ASMA BRONKIAL
A. Anatomi Fisiologis
Anatomi sistem pernafasan
Sistem pernafasan adalah suatu system yang dimulai dari tempat masuknya
udara melalui hidung, hingga udara akan mengalami suatu pertukaran gas di paru-
paru, dan dibentuk oleh organ-organ pernafasan.
Sistem pernafasan meliputi saluran sebagai berikut :
- Rongga hidung
- Faring
- Laring
- Trakhea
- Rongga thoraks
- Paru-paru
- Lobus paru
- Bronchus pulmonalis
Fisiologi Pernafasan
Fungsi paru-paru ialah pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida. Pada
pernafasan melalui paru-paru atau pernafasan externa, oksigen berasal dari udara
yang masuk melalui hidung dan mulut, pada waktu bernafas oksigen masuk
melalui trachea dan pipa bronchial kealveoli dan mempunyai hubungan yang erat
dengan darah didalam kepiler pulmonalis. Hanya satu lapisan membran yaitu
membran alveoli-kapiler, yang memisahkan oksigen dari darah. Oksigen
menembus membrane ini dengan diangkut oleh haemoglobin sel darah merah dan
dibawa kejantung kemudian dipompa oleh arteri ke seluruh bagian tubuh. Darah
meninggalkan paru-paru pada tekanan oksigen 100 mmHg dan pada tingkat ini
hemoglobinnya 95% jenuh oksigen. Didalam paru-paru, karbondioksida
menembus membrane alveoli-kapiler dari kapiler darah kealveoli dan setelah
melalui pipa bronchial dan trachea, dikeluarkan melalui hidung dan mulut.
Pernafasan jaringan atau pernafasan interna, darah yang telah menjenuhkan
hemoglobinnya dengan oksigen (oksihemoglobin), mengitari seluruh tubuh dan
akhirnya mencapai kapiler, dimana darah bergerak sangat lambat. Sel jaringan
mengangkut oksigen dari hemoglobin untuk memungkinkan oksigen berlangsung
dan darah menerima, sebagai gantinya, hasil buangan oksidasi, yaitu
karbondioksida.
B. Definisi
Asma bronkial adalah suatu penyakit gangguan jalan nafas obstruktif yang
bersifat reversible, ditandai dengan terjadinya penyempitan bronkus, reaksi obstruksi
akibat spasme otot polos bronkus, obstruksi aliran udara, dan penurunan ventilasi
alveolius dengan suatu keadaan hiperaktivitas bronkus yang khas.
Asma bronkial adalah sebutan lain untuk penyakit asma umum yang
disebabkan oleh peradangan dalam saluran udara (bronkus). Produksi lender paru
yang berlebihan sebagai reaksi dari peradangan akan menyumbat saluran udara,
sehingga membuat sulit bernafas.
Asma bronchial adalah inflamasi pada jalan nafas. Pasien-pasien mengalami
episode batuk, mengi, dada terasa seperti diikat, dan/atau dispnea (sesak nafas), yang
sering memburuk saat malam atau pagi hari. Terdapat variasi keparahan dan frekuensi
serangan. Asma dapat didefinisikan sebagai “Peningkatan responsivitas bronkus
terhadap berbagai stimulus, bermanifestasi sebagai penyempitan jalan nafas yang
meluas yang keparahannya berubah secara spontan maupun berbagai akibat
pengobatan”.
Asma bronchiale adalah suatu penyakit paru dengan tand-tanda khas berupa
manifestasi berupa penyumbatan (obstruksi) saluran pernafasa yang dapat pulih
kembali baik secara spontan maupun dengan pengobatan, keradangan saluran
pernafasan, peningkatan kepekaan yang berlebihan dari saluran pernafasan terhadap
berbagai rangsangan
C. Etiologi
Asma dapat digolongkan sebagai asma ekstrinsik, yang memiliki penyebab
eksternal pasti, dan asma intrinsic, yang tidak memiliki penyebab eksternal yang
dapat didentifikasi. Asma ekstrinsik sering terjadi sebagai akibat respons alergik,
dengan terbentuknya antibody IgE terhadap antigen spesifik (asma alergik atau
atopic) dan cenderung mulai pada masa kanak-kanak dengan gejala-gejala yang
semakin kurang berat seiring pertambahan usia; 80% penderita asma adalah atopic.
