Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH KIMIA DASAR

“CO2 DAN PEMANASAN GLOBAL”

Kelompok 2 :
Azma Anil Asasi (21.18.0003)
Fiona Alya Hanifah (21.18.0005)
M. Hafizh Suwandi (21.18.0011)
Rensi Septiani (21.18.0017)
Rizki Matori (21.18.0018)
Klimatologi 3

SEKOLAH TINGGI METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tanpa
halangan apapun. Makalah yang berjudul “CO2 dan Pemanasan Global” ini
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kimia Dasar Semester 3 Prodi
Klimatologi Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Tahun 2019.
Dalam kesempatan ini kami berterima kasih atas bimbingan, bantuan,
serta saran dari berbagai pihak yaitu:
1) Allah SWT atas segala nikmat yang diberikan-Nya
2) Bapak Fendy Arifianto, M.Si. sebagai dosen pengampu mata kuliah Kimia
Dasar
3) Kedua orang tua kami yang selalu memberikan doa dan dukungan
4) Rekan kelas Klimatologi 3 yang selalu memberi dukungan dan support.

Dalam penyusunan makalah ini tentu masih banyak terdapat kekurangan.


Untuk itu kami mengaharapkan kritik dan saran yang membangun demi
terwujudnya penulisan makalah yang lebih baik. Kami juga berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan memberikan sumbangan bagi
kemajuan ilmu pengetahuan.

Tangerang Selatan, 5 Desember


2019

Penulis,
BAB I
Pendahuluan
I. Latar Belakang
Salah satu isu yang sedang trend saat ini adalah pertambahan gas
rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global. Pemanasan global
adalah kejadian meningkatnya suhu rata- rata di bumi. Pemanasan global
sebagai indikasi perubahan iklim diisukan sebagai akibat dari
bertambahnya gas rumah kaca. Gas rumah kaca yang paling banyak
menjadi perhatian adalah CO2. Perubahan konsentrasi gas CO2 di
atmosfer yang merupakan bagian dari siklus karbon penting untuk diteliti.
Pemanasan global adalah makin panasnya udara di sekeliling kita bila
dibandingkan dengan beberapa dekade sebelumnya. Pemanasan global
diakibat- kan oleh bertambahnya gas rumah kaca seperti CO2, metan,
N2O, CFC, HFCs, SF6 di lapisan troposfer. Mengapa disebut gas rumah
kaca, karena gas- gas ini bersifat seperti efek rumah kaca yakni
memantulkan kembali radiasi dari Bumi kembali ke Bumi. Sebenarnya
gas rumah kaca itu diperlukan untuk memelihara suhu di Bumi agar tetap
hangat dan memungkinkan berbagai organisme untuk tetap hidup, karena
tanpa gas rumah kaca suhu di Bumi bisa menjadi -18ºC dan
mungkin hampir tak ada kehidupan, sedangkan dengan adanya gas
rumah kaca suhu rata-rata di Bumi menjadi 15ºC. Namun bila jumlah
gas rumah kaca ini terlalu banyak maka bisa berdampak negatif, suhu
Bumi menjadi tinggi sehingga akan menyebabkan pencairan gunung es
yang ada di kutub utara dan kutub selatan. Sebagai akibatnya permukaan
air laut akan menjadi tinggi dan pulau-pulau dengan dataran yang rendah
(umumnya pulau-pulau kecil) akan tenggelam, sedangkan pulau- pulau
yang datarannya agak tinggi (umumnya pulau-pulau besar) akan terjadi
penyusutan pantai.
Dalam issu perubahan iklim, gas CO2 sebagai bagian dari gas rumah
kaca memegang peranan penting dalam mengontrol suhu permukaan
Bumi dibanding gas rumah kaca lainnya, karena meskipun mempunyai
indek pemanasan global yang paling kecil tetapi konsentrasinya adalah
yang paling besar setelah uap air sehingga kontribusinya terhadap
perubahan suhu adalah yang paling dominan dibanding gas rumah kaca
lainnya. Uap air meskipun konsentrasinya yang paling besar tetapi uap air
mudah menjadi air, sedangkan gas CO2 mempunyai waktu hidup di
atmosfer yang panjang yakni sekitar puluhan ribu tahun (Daniel, 1999),
sehingga penting untuk dikaji lebih dalam.
II. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu sebagai berikut :
1. Mengetahui rumus kimia dan sumber emisi gas CO2
2. Mengetahui manfaat dari CO2 di atmosfer
3. Mengetahui pengaruh gas CO2 terhadap Pemanasan Global
4. Mengetahui upaya mengurangi gas CO2
5. Mengetahui Mekanisme Pemanasan Global
6. Mengetahui faktor penyebab pemanasan global
7. Mengetahui dampak yang di timbulkan dari pemanasan global
BAB II
ISI
I. Gas CO2
1. Rumus Kimia dan Manfaat Gas CO2
Karbon dioksida Co2 (rumus kimia: CO2) atau zat asam
arang adalah sejenis senyawa kimia yang terdiri dari dua atom
oksigen yang terikat secara kovalen dengan sebuah atom karbon.
CO2 terdapat secara alami dalam jumlah kecil (sekitar
0,04%) di atmosfer Bumi. Sebagai gas rumah kaca utama, CO2
membantu menciptakan dan memelihara efek rumah kaca yang
alami dan membuat kita dapat hidup di planet Bumi, karena ia
menyerap gelombang inframerah dengan kuat.
CO2 sangat penting untuk kehidupan pada tanaman-
tanaman. Tanaman mengambil CO2, menghembuskan oksigen
dan menggunakan karbon untuk hidup dan tumbuh. Hal ini
membantu tumbuhan untuk melakukan proses fotosintesis. Saat
tanaman mati atau terbakar, karbon bergabung kembali dengan
oksigen di atmosfer dan CO2 terbentuk kembali. Proses ini adalah
bagian penting dari siklus karbon global.
Gas ini diproduksi secara alami dengan proses yang jauh
di dalam Bumi. CO2 ini mungkin “terjebak” dalam deposit CO2
geologi dibawah tanah yang mirip dengan deposit bawah tanah
minyak dan gas alam. Atau mungkin dilepaskan di permukaan
oleh gunung berapi atau melalui tanah alami dengan sistem
rembesan.
2. Sumber Emisi Gas CO2
Sumber gas CO2 adalah dari pembakaran bahan bakar,
pemabakaran bimasa, pernafasan makhluk hidup, tumpukan
sampah, letusan gunung berapi, kebakaran hutan, pengeringan
lahan gambut, pabrik ketika memproduksi ammonia, semen,
etanol, hydrogen, besi baja bahkan dari lahan pertanian, baik dari
tanahnya maupun dari tanaman itu sendiri, hanya saja tanaman
tidak hanya mengeluarkan gas CO2 pada mlam hari tetapi juga
menyerap CO2 pada siang hari.
3. Upaya Mengurangi Gas CO2
 Menyuntikkan gas CO2 ke dalam tanah atau laut
 Mengubah gas CO2 menjadi cair kemudian dipakai untuk
karbonisasi minuman
 Penghematan energi fosil dengan mengganti kendaraan
pribadi dengan transportasi umum
 Mengganti pemakaian energi fosil dengan energi yang
ramah lingkungan seperti tenaga nuklir, tenaga air, tenaga
angin untuk pembangkit tenaga listrik; energi surya dan
energi listrik untuk kendaraan bermotor
 Penambahan sarana penyerapan CO2 di atmosfer seperti
penanaman hutan gundul, penghijauan termasuk
pembuatan jalur hijau
II. Pemanasan Global
1. Pengertian Pemanasan Global
Pemanasan global (global warming) adalah suatu bentuk
ketidakseimbangan ekosistem di bumi akibat terjadinya proses
peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan di bumi.
