Kelompok 1 :
1.
2.
3.
4.
BAB I
PENDAHULUAN
1
pada
anak
dan
berpotensi
mengganggu
pertumbuhan
dan
perkembangan anak. Alergi dapat menyerang semua organ dan fungsi tubuh
tanpa terkecuali. Sehingga penderita asma juga akan mengalami gangguan
pada organ tubuh lainnya.
Di samping itu banyak dilaporkan
respon
dari
bronkus
(Soeparman,1999)
terhadap
berbagai
rangsangan.
2.2 Etiologi
Sampai saat ini, etiologi asma belum diketahui dengan pasti. Namun
suatu hal yang sering kali terjadi pada semua penderita asma adalah fenomena
hiperaktivitas bronchus. Bronkhus penderita asma sangat peka terhadap
rangsang imunologi maupun nonimunologi. Karena sifat tersebut, maka
serangan asma mudah terjadi akibat berbagai rangsang baik fisik,
metabolisme, kimia, allergen, infeksi, dan sebagainya. Faktor penyebab yang
sering menimbulkan asma perlu diketahui dan sedapat mungkin dihindarkan.
Faktor-faktor tersebut adalah (Somantri, 2008):
1. Alergi
Alergi adalah reaksi yang terjadi ketika sistem imun salah
mengidentifikasi zat yang secara normal tidak berbahaya sebagai zat yang
merusak tubuh. Sedangkan zat yang menyebabkan alergi disebut alergen.
Alergen adalah zat-zat tertentu bila dihisap atau di makan dapat
menimbulkan serangan asma, misalnya debu rumah, (Dermatophagoides
pteronissynus) spora jamur, serpih kulit kucing, bulu binatang, beberapa
makanan laut dan sebagainya (Bull, 2007).
2. Infeksi saluran nafas
Infeksi saluran nafas terutama oleh virus seperti influenza
merupakan salah satu faktor pencetus yang paling sering menimbulkan
asthma bronkiale. Diperkirakan dua pertiga penderita asthma dewasa
serangan asthmanya ditimbulkan oleh infeksi saluran nafas.
3. Olah raga / kegiatan jasmani yang berat
Sebagian penderita asthma bronkiale akan mendapatkan serangan
asma bila melakukan olah raga atau aktifitas fisik yang berlebihan. Lari
cepat dan bersepeda paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan
asthma karena kegiatan jasmani (Exercise induced asthma /EIA) terjadi
setelah olah raga atau aktifitas fisik yang cukup berat dan jarang serangan
timbul beberapa jam setelah olah raga.
4. Obat-obatan
spesifik.
Sifatnya :
a. Timbul sejak anak-anak
b. Test kulit positif terhadap satua atau lebih allergen
c. Keluarga lain ada yang menderita asma
d. Sering ada gejala alergi seperti dermatitis, rhinitis
e. Peningkatan kadar IgE dan eosinofil dalam darah maupun dahak
3. Asma Bronchial Campuran
Gejala dapat bersifat paroksimal, yaitu pada siang hari dan memburuk pada
malam hari. (Brunner & Suddarth,2000)
2.5 Patofisiologi
Alergen yang masuk kedalam tubuh merangsang sel plasma
menghasilkan Ig E yang selanjutnya menempel pada reseptor dinding sel
mast ini disebut sel mast tensensitisasi.
Bila alergen serupa masuk kedalam tubuh, alergen tersebut akan
menempel pada sel mast tensensitisasi yang kemudian mengalami degranulasi
dan mengeluarkan sejumlah mediator seperti histamine, kukotrien, serta
faktor penyakit trombosit mencetuskan bronkokonstriksi, edema mukosa dan
respon imun kemudian menghasilkan keadaan hiperresponsik jalan nafas
berkelanjutan dengan penyumbatan jalan nafas.
