Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BENCANA TANAH

LONGSOR

OLEH :

KELOMPOK 3

NAMA KELOMPOK :

1. A A ISTRI CITRA ADNYANITA (17C10135)


2. LUH NITA NOVIANTARI (17C10138)
3. NI LUH GEDE NOVITA DEWI (17C10140)
4. LUH ERLINA RAHAYUNI (17C10143)
5. NI KETUT TARI WIDIASTUTI (17C10145)
6. KOMANG TRIYA WHIDI ASTUTI (17C10146)
7. PUTU THANIA PRAMESWARI A.D (17C10153)
8. NI NYOMAN AYU INTAN PRATIWI (17C10163)
9. NI LUH PUTU DEVI WARDANI (17C10173)

INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI

SARJANA KEPERAWATAN

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa
yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya atas kerja keras kami
dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Bencana Tanah Longsor” dapat
selesai tepat waktu. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata
kuliah Keperawatan gawat darurat.

Dalam menyusun makalah ini, penulis telah mendapat bantuan


dan bimbingan dari banyak pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan
terima kasih kepada :

1. Bapak I Gede Putu Darma Suyasa, S.Kep., M.Ng., Ph.D selaku Rektor
Institut Teknologi dan Kesehatan Bali (ITEKES Bali) yang telah
memberikan ijin dan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan
makalah ini.
2. Ibu Ns. Ni Putu Yustina Yusniawati, S. Kep., M.Kep. selaku pengampu
mata kuliah Keperawatan bencana yang telah membimbing dalam
penyelesaian makalah ini.
3. Teman-teman kelompok 3 yang telah mampu berkerja sama dalam
pembuatan makalah ini.
4. Serta semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam penulisan makalah ini.

Kami menyadari dalam penulisan makalah ini masih jauh dari


kata sempurna, untuk itu dengan hati terbuka penulis menerima kritik dan
saran yang sifatnya konstruktif untuk kesempurnaan makalah ini.

Denpasar, 15 April 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar…………………………………………………………ii

Daftar Isi………………………………………………………………..iii

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………….1
B. Tujuan……………………………………………………………..2

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian………………………………………………………….3
B. Jenis-jenis tanah longsor…………………………………………..4
C. Faktor tanah longsor…………………………………………….…6
D. Penyebab terjadinya tanah longsor………………………………...7
E. Tanda-tanda tanah longsor………………………………………...7
F. Pencegahan mengurangi resiko tanah longsor…………………….7

BAB II
GAMBARAN KASUS
A. PEMAPARAN KASUS………………………………………….9
B. Menejemen resiko bencana……………………………………...10
C. Menejemen kedaruratan…………………………………………11
D. Menejemen pemulihan…………………………………………..12

BAB III
PENUTUP
Simpulan………………………………………………………………..14
Saran……………………………………………………………………14
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………..16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bencana merupakan suatu proses alam atau bukan alam yang
menyebabkan korban jiwa, harta dan mengganggu tatanan kehidupan.
Tanah longsor merupakan bencana alam geologi yang diakibatkan
oleh gejala alam geologi maupun tindakan manusia dalam mengelola
lahan. Dampak dari bencana ini sangat merugikan, baik dari segi
lingkungan maupun sosial ekonomi (BNPB, 2008). Tanah longsor
terjadi karena adanya gerakan tanah sebagai akibat dari bergeraknya
masatanah atau batuan yang bergerak di sepanjang lereng atau diluar
lereng karena faktor gravitasi (Putra Agina dan Podo Yuwono, 2017).
Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng dunia yaitu
lempeng Eurasia, lempeng Pasifik, dan lempeng Australia yang selalu
bergerak dan saling menumbuk. Konsekuensi dari tubrukan tersebut
adalah terbentuknya jalur gunung api di Indonesia. Keberadaan jalur
gunungapi ini menyebabkan pada beberapa wilayah Indonesia
terbentuk pegunungan dan perbukitan dengan kemiringan lereng
landai hingga terjal. Kondisi tersebut menyebabkan Indonesia
memiliki potensi bencana tanah longsor yang dapat menimbulkan
korban jiwa, kerugian harta benda, dan kerusakan lingkungan
(Arifianti, 2011).
Bencana tanah longsor telah mengakibatkan lebih banyak kerugian
dibandingkan dengan bencana lainnya. Setiap tahun, kasus bencana
tanah longsor semakin meningkat terutama saat memasuki musim
hujan terutama di daerah daerah perbukitan terjal. Berdasarkan data,
tercatat kejadian bencana tanah longsor terjadi pada 809 lokasi di
seluruh wilayah Indonesia yang memakan korban jiwa 2484 orang
meninggal dunia (PVMBG, 2012 dalam Arnas Adianto dkk, 2020).
Tanah longsor merupakan bencanaalamyang dapat diramalkan
kedatangannya, karena berhubungan dengan tingginya curah hujan.

