Anda di halaman 1dari 10

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT DENGAN TINDAKAN

PENCEGAHAN INFEKSI DI RUANG ICU RUMAH SAKIT

The Relation of Knowledge and Attitude on Nurses


With Infection Controls in The ICU Ward Hospital
Suharto1 dan Ratna Suminar2
1
Dosen Tetap Yayasan Akper Kesdam I/BB Medan
2
Pegawai Rumah Sakit Putri Hijau Kesdam I/BB Medan
email: akperkesdam1bbmedan@yahoo.com

Abstrak
Pengetahuan dan sikap Perawat dalam penggunaan alat pelindung diri pada saat melaksanakan tindakan
keperawatan akan mengurangi resiko terjadinya pemularan infeksi di rumah sakit. Penelitian ini bertujuan
untuk melihat hubungan pengetahuan dan sikap perawat tentang APD dengan tindakan pencegahan infeksi di
ruang Intencif Care Unit (ICU). Metode penelitian ini yaitu penelitian observasional analitik, dengan desain
cross sectional. Populasi dalam penelitian ini 23 Orang perawat ICU sebagai responden dengan menggunakan
tehnik total sampling. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner yang berisi pernyataan tentang
pengetahuan, sikap dan tindakan pencegahan infeksi. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik
analisis univariat dan bivariat (Chi Square). Pengujian Hipotesis dilakukan pada taraf signifikansi 0,05 atau
95%.
Hasil penelitian ini menunjukan variabel yang memiliki hubungan dengan tindakan pencegahan infeksi
pengetahuan ρ= 0,024 < α = 0,05 dan sikap ρ=0,026<α=0,05). dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
terdapat hubungan pengetahuan dan sikap perawat dengan tindakan pencegahan infeksi di ruang ICU. Oleh
karena itu disarankan kepada manajemen rumah sakit agar meningkatkan pengetahuan dan sikap perawat
ICU tentang manfaat APD dengan meningkatkan pengetahuan dan sikap perawat tentang APD melalui
pendidikan dan pelatihan bagi perawat secara berkelanjutan.

Kata Kunci: Pengetahuan dan sikap, tindakan pencegahan infeksi

Abstract
The nurses of knowladge and attitude on protective presonal equipment uses during carry out of nursing
intervention will be increased risk of hospital accuired infections. the research goals are observed the relation
of knowledge and attitude on nurses with infection controls in the ICU ward hospital. the method of research
is analitic observational research with use cross sectional design. research of polpulation are 23 nurses of
intencif care unit ward and use total sampilng technic. the instrumen of research are quetsioners for
knowladge, attitude and infection controls. The data obtained were analyzed through univariate analysis and
bivariate analysis (Chi-square). The hypothesis was tested at the level of significance of 95% or α=0.05.
The result of this study showed that the variables relation with infection controls were knowladge (p =
0.24), and attitude (p = 0.026 . The conclusion drawn is that the realtion of knowledge and attitude on nurses
with infection controls in the ICU ward hospital. The management of Putri Hijau Hospital, is suggested to
make nurses increase of knowladge and attitude about PPE through the continues study.