Affekosis segmental atau subsegmental dapat terjadi memeperburuk
ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi,hipoventilasi alveolar yang lebih
banyak dan hiperkapnea dapat terjadi mendadak. Hiperkapnea menawarkan
asam karbonat yang berdiosiasi menjadi ion hidrogen dan ion bikarbonat
menimbulakan
asidosis
respiratorik.
Vasokontriksi
pulmonal
dapat
2.6 WOC
Penyebab/pencetus: alergi, infeksi, polusi udara, obat-obatan, emosi/stress,
olahraga, lingkungan kerja, dll.
Meningkatkan antibodi Ig E
yang terdapat pada sel mast
Produksi mediator histamin,
prostaglandin, dan leukotrin
-Bronkospasme
-Hipersekresi mukus
-Edema dinding bronkhus
Peningkatan
Penimbunan
pemakaian energi
sekret pada
7
alveoli O2
Pertukaran
tubuh
MK:
Intoleransi
dan akumulasi CO2MK: Nutrisi kurang dari
dan CO2
Penurunan
aktifitas
kebutuhan
terganggu
intake nutrisi
MK:tidak
Polateratur
nafas tidak efektif
Nafas
Penurunan suplai O2
Penumpukan sekret
Mual dan
muntah
Merangsang
Aktivitas
silia tidak
sistem vagal
optimal
Kelelahan
Peningkatan usaha dalam
Ketidakmampuan
bernafas
2.7 Komplikasi
Berbagai komplikasi yang mungkin timbul adalah:
1. Status asmatikus adalah setiap serangan asma berat atau yang
kemudian menjadi berat dan tidak memberikan respon (refrakter)
adrenalin dan atau aminofilin suntikan dapat digolongkan pada status
asmatikus. Penderita harus dirawat dengan terapi yang intensif.
2. Atelektasis adalah pengerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat
penyumbatan saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat
pernafasan yang sangat dangkal.
3. Hipoksemia adalah tubuh kekurangan oksigen.
4. Pneumotoraks adalah terdapatnya udara pada rongga pleura yang
menyebabkan kolapsnya paru.
5. Emfisema adalah penyakit yang gejala utamanya adalah penyempitan
(obstruksi)
saluran
nafas
karena
kantung
udara
di
paru
Dapat
menunjukkan
hiperinflasi
paru-paru,
diafragma
fungsi
apakah
akibat
obstruksi
atau
retriksi,
penatalaksanaan
adalah
menghilangkan
edema
bronkus,
10
BAB III
ASUHAN KEPERAWTAN TEORI
3.1 Pengkajian
A. Pengkajian Umum
1. Identitas pasien, meliputi:
Nama
Umur
Jenis kelamin
Alamat
Pekerjaan
Pendidikan
Suku/bangsa
B. Riwayat Keperawatan
11
a. Keluhan Utama :
Keluhan utama yang biasa muncul saat pengkajian tidak pasti, tergantung
kapan dilakukan pengkajian tersebut. Biasanya adalah mengi ,Batuk
berdahak dan sesak nafas.
b. Riwayat penyakit sekarang
Pemeriksaan difokuskan pada gejala sekarang dan gejala yang pernah
dialami seperti keluhan sesak nafas, batuk berdahak dan keringat dingin.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu.
Komplikasi dari penyakit yang sebelumnya dialami misalnya riwayat
penyakit jantung, aritmia jantung, TBC paru, riwayat hipertensi, gangguan
pada mata, adanya nyeri sendi, meminum obat anti jerawat.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga.
faktor keturunan frekuensinya 20 kali lebih sering dalam keluarga di mana
terdapat anggota dengan penyakit tersebut.