Asma intrinsic biasanya terjadi pada orang dewasa dan tidak membaik.
1. Faktor ekstrinsik / alergik / stofik
Reaksi antigen-antibodi : Karena intalasi allergen (debu, serbuk-serbuk, bulu-
bulu, binatang).
2. Factor intrinsic / non alergik
- Infeksi : Influenza virus, pneumonia, mycoplasma.
- Fisik : Cuaca dingin, perubahan temperature.
- Iritan : Kimia, polusi udara (co, udara, asap rokok, parfum).
- Emosional : Takut, cemas, tegang.
Aktifitas yang berlebihan juga dapat menjadi factor pencetus asma bronchial
berhubungan dengan factor :
- Hereditas (50%)
- Kejiwaan / psikis
- Stress fisik.
D. Patofisiologi
Serangan awal asma dapat terjadi pada masa kanak-kanak atau dewasa,
episode asma akut, yang disebut sebagai serangan asma dapat dicetuskan oleh stress,
olahraga berat, infeksi, atau pemajanan terhadap allergen atau iritan lain seperti debu
dan sebagainya. Banyak klien asma dalam keluarganya mempunyai riwayat alergi.
Dispnea adalah gejala utama asma, tetapi hiperventilasi, sakit kepala, kebas, dan mual
juga dapat terjadi.
Serangan terjadi akibat beberapa perubahan fisiologi termasuk perubahan
dalam respons imunologi, resistensi jalan udara yang meningkat, komplians paru yang
meningkat, fungsi mukosilaris yang mengalami kerusakan, dan pertukaran oksigen-
karbon dioksida yang berubah.
Asma imunologis adalah akibat dari reaksi antigen-antibodi yang melepaskan
mediator kimiawi, dimana mediator tersebut menyebabkan 3 reaksi utama; (1)
konstriksi otot polos baik pada jalan nafas yang kecil maupun yang besar, yang
mengakibatkan spasme bronkus; (2) peningkatan permeabilitas yang mengakibatkan
edema mukosa yang lebih jauh lagi menyempitkan jalan udara; (3) peningkatan
sekresi kelenjer mukosa dan meningkatkan pembentukan lendir. Sebagai akibat,
individu dengan serangan asma berjuang untuk bernapas melalui jalan nafas yang
telah menyempit dan dalam keadaan spasme
E. Manifestasi Klinis
1. Pernafasan labored (perpanjangan ekshalasi)
2. Pembesaran vena jugularis
3. Wheezing, yaitu suara yang terdengar kontinu, nadanya lebih tinggi dibanding
suara napas lainnya. Suara ini disebabkan karena adanya penyempitan saluran
napas kecil (bronkus perifer dan bronkiolus). Karena udara melewati suatu
peyempitan.
4. Dispnea dengan lama ekspirasi, penggunaan otot-otot aksesoris pernafasan,
cuping hidung, retraksi dada dan stridor
5. Akibat dari bronkospasme, edema mukosa dan dinding bronkholus serta
hipereksresi mucus menyebabkan terjadinya penyempitan pada bronkiolus dan
percabangannya sehingga akan menimbulkan rasa sesak, napas berbunyi dan
batuk produktif
6. Gelisah
7. Lebih sering terjadi pada anak-anak. Anak mengalami gelisah kerana sesak napas
yang dialami.
8. Tidak toleran terhadap aktivitas, makan, bermain, berjalan, bicara
9. Meningkatnya ukuran diameter anteroposterior (barrel chest ini timbul akibat
terjadinya overinflasi paru, overinflamasi paru terjadi karena adanya sumbatan
sehingga paru berusaha mengambil udara secara paksa)
10. Serangan berlangsung lebih dari 24 jam
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Fungsi Paru (Spirometri)
Pengukuran ini dilakukan sebelum dan sesudah pemberian bronkodilator aerosol
golongan adrenergik. Peningkatan FEV1 atau FVC sebanyak lebih dari 20 %
menunjukkan diagnosa asma
2. Tes Provokasi Bronkhus
Tes ini dilakukan pada spirometri internal. Penurunan FEV1 sebesar 20 % atau
lebih setelah tes provokasi dan denyut jantung 80-90 % dari maksimum dianggap
bermakna bila menimbulkan penurunan PEF 10 % atau lebih.