Keywords: Knowledge and Attitude, Infection Controls

Jurnal Riset Hesti Medan, Vol. 1, No. 1 Juni 2016 1


Pendahuluan juga menjelaskan bahwa sikap negatif yang
Rumah sakit merupakan institusi pelayanan ditunjukan dengan menolak menggunakan APD
kesehatan yang didalamnya terdapat bangunan, karena merasa tidak nyaman mendorong
peralatan, manusia, (petugas, pasien dan responnya untuk berperilaku tidak menggunakan
pengunjung) dan kegiatan pelayanan kesehatan, APD. sedangkan penelitian Habni (2009) yang
ternyata di samping dapat menghasilkan dampak berjudul Perilaku Perawat dalam Pencegahan
positif berupa produk pelayanan kesehatan yang Infeksi Nosokomial di Rumah Sakit Umum Pusat
baik terhadap pasien, juga dapat menimbulkan Haji Adam Malik Medan dalam hal pencegahan
dampak negatif berupa pengaruh buruk kepada infeksi nosokomial yang melibatkan perawat di
manusia seperti pencemaran lingkungan, sumber ruang rawat inap, IGD, ICU, dan rawat jalan
penularan penyakit dan menghambat proses sebagai responden. Hasil penelitiannya
penyembuhan dan pemulihan penderita. didapatkan 76% perawat yang tidak mendapatkan
Selain potensi bahaya berupa penyakit infeksi pelatihan tentang pencegahan infeksi nosokomial
yang umumnya berasal dari pasien, rumah sakit cenderung memiliki perilaku yang buruk dalam
juga mempunyai potensi bahaya lain yang melakukan pencegahan infeksi nosokomial.
mempengaruhi situasi dan kondisi di rumah sakit Pengetahuan perawat mengenai pencegahan
yaitu peledakan, kebakaran, kecelakaan yang infeksi dengan melakukan tindakan septik dan
berhubungan dengan instalasi listrik, radiasi, aseptik serta kemampuan untuk mencegah
bahan – bahan kimia berbahaya, gas anestesi, transmisi infeksi di rumah sakit adalah tindakan
gangguan psikososial, dan ergonomi (Aditama, pertama dalam pemberian pelayanan yang
2006). bermutu. Hal ini dapat diupayakan melalui
Kejadian infeksi yang tinggi di rumah sakit peningkatan sikap perawat tentang kesadaran
merupakan indikator pentingnya suatu usaha menggunakan APD dalam melakukan setiap
pengendalian infeksi dengan menerapkan standar tindakan keperawatan. Menurut penelitian
kewaspadaan infeksi (Standard precaution). Nasution (2011) terhadap 34 orang petugas
Standard Precaution pada dasarnya merupakan kesehatan ruang ICU di dua rumah sakit
transformasi dari universal precaution, yaitu didapatkan hasil perilaku terhadap tindakan dan
suatu bentuk precaution pertama yang bertujuan sikap petugas kesehatan terhadap APD
untuk mencegah infeksi nosokomial (Kathryn, mayoritas sedang (60%).
2004). Perawat dalam memberikan pelayanan
Dalam meningkatkan upaya tindakan kesehatan kepada pasien harus mempunyai
pencegahan infeksi, diperlukan pengetahuan dan pengetahuan dan sikap yang baik tentang
sikap perawat dalam penggunaan alat pelindung penggunaan APD dalam setiap pemberian
diri (APD) agar terhindar dari risiko penularan pelayanan kesehatan pada pasien. mengingat
penyakit baik dari pasien ke perawat maupun fungsi APD memiliki peran yang penting dalam
sesama pasien. upaya mengeliminir transmisi agent penyakit
Perawat mempunyai risiko yang tinggi infeksi baik dari lingkungan rumah sakit, dari
untuk menerima pajanan penyakit akibat adanya pasien ke perawat maupun dari pasien ke pasien
infeksi yang dapat mengancam keselamatannya lainnya maupun infeksi yang terjadi pada pasien
saat berkerja. WHO mencatat Tahun 2004 kasus itu sendiri. Untuk dapat menggunakan APD
infeksi nosokomial didunia berupa penularan secara benar harus didukung oleh pengetahuan
hepatitis B sebayak 66.000 kasus, hepatitis C dan sikap yang baik, dari segi pengetahuan
sebanyak 16.000 dan 10.000 kasus penularan perawat harus bisa memahami potensi risiko
HIV. Hal ini tidak menutup kemungkinan bagi bahaya infeksi dan pintu masuk dari transmisi
petugas kesehatan dapat terinfeksi. Telah agent infeksi tersebut sehingga dapat memilih
diperkirakan terjadi penularan hepatitis B (39%), jenis dan bahan APD yang sesuai dengan potensi
hepatitis C (40%), dan HIV (5%) pada tenaga bahaya yang ada. Sedangkan dari segi sikap
kesehatan diseluruh dunia . Menurut Maja perawat harus didukung dengan perilaku yang
(2009) dalam Precautions used by occupational baik terkait dengan penggunaan APD seperti
health nursing students during clinical kepatuhan dalam menggunakan APD dengan
plancements menjelaskan terkait penerapan APD. benar pada saat melakukan tindakan
Penelitian ini menunjukan tingginya tingkatan keperawatan dan kesadaran untuk merawat APD.
penerapan mencuci tangan, penggunaan APD dan Berdasarkan uraian diatas maka penelitian
tingkat pelatihan yang lebih dari 80% responden. ini penting dilakukan karena masalah infeksi
Selain itu, penelitian ini juga menjelaskan bahwa yang di dapat di rumah sakit akan berpengaruh
17,8% respondennya gagal menggunakan APD pada mutu pelayanan kesehatan yang diberikan
ketika praktek akibat terbatasnya jumlah APD rumah sakit terhadap psien.
yang disediakan di tempat praktek. Selain itu