C. Pemeriksaan fisik
TTV
Tekanan Darah (TD)
Nadi (N)
Suhu (S)
Respirasi (RR)
Pemeriksaan persistem
1. Sistem pernafasan
Anamnesa : pasien mengatakan sesak nafas dan batuk berdahak
1) Hidung
Inspeksi : Sputum
: ada
Cuping hidung
: ada
Kebersihan
: kurang
: tidak ada
2) Mulut
Inseksi : Mukosa bibir
: tidak sianosis
Kelembaban
: sedikit lembab
:tidak ada
3) Leher
Inspeksi : Trakheostomi
: tidak ada
12
: tidak ada
Massa
: tidak ada
: tidak ada
4) Faring
Inspeksi : Odem
: tidak ada
Palpasi :
Perkusi :
Pola nafas
Pergerakan dada
: simetris
Bentuk dada
: simetris
Nyeri dada
: tidak ada
: tidak ada
Lapang paru
:resonan
: wheezing
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Reflek fisiologis
: normal, tidak ada gangguan
Pemeriksaan reflek patologis
: normal, tidak ada gangguan
GCS (Glasgow Coma Scale) :
Eye/membuka mata(E)
:4
Motorik (M)
:6
Verbal/bicara (V)
:5
4. Sistem Muskuloskeletal dan Integumen
Anamnesa: Pasien mengatakan nyeri pada area dada saat batuk
Inspeksi:
Fraktur
: tidak ada
Luka
: tidak ada
Odem
: tidak ada
Palpasi:
Turgor Kulit : kembali 3 detik
Suhu Akral : hangat
Kekuatan otot
5
Keterangan:
0: Tidak ada kontraksi
1: Kontaksi (gerakan minimal)
14
2 : Cidera
16
Lingkungan
Perokok
Perokok pasif
Terpajan asap
FAKTOR YANG
BERHUBUNGAN
17
ASSESSMENT
DIAGNOSIS
Client
Diagnostic
TD
mmHg,
x/menit
RR
x/menit,
Statement:
Related to:
Nyeri dada
Mukus berlebihan
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN SEMU
Kasus
Pada tanggal 8 Oktober 2015 jam 10.00 WIB, Ny. A berumur 39 tahun
datang ke UGD dengan mengeluh sesak hebat, keringat dingin dan batuk
berdahak . Dilakukan pemeriksaan didapat TD : 120/80 mmHg, Nadi :
88x/menit, RR : 31x/menit, dan suhu : 36,5 o C. Berdasarkan wawancara Ny.A
sering kambuh asmanya sejak 2 tahun ini. Ny A selalu mengkonsumsi
Dexametahose 0,5 mg dan Salbutamole 2 mg yang dikonsumsi 3x dalam
sehari. Dilakukan pemeriksaan fisik : rongga dada simetris, retraksi dinding
dada positif (+),taktil fremitus simetris antara kiri dan kanan, bunyi nafas
wheezing seluruh lapang paru, resonan pada frekuensi dinding dada, sputum
berwarna putih, wajah klien pucat. Dilakukan pemberian Nebulizer dengan
obat Pilmicort, Ventolin, dan Bisolvon.
4.1 Pengkajian
A. Identitas klien
Nama
: Ny.A
19
Umur
: 39 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Suku/Bangsa
: Jawa/Indonesia
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
:-
Status
: Menikah
Alamat
Tanggal MRS
: 00-666-943
Dx. Medis
: Asma Bronkhial
: Tn.B
Umur
: 42 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Wiraswasta
Agama
: Islam
Suku/Bangsa
: Jawa/Indonesia
Alamat
20
Keterangan :
: tinggal dalam satu rumah
: laki-laki (meninggal)
: perempuan (meninggal)
21
: pasien
e. Riwayat kesehatan lingkungan
Lingkungan tempat tinggal pasien yang padat, berdebu,kurang ventilasi,
dan dekat dengan pabrik .
4.3 Pemeriksaan Fisik
TVV
TD
: 120/80 mmHg
RR
: 31x/menit
Nadi
: 88x/menit
Suhu
: 36,5o C
Pemeriksaan Fisik
Persistem
1.
