DISUSUN OLEH :
1
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji serta atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami bisa sampai dalam tahap menyusun makalah ini dengan
Adapun tujuan dan maksud kami membuat makalah ini adalah sebagai salah satu
pemenuhan tugas. Sekaligus pula penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada Bapak
Taufika Ophiyandri,Ph.D selaku dosen pengampu mata kuliah Pengetahuan Dasar Kebencanaan.
kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat pada makalah ini.
Dengan demikian, kami sungguh mengharapkan kritik dan saran bagi segenap pihak agar dapat
Tim Penyusun
2
DAFTAR ISI
Judul……………………………………………………………………………………………….1
Kata pengantar………………………………………………………………………………….....2
Daftar isi…………………………………………………………………………………….……..3
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………………....4
A. Latar belakang………………………………………………………………………….….4
B. Rumusan masalah……………………………………………………………………...….5
C. Manfaat ………………………………………………………………………………..…5
D. Tujuan……………………………………………………………………………………..5
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………24
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Alam merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan manusia, oleh karena itu
manusia tidak dapat dipisahkan dari alam. Alam memang sangat erat kaitannya dengan
kehidupan manusia, akan tetapi selain menguntungkan alam juga dapat merugikan bagi
manusia.Akhir-akhir ini banyak sekali bencana alam khususnya di Indonesia. Melihat
fenomena tersebut seharusnya manusia dapat berpikir bagaimana untuk dapat hidup selaras
dengan alam. Karena alam tidak dapat ditentang begitu pula dengan bencana.
Proses geologi yang berasal dari dalam bumi (endogen) maupun dari luar bumi (eksogen)
dapat menimbulkan bahaya bahkan bencana bagi manusia. Salah satunya adalah bencana
tanah longsor. Tanah longsor merupakan suatu peristiwa dikarenakan adanya gerakan tanah.
Dampak bencana tersebut menimbulkan kerugian dan mengganggu aktivitas manusia.
Tanah longsor merupakan salah satu jenis bencana yang cukup potensial terjadi di
Indonesia dengan mengakibatkan kerugian material dan non material jika tidak mendapatkan
perhatian dan penanganan yang serius. Menurut UU No 7 tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana, tanah longsor termasuk jenis bencana alam.
Tanah longsor yang terjadi perlu diperhatikan oleh masyarakat luas terlebih lagi tentang
dampak yang dapat ditimbulkan. Tanah longsor dapat memakan korban jiwa yang banyak dan
proses evakuasi yang berjalan lama. Kejadian tanah longsor perlu diwaspadai mengingat
Indonesia merupakan wilayah yang memiliki rawan longsor dan bencana lainnya. Masyarakat
luas perlu mewaspadai adanya bahaya longsor dengan terus memperhatikan keseimbangan
alam dan menjaga alam supaya bahaya bencana tersebut tidak terjadi atau bisa diminimalisir.
Longsor dapat terjadi apabila terdapat lereng yang cukup curam, terdapat lapisan di
bawah permukaan tanah yang kedap air dan lunak sebagai bidang luncur, dan terdapat cukup air
dalam tanah sehingga lapisan tanah tepat di atas lapisan kedap air menjadi jenuh. Peristiwa alam
ini dapat berubah menjadi tanah longsor.
Salah satu daerah di Indonesia yang rawan terjadinya bencana longsor yaitu Sukabumi,
Jawa Barat. Tepatnya di kampung Cigarehong, Dusun Cimapag, Desa Sirnaresmi, Kecamatan
Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya
4
bencana tanah longsor di daerah ini. Untuk itu perlu di tingkatkan kewaspadaan terhadap
bencana agar tidak memakan korban yang cukup banyak.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut maka rumusan masalah nya sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan bencana tanah longsor?