1
Faktor kadar air merupakan hal yang cukup dominan, sehingga
longsor sering terjadi pada musim hujan di kawasan yang bercurah
hujan tinggi. Daerah berpotensi longsor umumnya merupakan daerah
di tepi pegunungan terjal ataupun daerah aliran sungai yaitu di sekitar
tebing sungai. Adapun elemen-elemen lain yang ikut berpengaruh
terhadap terjadinya tanah longsor adalah jenis tanah, faktor geologi,
penutupan lahan, faktor kegempaan,dan kemiringan lahan.
Tanah longsor merupakan salah satu jenis bencana yang cukup
potensial terjadi di Indonesia dengan mengakibatkan kerugian
material ataupun non-material, jika tidak mendapatkan perhatian dan
penanganan yang serius.

B. Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian dari tanah longsor
b. Untuk mengetahui jenis-jenis dari tanah longsor
c. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab tanah longsor
d. Untuk mengetahui penyebab terjadinya tanah longsor
e. Untuk mengetahui tanda-tanda terjadinya tanah longsor
f. Untuk mengetahui bagaimana cara pencegahan untuk mengurangi
resiko tanah longsor

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Musibah merupakan kejadian ataupun rangkaian kejadian yang
mengecam serta mengusik kehidupan serta penghidupan warga yang
diakibatkan, baik oleh aspek alam serta/ ataupun aspek nonalam ataupun
aspek manusia sehingga menyebabkan munculnya korban jiwa manusia,
kehancuran area, kerugian harta barang, serta akibat psikologis. Definisi
tersebut mengatakan kalau musibah diakibatkan oleh aspek alam, non
alam, serta manusia. Oleh sebab itu, Undang- Undang No 24 Tahun 2007
tersebut pula mendefinisikan menimpa musibah alam, musibah nonalam,
serta musibah sosial (BNPB, 2017).
Tanah longsor ialah salah satu musibah alam yang biasanya terjalin
di daerah pegunungan (mountainous zona), paling utama di masa hujan,
yang bisa menyebabkan kerugian harta barang ataupun korban jiwa serta
memunculkan kehancuran fasilitas serta prasarana yang lain semacam
perumahan, industri, serta lahan pertanian yang berakibat pada keadaan
sosial warga serta merendahkan perekonomian di sesuatu wilayah
(Yuniarta, Saido dan Purwana, 2015).
Bencana alam ini yang merupakan proses perpindahan massa
batuan (tanah) akibat gaya berat (gravitasi). Longsor terjalin sebab
terdapatnya gangguan kesetimbangan gaya yang bekerja pada lereng, yaitu
gaya penahan serta gaya peluncur. Gaya peluncur dipengaruhi oleh isi air,
berat massa tanah itu sendiri berat beban bangunan. Ketidakseimbangan
gaya tersebut diakibatkan terdapatnya gaya dari luar lereng yang
menyebabkan besarnya gaya peluncur pada sesuatu lereng menjadi lebih
besar daripada gaya penahannya, sehingga menimbulkan massa tanah
bergerak turun (Naryanto, et al, 2016 dalam Naryanto, dkk. 2019).
Maka kelompok kami menyimpulkan bahwa tanah longsor
merupakan salah satu bentuk bencana alam pergeseran tanah yang

3
biasanya terjadi dari daerah yang lebih tinggi menuju ke daerah yang lebih
rendah, yang dapat disebabkan oleh banyak faktor alam maupun kelalaian
manusia dan akan berdampak terhadap kehidupan disekitarnya.

