Anda di halaman 1dari 22

KARYA TULIS ILMIAH

TANAH LONGSOR

Disusun Oleh :

Mona Apriliasari
Kelas : XI IPS4

SMA N 1 KADUGEDE
2017
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh


Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,
Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta
hidayah-Nya kepada penulis sehingga penyusunan Karya Ilmiah
ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari didalam karya ilmiah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu dengan rendah hati penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Dan penulis
mengharap makalah ini dapat bermanfaat umumnya bagi para
pembaca dan khususnya bagi penulis sendiri.

Kuningan, Februari 2017

Penulis

KATA PENGANTAR

2
KATA PENGANTAR .......................................................i
DAFTAR ISI .................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................1
A. Latar Belakang.............................................................1
B. Rumusan Masalah .......................................................1
C. Tujuan ..........................................................................1
D. Manfaat........................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ISI...............................................3
A. Pengertian longsor.......................................................3
B. Proses fisik longsor.......................................................3
C. Gerakan massa batuan................................................4
D. Jenis-jenis longsor........................................................6
E. Penyebab longsor.........................................................9
F. Wilayah rawan longsor................................................12
G. Tahapan mitigasi bencana longsor..............................14
H. Pencegahan longsor....................................................14
I. Penaggulangan longsor...............................................15
BAB III PENUTUP........................................................16
A. Kesimpulan..................................................................16
B. Saran...........................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.......................................................18

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tanah longsor merupakan hal penting bagi para geografer karena
tiga alasan utama. Pertama, dengan mengikis, mengangkut dan
menyetorkan tanah dan batuan, mereka mewakili salah satu
proses geomorfik penting yang terlibat dalam pembentukan
permukaan bumi. Alasan yang kedua bahwa tanah longsor
merupakan indikator sensitif terhadap perubahan lingkungan.
Sebagai proses geomorfik, tanah longsor merupakan pengatur
jangka-pendek terhadap suatu gangguan sistem alam. Ketika
tanah longsor terjadi, mereka dengan cepat mengkonversi
lereng yang tidak stabil ke kondisi yang lebih stabil. Alasan ketiga
tanah longsor sering dipelajari oleh ahli geografi adalah karena
tanah longsor dapat menimbulkan bahaya alam yang serius.
Karena melibatkan keterkaitan antara sistem fisik, sosial, dan
ekonomi.

B. Identifikasi Masalah
Apa itu tanah longsor?
Bagaimana proses fisik terjadinya tanah longsor?
Apa saja jenis-jenis tanah longsor?
Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya
tanah longsor?
Bagaimana cara mengatasi tanah longsor?
Bagaimana cara penanggulangan longsor?

C. Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memahami dan
mengetahui lebih dalam tentang fenomena lingkungungan yakni

1
tanah longsor sehingga kedepannya tidak mengalami kekeliruan
dalam upaya pengendalian terhadap dampak buruk yang akan
terjadi lagi bagi kelangsungan hidup sesuai dengan rumusan
masalah yang telah dikemukakakan diatas, maka penulis
merumuskan beberapa tujuan yang ingin dicapai, antara lain:
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan tanah longsor.
Untuk mengetahui jenis-jenis proses terjadinya tanah longsor.
Untuk mengetahui dampak atau akibat yang dituimbulkan
oleh tanah longsor terhadap kehidupan manusia dan
lingkiungan.
Untuk mengetahui Upaya apa sajakah yang dapat ditempuh
untuk mengurangi dan mencegah terjadinya tanah longsor.

D. Manfaat
Manfaaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah
memberikan kita pengetahuan dan wawasan mengenai apa yang
dimaksud dengan tanah longsor, mengetahui tentang jenis-jenis
proses terjadinya tananh longsor, dampak yang ditimbulkan oleh
tanah longsor terhadap kehidupan manusia dan lingkungan, dan
usaha yang dapat kita lakukan untuk mengurangi dan mencegah
dampak buruk yang dapat ditimbulkan oleh tanah longsor.
Pengetahuaan ini diharapkan mampu meningkatkan kesadaran
kita untuk menjaga lingkungan serta mngubah pola hidup untuk
mendukung pelestarian lingkungan hidup.