Jurnal Riset Hesti Medan, Vol. 1, No. 1 Juni 2016 2


Berdasarkan data tersebut diatas dan 4. Analisis (analysis)
pengalaman peneliti selama berdinas di Rumah Analisis adalah suatu kemampuan untuk
Sakit Tk II Putri Hijau masih ada perawat ICU menjabarkan materi atau suatu objek kedalam
yang kurang memahami pentingnya penggunaan komponen-komponen, tetapi masih dalam
APD dalam melaksanakan setiap tindakan struktur organisasi, dan masih ada kaitannya
perawatan pada pasien dan adanya sikap yang satu sama lain. Misalnya mampu
kurang adaptif terhadap APD dalam upaya membedakan, memisahkan, mengkelompo-
mengurangi risiko terjadinya infeksi di ruang kan dan sebagainya.
ICU, sehingga penulis tertarik untuk meneliti 5. Sintesis (synthesis)
bagaimana hubungan pengetahuan dan sikap Sintesis menunjukan kepada suatu
perawat tentang APD di Ruang ICU Rumah Sakit kemampuan untuk meletakan atau
Tk II Putri Hijau. menghubungkan bagian-bagian dalam suatu
bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata
Tinjaun Pustaka lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk
Pengetahuan menyusun formasi baru dari formulasi-
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan formulasi yang ada. Misalnya dapat
terjadi setelah orang melakukan pengindraan menyusun, merencanakan, meringkaskan
terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu
meliputi penglihatan, pendengaran, penciuman, teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
rasa dan raba. Pengetahuan merupakan bagian 6. Evaluasi (evaluation)
dari perilaku yang tidak bisa diamati secara Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan
langsung oleh orang lain karena masih terjadi untuk melakukan penilaian terhadap suatu
didalam diri manusia itu sendiri (covert materi atau objek. Penilaian-penilaian itu
behavior). berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan
Pengetahuan yang tercakup dalam domain sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria
kognitif mempunyai 6 (enam) tingkatan yang telah ada. Misalnya, dapat membedakan
(Notoadmodjo, 2007) . antara anak yang gizi baik dengan gizi kurang
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingatkan suatu Sikap
materi yang telah dipelajari sebelumnya. Sikap merupakan suatu pandangan, tetapi
Termasuk kedalam tingkat ini adalah dalam hal itu masih berbeda dengan suatu
mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari pengetahuan yang dimiliki orang. Pengetahuan
seluruh bahan yang dipelajari atau mengenai suatu objek tidak sama dengan sikap
rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab terhadap objek itu. Pengetahuan saja belum
itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan menjadi penggerak seperti halnya pada sikap.
yang paling rendah. Kata kerja untuk Pengetahuan mengenai suatu objek baru menjadi
mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang sikap apabila pengetahuan itu disertai kesiapan
dipelajari antara lain menyebutkan, untuk bertindak sesuai dengan pengetahuan
menguraikan, mendefenisi kan, menyatakan terhadap objek tersebut. Sikap mempunyai segi
dan sebagainya. motivasi, berarti segi dinamis mengenai suatu
2. Memahami (comprehension) tujuan, berusaha mencapai suatu tujuan. Sikap
Memahami diartikan sebagai suatu dapat merupakan suatu pengetahuan tetapi
kemampuan untuk menjelaskan secara benar pengetahuan yang disertai kesediaan
tentang objek yang diketahui dan dapat kecenderungan bertindak sesuai dengan
menginterfrestasikan materi tersebut secara pengetahuan itu (Purwanto, 1998). menurut
benar. Orang yang paham terhadap objek atau Allport (1935) yang dikutip oleh (Wawan dan
materi harus dapat menjelaskan, Dewi, 2011) sikap adalah kondisi mental dan
menyebutkan contoh, menyimpulkan, neural yang diperoleh dari pengalaman yang
meramalkan dan sebagainya terhadap objek mengarahkan dan secara dinamis mempengaruhi
yang dipelajari. respon-respon individu terhadap semua objek dan
3. Aplikasi (aplication) situasi yang terkait.
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk Menurut Alport (1954) yang dikutip oleh
menggunakan materi yang telah dipelajari Notoatmodjo (2007) bahwa sikap mempunyai 3
pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. komponen pokok yaitu: (1) kepercayaan
Aplikasi disini dapat diartikan sebagai (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu
penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, objek, (2) Kehidupan emosional atau evaluasi
prinsip dan sebagainya dalam konteks atau terhadap suatu objek dan (3) Kecenderungan
situasi yang lain. untuk bertindak (tend to behave).