B. Jenis- Jenis Tanah Longsor


Ada 6 jenis tanah Ada 6 jenis
tanah longsor, yakni: longsoran
translasi, longsoran rotasi,
pergerakan blok, runtuhan batu, rayapan tanah, dan aliran bahan
rombakan. Jenis longsoran translasi dan rotasi paling banyak terjadi di
Indonesia. Sedangkan
longsoran yang paling
banyak memakan korban jiwa
manusia adalah aliran bahan
rombakan.
1) Longsoran Translasi

Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan


batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau
menggelombang landai.

2) Longsoran Rotasi
Longsoran rotasi adalah bergerak-nya massa tanah dan batuan
pada bidang gelincir berbentuk cekung.

3) Pergerakan Blok

4
Pergerakan blok adalah perpindahan batuan yang bergerak
pada bidang gelincir berbentuk rata. Longsoran ini disebut juga
longsoran
translasi
blok batu.

4) Runtuhan Batu
Runtuhan batu terjadi ketika
sejum-lah besar batuan atau
material lain bergerak ke
bawah dengan cara jatuh
bebas. Umumnya terjadi
pada lereng yang terjal
hingga menggantung
terutama di daerah pantai.
Batu-batu besar yang jatuh
dapat menyebabkan
kerusakan yang parah.

5) Rayapan Tanah
Rayapan
Tanah
adalah jenis tanah longsor yang bergerak lambat. Jenis tanahnya
berupa butiran kasar dan halus. Jenis tanah longsor ini hampir
tidak dapat
dikenali.
Setelah
waktu yang
cukup lama
longsor jenis rayapan ini bisa menyebabkan tiang-tiang telepon,
pohon, atau rumah miring ke bawah.

5
6) Aliran Bahan Rombakan
Jenis tanah longsor ini terjadi ketika massa tanah bergerak
didorong oleh air. Kecepatan aliran tergantung pada
kemiringan lereng, volume dan tekanan air, dan jenis
materialnya. Gerakannya terjadi di sepanjang lembah dan
mampu mencapai ratusan meter jauhnya. Di beberapa tempat
bisa sampai ribuan meter seperti di daerah aliran sungai di
sekitar gunungapi. Aliran tanah ini dapat menelan korban
cukup banyak.

C. Faktor Tanah Longsor


1) Hujan
Hal itu mengakibatkan
munculnya pori-pori atau
rongga tanah hingga terjadi retakan dan merekahnya tanah permukaan.
Ketika hujan, air akan menyusup ke bagian yang retak sehingga tanah
dengan cepat mengembang kembali. Hujan lebat pada awal musim
dapat menimbulkan longsor, karena melalui tanah yang merekah air
akan masuk dan terakumulasi di bagian dasar lereng, sehingga
menimbulkan gerakan lateral. Bila ada pepohonan di permukaannya,
tanah longsor dapat dicegah karena air akan diserap oleh tumbuhan.
Akar tumbuhan juga akan berfungsi mengikat tanah.
1) Lereng terjal
Lereng atau tebing yang terjal akan memperbesar gaya pendorong.
Lereng yang terjal terbentuk karena pengikisan air sungai, mata air, air
laut, dan angin. Kebanyakan sudut lereng yang menyebabkan longsor
adalah 180.
2) Tanah yang kurang padat dan tebal
Jenis tanah yang kurang padat adalah tanah lempung atau tanah liat
dengan ketebalan lebih dari 2,5 m dan sudut lereng lebih dari 220.
3) Batuan yang kurang kuat