Selama kurang lebih seratus tahun terakhir, suhu rata-rata di
permukaan bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C. Meningkatnya
suhu rata-rata permukaan bumi yang terjadi adalah akibat
meningkatnya emisi gas rumah kaca, seperti; karbondioksida,
metana, dinitro oksida, hidrofluorokarbon, perfluorokarbon, dan
sulfur heksafluorida di atmosfer. Emisi ini terutama dihasilkan dari
proses pembakaran bahan bakar fosil (minyak bumi dan batu
bara) serta akibat penggundulan dan pembakaran hutan.
Pemanasan global diperkirakan telah menyebabkan
perubahan-perubahan sistem terhadap ekosistem di bumi, antara
lain; perubahan iklim yang ekstrim, mencairnya es sehingga
permukaan air laut naik, serta perubahan jumlah dan pola
presipitasi. Adanya perubahan sistem dalam ekosistem ini telah
memberi dampak pada kehidupan di bumi seperti terpengaruhnya
hasil pertanian, hilangnya gletser dan punahnya berbagai jenis
hewan.
Pemanasan global (global warming) menjadi salah satu isu
lingkungan utama yang dihadapi dunia saat ini. Pemanasan global
berhubungann dengan proses meningkatnya suhu rata-rata
permukaan bumi. Peningkatan suhu permukaan bumi ini
dihasilkan oleh adanya radiasi sinar matahari menuju ke atmosfer
bumi, kemudian sebagian sinar ini berubah menjadi energi panas
dalam bentuk sinar infra merah diserap oleh udara dan
permukaan bumi.
Sebagian sinar infra merah dipantulkan kembali ke
atmosfer dan ditangkap oleh gas-gas rumah kaca yang kemudian
menyebabkan suhu bumi meningkat. Gas-gas rumah kaca
terutama berupa karbon dioksida, metana dan nitrogen oksida.
Kontribusi besar yang mengakibatkan akumulasi gas-gas kimia ini
di atmosfir adalah aktivitas manusia. Temperatur global rata-rata
setiap tahun dan lima tahunan tampak meningkat, seperti pada
diagram berikut (Anonim, 2004).
2. Penyebab Pemanasan Global
Banyak para ahli yang mengemukakan pendapat
mengenai penyebab atau faktor-faktor terjadinya pemanasan
global. Menurut para ahli bahwa pemanasan permukaan Bumi
terjadi karena meningkatnya gas rumah kaca di atmosfer yang
merangkap panas, tidak hanya itu, ada banyak lagi penyebab
terjadinya pemanasan global yang perlu diketahui dalam
memperbaiki dan menanggulangi hal tersebut
Efek rumah kaca terjadi akibat panas yang dipantulkan ke
permukaan bumi terperangkap oleh gas-gas di atmosfer, sehingga
tidak dapat diteruskan ke luar angkasa, melainkan dipantulkan
kembali ke permukaan Bumi. Efek rumah kaca memiliki manfaat
bagi makhluk hidup di Bumi, namun jika berlebihan berbahaya
kehidupan di Bumi karena dapat mempengaruhi dan mengganggu
iklim.
3. Dampak Pemanasan Global
Pemanasan global telah memicu terjadinya sejumlah
konsekuensi yang merugikan baik terhadap lingkungan maupun
setiap aspek kehidupan manusia. Beberapa di antaranya adalah
sebagai berikut:
a. Mencairnya lapisan es di kutub Utara dan Selatan. Peristiwa ini
mengakibatkan naiknya permukaan air laut secara global, hal ini
dapat mengakibatkan sejumlah pulau-pulau kecil tenggelam.
Kehidupan masyarakat yang hidup di daerah pesisir terancam.
Permukiman penduduk dilanda banjir rob akibat air pasang yang
tinggi, dan ini berakibat kerusakan fasilitas sosial dan ekonomi.
Jika ini terjadi terus menerus maka akibatnya dapat mengancam
sendi kehidupan masyarakat.
b. Meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrim.