Jurnal Riset Hesti Medan, Vol. 1, No. 1 Juni 2016 3


Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap apron, alas kaki atau sepatu (potter & perry,
terdiri dari berbagai tindakan, yaitu 2005)
(Notoatmodjo, 2007):
a. Menerima (receiving), diartikan bahwa orang 1. Sarung tangan
(subjek) mau dan memperhatikan stimulus Pemakaian sarung tangan merupakan bagian
yang diberikan (objek). penting dari standar precaution bagi perawat
b. Merespon (responding), berarti memberi yang sering berinteraksi dengan pasien maupun
jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan alat-alat yang terkontaminasi. Sarung tangan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah dapat membantu perawat untuk melindungin
suatu indikasi dari suatu sikap. tangan dari kontak dengan darah, semua jenis
c. Menghargai (valuing), artinya mengajak cairan tubuh, sekret, kulit yang tidak utuh,
orang lain untuk mengerjakan atau selaput lendir pasien dan benda yang
mendiskusikan suatu masalah adalah suatu terkontaminasi (Depkes RI, 2003). Hal yang
indikasi sikap tingkat ketiga. Bertanggung perlu diperhatikan dalam penggunaan sarung
jawab (responsible), artinya bertanggung tangan (Depkes RI, 2003) :
jawab atas yang telah dipilihnya dengan a. Mencuci tangan dengan sabun sebelum dan
segala resikonya merupakan sikap yang sesudah menggunakan sarung tangan,
paling tinggi b. Mengganti sarung tangan jika berganti pasien
atau sobek,
Tindakan pencegahan c. Mengganti sarung tangan segera setelah
Menurut Tietjen dkk (2004), Sebagian besar melakukan tindakan,
infeksi ini dapat dicegah dengan strategi yang d. Menggunakan sarung tangan saat
telah tersedia secara relatif murah, yaitu : menggunakan alat nonkontaminasi,
a. Mentaati praktek pencegahan infeksi yang e. Menggunakan satu sarung tangan untuk satu
dianjurkan, terutama kebersihan dan prosedur tindakan,
kesehatan tangan serta pemakaian sarung f. Menghindari kontak dengan benda-benda
tangan, selain dalam tindakan,
b. Memperhatikan dengan seksama proses yang g. Menghindari penggunaan atau mendaur ulang
telah terbukti bermanfaat untuk kembali sarung tangan sekali pakai.
dekontaminasi dan pencucian peralatan dan
benda lain yang kotor, diikuti dengan 2. Alat pelindung wajah
sterilisasi atau disinfeksi tingkat tinggi; dan Alat pelindung wajah merupakan peralatan
c. Meningkatkan keamanan dalam ruang operasi wajib perawat untuk menjaga keamanan dirinya
dan area beresiko tinggi lainnya dimana dalam menjalankan asuhan keperawatan. Alat
kecelakaan perlukaan yang sangat serius dan pelindung diri wajah dapat melindungi selaput
paparan pada agen penyebab infeksi sering lendir dibagian mulut, hidung dan mata perawat
terjadi. terhadap resiko percikan darah maupun cairan
Tidak semua infeksi nosokomial dapat tubuh manusia. Alat pelindung wajah terdiri dari
dicegah. Contohnya, beberapa merupakan masker dan kacamata pelindung (Depkes,2003).
pengaruh bertambahnya usia, penyakit kronis Kedua jenis alat pelindung diri tersebut dapat
seperti diabetes yang tidak terkontrol, penyakit digunakan terpisah maupun bersamaan sesuai
ginjal berat, kekurangan gizi berat, perawatan dengan jenis tindakan.
dengan obat-obatan tertentu (separti Masker bagian alat pelindung muka
antimikrobia, kortikosteroid, dan agen-agen lain khususnya untuk melindungi mulut dan hidung
yang dapat menurunkan imunisasi), perawat ketika berinteraksi dengan pasien.
bertambahnya dampak AIDS (misalnya, infeksi Masker dianjurkan untuk selalu digunakan
oportunistik) dan radiasi. Tietjen dkk (2004). perawat ketika melakukan tindakan dengan
semua pasien khususnya pasien TB. (Depkes,
Alat Pelindung Diri (APD) 2003). Hal ini diharapkan mampu melindungi
Alat pelindung diri merupakan peralatan yang perawat terhadap penularan melalui udara. Secara
digunakan tenaga kesehatan untuk melindungi umum masker dibagi menjadi dua jenis yaitu
diri dan mencegah infeksi nosokomial. Tujuan masker standar dan masker khusus.Beberapa hal
penggunaan APD untuk melindungi kulit dan yang perlu diperhatikan ketika menggunakan
selaput lendir tenaga kesehatan dari pajanan masker ( WHO, 2004):
semua cairan tubuh dari kontak langsung dengan a. Memasang masker sebelum memasang
pasien (Depkes, 2003) APD perawat ketika sarung tangan,
praktek terdiri dari sarung tangan, alat pelindung b. Tidak dianjurkan menyentuh masker ketika
wajah, penutup kepala, gaun pelindung atau menggunakannya,