2. Bagaimana proses terjadinya tanah longsor?
3. Apa saja jenis-jenis bencana tanah longsor?
4. Bagaimana kronologis bencana tanah longsor di Sukabumi, Jawa Barat?
5. Apa penyebab bencana tanah longsor di Sukabumi?
6. Apa saja dampak dan kerugian yang ditimbulkan akibat bencana tanah longsor tersebut?
7. Bagaimana proses penanganan bencana tanah longsor di Sukabumi?
8. Bagaimana upaya pencegahan untuk menghindari terjadinya bencana tanah longsor?
C. Manfaat
Manfaat dari makalah ini sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan tanah longsor
2. Untuk memahami dan mengetahui tentang bencana tanah longsor
3. Untuk mengetahui jenis-jenis tanah longsor
4. Untuk mengetahui proses terjadinya tanah longsor
5. Untuk mengetahui kronologis bencana tanah longsor di Sukabumi, Jawa Barat
6. Untuk mengetahui penyebab terjadinya tanah longsor
7. Untuk mengetahui proses penanganan bencana tanah longsor
8. Untuk mengetahui cara mencegah dan menghindari bencana tanah longsor
9. Menambah wawasan dalam menghadapi bencana tanah longsor
D. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini sebagai berikut :
Untuk memberikan informasi serta gambaran umum tentang bencana tanah longsor yang
terjadi di Sukabumi, Jawa Barat serta proses penanganan nya
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
Keterangan :
Daerah yang mempunyai tingkat kerentanan sangat rendah untuk terkena gerakan tanah.
Pada zona ini jarang atau hampir tidak pernah terjadi gerakan tanah, baik gerakan tanah
lama maupun gerakan tanah baru, kecuali pada daerah tidak luas pada tebing sungai.
Daerah yang mempunyai tingkat kerentanan rendah untuk terkena gerakan tanah.
Umumnya pada zona ini jarang terjadi gerakan tanah jika tidak mengalami ganggunan
pada lereng, dan jika terdapat gerakan tanah lama, lereng telah mantap kembali. Gerakan
tanah berdimensi kecil mungkin dapat terjadi, terutama pada tebing lembah (alur) sungai.
7
Zone of Moderate susceptibility to landslide Daerah yang mempunyai tingkat kerentanan
menengah untuk terkena gerakan tanah. Pada zona ini dapat terjadi gerakan tanah terutama
pada daerah yang berbatasan dengan lembah sungai, gawir, tebing jalan atau jika lereng
mengalami gangguan. Gerakan tanah lama dapat aktif kembali akibat curah hujan yang
tinggi dan erosi kuat.
Daerah yang mempunyai tingkat keremanan tinggi untuk terkena gerakan tanah. Pada zona
sering terjadi gerakan tanah, sedangkan gerakan tanah lama dan gerakan tanah baru masih
aktif bergerak, akibat curah hujan yang tinggi dan erosi yang kuat.
Adanya gerakan tanah disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal yang dapat menyebabkan terjadinya gerakan tanah adalah daya ikat (kohesi)
tanah/batuan yanglemah sehingga butiran-butiran tanah/batuan dapat terlepas dari
ikatannya dan bergerak ke bawah dengan menyeret butiran lainnya yang ada disekitarnya
membentuk masa yang lebih besar. Lemahnya daya ikat/batuan dapat disebabkan oleh
sifat kesarangan (porositas) dan kelolosan air (permeabilitas) tanah/batuan maupun
rekahan yang intensif dari masa tanah/batuan tersebut.
1. Proses Meresapnya Air ke Tanah – Proses pertama terjadinya tanah longsor adalah
proses resapan air hujan ke dalam tanah. Dimana peristiwa meresapnya air ini nantinya
akan mempengaruhi beban dalam tanah yang nantinya tanah akan berada diambang batas
maksimal dalam menampung air.
8
2. Perubahan Tekstur Tanah – Yang dimaksud disini adalah apabila air yang secara terus
menerus menerjang tanah sampai suatu ketika dapat menembus ke bagian tanah yang
kedap air serta berperan sebagai bidang penggelincir, maka tanah akan menjadi licin.
Tanah yang licin inilah nantinya akan akan mengalami pergerakan yang amat cepat
menuju ke bawah apabila hujan deras terjadi.
3. Tanah Mengalami Pelapukan – Tanah yang berada di permukaan akan mengalami
pelapukan, begitu juga struktur lapisan tanah yang berada di bawahnya begitu sampai
dasar dari tanah. Pada peristiwa pelapukan inilah yang nantinya akan menyebakan tanah
bergerak mengikuti lereng dan kemudian keluar lereng sehingga terjadilah tanah longsor.
2. Longsoran Rotasi
Longsoran rotasi adalah bergeraknya massa tanah dan batuan pada bidang
gelincir berbentuk cekung.
9
3. Pergerakan Blok
Pergerakan blok adalah perpindahan batuan yang bergerak pada bidang gelincir
berbentuk rata. Longsoran ini disebut juga longsoran translasi blok batu.