Perubahan iklim menyebabkan musim sulit diprediksi. Petani tidak
dapat memprediksi perkiraan musim tanam akibat musim yang
juga tidak menentu. Akibat musim tanam yang sulit diprediksi dan
musim penghujan yang tidak menentu maka musim produksi
panen juga demikian. Hal ini berdampak pada masalah
penyediaan pangan bagi penduduk, kelaparan, lapangan kerja
bahkan menimbulkan kriminal akibat tekanan tuntutan hidup.
c. Punahnya berbagai jenis fauna. Flora dan fauna memiliki batas
toleransi terhadap suhu, kelembaban, kadar air dan sumber
makanan. Kenaikan suhu global menyebabkan terganggunya
siklus air, kelembaban udara dan berdampak pada pertumbuhan
tumbuhan sehingga menghambat laju produktivitas primer. Kondisi
ini pun memberikan pengaruh habitat dan kehidupan fauna.
d. Habitat hewan berubah akibat perubahan faktor-faktor suhu,
kelembaban dan produktivitas primer sehingga sejumlah hewan
melakukan migrasi untuk menemukan habitat baru yang sesuai.
Migrasi burung akan berubah disebabkan perubahan musim, arah
dan kecepatan angin, arus laut (yang membawa nutrien dan
migrasi ikan).
e. Peningkatan muka air laut, air pasang dan musim hujan yang
tidak menentu menyebabkan meningkatnya frekuensi dan
intensitas banjir.
f. Ketinggian gunung-gunung tinggi berkurang akibat mencairnya
es pada puncaknya.
g. Perubahan tekanan udara, suhu, kecepatan dan arah angin
menyebabkan terjadinya perubahan arus laut. Hal ini dapat
berpegaruh pada migrasi ikan, sehingga memberi dampak pada
hasil perikanan tangkap.
h. Berubahnya habitat memungkinkan terjadinya perubahan
terhadap resistensi kehidupan larva dan masa pertumbuhan
organisme tertentu, kondisi ini tidak menutup kemungkinan
adanya pertumbuhan dan resistensi organisme penyebab penyakit
tropis. Jenis-jenis larva yang berubah resistensinya terhadap
perubahan musim dapat meningkatkan penyebaran organisme ini
lebih luas. Ini menimbulkan wabah penyakit yang dianggap baru.
i. Mengancam kerusakan terumbu karang di kawasan segitiga
terumbu karang yang ada di enam negara, yaitu Indonesia,
Malaysia, Kepulauan Salomon, Papua Nugini, Timor Leste, dan
Philipina. Dikhawatirkan merusak kehidupan masyarakat lokal
yang berada di sekitarnya. Masyarakat lokal yang pertama kali
menjadi korban akibat kerusakan terumbu karang ini. Untuk
menyelamatkan kerusakan terumbu karang akibat pemanasan
global ini, maka para aktivis lingkungan dari enam negara tersebut
telah merancang protokol adaptasi penyelamatan terumbu karang.
Lebih dari 50 persen spesies terumbu karang dunia hidup berada
di kawasan segitiga ini. Berdasarkan data Intergovernmental
Panel on Climate Change (IPCC), sebanyak 30 persen terumbu
karang dunia telah mati akibat badai el nino pada 1998 lalu.
Diprediksi, pada 10 tahun ke depan akan kembali terjadi
kerusakan sebanyak 30 persen.
4. Meminimalisasi Dampak Pemanasan Global
a. Konservasi lingkungan, dengan melakukan penanaman pohon
dan penghijauan di lahan-lahan kritis. Tumbuhan hijau memiliki
peran dalam proses fotosintesis, dalam proses ini tumbuhan
memerlukan karbondioksida dan menghasilkan oksigen.
Akumulasi gas-gas karbon di atmosfer dapat dikurangi.
b. Menggunakan energi yang bersumber dari energi alternatif
guna mengurangi penggunaan energi bahan bakar fosil (minyak
bumi dan batu bara). Emisi gas karbon yang terakumulasi ke
atmosfer banyak dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar fosil.