Jurnal Riset Hesti Medan, Vol. 1, No. 1 Juni 2016 4


c. Mengganti masker ketika kotor dan lembab, d. Ketika hendak melepaskan gaun pelindung,
d. Melepas masker dilakukan setelah melepas cara melepaskan adalah dari dalam keluar
sarung tangan dan cuci tangan, untuk mencegah kontaminasi cairan dengan
e. Tidak membiarkan masker menggantung seragam,
dileher, e. Setelah melepas gaun jangan lupa untuk
f. Segera melepaskan masker dilakukan jika selalu mencuci tangan sebelum melakukan
tidak digunakan aktivitas lain.
g. Tidak dianjurkan menggunakan kembali
masker sekali pakai. 5. Alas kaki (sepatu)
Kacamata sebagai bagian dari APD yang Alas kaki merupakan bagian dari APD
bertujuan melindungi mata. Kacamata digunakan yang perlu untuk digunakan. Alas kaki
untuk mencegah masuknya cairan darah maupun melindungi perawat ataupun petugas kesehatan
cairan tubuh lainnya pada mata (Potter dan perry, terhadap tumpuhan atau percikan darah maupun
2005). cairan tubuh yang lain. Penggunaan alas kaki
juga bertujuan untuk mencegah kemungkinan
3. Penutup kepala tusukan benda tajam maupun kejatuhan alat
Penutup kepala sebagai bagian dari standard kesehatan (Depkes, 2003). Menurut Rosdahl &
precaution memilikin fungsi dua arah. Fungsi Merry (2008) yang dikutip Putra (2012), standar
pertama, penutup kepala membantu mencegah alas kaki yang tertutup seluruh ujung jari dan
terjadinya percikan darah maupun cairan pasien telapak kaki serta terbuat dari bahan yang mudah
pada rambut perawat. Selain itu, penutup kepala dicuci dan bahan tusukan. Penggunaan alas kaki
dapat mencegah jatuhnya mikroorganisme yang termsuk juga sepatu yang dipakai sehari-hari
ada di rambut maupun kulit kepala ke area steril harus memenuhi syarat dan juga penggunaan
(Depkes, 2003). Kedua fungsi tersebut sangat sepatu khusus seperti sepatu khusus diruang
penting untuk diperhatikan oleh perawat. tertentu misal ruang operasi, ICU, isolasi, ruang
bersalin, ruang pemulasaraan jenazah (Depkes,
4. Gaun pelindung 2003).
Gaun pelindung atau baju kerja atau
celemek dapat memberikan manfaat bagi Pencegahan ninfeksi
perawat untuk melindungi kulit dan pakaian dari Pada tahun 1995 Center of disease control
kontaminasi cairan tubuh pasien. Gaun pelindung and prevention (CDC) menetapkan bentuk
wajib digunakan ketika melakukan tindakan pencegahaan: tindakan pencegahaan standart,
irigasi, menangani pasien dengan perdarahan, didesain untuk semua perawatan pasien dirumah
melakukan pembersihan luka, maupun tindakan sakit tanpa memperhatikan diagnosa mereka atau
lainnya yang terpapar dengan cairan tubuh pasien status infeksi sebelumnya. Tindakan pencegahan
(Depkes, 2003). transmisi, yang dibagi dalam katergori udara,
Gaun pelindung terdiri dari beberapa macam doplet dan kontak dan digunakan pada pasien
berdasarkan pada kegunaannya, Terdapat dua yang diketahui atau dicurigai terinfeksi atau
jenis gaun pelindung yaitu gaun pelindung steril terkolonisasi patogen secara epidemiologis dapat
dan non steril (Depkes, 2003). ditularkan melalui udara dan kontak. Tindakan
Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan pencegahan standart diterapkan untuk darah,
perlu mengetahui penggunaan gaun pelindung sekresi,dan cairan tubuh tanpa memperhatikan
secara benar. Penggunaan gaun pelindung secara apakah mengandung darah yang terlihat dan
benar dapat melindungi perawat dari bahaya membran mukosa. Tindakan pencegahan
infeksi. Hal-hal yang perlu diperhatikan perawat berdasarkan transmisi dirancang untuk pasien
dalam penggunaan gaun pelindung meliputi yang telah didokumentasikan mengalami atau
(Rosdahl &Merry, 2008): dicurigai terinfeksi yang dapat ditransmisikan
a. Bagian dalam gaun adalah bersih dan bagian melalui udara atau droplet, organisme yang
luarnya adalah yang nantinya harus dijaga secara epidemiologi, termasuk isolasi penyakit
(sesuai dengan jenis gaunnya), menular (Swearing, 2000).
b. Ukuran gaun perlindung harus cukup panjang Menurut Potter dan Perry (2005) dalam upaya
dan dapat menutupi seragam perawat bagian pencegahan dan pengendalian infeksi harus
depan dan belakang namun tidak menutupi disesuaikan dengan rantai terjadinya infeksi
lengan, nosokomial sebagai berikut menurut yaitu:
c. Jika menggunakan seragam lengan panjang, a. Kontrol atau eleminasi agen infeksius
seragam harus digulung diatas siku dan Pembersihan, desinfeksi dan sterilisasi
perawat baru menggunakan gaun pelindung, terhadap objek yang terkontaminasi secara
signifikan mengurangi dan sering kali

Jurnal Riset Hesti Medan, Vol. 1, No. 1 Juni 2016 5


memusnahkan mikrootganisme. Pembersihan Dengan mempertahankan integritas kulit dan
adalah membuang sampah material asing seperti membran mukosa menurunkan kemungkinan
kotoran dan materi organik dari suatu objek. penjamu. Tenaga kesehatan harus berhati-hati
Disinfektan menggambarkan proses yang terhadap resiko jaru suntik. Perawat harus
memusnakan banyak atau semua organisme dan menjaga kesterilan alat dan tindakan invasif
pengecualian spora bakteri, dari objek yang klien, tenaga kesehatan dan tenaga kebersihan
biasanya menggunakan desinfektan kimia. beresiko mendapat infeksi dari tusukan jarum
Sterilisasi adalah pemusnahan seluruh secara tidak sengaja. Pada pembersihan luka
mikroorganisme termasuk spora (Potter dan perawat menyeka bagian dalam dulu kemudian
Perry (2005) bagian luar (Potter dan Perry, 2005).