3. Pemeriksaan Kulit
Untuk menunjukkan adanya antibodi IgE hipersensitif yang spesifik dalam tubuh.
4. Pemeriksaan Laboratorium
a. Analisa Gas Darah
Hanya dilakukan pada serangan asma berat karena terdapat hipoksemia,
hiperkapnea, dan asidosis respiratorik
b. Sputum
Adanya badan kreola adalah karekteristik untuk serangan asma berat, karena
reaksi yang hebat saja yang menyebabkan transudasi dari edema mukosa,
sehingga terlepaslah sekelompok sel-sel epitel dari perlekatannya. Pewarnaan
gram penting untuk melihat adanya bakteri, cara tersebut kemudian diikuti
kultur dan uji resistensi terhadap beberapa antibiotik.
c. Sel Eosinofil
Sel eosinofil pada status asmatikus dapat mencapai 1000-1500/mm3 baik asma
intriksik maupun ekstrinsik, sedangkan hitung sel eosinofil normal antara 100-
200/mm3.
d. Pemeriksaan darah rutin dan kimia
Jumlah sel leukosit yag lebih dari 15.000/mm3 terjadi karena adanya infeksi.
SGOT dan SGPT meningkat disebabkan kerusakan hati akibat hipoksia atau
hiperkapnea.
e. Pemeriksaan Radiologi
Hasil pemeriksaan radiologi pada klien dengan asma bronkhial biasanya
normal, tetapi prosedur ini tetap harus dilakukan untuk menyingkirkan
kemungkinan adanya proses patologi di paru atau komplikasi asma seperti
pneumothoraks, pneumomediastinum, atelektasis.
G. Penatalaksanaan Medis
Menurut Internasional consensus report or diagnosis and treatmen of asthma
1. Edukasi penderita
2. Menilai dan memonitor besarnya penyakit secara objektif dengan mengukur
fungsi paru
3. Menghindari pengobatan jangka panjang unuk pencegahan
4. Merencanakan pengobatan untuk serangan akut
5. Menghindari dan mengendalikan penyebab asma bronchial
6. Penanganan lanjut secara teratur
Pengobatan Nonfarmakologi
a. Penyuluhan. Penyuluhan ini ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan klien
tentang penyakit asma sehingga klien secara sadar menghindari factor-faktor
pencetus, menggunakan obat secara benar, dan berkonsultasi pada tim kesehatan.
b. Menghindari factor pencetus. Klien perlu dibantu mengidentifikasi pencetus
serangan asma yang ada pada lingkungannya, diajarkan cara menghindari dan
mengurangi factor pencetus, termasuk intake cairan yang cukup bagi klien.
c. Fisioterapi, dapat digunakan untuk mempermudah pengeluaran mucus. Ini dapat
dilakukan dengan postural drainase, perkusi, dan fibrasi dada.
Pengobatan Farmakologi
H. Pengkajian Keperawatan
1. Keluhan utama
Keluhan utama meliputi sesak nafas, bernafas terasa berat pada dada, dan adanya
keluhan sulit untuk bernafas.
2. Riwayat penyakit saat ini
Klien dengan serangan asma datang mencari pertolongan terutama dengan
keluhan sesak nafas yang hebat dan mendadak, kemudian diikuti dengan gejala-
gejala lain seperti wheezing, penggunaan otot bantu pernapasan, kelelahan,
gangguan kesadaran, sianosis, dan perubahan tekanan darah. Perawat perlu
mengkaji obat-obatan yang biasa diminum klien dan memeriksa kembali setiap
jenis obat apakah masih relevan untuk digunakan kembali
3. Riwayat penyakit dahulu
Penyakit yang pernah diderita pada masa-masa dahulu seperti adanya infeksi
saluran pernapasan atas, sakit tenggorokan, amandel, sinusitis, dan polip hidung.