Kita mengenal bahwa paling banyak mesin-mesin kendaraan dan
industri digerakkan oleh mesin yang menggunakan bahan bakar
ini. Karena itu diupayakan sumber energi lain yang aman dari
emisi gas-gas ini, misalnya; menggunakan energi matahari, air,
angin, dan bioenergy. Di daerah tropis yang kaya akan energi
matahari diharapkan muncul teknologi yang mampu
menggunakan energi ini, misalnya dengan mobil tenaga surya,
listrik tenaga surya. Sekarang ini sedang dikembangkan
bioenergy, antara lain biji tanaman jarak (Jathropa. sp) yang
menghasilkan minyak.
c. Daur ulang dan efisiensi energi. Penggunaan minyak tanah
untuk menyalakan kompor di rumah, menghasilkan asap dan
jelaga yang mengandung karbon. Karena itu sebaiknya diganti
dengan gas. Biogas menjadi hal yang baik dan perlu
dikembangkan, misalnya dari sampah organik.
d. Upaya pendidikan kepada masyarakat luas dengan
memberikan pemahaman dan penerapan atas prinsip-prinsip
sebagai berikut:
1) Dimensi manusia
Manusia berperan sebagai pengguna-perusak-pelestari alam.
Manusia harus diberi kesadaran akan pentingnya alam bagi
kehidupannya. Alam memiliki keterbatasan dibanding kemampuan
manusia dalam mengeksploatasi alam. Manusia memanfaatkan
alam guna memperoleh sumber makanan dan kebutuhan sosial
lainnya, tetapi disadari atau tidak tindakannya dapat berakibat
kerusakan faktor-faktor ekologis. Karena itu manusia harus
menyadari bahwa ia dan perilakunya adalah bagian dari alam dan
lingkungan yang saling mempengaruhi.
2) Penegakan hukum dan keteladanan
Pelanggaran atas tindakan manusia yang merusak lingkungan
harus mendapat ganjaran. Penegakan hukum lingkungan menjadi
bagian yang penting guna menjaga kelestarian lingkungan, dan
memberi efek jera bagi yang melanggar. Penegakan hukum tidak
memandang strata sosial masyarakat. Selain itu adalah panutan
dan ketokohan seseorang memegang peranan penting. Mereka
yang memiliki pemahaman yang lebih baik (berpendidikan)
terhadap lingkungan hidup hendaknya berperan memberi contoh
dan sikap lingkungan yang baik pula kepada masyarakat.
Misalnya, kita masih menemukan kasus peran beberapa aparat
pemerintah dibalik kerusakan hutan, baik dengan memberikan
modal maupun perlindungan bagi perambah hutan.
3) Keterpaduan
Seluruh elemen masyarakat harus mendukung upaya pelestarian
lingkungan dan sumberdaya alam serta penegakan hukumnya.
Upaya ini harus dilakukan secara komprehensif dan lintas sektor.
Misalnya, untuk mengatasi emisi gas-gas rumah kaca akibat
peningkatan jumlah kendaraan di Kota Jakarta, harus di atas
secara bersama dengan daerah sekitar seperti Bogor, Depok,
Bekasi, dan Tangerang. Karena pekerja yang menggunakan
kendaraan bermotor setiap hari masuk ke kota Jakarta bermukim
di empat kota tersebut. Demikian halnya mengatasi banjir di Kota
Gorontalo, misalnya, tidak dapat diatasi dengan perbaikan fasilitas
lingkungan dan membina kesadaran penduduk kota, tetapi secara
menyeluruh dengan masyarakat di wilayah lain (hulu dan DAS)
yang memberi kontribusi terhadap bencana banjir. Masyarakat
dan pemerintah daerah terdekat seperti Kabupaten Bone Bolango
dan Kabupaten Gorontalo turut bertanggungjawab dalam upaya
penanggulangan banjir di Kota Gorontalo. Secara geografis,
terdapat daerah aliran sungai dimana dua sungai besar yang
melewati dan bermuara di kota ini. Karena itu bencana alam dan
kerusakan lingkungan tidak dapat dipilah menurut wilayah
administratif semata, tetapi bersifat area geografis-ekologis.