b. Kontrol atau eleminasi reservoir f. Perlidungan terhadap penjamu yang rentan


Untuk mengeleminasi reservoir perawat Tindakan isolasi atau barrier termasuk
harus membersihkan cairan tubuh, drainase, atau menggunakan gaun, sarung tangan, kacamata dan
larutan yang dapat merupaka tempat masker serta alat pelindung lainnya. Perawat
mikroorganisme. Perawat juga membuang semua klien kewaspadaan berdasrakan penularan
sampah dengan hati-hati alat yang terkontaminasi perlukaan untuk mengurangi resiko infeksi untuk
materi infeksius. Semua institusi kesehatan harus klien tanpa memandang jenis sistem isolasi,
memiliki pedoman untuk membuang materi perawat harus mengikuti prinsip dasar yaitu:
sampah infeksius menurut kebijakan lokal dan harus mencuci tangan sebelum masuk dan
negara (Potter dan Perry, 2005) meninggalkan ruangan isolasi, benda yang
terkontaminasi harus dibuang untuk mencegah
c. Kontrol terhadap portal keluar penyebaran mikroorganisme, pengetahuan
Perawat mengikut peraktek pencegahan dan tentang proses penyakit dan jenis penularan
kontrol untuk meminimalkan atau mencegah infeksi harus diaplikasikan pada saat
organisme yang keluar melalui saluran menggunakan barrier pelindung, semua orang
pernafasan, perawat harus selalu menghindari yang kemungkinan terpapar selama perpindahan
berbicara langsung menghadap pasien, perawat klien diluar kamar isolasi harus dilindungi.
harus selalu menggunakan sarung tangan sekali Lingkungan yang protektif yang digunakan untuk
pakai bila menangani eksudat. Masker, gaun dan isolasi dapat memiliki tekanan udara yang negatif
kacamata jika terdapat kemungkinan adanya untuk mencegah partikel infeksius mengalir
percikan dan kontak cairan. Perawat yang demam keluar dari ruang. Ada juga kamar harus dengan
ringan namun tetap bekerja harus memakai tekanan aliran posotif digunakan pada pasien
masker, khususnya bila mengganti balutan atau yang rentan seperti resepien transplantasi (Potter
melakukan prosedur steril. Perawat juga dan Perry, 2005).
bertanggung jawab mengajarkan klain untuk
melindungi orang lain pada saat bersin dan batuk. g. Perlindungan bagi perawat
Cara lain mengontrol keluarnya mikroorganisme Perlindungan barrier harus sudah tersedia
adalah penanganan yang hati-hati terhadap bagi pekerja yang memasuki kamar isolasi,
eksudat. Cairan yang terkontaminasi dapat menggunakan gaun, sarung tangan, masker dan
dengan mudah terpecik saat dibuang ditoilet atau kacamata pelindung. Perawat mengenakan
bak sampah (Potter dan Perry, 2005). sarung tangan bila resiko terpapar materi
infeksius, khususnya sarung tangan
d. Pengendalian penularan direkomendasikan saat perawat pada tergores
Pengendalian efektif terhadap infeksi atau luka pada kulit saat melakukan fungsi vena,
mengharuskan perawat harus tetap waspada karena mereka beresiko terkena tumpukan darah
tentang jenis penularan dan cara mengontrolnya. atau cairan tubuh lainnya pada tangan, dan bila
Bersihkan dan sterilkan semua peralatan yang mereka kurang pengalaman. CDC Lebih lanjut
reversibel. Tehnik yang paling penting adalah merekomendasikan bahwa sarung tangan hanya
mencuci tangan dan aseptik. Untuk mencegah digunakan sekali pakai (Potter dan Perry, 2005).
penularan mikroorganisme melalui kontak tidak
langsung, peralatan dan bahan yang kotor harus Perawat
dijaga supaya tidak bersentuhan dengan baju Menurut Kepmenkes RI No.1239 tahun 2001
perawat. Tindakan yang salah sering dilakukan tentang Registrasi dan Praktek Perawat, perawat
adalah mengangkat linen yang kotor langsung adalah seseorang yang telah lulus pendidikan
dengan tangan mengenai seragam (Potter dan perawat, baik di dalam maupun di luar negeri
Perry, 2005). sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan-
e. Kontrol terhadap portal masuk undangan yang berlaku. Menurut Kusnanto