6
Batuan endapan gunung api dan batuan sedimen berukuran pasir dan
campuran antara kerikil, pasir, dan lempung umumnya kurang kuat.
4) Jenis tata lahan
5) Tanah longsor banyak terjadi di daerah tata lahan persawahan,
perladangan, dan adanya genangan air di lereng yang terjal. Pada lahan
persawahan akarnya kurang kuat untuk mengikat butir tanah dan
membuat tanah menjadi lembek dan jenuh dengan air sehingga mudah
terjadi longsor.
6) Getaran
Getaran yang terjadi biasanya diakibatkan oleh gempabumi, ledakan,
getaran mesin, dan getaran lalulintas kendaraan.
7) Penggundulan hutan
Tanah longsor umumnya banyak terjadi di daerah yang relatif gundul
dimana pengikatan air tanah sangat kurang.
8) Pengikisan/erosi
Pengikisan banyak dilakukan oleh air sungai ke arah tebing. Selain itu
akibat penggundulan hutan di sekitar tikungan sungai, tebing akan
menjadi terjal.
9) Daerah pembuangan sampah
Penggunaan lapisan tanah yang rendah untuk pembuangan sampah
dalam jumlah banyak dapat mengakibatkan tanah longsor apalagi
ditambah dengan guyuran hujan.

D. Penyebab Terjadinya Tanah Longsor


Pada prinsipnya tanah longsor terjadi bila gaya pendorong pada
lereng lebih besar daripada gaya penahan. Gaya penahan umumnya
dipengaruhi oleh kekuatan batuan dan kepadatan tanah. Sedangkan gaya
pendorong dipengaruhi oleh besarnya sudut lereng, air, beban serta berat
jenis tanah batuan (Kementrian ESDM RI, 2011).

E. Tanda-Tanda Tanah Longsor

7
Untuk antisipasi agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan berikut adalah
tanda – tanda sebelum terjadi longsor, antara lain sebagai berikut:
1) Terjadinya lapisan batuan atau lapisan tanah yang miring keluar
2) Terdapat retakan yang membentuk tapal kuda di tebing atau lereng
3) Terdapat rembesan air pada celah – celah lereng saat terjadi hujan lebat
4) Terdapat pohon dengan batang yang sudah terlihat miring karena
terjadi pergerakan tanah (BPBD Jatim, 2016).

F. Pencegahan Mengurangi Resiko Tanah Longsor


1) Hindari membuat sawah di atas lereng: Membangun sawah atau
kolam di atas lereng hanya akan semakin meningkatkan potensi
terjadinya tanah longsor. Hal tersebut karena permukaan lereng akan
penuh dengan air, sehingga tanah rentan untuk bergerser dan
menyebabkan terjadinya bencana tanah longsor.
2) Tidak membangun rumah di bawah tebing: Tidak di anjurkan untuk
mendirikan bangunan di bawah tebing, hal tersebut karena mendirikan
bangunan di bawah tebing memiliki ancaman besar terkena bencana
tanah longsor. Jika tinggi tebing 100 meter maka usahakan lokasi
rumah atau bangunan berjarak minimal 250 meter dari kaki lereng.
Sehingga apabila terjadi tanah longsor tidak akan mencapai bangunan
tersebut.
3) Hindari menebang pohon di sekitar lereng: Pohon yang berada di
sekitar lereng menjadi pencegah terjadinya tanah longsor karena akar-
akar dari pohon-pohon tersebut menyebar dan saling bersinggungan
sehingga bisa membantu tanah tidak mudah longsor karena akan
menjadi penahan tanah. Tentu kita perlu menghindari menebang pohon
di sekitar lereng.
4) Jangan mendirikan bangunan di sekitar sungai: Semakin tinggi jarak
antara bibir tebing terhadap sungai maka akan semakin besar peluang
terjadinya longsor.  Terjadinya erosi tanah tidak langsung namun tanah
yang terus tergerus oleh erosi tanah akan menyebabkan semakin
habisnya tanah ada di sekitar sungai.

