ARTRITIS
Disusun untuk memenuhi tugas Keperawatan Medikal Bedah III
Dosen Pengampu : Siti Sarifah S.Kep Ns, M.Kep
Disusun oleh :
1. Bobby Oktaf P (2013011632)
2. Caesar Maulani (2013011633)
3. Danu Prihantoro (2013011634)
4. Dina Styarini (2013011639)
5. Eka Ratna (2013011645)
6. Muhammad Alif (2013011653)
7. Novia Eka C (2013011656)
8. Nur Khasanah (2013011658)
9. Sariyati (2013011666)
10. Siti Makmuroh (2031011668)
11. Wahyu Nugruho (2013011673)
D III KEPERAWATAN
STIKES PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
KATA PENGANTAR
Kelompok IV
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
Artritis Rheumathoid
A. Pengertian
Rhematoid artritis adalah peradangan yang kronis sistemik,
progresif dan lebih banyak terjadi pada wanita, pada usia 25-35 tahun.
Penyakit reumatik adalah penyakit inflamasi non- bakterial yang
bersifat sistemik, progesif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta
jaringan ikat sendi secara simetris. ( Rasjad Chairuddin, Pengantar
Ilmu Bedah Orthopedi, hal. 165 )
Artritis reumatoid merupakan inflamasi kronik yang paling
sering ditemukan pada sendi. Insiden puncak adalah antara usia 40
hingga 60 tahun, lebih sering pada wanita daripada pria dengan
perbandingan 3 : 1. Penyakit ini menyerang sendi-sendi kecil pada
tangan, pergelangan kaki dan sendi-sendi besar dilutut, panggul serta
pergelangan tangan. (Muttaqin, 2006)
Kata arthritis berasal dari dua kata Yunani. Pertama, arthron,
yang berarti sendi. Kedua, itis yang berarti peradangan. Secara
harfiah, arthritis berarti radang sendi. Sedangkan rheumatoid arthritis
adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian (biasanya sendi
tangan dan kaki) mengalami peradangan, sehingga terjadi
pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan
kerusakan bagian dalam sendi (Gordon, 2002).
B. Etiologi
Penyebab artritis reumatoid masih belum diketahui secara pasti
walaupun banyak hal mengenai patologis penyakit ini telah terungkap.
penyakit ini belum dapat dipastikan mempunyai hubungan dengan
faktor genetik. Namun, berbagai faktor termasuk kecendrungan
genetik bisa memengaruhi reaksi autoimun. Faktor-faktor yang
berperan antara lain adalah jenis kelamin, infeksi (Price, 1995),
keturunan (Price, 1995; Noer S, 1996), dan lingkungan (Noer S,
1996).
7Agen spesifik penyebab arthritis rheumatoid belum dapat
dipastikan, tetapi jelas ada interaksi factor genetik dengan faktor
lingkungan. (Maini dan Feldmann, 1998: Blab et al, 1999). Namun
faktor predisposisinya adalah mekanisme imunitas (antigen –
antibodi), factor metabolik dan infeksi virus (Suratun, Heryati,
Manurung & Raenah, 2008).
C. Pathway
Reaksi Faktor R dengan antibodi, faktor metabolik, infeksi dengan
kecenderungan fisik
Nyeri Reaksi peradangan
E. Manifestasi Klinis
Gejala awal terjadi pada beberapa sendi sehingga disebut poli artritis
rheumatoid. Persendian yang paling sering terkena adalah sendi
tangan, pergelangan tangan, sendi lutut, sendi siku pergelangan kaki,
sendi bahu serta sendi panggul dan biasanya bersifat bilateral/simetris.
Tetapi kadang-kadang hanya terjadi pada satu sendi disebut artritis
reumatoid mono-artikular. (Chairuddin, 2003).
1. Kaku pada pagi hari (morning stiffness). Pasien merasa kaku pada
persendian dan di sekitarnya sejak bangun tidur sampai sekurang-
kurangnya 1 jam sebelum perbaikan maksimal.
2. Arthritis pada 3 daerah. Terjadi pembengkakan jaringan lunak atau
persendian (soft tissue swelling) atau lebih efusi, bukan
pembesaran tulang (hyperostosis). Terjadi pada sekurang-
kurangnya 3 sendisecara bersamaan dalam observasi seorang
dokter. Terdapat 14 persendian yang memenuhi criteria, yaitu
interfalang proksimal, metakarpofalang, pergelangan tangan, siku,
pergelangan kaki, dan metatarsofalang kiri dan kanan.
3. Arthritis pada persendian tangan. Sekurang-kurangnya terjadi
pembengkakan satu persendian tangan seperti tertera di atas.