4. Runtuhan Batu
Runtuhan batu terjadi ketika sejum-lah besar batuan atau material lain bergerak
ke bawah dengan cara jatuh bebas. Umumnya terjadi pada lereng yang terjal hingga
meng-gantung terutama di daerah pantai. Batu-batu besar yang jatuh dapat
menyebabkan kerusakan yang parah.
5. Rayapan Tanah
Rayapan Tanah adalah jenis tanah longsor yang bergerak lambat. Jenis
tanahnya berupa butiran kasar dan halus. Jenis tanah longsor ini hampir tidak dapat
10
dikenali. Setelah waktu yang cukup lama longsor jenis rayapan ini bisa menyebabkan
tiang-tiang telepon, pohon, atau rumah miring ke bawah.
11
Jelang awal tahun 2019, Indonesia kembali tertimpa bencana. Kali ini, bencana
longsor menimpa Dusun Garehong, Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten
Sukabumi, Senin 31 Desember 2018.
Pada dasarnya Sukabumi merupakan daerah yang rawan longsor dan bencana
itulah yang paling sering terjadi selama 10 tahun terakhir. Termasuk daerah Cimapag ini,
juga banyak dari daerah di Sukabumi yang berasal dari material gunung api muda yang
belum mengalami pemadatan sehingga bertanah gembur dan rawan longsor. Sutopo dari
BNP juga menyebut, daerah ini masuk zona merah yang rawan bencana. Terlebih lagi,
masyarakatnya masih banyak yang belum mendapat pengetahuan kebencaanaan. Selain
itu pula, lereng yang berkemiringan 30 derajat, tanah yang gembur lagi mudah menyerap
air, alih fungsi lahan dan pemakaian lahan untuk persawahan juga jadi penyebab
terjadinya longsor. Kondisi tanah yang hanya ditanami tanaman berusia singkat berupa
tanaman pertanian yang tak berakar kuat, maka itulah yang juga jadi penyebab longsor
12
Kepala Pusat Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana
(BNPB) Sutopo Purwo Nugroho menjelaskan kronologi terjadinya bencana tanah longsor
disukabumi. Menurut Sutopo, hujan deras sudah menyebabkan terjadinya retakan di
puncak bukit sejak 24 Desember 2018. Semakin banyaknya volume air yang tertahan,
akhirnya membuat tanah tiba-tiba longsor pada 31 Desember lalu, karena tak lagi kuat
menampung air. Longsor menyusuri lereng karena gaya gravitasi. Panjang mahkota
longsor sendiri ada 800 meter. Sementara itu, tebal longsor bervariasi, ada yang
ketebalannya sampai 10 meter.
Menurut BNPB, penyebab pertama terjadinya longsor adalah hujan yang terjadi
sebelum kejadian. Akibatnya, mulai muncul retakan-retakan pada tanah. Selain itu, ia
mengatakan daerah tersebut dapat dikategorikan terjal karena memiliki kemiringan lebih
dari 30 persen. Kemudian, tanah di daerah tersebut bersifat poros atau mudah menyerap
air, dan tanahnya gembur sehingga berstruktur seperti remahan.
Berdasarkan data BNPB bencana ini merenggut 15 korban jiwa dan 20 orang
masih dinyatakan hilang. Kemudian, BNPB mencatat, 63 orang ditemukan selamat, 3
orang luka-luka, dan 30 rumah tertimbun tanah longsor. Di tengah evakuasi, longsor
susulan masih terjadi. Terlebih lokasi longsor masih diguyur hujan setiap hari. Longsor
susulan terjadi antara pukul 10 sampai setengah 11 malam, dengan pergeseran tanah yang
signifikan yang menyebabkan perubahan kontur tanah.
13
4. Tanah yang subur di daerah itu membuat fungsi daerah mulai beralih menjadi
kawasan budidaya. Akibatnya, tanah tersebut tidak memiliki pegangan atau tidak
ada tumbuhan yang menahan tanah tersebut hingga terjadi longsor.
Guyuran hujan yang terjadi selama beberapa jam menjadi sebuah hal yang
berbahaya dengan kondisi tanah yang memiliki porositas tinggi, ketika tanah menjadi
jenuh maka kemampuanya untuk mengikat akan hilang. Hal ini dapat kita lihat dari jenis
dan bentuk dari longsoran yang terjadi pada tanah longsor sukabumi. Longsoran yang
terjadi ini pada awalnya bertipe luncuran namun kemudian berubah menjadi aliran.