8
5) Membuat terasering: Jika suatu lahan miring terpaksa digunakan untuk
membuat sawah atau ladang maka sebaiknya buatlah sistem bertingkat
sehingga akan memperlambat run off (aliran permukaan) ketika hujan
(BPBD DIY,2018).

BAB III
GAMBARAN KASUS

A. Pemaparan Kasus
Jelang awal tahun 2019, Indonesia kembali tertimpa bencana. Kali
ini, bencana longsor menimpa Dusun Garehong, Desa Sirnaresmi,
Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Senin 31 Desember 2018 lalu.
hujan deras selama beberapa hari sudah menyebabkan terjadinya retakan
di puncak bukit sejak 24 Desember 2018. Semakin banyaknya volume air
yang tertahan, akhirnya membuat tanah tiba-tiba longsor pada 31
Desember lalu, karena tak lagi kuat menampung air. Panjang mahkota
longsor sendiri ada 800 meter. Sementara itu, tebal longsor bervariasi, ada
yang ketebalannya sampai 10 meter, Penyebab longsor sendiri secara
umum adalah hujan dengan intensitas rendah, kemiringan lereng, dan
material penyusun daerah terdampak adalah tanah yang mudah menyerap
air. Tipe longsoran di Sukabumi adalah longsor akibat faktor
antropogenik. Jadi berdasarkan penelitian dan pemetaan BNPB, kawasan
yang harusnya jadi wilayah hutan konservasi, tapi dijadikan permukiman

9
warga. Kepala BNPB, meminta ke depan pemerintah pusat dan daerah
harus memperhatikan hal ini, memberikan sosialisasi kepada warga bahwa
wilayah tempat tinggal mereka adalah wilayah rawan bencana. Kemudian
untuk data korban selamat dan meninggal per 1 Januari 2019 pukul 17.00
WIB. Proses yang difokuskan ialah evakuasi korban hidup, penanganan
korban luka, perencanaan relokasi karena rumah tak akan dibangun lagi di
tempat bencana. Sementara untuk petugas evakuasi, ada 892 personel
gabungan dan 3 alat berat serta 2 anjing pelacak dikerahkan untuk mencari
korban hilang namun proses evakuasi sempat terhambat dan dihentikan
sementara karena terdapat longsor susulan. Penanganan dari semua pihak
untuk bencana longsor ini sudah dilakukan sampai saat ini, Bupati
Sukabumi tetapkan masa tanggap darurat selama 7 hari, mulai 31
Desember 2018 - 6 Januari 2019. Selama pengungsian masyarakat
melaksanakan kegiatan pelatihan dan bantuan modal usaha untuk
mengurangi ketergantungan masyarakat kepada sumber mata pencarian
yang tidak aman dan rawan bahaya. Masyarakat juga meningkatkan
kemapuan pada pasca bencana untuk membangun kembali dan
memperbaiki rumah, gedung dan sejenisnnya yang memenuhi standar
teknis tata bangunan (arsiktektur) dengan mempertimbangkan potensi
resiko bencana yang telah ditetepkan lembaga berwenang serta sesuai
dengan rencana tata ruang dan wilayah.