4. Arthritis simetris. Maksudnya keterlibatan sendi yang sama;(tidak
mutlak bersifat simetris) pada kedua sisi secara serentak
(symmetrical polyartritis simultaneously).
5. Nodul rheumatoid, yaitu nodul subkutan pada penonjolan tulang
atau permukaan ektensor atau daerah jukstaartikular dalam
observasi seorang dokter.
6. Faktor rheumatoid serum positif. Terdapat titer abnormal faktor
rheumatoid serum yang diperiksa dengan cara yang memberikan
hasil positif kurang dari 5% kelompok control.
7. Terdapat perubahan gambaran radiologis yang khas pada
pemeriksaan sinar rontgen tangan posteroanterior atau pergelangan
tangan, yang harus menunjukkkan adanya erosi atau dekalsifikasi
tulang yang berlokalisasi pada sendi atau daerah yang berdekatan
dengan sendi.
I. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan reumatoid artritis adalah mengurangi nyeri,
mengurangi inflamasi, menghentikan kerusakan sendi dan
meningkatkan fungsi dan kemampuan mobilisasi penderita.
Adapun penatalaksanaan umum pada rheumatoid arthritis antara lain :
1. Pemberian terapi
Pengobatan pada rheumatoid arthritis meliputi pemberian aspirin
untuk mengurangi nyeri dan proses inflamasi, NSAIDs untuk
mengurangi inflamasi, pemberian corticosteroid sistemik untuk
memperlambat destruksi sendi dan imunosupressive terapi untuk
menghambat proses autoimun.
2. Pengaturan aktivitas dan istirahat
Pada kebanyakan penderita, istirahat secara teratur merupakan hal
penting untuk mengurangi gejala penyakit. Pembebatan sendi yang
terkena dan pembatasan gerak yang tidak perlu akan sangat
membantu dalam mengurangi progresivitas inflamasi. Namun
istirahat harus diseimbangkan dengan latihan gerak untuk tetap
menjaga kekuatan otot dan pergerakan sendi.
3. Kompres panas dan dingin
Kompres panas dan dingin digunakan untuk mendapatkan efek
analgesic dan relaksan otot. Dalam hal ini kompres hangat lebih
efektive daripada kompres dingin.
4. Diet
Untuk penderita rheumatoid arthritis disarankan untuk mengatur
dietnya. Diet yang disarankan yaitu asam lemak omega-3 yang
terdapat dalam minyak ikan. Mengkonsumsi makanan seperti tahu
untuk pengganti daging, memakan buah beri untuk menurunkan
kadar asam urat dan mengurangi inflamasi.Hindari makanan yang
banyak mengandung purin seperti bir dari minuman beralkohol,
ikan anchovy, sarden, herring, ragi, jerohan, kacang-kacangan,
ekstrak daging, jamur, bayam, asparagus, dan kembangkol karena
dapat menyebabkan penimbunan asam urat dipersendian.
5. Banyak minum air untuk membantu mengencerkan asam urat yang
terdapat dalam darah sehingga tidak tertimbun di sendi. (NANDA,
2013).
6. Gizi
Pemenuhan gizi pada atritis reumatoid adalah untuk mencapai dan
mempertahankan status gizi yang optimal serta mengurangi
peradangan pada sendi. Adapun syarat–syarat diet atritis
rheumatoid adalah protein cukup, lemak sedang, cukup vitamin
dan mineral, cairan disesuaikan dengan urine yang dikeluarkan
setiap hari. Rata–rata asupan cairan yang dianjurkan adalah 2 – 2
½ L/hari, karbohidrat dapat diberikan lebih banyak yaitu 65 – 75%
dari kebutuhan energi total.
7. Pembedahan
Pembedahan dilakukan apabila rheumatoid arthritis sudah
mencapai tahap akhir. Bentuknya dapat berupa tindakan
arhthrodesis untuk menstabilkan sendi, arthoplasty atau total join
replacement untuk mengganti sendi.
Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
a. Aktivitas/Istirahat
Gejala : Nyeri sendi karena pergerakan, nyeri tekan, yang
memburuk dengan stress pada sendi; kekakuan sendi pada pagi hari,
biasanya terjadi secara bilateral dan simetris. Keterbatasan fungsional
yang berpengaruh pada gaya hidup, aktivitas istirahat, dan pekerjaan.
Gejala lain adalah keletihan dan kelelahan yang hebat.