2
BAB II
PEMBAHASAN ISI

A. Pengertian Tanah Longsor


Tanah longsor atau dalam bahasa Inggris disebut Landslide,
adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan,
bahan rombakan, tanah, atau material campuran tersebut,
bergerak ke bawah atau keluar lereng. Proses terjadinya tanah
longsor dapat diterangkan sebagai berikut: air yang meresap ke
dalam tanah akan menambah bobot tanah. Jika air tersebut
menembus sampai tanah kedap air yang berperan sebagai
bidang gelincir, maka tanah menjadi licin dan tanah pelapukan di
atasnya akan bergerak mengikuti lereng dan keluar lereng.

B. Proses Fisik Terjadinya Tanah Longsor


Berhubungan dengan longsor, penting menggunakan
klasifikasi untuk membedakan karakteristik yang berkaitan
untuk di gunakan pada akhir penelitian. Pihak yang bekerja pada
The World Landslide Inventory (1990), telah mengupayakan
untuk menstandarkan istilah dan mendefinisikan tanah longsor
sekedar sebagai : "Pegerakan massa batuan, bumi, dan puing-
puing menuruni lereng." Definisi yang lebih menyeluruh yang
dapat membantu untuk membedakan longsor dengan proses
geomorfologi lainnya adalah "gerakan ke bawah atau keluar dari
massa material pembentuk lereng di bawah pengaruh gravitasi,
yang terjadi di batas-batas diskrit dan menempatkan semula
tanpa bantuan air sebagai agen transportasi. Tiga klasifikasi
yang paling banyak digunakan berkaitan dengan longsor adalah
(Sharpe 1938; Varnes 1958; 1978; Hutchinson 1988) dengan

3
memisahkan gerakan massa' menjadi dua kategori, yaitu :
"penurunan" (yang merupakan materi yang tenggelam vertikal)
dan gerakan-gerakan yang terjadi di lereng. "Pegerakan lereng"
ini kemudian biasanya pertama menjadi "Tanah Longsor" seperti
yang disefinisikan diatas. Dan yang kedua, dalam pegerakan
lambat yang lebih luas dan yang tidak jelas seperti "merayap",
"merosot" dan "mengelembung". Dari semua klasifikasi tanah
longsor yang berbeda-beda yang pernah ada, Sistem yang di
buat oleh Varnes (1978) sering disukai karena pembuatannya
cukup sederhana dan mudah untuk diterapkan di lapangan.
Dalam menerapkan klasifikasi ini, penting untuk diingat bahwa
kriteria material mengacu pada material asli lereng tersebut,
bukan dengan apa yang akhirnya akan muncul dalam setoran
(reruntuhan).

C. Gerakan Massa Batuan


Yang dimaksud gerakan massa di sini adalah pergerakan
massa batuan, termasuk di dalamnya tanah/soil dan batuan,
bahan-bahan lepas yang telah disiapkan oleh proses pelapukan,
menuruni lereng. Pergerakan tersebut sematamata karena gaya
berat.
Faktorfaktor penyebab gerakan massa adalah :
Gaya berat , sebagai sumber energi untuk menggerakan
lapisan tanah atau batuan menuruni lereng.
Air, berfungsi sebagai penambah besarnya gerakan juga
sebagai penambah beban, sehingga dapat mempermudah
gerakan.
Gaya-gaya pengikis yang menghasilkan lereng menjadi curam
Gempa bumi atau getaran-getaran lainnya
Batuan yang tidak kompak atau batuan yang licin
Batuan yang retakretak karena kekar, sesar, foliasi