Riwayat serangan asma, frekuensi, waktu, dan alergen-alergen yang dicurigai
sebagai pencetus serangan, serta riwayat pengobatan yang dilakukan untuk
meringankan gejala asma.
4. Riwayat penyakit keluarga
Pada klien dengan serangan asma perlu dikaji tentang riwayat penyakit asma atau
penyakit alergi yang lain pada anggota keluarganya karena hipersensitivitas pada
penyakit asma ini lebih ditentukan oleh factor genetic dan lingkungan.
5. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Perawat juga perlu mengkaji tentang kesadaran klien, kecemasan,
kegelisahan, kelemahan suara bicara, denyut nadi, frekuensi pernapasan yang
meningkat, penggunaan otot-otot bantu pernapasan, sianosis, batuk dengan
lender lengket, dan posisi istirahat klien
b. Sistem pernapasan
Terjadi peningkatan usaha dan frekuensi napas yang cepat dan dangkal serta
adanya penggunaan otot bantu pernapasan. Inpeksi dada untuk melihat postur
bentuk dan kesimetrisan. Adanya peningkatan diameter anterosposterior,
retraksi otot-otot interkostalis, sifat dan irama pernapasan. Napas cuping
hidung, slem kental berbuih, terdapat suara vesikuler yang meningkat
disertai dengan ekspirasi lebih dari 4 detik atau lebih dari 3 kali inspirasi,
adanya wheezing saat ekspirasi
c. Sistem kardiovaskuler
Nadi meningkat, tekanan darah meningkat, turgor kulit menurun, suhu tubuh
meningkat, berkeringat, ada pulsus paradoksus atau nadi kuat saat ekspirasi
d. Sistem pencernaan
Kehilangan nafsu makan, mual, muntah, penurunan berat badan, kulit kering
dengan turgor kulit yang buruk
e. Sistem musculoskeletal
Kelemahan dan kelelahan, penurunan toleransi terhadap aktifitas
f. Inspeksi
Pada klien asma terlihat adanya peningkatan usaha dan frekuensi pernapasan,
serta penggunaan otot bantu pernapasan. Inspeksi dada terutama untuk
melihat postur bentuk dan kesimetrisan, adanya peningkatan diameter
anteroposterior, retraksi otot-otot interkostalis, sifat dan irama pernapasan,
dan frekuensi pernapasan.
g. Palpasi
Pada palpasi biasanya kesimetrisan, ekspansi, dan taktil fremitus normal.
h. Perkusi
Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor sedangkan
diafragma menjadi datar dan rendah.
i. Auskultasi
Terdapat suara vesikuler yang meningkat disertai dengan ekspirasi lebih dari
empat detik atau lebih dari tiga kali inspirasi, dengan adanya bunyi napas
tambahan utama wheezing pada akhir ekspirasi.
1. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d Fisiologis (Asma)
2. Ketidakefektifan pola nafas b.d Hiperventilasi
3. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen
I. Intervensi keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d Fisiologis (Asma)
Tujuan Intervensi Rasional
- Menunjukkan jalan - Monitor respirasi - Penurunan saturasi
nafas yang paten dan status O2 oksigen dapat
(klien tidak merasa - Monitor status menunjukkan
tercekik, irama oksigen klien perubahan status
nafas, frekunsi - Auskultasi suara kesehatan klien
pernafasan dalam nafas yang dapat
rentang normal, - Posisikan klien mengakibatkan
tidak ada suara nafas untuk terjadinya hipoksia
abnormal) memaksimalkan - Penurunan status
- Mampu ventilasi oksigen
mengidentifikasikan - Berikan obat mengidikasikan
dan mencegah factor bronkodilator bila klien mengalami
yang dapat perlu kekurangan
menghambat jalan oksigen yang dapat
nafas menyebabkan
terjadinya hipoksia
- Memastikan suara
nafas vestikuler
- Posisi semifowler
membantu klien
memaksimalkan
ventilasi sehingga
kebutuhan oksigen
terpenuhi melalui
proses pernafasan
- Bronkodilator
dapat
memvasodilatasi
saluran pernafasan
sehingga jalan
nafas paten dan
kebutuhan oksigen
terpenuhi
2. Ketidakefektifan pola nafas b.d Hiperventilasi