B. Manejemen Resiko Bencana


Manajemen resiko bencana dari kasus diatas yang dikaji dari beberaoa
aspek atara lain,
1. Mitigasi Tanah Longsor
 Memberikan penyuluhan kepada masyarakat untuk menghindari
pembangunan pemukiman di daerah dibawah lereng yang rawan
terjadi tanah longsor.
 Mengurangi tingkat keterjangan lereng dengan pengolahan lahan
terasering dikawasan lereng

10
 Membuat bangunan panahan agar tidak terjadi pergerakan tanah
penyebab longsor (BPBD,2019)
2. Pencegahan Tanah Longsor
 Menjaga drainese lereng yang baik untuk menghindarkan air
mengalir dari dalam lereng keluar lereng
 Hindari membuat sawah di atas lereng: Membangun sawah
atau kolam di atas lereng hanya akan semakin meningkatkan
potensi terjadinya tanah longsor. Hal tersebut karena
permukaan lereng akan penuh dengan air, sehingga tanah
rentan untuk bergerser dan menyebabkan terjadinya bencana
tanah longsor.
 Tidak membangun rumah di bawah tebing: Tidak di anjurkan
untuk mendirikan bangunan di bawah tebing, hal tersebut
karena mendirikan bangunan di bawah tebing memiliki
ancaman besar terkena bencana tanah longsor. Jika tinggi
tebing 100 meter maka usahakan lokasi rumah atau bangunan
berjarak minimal 250 meter dari kaki lereng. Sehingga apabila
terjadi tanah longsor tidak akan mencapai bangunan tersebut.
 Hindari menebang pohon di sekitar lereng: Pohon yang berada
di sekitar lereng menjadi pencegah terjadinya tanah longsor
karena akar-akar dari pohon-pohon tersebut menyebar dan
saling bersinggungan sehingga bisa membantu tanah tidak
mudah longsor karena akan menjadi penahan tanah. Tentu kita
perlu menghindari menebang pohon di sekitar lereng.
 Jangan mendirikan bangunan di sekitar sungai: Semakin tinggi
jarak antara bibir tebing terhadap sungai maka akan semakin
besar peluang terjadinya longsor.  Terjadinya erosi tanah tidak
langsung namun tanah yang terus tergerus oleh erosi tanah
akan menyebabkan semakin habisnya tanah ada di sekitar
sungai.
 Membuat terasering: Jika suatu lahan miring terpaksa
digunakan untuk membuat sawah atau ladang maka sebaiknya

11
buatlah sistem bertingkat sehingga akan memperlambat run off
(aliran permukaan) ketika hujan (BPBD DIY,2018).
3. Kesiagaaan Tanah Longsor
 Apabila terdapat rembesan air pada celah – celah lereng saat
terjadi hujan lebat dan terlihat pphom yang mulai miring akibat
pergerakan tanah segera mencari daerah yang datar dana man
dari longsoran
 Menyusun rencana pengembangan sistem peringatan bencana
dan jalur evakuasi
 Pemeliharan peralatan evakuasi dan selalu mempersiapkan
personil untuk tetap sigap
 Melatih dan menyampaikan informasi kepada masyarakat
dengan melakukan simulasi bencana (BPBD,2019)
C. Manajemen Kedaruratan
Adapun manajemen kedaruratan kasus diatas yaitu:
1. Pencarian
Terdapat 892 personel gabungan dan 3 alat berat serta 2 anjing pelacak
yang dikerahkan untuk mencari korban yang hilang.
2. Pertolongan
a) Dapat memberikan bantuan yang berkaitan dengan pemenuhi
kebutuhan dasar dan sifat sementara berupa pangan, sandang, tempat
tinggal sementara, kesehatan dan sanitasi serta air bersih.
3. Penyelamatan
a) Menyelamatkan diri dan orang terdekat.
b) Jangan panik.
c) Untuk bisa menyelamatkan orang lain, kita harus dalam kondisi
selamat.
d) Lari atau menjauh dari pusat bencana tidak perlu membawa barang-
barang apapun.
e) Lindungi diri dari benda- benda yang mungkin melukai diri.
4. Perlindungan

12
Untuk perlindungan korban tanah longsor dapat melakukan
perlindungan diri dari benda- benda yang dapat melukai diri sendiri.