Jurnal Riset Hesti Medan, Vol. 1, No. 1 Juni 2016 6


(2004) dalam melaksanakan praktek pencegahan infeksi di Ruang ICU Rumah Sakit
keperawatan, perawat juga dituntut melakukan Tk II Putri Hijau (p=0,024<0,05). Terdapat
peran dan fungsi sebagaimana yang diharapkan hubungan sikap dengan tindakan pencegahan
oleh profesi dan masyarakat sebagai pengguna infeksi di Ruang ICU Rumah Sakit Tk II Putri
jasa pelayanan keperawatan. Menurut Kusnanto Hijau (p=0,026<0,05).
(2004) peran merupakan tingkah laku yang
diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang, Hubungan Pengetahuan Perawat tentang
sesuai kedudukannya dalam suatu sistem. Peran APD dengan Tindakan Pencegahan Infeksi
perawat dipengaruhi oleh keadaan sosial baik di Ruang ICU Rumah Sakit Tk II Putri Hijau
dari dalam maupun dari luar profesi keperawatan
dan bersifat konstan. Doheny (1982) (dalam Dari uji chi-square menunjukan bahwa ada
Kusnanto, 2004) mengidentifikasi beberapa hubungan antara pengetahuan perawat tentang
peran perawat professional meliputi: Care giver, Alat Pelindung Diri (APD) dengan tindakan
Client advocate, Counsellor, Educator, pencegahan infeksi, hal ini dapat dilihat nilai p=
Collaborator, Coordinator, Change agent, 0,024 < α = 0,05. Karena semakin tinggi tingkat
Consultant, pengetahuan seseorang maka akan tahu tentang
tindakan yang harus dilakukannya dalam hal ini
Metode Penelitian tindakan untuk mencegah terjadinya infeksi baik
Jenis penelitian yang digunakan dalam terhadap perawat itu sendiri maupun terhadap
penelitian ini adalah analitik dengan desain cross pasien. Dari hasil analisa univariat didapat bahwa
sectional dengan tujuan untuk melihat hubungan perawat yang telah melakukan tindakan
pengetahuan dan sikap perawat ICU tentang APD pencegahan infeksi yaitu 56,5%. Menurut
dengan tindakan pencegahan infeksi pada Notoatmodjo (2007) Pengetahuan merupakan
perawat di Rumah Sakit Tk II Putri Hijau hasil dari tahu dan terjadi setelah orang
Lokasi yang digunakan dalam penelitian ini melakukan penginderaan terhadap suatu objek
adalah ruang ICU Rumah sakit Tk II Putri Hijau. tertentu. Pengindraan meliputi penglihatan,
Penelitian ini di lakukan mulai bulan Januari pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
sampai Maret 2016. Sampel dalam penelitian ini Pengetahuan merupakan bagian dari perilaku
adalah perawat yang bertugas di Ruang ICU yang tidak bisa diamati secara langsung oleh
Rumah Sakit Tk II Putri Hijau sebanyak 23 orang lain karena masih terjadi didalam diri
orang dengan menggunakan teknik total manusia itu sendiri (covert behavior).
sampling Analisis data dilakukan menggunakan Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
analisis univariat, bivariat (Chi-Square) pada Ningsih (2013) yang menemukan bahwa terdapat
taraf signifikansi α 0,5 atau 95%. hubungan antara tingkat pengetahuan dan
motivasi perawat dengan perilaku pencegahan
Hasil Penelitian infeksi nosokomial di Rumah Sakit Umum
Daerah Sukoharjo.
Hasil penelitian berdasarkan kajian di
Rumah Sakit Tk II Putri Hijau, dengan statistik Hubungan Sikap Perawat tentang APD
uji univariat dan bivariat denganTindakan Pencegahan Infeksi di ruang
Hasil uji statistik univariat didapatkan ICU Rumah sakit Tk II Putri Hijau
bahwa berdasarkan pengkategorian sub variabel Dari hasil analisa uji univariat sikap perawat
pengetahuan tentang APD yang paling besar ruang ICU Rumkit TK II Putri Hijau pada
berada pada kategori kurang yaitu sebanyak 13 umumnya baik 15 orang (65,2%). Hal ini
orang (56,5%) dan selebihnya berada pada menunjukan sikap dalam pencegahan infeksi
kategori baik sebanyak 10 orang (43,5%) dan nosokomial baik. Sikap positif ini akan
Sub variabel sikap menunjukan yang paling berpengaruh terhadap perubahan sikap yang lebih
besar berada pada kategori baik yaitu sebanyak baik melalui pengamatan dan penilaian modal
15 orang (65,2%) dan selebihnya berada pada peran sikap perawat yang baik, sehingga sikap
kategori kurang sebanyak 8 orang (34,8%). Dan yang baik diterapkan dan akan memberikan
variabel tindakan pencegahan menujukan bahwa manfaat ke pasien pada penyembuhan. Menurut
yang paling besar berada pada kategori baik yaitu Alport (1954) yang dikutip oleh Notoatmodjo
sebanyak 13 orang (56,5%) dan selebihnya (2007) bahwa sikap mempunyai 3 komponen
berada pada kategori kurang sebanyak 10 orang pokok yaitu: kepercayaan (keyakinan), ide dan
(43,5%). konsep terhadap suatu objek, Kehidupan
Berdasarka hasil uji bivariat dengan statistik emosional atau evaluasi terhadap suatu objek dan
uji Chi-Square menunjukan: Terdapat hubungan Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).
pengetahuan tentang APD dengan tindakan