Perubahan ini disebabkan karena kandungan air yang ada di dalam tanah sudah sangat
jenuh dan berlebihan. Permukaan tanah yang termasuk kedalam jenis tanah gembur juga
sangat berperan aktif dalam menyebabkan terjadinya longsoran ini.
14
7) Ahudi (60) pria, ditemukan pukul 11.15 WIB.
8) Suryani (35) wanita, ditemukan pukul 13.47 WIB.
9) Jumhadi (47) pria, ditemukan pukul 15.58 WIB.
10) Yami (26) wanita, ditemukan pukull 16.35 WIB.
Rabu (2/1/2019) :
11) Sukiman (70) pria, ditemukan pukul 09.35 WIB.
12) Umih (70) wanita, ditemukan pukul 09.36 WIB.
13) Enda (43) pria, ditemukan pukul 10.37 WIB.
Kamis (3/1/2019) :
14) Mulyani (60) wanita, ditemukan pukul 14.18 WIB.
15) Madtuha (50) wanita, ditemukan pukul 17.20 WIB.
16) Andra Maulan (8) pria, ditemukan pukul 17.44 WIB.
17) Adsa (45) pria, ditemukan pukul 17.52 WIB.
18) Sumiah (40) wanita ,ditemukan 18.12 WIB.
Jumat (4/1/2019) :
19) Ny Nanih / Enah (45) wanita, ditemukan pukul 15.51 WIB.
20) Sugandi (41) pria, ditemukan pukul 17.47 WIB.
21) Artemah / Emah (85) wanita, ditemukan pukul 18.28
22) Ernawati/ Elniawati (14) wanita, ditemukan pukul 19.02 WIB.
Sabtu (5/1/2019) :
23) Ecih (15) wanita, ditemukan pukul 12.54 WIB
24) Serly (3) wanita, ditemukan pukul 14.35 WIB.
25) Sukiat (56) pria, ditemukan pukul 14.40 WIB.
26) Asep Rediawan (38) pria, ditemukan pukul 14.43 WIB.
27) Linawati (13) perempuan, ditemukan pukul 14.59 WIB.
28) Suyeti (20) perempuan, ditemukan pukul 15.05 WIB.
29) Adsih (40) wanita, ditemukan pukul 16.51 WIB
30) Mirha (60) pria, ditemukan pukul 17.12 WIB
31) Armi (45) wanita, ditemukan pukul 17.15 WIB
Minggu (6/1/2019) :
32) Aryanah (55) wanita, ditemukan pukul 08.30 WIB
15
Berikut identitas korban tidak ditemukan :
1. Ruhesih (40) wanita
Tak hanya itu, proses belajar dan mengajar pun terganggu akibat bencana tanah
longsor ini. Masyarakat yang terdampak akibat bencana ini juga terganggu psikologis nya
sehingga diperlukan adanya pemulihan psikologis bagi masyarakat desa cimapag,
sukabumi.
Dari data tersebut tanah longsor merupakan bencana yang sering terjadi
dikawasan sukabumi,jawa barat.
16
bencana. Sebab, di hulunya rawan longsor, sedangkan di hilir rawan tsunami dan gempa
bumi.
Sementara itu, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, saat meninjau lokasi
mengaku sedang menyiapkan master plan ketangguhan hidup dengan bencana. Hal itu
dilakukan karena peran pemerintah dianggap penting untuk menumbuhkan kesadaran
masyarakat tentang mitigasi bencana di wilayahnya. Edukasi masyarakat bukan perkara
mudah. Sekalipun ada anjuran zona merah, memindahkan masyarakat juga sulit.
Sehingga, pilihannya adalah mendidik masyarakat agar peduli bencana.
wilayah di Jawa Barat memang rawan longsor. Sebab, berdasarkan 1.560 kejadian
bencana alam 2018, 550 kejadian merupakan bencana longsor. Sehingga, pengurangan
risiko bencana harus menjadi perhatian semua pihak.
Selain itu mitigasi bencana yang dilakukan adalah dengan membuat peta daerah
yang rawan terhadap bencana tanah longsor. Sehingga masyarakat mengetahui daerah
mana saja yang rawan terkena tanah longsor.