Sistem pernafasan
Anamnesa : pasien mengatakan sesak nafas dan batuk berdahak
1) Hidung
Inspeksi : Sputum
: ada
Cuping hidung
: ada
Kebersihan
: kurang
: tidak ada
2) Mulut
Inseksi : Mukosa bibir
: tidak sianosis
Kelembaban
: sedikit lembab
:tidak ada
3) Leher
Inspeksi : Trakheostomi
: tidak ada
: tidak ada
22
Massa
: tidak ada
: tidak ada
4) Faring
Inspeksi : Odem
: tidak ada
Palpasi :
Perkusi :
Pola nafas
Pergerakan dada
: simetris
Bentuk dada
: simetris
Nyeri dada
: tidak ada
: tidak ada
Lapang paru
:resonan
2.
: wheezing
1) Wajah
Inspeksi : Konjungtiva : pucat
2) Leher
Inspeksi : Bendungan Vena Jugularis
: tampak
Palpasi : Arteri Carotis Comunis Kekuatannya : lemah
3) Dada
Inspeksi : Bentuk
: simetris
Palpasi : CRT
: 3 detik
Akral
: hangat
Perkusi: Pembesaran Jantung
: tidak ada pembesaran
Batas Kanan Atas : ICS 2 linea parasentralis dextra
Batas Kanan Bawah : ICS 4 linea parasternalis dextra
Batas Kiri Atas : ICS 2 linea parasternalis sinistra
Batas Kiri Bawah : ICS 4 medial linea midklavikula sinistra
Auskultasi: Bunyi Jantung
: normal (BJ 1 dan BJ 2 tunggal)
4) Ekstrimitas Atas dan Bawah
Inspeksi: Clubbing Finger
: tidak ada
Perfusi (kulit, kuku, bibir)
: tidak ada
Odem
: tidak ada
3.
Sistem Persyarafan
Anamnesa: tidak ada keluhan
1) Uji nervus I olfaktorius (pembau) : pasien dapat membedakan bau
23
2) Uji nervus II opticus (penglihatan) : tidak ada katarak, tidak ada infeksi
konjungtiva atau infeksi lainnya, pasien dapat melihat dengan jelas
tanpa menggunakan kacamata
3) Uji nervus III oculomotorius : tidak ada edema pada kelopak mata dan
bola mata menonjol (exophtalamus)
4) Nervus IV toklearis : ukuran pupil normal
5) Nervus V trigeminus (sensasi kulit wajah) : pasien dapat membuka dan
menutup mulut
6) Nervus VI abdusen : tidak ada strabismus (juling), gerakan mata
normal
7) Uji nervus VII facialis : pasien dapat menggembungkan pipi,
menaikkan dan menurunkan alis mata
8) Nervus VIII auditorius/AKUSTIKUS : pasien dapat mendengar katakata dengan baik
9) Nervus IX glosoparingeal : terdapat reflek muntah
10) Nervus X vagus : dapat menggerakkan lidah
11) Nervus XI aksesorius : dapat menggeleng dan menoleh kiri kanan, dan
nyeri ketika mengangkat bahu
12) Nervus XII hypoglosal/hipoglosum : dapat menjulurkan lidah
Reflek fisiologis
: normal, tidak ada gangguan
Pemeriksaan reflek patologis
: normal, tidak ada gangguan
GCS (Glasgow Coma Scale) :
Eye/membuka mata(E)
:4
Motorik (M)
:6
Verbal/bicara (V)
:5
4.
Sistem Muskuloskeletal dan Integumen
Anamnesa: Pasien mengatakan nyeri pada area dada saat batuk
Inspeksi:
Fraktur
: tidak ada
Luka
: tidak ada
Odem
: tidak ada
Palpasi:
Turgor Kulit : kembali 3 detik
Suhu Akral : hangat
Kekuatan otot
5
Keterangan:
0: Tidak ada kontraksi
1: Kontaksi (gerakan minimal)
24
Sistem Perkemihan
Anamnesa: tidak ada keluhan
Inspeksi: vagina bersih, tidak ada odem, tidak ada tanda-tanda infeksi
Palpasi: tidak ada benjolan atau massa dan tidak ada nyeri tekan
6.
