tn. Y
No. RM : 1020090
NO. DX KEP TUJUAN INTERVENSI
1. Pola nafas tidak Setelah dilakukan tindakan Pemantauan respirasi
efektif b/d keperawatan selama 1x24
Observasi:
brnkospasme jam, maka pola napas
a. Monitor pola nafas, saturasi O2
ditandai dengan pasien membaik dengan
b. Monitor frekuensi, irama
pasien mengeluh kriteria hasil :
kedalaman, dan upaya nafas
sesak nafas, suara 1. Dysnepea menurun
c. Monitor adanya sumbatan jalan
tambahan 2. Penggunaan otot
nafas
nafaswheezing bantu napas
menurun
Terapeutik:
3. Frekuensi napas
a. Atur interval pemantauan
membaik
respirasi
4. Kedalaman napas
b. Edukasi
membaik
c. Jelaskan tujuan dan procedure
pemantauan
d. Informasikan hasil pemantauan

Edukasi:
a. Jelaskan tujuan dan procedure
pemantauan
b. Informasikan hasil pemantauan

Terapi oksigen
Observasi:
a. Monitor kecepatan aliran
oksigen
b. Monitor posisi alat terapi
oksigen
c. Monitor tanda-tanda
hipoventilasi
d. Monitor integritas mukosa
hidung akibat pemasangan
oksigen

Terapeutik
a. Bersihkan secret pada mulut,
hidung, dan trakea
b. Pertahankan kepatenan jalan nafas
c. Berikan oksigen

Edukasi
a. Ajarkan keluarga cara
menggunakan oksigen di rumah
b. Kolaborasi
c. Kolaborasi penentuan dosis
oksigen
d. Memberikan pendidikan
kesehatan untuk menghindari hal
hal yang menimbulkan penyaki
asma kambuh

2. Bersihan jalan Setelah dilakukan asuhan Observasi :


nafas tidak efektif keperawatan selama 1x24
jam pasien dapat membaik a. Monitor status kardiopulmonal
dengan kriteria hasil : ( frekuensi, kekuatan nadi,
1. Dyspnea menurun frekuensi nafas, td )
2. Penggunaan otot b. Monitor status oksigenasi
bantu cukup baik ( oksimetri )
3. Frekuensi nafas c. Monitor status cairan
membaik d. Monitor tingkat kesadaran dan
4. Kedalamn nafas respon pupil
membaik
Terapeutik :
a. Berikan oksigen
b. Persiapkan intubasi dan ventilasi
mekanis jika perlu

Edukasi :
a. Jelasakan penyebab/faktor resiko
syok
b. Jelaskan tanda dan gejala syok
c. Anjurkan melapor apabila
menemukan tanda gejala awal
syok

Kolaborasi :
a. Kolaborasi pemberian iv
b. Kolaborasi pemberian transfusi
darah
c. Kolaborasi pemberian
antiinflamasi

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama Klien :Tn. Y
Dx Medis :Asma Bronkhial
NO. TGL DAN IMPLEMENTASI EVALUASI (SOAP PARAF
JAM
1. 1-04-2020 Pemantauan respirasi 2-04-2020
17.00 Observasi: S:
a. Memonitor pola nafas, saturasi  Pasien mengatakan
O2 sesak
- Pola nafas terarur, cepat, SPO2  Pasien mengatakan
98% batuk
b. Memonitor frekuensi, irama
 Pasien mengatakan
kedalaman, dan upaya nafas
nyeri dada saat
- RR :32x/menit, terdapat
bernafas
upaya nafas
O:
c. Memonitor adanya sumbatan
 Pasien tampak sesak
jalan nafas
- Tampak sputum yang beum  Tampak pernapasan
keluar di laring cuping hidung sudah
berkurang
Terapeutik:  Tampak ada usaha
- nafas
Edukasi  Pasien tampak batuk
a. Menjelaskan tujuan dan berdahak
procedure pemantauan  Suara nafas wheezing
b. Menginformasikan hasil kanan kiri
pemantauan  Pasien terpasang
c. Menganjurkan untuk idak masker NRBM 8 lpm
kelelahan, menghindari  TD : 130/90 mmHg
dingin, dan hal yang memicu  HR : 90 x/mnt
kambuhnya asma  S : 36,5C
 RR : 24 x/mnt
Terapi oksigen Spo2 : 98 %
Observasi: A : Masalah belum teratasi
a. Memonitor kecepatan aliran
oksigen P : Lanjutkan seluruh
- 8 lpm intervensi
b. Memonitor posisi alat terapi
oksigen
03-04-2020
Terapeutik S:
a. Membersihkan secret pada  Pasien mengatakan
mulut, hidung, dan trakea tidak sesak
b. Mepertahankan kepatenan
 Pasien mengatakan
jalan nafas
tidak batuk
c. Memberikan oksigen
O:
- Memberikan oksigen
 Pasien tidak sesak
dengan masker NRBM 8
lpm  usaha nafas
 Tidak ada suara nafas
Edukasi tambahan
a. Ajarkan keluarga cara  TD : 120/80 mmHg
menggunakan oksigen di  HR : 90 x/mnt
rumah  S : 36,5C
 RR : 16 x/mnt
Kolaborasi Spo2 : 98 %
a. Kolaborasi penentuan dosis
oksigen A : Masalah teratasi
- 8 lpm
P : Hentikan intervensi,
rencana KRS

2. 1-04-2020 Observasi : 16-02-2020


17.00 1. Memonitor pola nafas S :
( seperti bradikardi,  Pasien mengatakan
takipnea, sesak
hiperventilasi,kusmaul)  Pasien mengatakan
 Pola nafas teratur batuk
 RR 32 x/mnt  Pasien mengatakan
2. Memonitor bunyi nafas nyeri dada saat
 Whezing bernafas
3. Memonitor kemampuan  Pasien dapat
batuk efektif mengeluarkan
 Pasien dapat batuk efektif sputum
4. Memonitor adanya produksi O :
sputum  Pasien tampak sesak
5. Memonitor adanya  Tampak pernapasan
sumbatan jalan nafas cuping hidung sudah
 Terdapat seputum yang berkurang
mengganggu jalan nafas  Tampak ada usaha
6. Memonitor saturasi osigen nafas
 98 %  Sputum psien tampak
Teraupetik : keluar
1. Memberi posisi semi fowler  Pasien tampak batuk
2. Melakukan batuk efektif berdahak
 Pasien dapat batuk efektif  Suara nafas wheezing
 Sputum dapat keluar kanan kiri
 Konsistensi kental  Pasien terpasang
berwarna kuning masker NRBM 8 lpm
3. Memberikan oksigen  TD : 130/90 mmHg
 Oksigen masker NRBM  HR : 90 x/mnt
8 lpm  S : 36,5C
Kolaborasi :  RR : 24 x/mnt
1. Kolaborasi pemberian Spo2 : 98 %
nebulezer
 Combivent 3 x 1 A : Masalah belum teratasi
 Pulmicot 3 x 1
P : Lanjutkan seluruh
intervensi

03-04-2020
S:
 Pasien mengatakan
tidak sesak
 Pasien mengatakan
tidak batuk
O:
 Pasien tidak sesak
 usaha nafas
 Tidak ada suara nafas
tambahan
 TD : 120/80 mmHg
 HR : 90 x/mnt
 S : 36,5C
 RR : 16 x/mnt
Spo2 : 98 %

A : Masalah teratasi

P : Hentikan intervensi,
rencana KRS

Anda mungkin juga menyukai