D. Manjemen Pemulihan
Manajemen pemulihan dari kasus diatas yang dikaji dari beberapa aspek
atara lain:
1. Rehabilitas dan Rekonstruksi Tanah Longsor
 Relokasi pengungsian adalah menjauhkan masyarakat dari
bencana dan mempertimtimbangkan keinginnan dari masyarkat
luas yaitu, mencari tempat aman dari bencanan.
 Warning system atau teknologi peringatan bencana longsor
dengan menciptakan alat-alat pendektesi pergerakan tanah yang
beresiko akan longsor bisa dilakukan kepada warga untuk
melakukan tindakan metigasi bencana.
2. Perumahan
 Tidak membangun kembali rumah dan sejenisnya di tepi
tebing, di lereng, di tepi sungai.
3. Infrastruktur
 Perbaiki drainse tanah (menambah materai-materai yang bisa
menyerap).
 Modifikasi lereng (pengurangan sudut lereng sebelum
pembangunan).
 Beton-beton yang menahan tembok mungkin bisa menstabilkan
lokasi hunian.
4. Sosial
 Meningkatkan kemampuan masyarakat pada pasca bencana
untuk membangun kembali dan memperbaiki rumah, gedung
dan sejenisnnya yang memenuhi standar teknis tata bangunan
(arsiktektur) dengan mempertimbangkan potensi resiko
bencana yang telah ditetepkan lembaga berwenang serta sesuai
dengan rencana tata ruang dan wilayah.
5. Ekonomi

13
 Melaksanakan kegiatan pelatihan dan bantuan modal usaha
untuk mengurangi ketergantungan masyarakat kepada sumber
mata pencarian yang tidak aman dan rawan bahaya.
6. Lintas Sektor
 Semua pihak untuk bencana longsor ini sudah dilakukan dan
Bupati Sukabumi tetapkan masa tanggap darurat selama 7 hari.

BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan
1. Tanah longsor adalah merupakan proses perpindahan massa batuan (tanah)
akibat gaya berat (gravitasi) yang biasanya terjalin di daerah pegunungan
(mountainous zona), paling utama di masa hujan.
2. Terdapat 6 jenis tanah longsor, yakni longsoran translasi, longsoran rotasi,
pergerakan blok, runtuhan batu, rayapan tanah, dan aliran bahan
rombakan.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi bencana tanah longsor antara lain
hujan, lereng terjal, tanah yang kurang padat dan tebal, batuan yang
kurang kuat, jenis tata lahan, getaran, penggundulan hutan,
pengikisan/erosi, dan daerah pembuangan sampah.

14
4. Penyebab terjadinya tanah longsor adalah gaya pendorong pada lereng
lebih besar daripada gaya penahan yang dipengaruhi oleh kekuatan batuan,
kepadatan tanah, besarnya sudut lereng, air, beban, serta berat jenis tanah
batuan
5. Tanda-tanda terjadinya tanah longsor di antaranya terjadinya lapisan
batuan atau lapisan tanah yang miring keluar, terdapat retakan yang
membentuk tapal kuda di tebing atau lereng, terdapat rembesan air pada
celah – celah lereng saat terjadi hujan lebat, dan terdapat pohon dengan
batang yang sudah terlihat miring.
6. Upaya untuk mengurangi resiko bencana tanah longsor adalah manajemen
risiko bencana, manajemen kedaruratan, dan manajemen pemulihan.

B. Saran
1. Bagi lembaga badan penanganan bencana daerah
BPBD diharapkan untuk memberikan penyuluhan dan pelatihan
rutin pada masyarakat, khususnya masyarakat yang tinggal pada daerah/
status demografi rawan bencana tanah longsor.
2. Bagi masyarakat
Masyarakat diharapkan senantiasa menumbuhkan sikap waspada terhadap
bencana tanah longsor, terutama bagi masyarakat yang berada pada
demografi yang rawan bencana tanah longsor. Masyarakat juga
diharapkan untuk rutin mengikuti penyuluhan dan pelatihan mitigasi
bencana tanah longsor yang diadakan oleh lembaga terkait.