Sistem Pencernaan
Anamnesa: tidak ada keluhan
1) Mulut
Inspeksi: tidak ada sianosis
Palpasi: tidak ada nyeri tekan
2) Lidah
Inspeksi: tidak ada tremor
Palpasi: tidak ada nyeri tekan
3) Faring
Inspeksi: tidak ada kemerahan
Palpasi: tidak ada pembesaran kelenjar faring
4) Abdomen
Inspeksi: tidak ada pembesaran
Perkusi: thympani
Auskultasi: gerakan peristaltik usus normal
Palpasi: Kuadran I
: hepar tidak ada hepatomegali, tidak ada
nyeri tekan
Kuadran II
: gaster tidak ada nyeri tekan abdomen
lien tidak ada splenomegali
Kuadran III : tidak ada masa (skibala, tumor), tidak ada
nyeri tekan
Kuadran IV
7.
2 : Cidera
26
Lingkungan
Perokok
Perokok pasif
Terpajan asap
FAKTOR YANG
BERHUBUNGAN
27
ASSESSMENT
-TTV :
berdahak.
TD
:120/80 mmHg,
: 88x/menit
RR
: 31x/menit,
: 36,5 0C
DIAGNOSIS
Client
Diagnostic
Statement:
Related to:
Nyeri dada
Mukus berlebihan
28
29
: 8 Oktober 2015
Dx.Kep
Definisi
: Ketidakmampuan membersihankan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan kebersihan jalan
napas
NIC
Intervensi
Manajemen jalan nafas
DEFINISI : fasilitas
kepatenan jalan nafas
NOC
Aktivitas
Outcome
Observasi:
1. Monitor status pernafasan dan
oksigenasi,sebagaimana mestinya
R : mengetahui kondisi pernafasan pasien
Action:
Status pernafasan :
1. Frekuensi pernafasan
(2)
2. Saturasi oksigen (3)
3. Dispnea saat
(0410)
DEFINISI:
Saluran trakeobronkial
yang terbuka dan lancer
untuk pertukaran udara
TUJUAN : Setelah
dilakukan tindakan
keperawatan 3 x 24 jam
status pernafasan pasien
30
Indikator
beraktivitas (3)
4. Akumulasi sputum
(2)
5. Suara nafas
tambahan (3)
6. Pernafasan cuping
hidung (2)
7. TTV
(TD,Nadi,RR,Suhu)
(4)
adekuat
Suhu : 36,5o C
N : 88x/menit
Kolaborasi:
1. Melakukan terapi pengobatan pernafasan
(nebulizer)
R : mengurangi sesak nafas
1. Kelola pemberian oksigen
R : meringankan kerja paru untuk memenuhi
kebutuhan oksigen serta memenuhi oksigen dalam
tubuh
2. Kelola pemberian broncodilator ,sebagaimana
mestinya
R : broncodilator meningkatkan ukuran lumen
percabangan trakheobrokhi sehingga
menurunkan tahanan terhadap aliran udara
Health Education:
1. Informasikan kepada keluarga mengenai tindakan
suction
R : memebrikan pemahaman kepada keluarga
mengenai indikasi kenapa dilakukan suction
2. Intruksikan bagaimana agar bisa melakukan batuk
efektif
31
: Ny.A
Tanggal
: 8 Oktober 2015
Dx.Kep
Tanggal /
Jam
Ketidakef 8 Oktober
ektifan Bersihan
2015 / 15.00
Jalan Napas
WIB
Tindakan
Paraf
1.
9 Oktober
2015 / 09.00
WIB
melakukan
pemeriksaan TTV pada pasien :
TD :120/80 mmHg
RR: 31x/menit
Suhu : 36,5o C
N : 88x/menit
2. membuka jalan nafas
dengan tehnik chin lift
atau jaw thrust
3. mengajarkan
32
batuk
sesuai
dengan prosedur
4. Kolaborasi pemberian
oksigen
1.