4) Mengubah pola pikir dan sikap
Faktor-faktor lingkungan fisik, mahluk hidup lain dan manusia
memiliki peran masing-masing dalam lingkungan hidup. Manusia
sebagai mahluk yang diberi kemampuan logika harus mampu
memandang kepentingan hidupnya terkait dengan kehidupan
mahluk hidup lain beserta kejadian proses-proses alam. Sikap dan
perilaku manusia terhadap alam cepat atau lambat memberi
berdampak pada lingkungan hidupnya. Peduli terhadap
lingkungan pada dasarnya merupakan sikap dan perilaku bawaan
manusia. Akan tetapi munculnya ketidak pedulian manusia adalah
pikiran atau persepsi yang berbeda-beda ketika manusia
berhadapan dengan masalah lingkungan. Manusia harus
memandang bahwa dirinya adalah bagian dari unsur ekosistem
dan lingkungannya. Naluri untuk mempertahankan hidup akan
memberi motivasi bagi manusia untuk melestarikan ekosistem dan
lingkungannya.
5) Etika lingkungan
Kecintaan dan kearifan kita terhadap lingkungan menjadi filosofi
kita tentang lingkungan hidup. Apa pun pemahaman kita tentang
lingkungan hidup dan sumber daya, kita harus bersikap dan
berperilaku arif dalam kehidupan. Dalam wujud budaya tradisional,
kearifan lokal melahirkan etika dan norma kehidupan masyarakat
dalam memanfaatkan sumber daya alam dan lingkungannya.
Selama masyarakat masih menghormati budaya tradisional yang
memiliki etika dan nilai moral terhadap lingkungan alamnya, maka
konservasi sumber daya alam dan lingkungan menjadi hal yang
mutlak. Dalam kehidupan masyarakat demikian, etika lingkungan
tidak tampak secara teoretik tetapi menjadi pola hidup dan budaya
yang dipelihara oleh setiap generasi. Etika lingkungan akan
berdaya guna jika muncul dalam tindakan nyata dalam kehidupan
sehari-hari.
BAB III
Kesimpulan
Global warming adalah masalah yang timbul terutama akibat terlalu
banyak gas rumah kaca di atmosfer, sehingga gas ini menyelimuti bumi dan
memantulkan radiasi panas kembali ke permukaan bumi. Kehadiran gas rumah
kaca di atmosfer menjadi terlalu berlebih karena adanya pembakaran bahan
bakar fosil seperti batu bara, gas dan minyak bumi atau pembukaan lahan dan
pembakaran hutan. Sebenarnya terdapat banyak greenhouse gas lain seperti
methana hingga uap air, namun CO2 memiliki resiko yang paling besar dalam
perubahan iklim karena gas ini terus terakumulasi di atmosfer dalam jumlah yang
besar.
Peningkatan emisi CO2 yang sangat tinggi selama beberapa tahun
terakhir menambah kekhawatiran bagi iklim dunia. Suhu bumi semakin panas, air
laut semakin meningkat, dan kekeringan berkepanjangan semakin banyak
terjadi. Namun kebutuhan akan energi dari bahan bakar fosil juga terus
bertambah seiring dengan berkembangnya populasi manusia dan teknologi.
Jumlah karbon dioksida di atmosfer sudah terlalu banyak, diperkirakan sekitar
1035 Giga ton CO2 dilepaskan ke atmosfer sejak tahun 1850 hingga 2000, dan
hal tersebut terus-menerus meningkat. Dengan kecepatan emisi saat ini saja,
CO2 yang dilepaskan ke atmosfer dua kali lebih cepat daripada penguraiannya.
Perubahan iklim semakin nyata dan terasa, jika kita tidak berusaha
menguranginya, kehidupan di bumi ini akan berakhir.

Anda mungkin juga menyukai