15
DAFTAR PUSTAKA

Arifianti, Y. (2011). Buku mengenal tanah longsor Sebagai media pembelajaran


bencana sejak dini. Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, 6(3), 17-24.

Badan penanggulangan bencana daerah kabupaten wonogiri. (2019, 22


februari). Upaya Penanggulangan Bencana Longsor. Diakses pada 16 April
2021 dari https://bpbd.wonogirikab.go.id/upaya-penanggulangan-bencana-
longsor/

BNPB. (2017). Definisi bencana. Jakarta: Badan Nasional Penanggulangan


Bencana. Diakses tanggal 11 April 2021 dari
https://www.bnpb.go.id/definisibencana#:~:text=Bencana%20adalah
%20peristiwa%20atau%20rangkaian,kerugian%20harta%20benda%2C
%20dan%20dampak.

BPBD DIY. (2018). Mitigasi bencana tanah longsor. Yogyakarta. Badan


Penanggulangan Bencana Daerah Istimewa Yogyakarta. Diakses tanggal 12
April 2021 dari http://bpbd.jogjaprov.go.id/berita/mitigasi-bencana-tanah-
longsor.

BPBD Kota Jawa Timur. (2016). Pengetahuan bencana tanah longsor. Kota Jawa
Timur. Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Jawa Timur. Diakses
tanggal 12 April 2021 dari http://batu.bpbd.jatimprov.go.id/tanah-longsor/.

Hardianto, A., Winardi, D., Rusdiana, D. D., Putri, A. C. E., Ananda, F.,
Djarwoatmodjo, F. S., ... & Gustav, F. (2020). Pemanfaatan Informasi
Spasial Berbasis SIG untuk Pemetaan Tingkat Kerawanan Longsor di

16
Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Jurnal Geosains Dan Remote
Sensing, 1(1), 23-31.

Idtimes.(2019, 02 Januari). Kronologi Longsor Sukabumi Bukit Retak Sejak 24


Desember. Diakses pada 16 April 2021, Dari
https://hot.liputan6.com/read/4312849/cara-menulis-daftar-pustaka-dari-
artikel-bisa-sesuaikan-dengan-style-nya.

Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral RI. (2011). Pengenalan gerakan
tanah. Jakarta: Kementrian ESDM RI. Diakses tanggal 12 April 2021 dari
https://www.esdm.go.id/assets/media/content/Pengenalan_Gerakan_Tanah.p
df.

Naryanto, dkk. (2019). Analisis penyebab kejadian dan evaluasi bencana tanah
longsor di desa banaran, kecamatan pulung, kabupaten ponorogo, provinsi
jawa timur tanggal 1 april 2017. Jurnal Lingkungan Hidup 17(2). Issn:
1829-8907.Yuniarta H, Saido A P, Purwana Y M. (2015). Kerawanan
bencana tanah longsor kabupaten ponorogo. e-Jurnal Matriks Teknik Sipil
hal. 194-201.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi. (2017). Modul
Tindakan Pasca Longsor. Pelatihan Pengelolaan Longsor Pada Infrastruktur
Sumber Daya Air Cicaheum Bandung. Modul 5. Diakses pada tanggal 16
April 2021 https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://bpsdm.pu.go.id/center/pelatihan/uploa
ds/edok/2019/06/8839e_05._Modul_5_Tindakan_Pasca_Longsor.docx&ved
=2ahUKEwiw85a0uILwAhVTmuYKHW6xAE4QFjAAegQIAxAC&usg=
AOvVaw1_2BSUYIYZSjNukJnAXL43.

https://bpbd.ntbprov.go.id/?q=content/penanganan-bencana. Diakses pada


tanggal 16 April 2021.

Suwaryo, P. A. W., & Yuwono, P. (2017). Faktor-faktor yang mempengaruhi


tingkat pengetahuan masyarakat dalam mitigasi bencana alam tanah longsor.
URECOL, 305-314.

17
18

Anda mungkin juga menyukai