Mengukur TTV
:
2.
10 Oktober
TD :120/80 mmHg
RR: 20x/menit
Suhu : 36 C
N : 89 x/menit
Kolaborasi
pemeberian bronkhodilator
2015 / 10.00
WIB
: 8 Oktober 2015
Tgl/Jam
11 Oktober
Diagnosa
Ketidakefektifan
Catatan Perkembagan
S: pasien mengatakan bahwa
2015 / 9.00
Bersihan Jalan
WIB
Napas
saat beraktivitas
O:
TTV : TD :120/80 mmHg
RR: 31x/menit
Suhu : 36,5o C
N : 88x/menit
- saturasi O2 78 %
33
Paraf
- adanya wheezing
- terdapat adanya sputum
- adanya cuping hidung
A: masalah belum teratasi
P: melanjutkan intervensi 1,2,3
1. melakukan pemeriksaan
TTV pada pasien
3. Meganjurkan
asupan
cairan yang adekuat
2. Melakukan terapi
pengobatan pernafasan
(nebulizer)
12 Oktober
Ketidakefektifan
2015 / 11.00
Bersihan Jalan
WIB
Napas
O:
TTV : TD :120/90 mmHg
RR: 26x/menit
Suhu : 36o C
N : 88x/menit
- saturasi O2 88 %
- tidak terdengar adanya
wheezing
- sputum tidak ada
- adanya cuping hidung
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan Intervensi 1,2
1.
melakukan
pemeriksaan TTV pada
pasien
2.
kolaborasi
13 Oktober
Ketidakefektifan
pemberian oksigen
S: pasien mengatakan sudah
2015 / 12.00
Bersihan Jalan
WIB
Napas
beraktivitas
34
O:
TTV : TD : 120/80 mmHg
Nadi : 89x/menit
Suhu : 35.5 oC
RR : 20x/menit
- saturasi O2 95 %
- tidak terdengar adanya
wheezing
- sputum tidak ada
- cuping hidung tidak ada
A : masalah teratasi
P: Hentikan Intervensi
35
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Asma bronchial merupakan penyakit saluran pernafasan obstruktif
yang ditandai dengan inflamasi saluran dan spasme akut otot polos
bronkiolus. Kondisi ini menyebabkan produksi mukus yang berlebihan dan
menumpuk, penyumbatan aliran udara, dan penurunan ventilasi alveolus.
Asma dapat terjadi pada sembarang golongan usia, sekitar setengah
kasus terjadi pada anak-anak dan sepertiga lainnya terjadi sebelum usia 40
tahun. Insiden penyakit asma dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain:
umur pasien, jenis kelamin, bakat alergi, keturunan, lingkungan dan faktor
psikologi.
5.2 Saran
Penyakit asma tidak bisa disembuhkan namun dalam penggunaan
obat-obat yang ada saat ini hanya berfungsi untuk menghilangkan gejala saja.
Kontrol yang baik diperlukan oleh penderita untuk terbebas dari gejala
serangan asma dan bisa menjalani aktivitas hidup sehari-hari. Untuk
mengontrol gejala asma secara baik maka penderita harus bisa merawat
penyakitnya dengan cara mengenali lebih jauh tentang penyakit tersebut.
36
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddart.2002.Keperawatan Medikal Bedah.Edisi 8 Vol 2.Jakarta:EGC
Bull,Eleanor.2005.Simple Guides Asma.Jakarta:Erlangga
Carpenito,Lynda Jual.Diagnosa keperawatan.Edisi 8.Jakarta:EGC
Mansjoer,Arief.2000.Selekta Kedokteran.Edisi III.FKUI:Jakarta
Soeparman.1999.Ilmu Penyakit Dalam.Edisi III.FKUI:Jakarta
Somantri,Iman.2008.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan
Sistem Pernafasan.Jakarta:Salemba Medika
37