Jurnal Riset Hesti Medan, Vol. 1, No. 1 Juni 2016 7


Selain sikap yang baik dalam penelitian ini Saran
juga masih ditemukan 8 orang perawat (34,8%)
1. Manajemen rumah sakit disarankan untuk
yang memiliki sikap kurang baik dalam hal
meningkatkan pengetahuan perawat ICU
penggunaan APD akan berdampak pada tindakan
tentang manfaat alat pelindung diri dalam
pencegahan infeksi, sikap yang kurang baik
melaksanakan tindakan pencegahan infeksi
dalam pengguaan APD kemungkinan diakibatkan
di rumah sakit, dan memiliki sarana Alat
oleh kurangnya pengetahuan tentang manfaat
pelindung diri yang lengkap sesuai dengan
APD dan perilaku pencegahan yang tidak sesuai
risiko penularan infeksi yang mungkin
dengan Standar precaution yang diterapkan oleh
timbul.
Depkes RI tentang prosedur dasar yang harus
2. Melaksanakan pelatihan secara rutin yang
diterapkan guna memberikan perlindungan bagi
berkaitan dengan upaya-upaya pencegahan
tenaga kesehatandalam hal ini perawat maupun
infeksi di rumah sakit
klien dan upaya pencegahan terjadinya infeksi.
Penerapan Standar precaution terdiri dari
Daftar Pustaka
beberapa tindakan salah satunya yaitu
Aditama. 2006. Kesehatan dan Keselamatan
penggunaan Alat Pelindungan Diri (APD)
Kerja. UI. Press. Jakarta.
sebagai upaya perlindungan utama bagi tenaga
Anonim. Faktor Keselamtan dan Kesehatan
kesehatan.
Kerja (K3) Terhadap Infeksi
Dari hasil uji bivariat dengan menggunakan
Nosokomial.(Jurnal Elektronik) diakses
uji statistik Chi-square pada taraf kemaknaan
tanggal 20 Pebruari 2016.
95% didapatkan hasil ρ=0,026<α=0,05 hal ini
http://rifqinubairi.blogspot.com
menunjukan bahwa terdapat hubungan sikap
Depkes RI. 2003. Pedoman pelaksanaan
perawat tentang APD dengan tindakan
kewaspadaan universal di pelayanan
pencegahan infeksi di ruang ICU Rumah Sakit
kesehatan. Jakarta.
TK II Putri Hijau. Sikap yang baik dengan
_______ RI. 2007. Pedoman Manajemen K3 di
didukung oleh pengetahuan yang baik akan
Rumah Sakit.
menjadi motivasi bagi perawat di ruang ICU
Habni. Y, 2009. Prilaku Perawat Dalam
untuk melakukan tindakan pencegahan infeksi.
Pencegahan Infeksi Nosokomial di Ruangan
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
Rindu A, Rindu B, ICU, IGD, Rawat Jalan
Daeli (2013) tentang hubungan tingkat
di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam
pengetahuan, sikap, tindakan dan masa kerja
Malik Tahun 2009, Skripsi PSIK USU,
dengan pencegahan infeksi nosokomial,
Medan.
didapatkan hasil yang signifikan dari keempat
Hidayat, Alimuldan Aziz, 2007. Metode
variebel dengan nilai ρ-value sebagai berikut :
penelitian kebidanan dan teknik analisa
tingkat pengetahuan ρ= 0,01, Sikap ρ=0,038,
data. Salemba. Jakarta.
tindakan ρ=0,001 dan masa kerja ρ=0,04 bila
Kathryn, A. 2004. Phlebotomy technician
dibandingkan dengan α=0,05. Hal ini juga sesuai
specialist. (2nd. ed) Clifton Park: Delmar.
dengan penelitian Salawati, Taufik dan Putra ()
Maja, TMM. 2009. Precaution use by
occupational health nursing students during
clinical placement. Adeliade : Tswane
Simpulan
University Of Technology.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
Musadad, D.A. 1993. Sanitasi Rumah Sakit
di Ruang ICU Rumah Sakit Tk II Putri Hijau
Sebagai Investasi. Cermin Dunia Kedokteran
kesimpulan :
No. 83.
Nasution, S.A. 2011. Perbedaan Sanitasi
Secara keseluruhan dari dua variabel yang
Lingkungan Dan Prilaku Petugas Kesehatan
diteliti yaitu pengetahuan dan sikap tentang APD
Di Ruangan ICU RSUD dr. Pirngadi Dan
secara signifikan memiliki hubungan dengan
Rumkit TK II Putri Hijau Kesdam I/BB
tindakan pencegahan infeksi di Ruang ICU
Medan Tahun 2010, Tesis FKM USU,
Rumah Sakit Tk II Putri Hijau. Variabel yang
Medan.
memiliki hubungan yang lebih kuat dengan
Ningsih,EW.2013. Hubungan Tingkat antara
tindakan pencegahan infeksi di Ruang ICU
Pengetahuan dan motivasi perawat dengan
Rumah Sakit Tk II Putri Hijau yaitu pengetahuan
perilaku Pencegahan Infeksi Nosokomial di
tentang APD dengan nilai ρ sebesar 0.024 lebih
rumah sakit Umum Daerah Sukoharjo (Jurnal
kecil dari α 0,05 (ρ=0,024>α=0,05).
Elektronik) dikases 24 Pebruari 2016 ;
Http:/www. ums.ac.id

Jurnal Riset Hesti Medan, Vol. 1, No. 1 Juni 2016 8


Notoatmodjo Soekidjo, 2007. Promosi Rosdahl, C Bunker, Merry, T. Kowalski
Kesehatan dan Ilmu Prilaku. Jakarta. Rineke (2008). Textbook Of Basic Nursing (9th ed).
Cipta. Philadelphia. Lipponcott.
Nursalam & Ninuk, 2007. Asuhan Keperawatan Swearing, (2000). Buku keperawatan Medical
Pada Pasien Terinfeksi. Jakarta. Salemba bedah edisi 2, Jakarta: EGC
Medika. Tietjen dkk, 2004. Panduan Pencegahan infeksi
Potter, P. A, Perry, A.G. 2005. Fundamental of nosokomial untuk fasilitas pelayanan
nursing: concepts, process, and practice, 4/E. kesehatan dengan sumber daya terbatas.
Philadelphia: Mosby Jakarta. YBP-SP.
Purba, R. B. 2010. Gambaran Perilaku Tim Nuansa Aulia, 2010 Himpunan peraturan
Pemakaian APD dan Gejala Keracunan pada dan perundang-undangan tentang Rumah
Penyemprotan Pestisida Di Afdeling V dan VI Sakit. Bandung. Nuansa Aulia.
Kebun Dolok Ilir PTPN IV. Skripsi PSKM Wawan dan Dewi. 2010.Teori dan Pengukuran
USU, Medan. Pengetahuan, Sikap dan Prilaku Manusia.
Purwanto H, (1998) pengantar Perilaku Manusia Nuha Medika; Yogyakarta.
untuk keperawatan. Jakarta. EGC. WHO. 2004. Practical guaidelines for infection
Putra. M.U.K, 2012. Hubungan Tingkat control in health care facility. India : WHO
Pengetahuan dan Sikap Dengan Perilaku Regional Office South East Asia
Penggunaan Alat Pelindung Diri Pada
Mahasiswa Profesi Fakultas Ilmu
Keperawatan. Universitas Indonesia.

Jurnal Riset Hesti Medan, Vol. 1, No. 1 Juni 2016 9

Anda mungkin juga menyukai