Tanda : Malaise, keterbatasan rentang gerak; atrofi otot, kulit;
kontraktur/kelainan pada sendi dan otot.
b. Kardiovaskuler
Gejala : Fenomena Raynaud jari tangan/kaki, misal pucat
intermitten, sianotik, kemudian kemerahan pada jari sebelum warna
kembali normal.
c. Integritas Ego
Gejala : Faktor-faktor stress akut/kronis, misal finansial,
pekerjaan, ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan sosial.
Keputusasaan dan ketidak berdayaan. Ancaman pada konsep diri, citra
tubuh, identitas diri misal ketergantungan pada orang lain, dan
perubahan bentuk anggota tubuh.
d. Makanan/Cairan
Gejala : Ketidakmampuan untuk menghasilkan/mengkonsumsi
makan/cairan adekuat; mual, anoreksia, dan kesulitan untuk
mengunyah.
Tanda : Penurunan berat badan, dan membran mukosa kering.
e. Hiegiene
Gejala : Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas
perawatan pribadi secara mandiri. Ketergantungan pada orang lain.
f. Neurosensori
Gejala : Kebas/kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya
sensasi pada jari tangan.
Tanda : Pembengkakan sendi simetris.
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Fase akut dari nyeri (disertai/tidak disertai
pembengkakan jaringan lunak pada sendi). Rasa nyeri kronis dan
kekakuan (terutama pada pagi hari).
h. Keamanan
Gejala : Kulit mengilat, tegang; nodus subkutaneus. Lesi kulit,
ulkus kaki, kesulitan dalam menangani tugas/pemeliharaan rumah
tangga. Demam ringan menetap, kekeringan pada mata, dan membran
mukosa.
i. Interaksi sosial
Gejala : Kerusakan interaksi dengan keluarga/orang lain,
perubahan peran, isolasi.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang dapat ditemukan pada klien rumatoid arthritis
(Doengoes, 2000) adalah sebagai berikut :
a. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan distensi jaringan oleh
akumulasi cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal,
nyeri/ketidaknyamanan, intoleransi terhadap aktivitas atau penurunan
kekuatan otot.
c. Gangguan citra tubuh / perubahan penampilan peran berhubungan
dengan perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas
umum, peningkatan penggunaan energi atau ketidakseimbangan
mobilitas.
d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan
muskuloskeletal, penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri saat bergerak
atau depresi.
C. RENCANA KEPERAWATAN
Rencana asuhan keperawatan pada klien artritis reumatoid di bawah ini,
disusun berdasarkan diagnosis keperawatan , tindakan keperawatan, dan
rasionalasis ( Doenges, 2000).
a. Diagnosis keperawatan : Nyeri akut/kronis berhubungan dengan
distensi jaringan akibat akumulasi cairan/proses inflamasi, destruksi
sendi.
Tujuan : Nyeri berkurang, hilang atau teradaptasi.
Kriteria Hasil :
- klien melaporkan penurunan nyeri.
- menunjukkan perilaku yang lebih relaks.
- memperagakan keterampilan reduksi nyeri yang dipelajari
dengan peningkatan keberhasilan.
- Skala nyeri 0-1 atau teradaptasi.
No INTERVENSI RASIONAL
1. Mandiri
Kaji keluhan nyeri, skala nyeri, serta Membantu dalam menentukan
catat lokasi dan intensitas, faktor - faktor kebutuhan manajemen nyeri
yang mempercepat, dan respons rasa dan efektivitas program.
sakit nonverbal.
2. Biarkan klien mengambil posisi yang Pada penyakit yang berat/
nyaman waktu tidur atau duduk di kursi. eksaserbasi, tirah baring
Tingkatkan istirahat di tempat tidur mungkin diperlukan untuk
sesuai indikasi. membatasi nyeri/cedera.
3. Anjurkan
5 klien untuk sering merubah Mencegah terjadinya kelelahan
posisi.
. Bantu klien untuk bergerak di umum dan kekakuan sendi.
tempat tidur, sokong sendi yang sakit di Menstabilkan sendi,
atas dan di bawah, serta hindari gerakan mengurangi gerakan/rasa sakit
yang menyentak. pada sendi.
4. Anjurkan
6 klien untuk mandi air hangat. Meningkatkan relaksasi otot
Sediakan
. waslap hangat untuk kompres dan mobilitas, menurunkan rasa
sendi yang sakit. Pantau suhu air sakit, dan menghilangkan
kompres, air mandi, dan sebagainya. kekakuan pada pagi hari.
Sensitivitas pada panas dapat
dihilangkan dan luka dermal
dapat disembuhkan.
5. Berikan
7 masase yang lembut. Meningkatkan relaksasi/
. mengurangi tegangan otot.