17
Akibat bencana tersebut BNPB mengharuskan untuk menanam pohon yang keras
agar mampu menahan longsor yang terjadi dilereng tersebut. karna sebelum nya
masyarakat menanam padi dilereng tersebut sehingga tidak mampu menahan terjangan
tanah longsor tersebut.
2. Kesiapsiagaan
BNPB akan bangun emosi masyarakat agar setiap saat mereka memiliki
kepedulian, misalnya pada musim hujan, kewaspadaan kita akan banjir dan tanah lognsor.
Kemudian menjelang musim kemarau, dengan kebakaran hutan. Beberapa tempat yang
telah diberikan analisis oleh sejumlah pakar, itu juga harus kita antisipasi. Bagaimana
masyarakat agar bisa lebih siap. Dalam menghadapi bencana tanah longsor yang terjadi
desember lalu, masyarakat kurang mengetahui tentang bencana tanah longsor yang kapan
saja bisa terjadi.
Untuk itu BNBP memasang alat peringatan dini tanah longsor yang dipasang
dipuncak tebing tempat terjadinya longsor. Alat itu berfungsi sebagai system peringatan
dini ketika ada pergerakan tanah sehingga bias mengantisipasi adanya tanah longsor lagi.
3. Tanggap darurat
Kepala daerah di wilayah Sukabumi telah menetapkan masa tanggap darurat
selama 7 hari, pasca-longsor yang terjadi di daerah tersebut. Masa tanggap darurat
ditetapkan sejak 31 Desember 2018 hingga 6 Januari 2019. Selama masa tanggap darurat
tersebut, tim SAR gabungan akan fokus melakukan pencarian dan penyelamatan korban.
Kemudian mereka juga akan berkonsentrasi untuk memberikan penanganan pada korban
yang terluka dan para pengungsi.
Dalam proses penanganan ini, terdapat 892 personel yang dikerahkan, dari Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), TNI, Polri, Badan SAR Nasional, serta para
relawan. Mereka juga sudah menurunkan 3 alat berat dan 2 anjing pelacak untuk
membantu proses pencarian korban.
18
Kemudian bantuan dari BPBD Jawa Tengah dan Jawa Barat, TNI dan relawan
semua sudah dikerahkan, termasuk alat berat yang kecil membantu dalam proses
evakuasi, 2 anjing pelacak juga dikerahkan untuk membantu dalam proses pencarian.
4. Pemulihan
berdasarkan Surat Keputusan Bupati No 260/Kep 40-BPBD/2019 tentang
penetapan masa pemulihan, pemulihan setelah bencana tanah longsor ditetapkan selama
60 hari, terhitung mulai dari 7 Januari hingga 7 Maret 2019.
Dalam surat penetapan masa pemulihan tersebut, Bupati Sukabumi
meminta pemulihan fungsi sarana dan prasana vital harus langsung dilakukan agar
mampu menghilangkan atau meminimalisir dampak bencana. Selain itu perlu segera
ditempuh penanganan sebagai upaya bantuan kebutuhan Ianjutan yang belum dapat
diselesaikan pada saat tanggap darurat, sesuai standar dan prosedur penanganan pada
masa Transisi Darurat ke Pemulihan.
Selain itu kondisi psikologis terutama anak-anak juga dilakukan pemulihan untuk
menghindari gangguan stress setelah peristiwa traumatik yang merenggut nyawa anggota
keluarganya. Hal tersebut dilakukan oleh personil konselor Markas Kepolisian Resort
(Mapolres) Sukabuni. Upaya pemulihan psikologis korban bencana Cimapag tidak hanya
dilakukan dari unsur kepolisian. Kegiatan yang berlangsung di salah satu ruangan kelas
Sekolah Menengah Peetama (SMP) Cisolok Tiga Satu Atap itu juga melibatkan dari
unsur pemerintah dan relawan. Trauma healing juga dilakukan dengan mendatangi
rumah-rumah dimana anak berada.
19
e. Pembangunan tembok-tembok penahan untuk memperkuat lereng pada lokasi rawan
longsor
f. Memberikan penyuluhan pada masyarakat yang tinggal di wilayah longsor tentang cara
menghindari bencana longsor.