4
Curah hujan yang besar
Perubahan keadaan vegetasi penutup lahan (aktifitas
manusia)

Pada massa batuan yang tidak kompak, pori-porinya sebagian


diisi air dan sebagian lainnya diisi udara, sehingga kondisi batuan
menjadi lembab. Dengan kondisi lembabnya ini maka akan
menimbulkan kurangnya daya kohesi batuan tersebut.
Air tanah juga dapat mempengaruhi gerakan massa batuan.
Gerakan air tanah dapat memberikan tekanan terhadap butiran-
butiran tanah sehingga memperlemah kemantapan lereng.
Selain itu, air tanah juga dapat melarutkan dan menghanyutkan
bahan perekat sehingga memperlemah ikatan antar butir dan
berkurangnya daya kohesi. Larut dan hanyutnya bahan perekat
menghasilkan rongga-rongga dalam tanah dan inipun
mengurangi kemantapan tanah.
Tanah longsor (gerakan massa batuan) di Indonesia, umumnya
terjadi di lereng terjal yang terbentuk dari endapan vulkanik
yang tidak terpadatkan. Lereng-lereng terjal yang dipengaruhi
struktur geologi seperti patahan, rekahan, lipatan, lebih rentan
terhadap gejala longsor, apalagi jika arah pelapisan batuan
searah dengan kemiringan lereng dan terdapat patahan aktif.
Pelapisan batuan yang merupakan perselingan antara batuan
yang kedap air dan batuan yang dapat menyerap air
menciptakan bidang yang berpotensi sebagai bidang gelincir.
Dalam keseharian gerakan massa batuan disebut dengan
peristiwa longsor. Peristiwa ini sangat bervariasi bila dilihat dari
sisi akibatnya, yaitu ada yang berakibat ringan ada yang
berakibat berat sampai menghilangkan nyawa dan
menghancurkan pemukiman serta harta bendanya. Contohnya
pada minggu akhir Februari 2005 terjadi longsoran sampah
sepanjang 1 km dengan ketinggian 20 meter di TPA di Bandung

5
menyebabkan kematian belasan orang dan menghancurkan
pemukiman di sekitarnya. Beban tumpukan sampah yang berat
itu membebani lapisan tanah di bawahnya. Dalam musim
penghujan, air hujan disamping menambah beban juga bertindak
menambah besarnya tenaga untuk mengerakkan sampah dan
lapisan tanah menuruni lereng.
Macammacam gerakan massa adalah :
1. Creep (rayapan), yaitu tanah yang bergerak sangat pelan.
Ciricirinya antara lain : pelengkungan pohon, miringnya
tiangtiang.
2. Solifluction, yaitu campuran material kasarhalus yang
bergerak karena jenuh air.
3. Fall (jatuhan), yaitu meluncurnya massa karena grafitasi tanpa
bidang pelun-cur (jatuh bebas).
4. Slide, yaitu pergerakan massa dengan cepat melewati bidang
peluncur.
5. Subsidence (amblesan), yaitu gerakan ke bawah tanpa
permukaan bebas.
Semuanya adalah gejala gerakan massa batuan dan semua
gerakan ini terjadi apa bila terdapat gangguan dalam
keseimbangan.

D. Jenis-jenis Tanah Longsor


Ada 6 jenis tanah longsor, yakni: longsoran translasi, longsoran
rotasi, pergerakan blok, runtuhan batu, rayapan tanah, dan aliran
bahan rombakan. Jenis longsoran translasi dan rotasi paling banyak
terjadi di Indonesia. Sedangkan longsoran yang paling banyak
memakan korban jiwa manusia adalah aliran bahan rombakan.
1. Longsoran Translasi
Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan
batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang
landai.

6
2. Longsoran Rotasi
Longsoran rotasi adalah bergerak-nya massa tanah dan
batuan pada bidang gelincir berbentuk cekung.

3. Pergerakan Blok
Pergerakan blok adalah perpindahan batuan yang bergerak
pada bidang gelincir berbentuk rata. Longsoran ini disebut juga
longsoran translasi blok batu.