20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tanah longsor atau dalam bahasa Inggris disebut Landslide, adalah perpindahan
material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material
campuran tersebut, bergerak ke bawah atau keluar lereng. Penyebab epidemiologi tanah
longsor yaitu; hujan, lereng terjal, tanah yang kurang padat dan tebal, batuan yang kurang
kuat , jenis tata lahan, getaran, susut muka air danau atau bendungan, adanya beban
tambahan, pengikisan/erosi, adanya material timbunan pada tebing, bekas longsoran
lama, adanya bidang diskontinuitas (bidang tidak sinambung), penggundulan hutan, dan
daerah pembuangan sampah. Adapun dampak epidemiologi tanah longsor terhadap
kesehatan masyarakat yaitu; peningkatan morbiditas, tingginya angka kematian, masalah
kesehatan lingkungan, masalah suplai bahan makanan dan obat-obatan, serta keterbatasan
tenaga medik dan paramedis serta transportasi ke pusat rujukan.
Kejadian tanah longsor yang terjadi disukabumi jawa barat harus dijadikan pelajaran,
agar masyarakat lebih waspada lagi dalam menghadapi bencana. Tidak hanya itu,
kesadaran akan menjaga lingkungan juga perlu ditingkatkan.
Mitigasi bencana oleh pemerintah perlu dikuatkan kembali agar masyarakat
Indonesia paham akan bencana alam khususnya bencana tanah longsor ini.
Prinsip penanggulangan bencana tanah longsor yaitu; Koordinasi dan Keterpaduan,
Prioritas, Cepat dan Tepat, Berdaya Guna dan Berhasil Guna, Transparansi dan
Akuntabilitas, Kemitraan, Pemberdayaan, Nondiskriminatif, Nonproletisi
B. Saran
Adapun saran yang diberikan untuk menghindari bencana tanah longsor adalah :
Jangan membuat sawah dan membuat kolam pada lereng bagian atas di dekat pemukiman
Buatlah terasering (sengkedan)
Segera menutup retakan tanah dan dipadatkan agar air tidak masuk ke dalam tanah melalui
retakan
Jangan melakukan penggalian di bawah lereng terjal
21
Jangan menebang pohon di lereng
Jangan mendirikan permukiman di tepi lereng yang terjal
Jangan mendirikan bangunan di bawah tebing yang terjal
Jangan memotong tebing jalan menjadi tegak
Jangan mendirikan rumah di tepi sungai yang rawan erosi
22
DAFTAR PUSTAKA
https://nasional.kompas.com/read/2019/01/02/20523631/bnpb-kedalaman-tanah-longsor-di-
sukabumi-ada-yang-capai-10-meter di akses tanggal 25 maret 2019
https://www.idntimes.com/news/indonesia/isidorus-rio/kronologi-longsor-sukabumi-bukit-retak-
sejak-24-desember di akses 25 maret 2019
https://nasional.tempo.co/read/1187329/bnpb-masih-mendata-berikut-bangunan-rusak-akibat-
banjir-sentani/full&view=ok di akses pada tanggal 26 maret 2019
https://nasional.tempo.co/read/1160606/kata-pvmbg-dan-ahli-soal-sebab-longsor-di-sukabumi
diakses tanggal 27 maret 2019
Aziz, Deden Abdul (31 Desember 2018). Amirullah, ed. "Satu Kampung di Cisolok Sukabumi
Tertimbun Longsor". Tempo. Diakses tanggal 27 maret 2019.
Dwi prasetya,doni. 2019. penyebab tanah longsor sukabumi. Ilmu geografi.com diakses tanggal
27 maret 2019
23
Elmira, Putu (1 Januari 2019). "Mengenal Lebih Dekat dengan Kampung Adat Sirna Resmi yang
Terdampak Longsor Sukabumi". Liputan6. Diakses tanggal 27 maret 2019
Siregar, Iqbal Tawakal Lazuardi; Saputra, Erandhi Hutomo (2 Januari 2019). Reza Aditya
Ramadhan, ed. "PVMBG Sarankan Kampung Cimapag Direlokasi Usai Ditimbun
Longsor". Kumparan.com. Diakses tanggal 27 maret 2019.
Lestari, Daurina; Suparman, Adi (5 Januari 2019). "Korban Tertimbun Lumpur Sukabumi yang
Belum Ditemukan Tinggal 2 Orang". Viva.co.id. Diakses tanggal 27 maret 2019.
Budiyanto (2 Januari 2019). Robertus Belarminus, ed. "Ridwan Kamil: Dua Pertiga Wilayah
Sukabumi Masuk Zona Merah Bencana". Kompas. Diakses tanggal 27 maret 2019.
24
25