4. Runtuhan Batu
Runtuhan batu terjadi ketika sejum-lah besar batuan atau
material lain bergerak ke bawah dengan cara jatuh bebas.
Umumnya terjadi pada lereng yang terjal hingga meng-gantung
terutama di daerah pantai. Batu-batu besar yang jatuh dapat
menyebabkan kerusakan yang parah.

7
5. Rayapan Tanah
Rayapan Tanah adalah jenis tanah longsor yang bergerak
lambat. Jenis tanahnya berupa butiran kasar dan halus. Jenis
tanah longsor ini hampir tidak dapat dikenali. Setelah waktu yang
cukup lama longsor jenis rayapan ini bisa menyebabkan tiang-
tiang telepon, pohon, atau rumah miring ke bawah.

6. Aliran Bahan Rombakan


Jenis tanah longsor ini terjadi ketika massa tanah bergerak
didorong oleh air. Kecepatan aliran tergantung pada kemiringan
lereng, volume dan tekanan air, dan jenis materialnya.
Gerakannya terjadi di sepanjang lembah dan mampu mencapai
ratusan meter jauhnya. Di beberapa tempat bisa sampai ribuan
meter seperti di daerah aliran sungai di sekitar gunung api. Aliran
tanah ini dapat menelan korban cukup banyak.

8
Tabel Faktor-faktor utama penyebab gerakan tanah
Faktor Penyebab Mekanisme Utama
1. Hilangnya penahan lateral a. Aktifitas erosi
b. Pelapukan
c. Kemiringan lereng bertambah akibat
gerakan
d. Pemotongan bagian bawah.
2. Kelebihan beban tanah a. Air hujan yang meresap pada
tanah.
b. Penimbunan bangunan
c. Adanya genangan air di lereng bagian
atas.
3. Getaran a. Gempa bumi
b. Getaran karena ulah
manusia/kendaraan
4. Hilang tahanan bagian a. Pengikisan oleh air
bawah b. Pemotongan lereng bagian
bawah.
c. Erosi
d. Penambangan atau pembuatan
terowongan.
5. Tekanan lateral a. Pengisian air di pori-pori antar
butir tanah.
b. Pengembangan tanah.
Sumber: Direktorat Geologi Tata Lingkungan, Bandung 2000.

E. Faktor-faktor Penyebab Tanah Longsor


a. Hujan

Ancaman tanah longsor biasanya dimulai pada bulan


November karena meningkatnya intensitas curah hujan.

9
Musim kering yang panjang akan menyebabkan
terjadinya penguapan air di permukaan tanah dalam
jumlah besar. Hal itu mengakibatkan munculnya pori-
pori atau rongga tanah hingga terjadi retakan dan
merekahnya tanah permukaan. Ketika hujan, air akan
menyusup ke bagian yang retak sehingga tanah dengan
cepat mengembang kembali. Pada awal musim hujan,
intensitas hujan yang tinggi biasanya sering terjadi,
sehingga kandungan air pada tanah menjadi jenuh
dalam waktu singkat. Hujan lebat pada awal musim
dapat menimbulkan longsor, karena melalui tanah yang
merekah air akan masuk dan terakumulasi di bagian
dasar lereng, sehingga menimbulkan gerakan lateral.
Bila ada pepohonan di permukaannya, tanah longsor
dapat dicegah karena air akan diserap oleh tumbuhan.
Akar tumbuhan juga akan berfungsi mengikat tanah.

b. Lereng Terjal

Lereng atau tebing yang terjal akan memperbesar gaya


pendorong. Lereng yang terjal terbentuk karena
pengikisan air sungai, mata air, air laut, dan angin.
Kebanyakan sudut lereng yang menyebabkan longsor
adalah 180 apabila ujung lerengnya terjal dan bidang
longsorannya mendatar.

c. Tanah yang kurang padat dan tebal

Jenis tanah yang kurang padat adalah tanah lempung


atau tanah liat dengan ketebalan lebih dari 2,5 m dan

10
sudut lereng lebih dari 220. Tanah jenis ini memiliki
potensi untuk terjadinya tanah longsor terutama bila
terjadi hujan. Selain itu tanah ini sangat rentan terhadap
pergerakan tanah karena menjadi lembek terkena air
dan pecah ketika hawa terlalu panas.

d. Batuan yang kurang kuat

Batuan endapan gunung api dan batuan sedimen


berukuran pasir dan campuran antara kerikil, pasir, dan
lempung umumnya kurang kuat. Batuan tersebut akan
mudah menjadi tanah bila mengalami proses pelapukan
dan umumnya rentan terhadap tanah longsor bila
terdapat pada lereng yang terjal.
e. Jenis tata lahan
Tanah longsor banyak terjadi di daerah tata lahan
persawahan, perladangan, dan adanya genangan air di
lereng yang terjal. Pada lahan persawahan akarnya
kurang kuat untuk mengikat butir tanah dan membuat
tanah menjadi lembek dan jenuh dengan air sehingga
mudah terjadi longsor. Sedangkan untuk daerah
perladangan penyebabnya adalah karena akar
pohonnya tidak dapat menembus bidang longsoran
yang dalam dan umumnya terjadi di daerah longsoran
lama.

f. Getaran
Getaran yang terjadi biasanya diakibatkan oleh
gempabumi, ledakan, getaran mesin, dan getaran
lalulintas kendaraan. Akibat yang ditimbulkannya

11
adalah tanah, badan jalan, lantai, dan dinding rumah
menjadi retak.
g. Adanya beban tambahan
Adanya beban tambahan seperti beban bangunan pada
lereng, dan kendaraan akan memperbesar gaya
pendorong terjadinya longsor, terutama di sekitar
tikungan jalan pada daerah lembah. Akibatnya adalah
sering terjadinya penurunan tanah dan retakan yang
arahnya ke arah lembah.
h. Pengikisan/erosi
Pengikisan banyak dilakukan oleh air sungai ke arah
tebing. Selain itu akibat penggundulan hutan di sekitar
tikungan sungai, tebing akan menjadi terjal.
i. Adanya material timbunan pada tebing
Untuk mengembangkan dan memperluas lahan
pemukiman umumnya dilakukan pemotongan tebing
dan penimbunan lembah. Tanah timbunan pada lembah
tersebut belum terpadatkan sempurna seperti tanah
asli yang berada di bawahnya. Sehingga apabila hujan
akan terjadi penurunan tanah yang kemudian diikuti
dengan retakan tanah.

j. Longsoran lama umumnya terjadi selama dan setelah


terjadi pengendapan material gunung api pada lereng
yang relatif terjal atau pada saat atau sesudah terjadi
patahan kulit bumi. Bekas longsoran lama memilki ciri:

* Adanya tebing terjal yang panjang melengkung


membentuk tapal kuda.

* Umumnya dijumpai mata air, pepohonan yang relatif


tebal karena tanahnya gembur dan subur.

12
* Daerah badan longsor bagian atas umumnya relatif
landai.
* Dijumpai longsoran kecil terutama pada tebing
lembah.
* Dijumpai tebing-tebing relatif terjal yang merupakan
bekas longsoran kecil pada longsoran lama.

* Dijumpai alur lembah dan pada tebingnya dijumpai


retakan dan longsoran kecil.

* Longsoran lama ini cukup luas.

k. Penggundulan Hutan
Tanah longsor umumnya banyak terjadi di daerah yang
relatif gundul dimana pengikatan air tanah sangat
kurang.
l. Daerah Pembuangan Sampah
Penggunaan lapisan tanah yang rendah untuk
pembuangan sampah dalam jumlah banyak dapat
mengakibatkan tanah longsor apalagi ditambah
dengan guyuran hujan, seperti yang terjadi di Tempat
Pembuangan Akhir Sampah Leuwigajah di Cimahi.
Bencana ini menyebabkan sekitar 120 orang lebih
meninggal.

F.Wilayah Rawan Tanah Longsor


Setidaknya terdapat 918 lokasi rawan longsor di Indonesia.
Setiap tahunnya kerugian yang ditanggung akibat bencana tanah
longsor sekitar Rp 800 miliar, sedangkan jiwa yang terancam sekitar
1 juta.
Daerah yang memiliki rawan longsor :
Jawa Tengah 327 Lokasi
Jawa Barat 276 Lokasi

13
Sumatera Barat 100 Lokasi
Sumatera Utara 53 Lokasi
Yogyakarta 30 Lokasi
Kalimantan Barat 23 Lokasi
Sisanya tersebar di NTT, Riau, Kalimantan Timur, Bali,
dan Jawa Timur.
DAFTAR KEJADIAN DAN KORBAN BENCANA TANAH LONGSOR 2009-
2011
Korban LP
Jumlah JL
No Jiwa R
Propinsi Kejadia RH RR RT (m
. (ha
n MD LL )
)
19 175 229 70
1. Jawa Barat 77 166 108 140
8 1 0 5
2. Jawa Tenah 15 17 9 31 22 200 1 75
3. Jawa Timur 1 3 - - 27 - 70 -
Sumatera
4. 5 63 25 16 14 - 540 60
Barat
Sumatera
5. 3 126 - 1 40 8 - 80
Utara
Sulawesi
6. 1 33 2 10 - - - -
Selatan
7. Papua 1 3 5 - - - - -
25 18 24 75 92
Jumlah 103 411 149
6 54 98 1 0
Sumber : . Pusat Mitigasi Bencana Geologi
Keterangan :
MD : Meninggal dunia
ML : Luka - luka
RR : Rumah rusak
RH : Rumah hancur
RT : Rumah terancam
BLR : Bangunan lainnya rusak
BLH : Bangunan lainnya hancur
LPR : Lahan petanian rusak ( dalam hektar)

14
JL : Jalan terputus
Tampak bahwa kejadian bencana dan jumlah korban bencana
tanah longsor di Propinsi Jawa Barat lebih besar dibandingkan dengan
propinsi lainnya. Hal demikian disebabkan oleh faktor geologi, morfologi,
curah hujan, dan jumlah penduduk serta kegiatannya.

G.Tahapan Mitigasi Bencana Tanah Longsor


Pemetaan
Menyajikan informasi visual tentang tingkat kerawanan bencana
alam geologi di suatu wilayah, sebagai masukan kepada
masyarakat dan atau pemerintah kabupaten/kota dan provinsi
sebagai data dasar untuk melakukan pembangunan wilayah agar
terhindar dari bencana.
Penyelidikan
Mempelajari penyebab dan dampak dari suatu bencana sehingga
dapat digunakan dalam perencanaan penanggulangan bencana
dan rencana pengembangan wilayah. Pemeriksaan
Melakukan penyelidikan pada saat dan setelah terjadi bencana,
sehingga dapat diketahui penyebab dan cara
penanggulangannya.
Pemantauan
Pemantauan dilakukan di daerah rawan bencana, pada daerah
strategis secara ekonomi dan jasa, agar diketahui secara dini
tingkat bahaya, oleh pengguna dan masyarakat yang bertempat
tinggal di daerah tersebut.
Sosialisasi
Memberikan pemahaman kepada Pemerintah Provinsi /Kabupaten
/Kota atau Masyarakat umum, tentang bencana alam tanah
longsor dan akibat yang ditimbulkannnya. Sosialisasi dilakukan
dengan berbagai cara antara lain, mengirimkan poster, booklet,

15
dan leaflet atau dapat juga secara langsung kepada masyarakat
dan aparat pemerintah
Pemeriksaan bencana longsor Bertujuan mempelajari penyebab,
proses terjadinya, kondisi bencana dan tata cara penanggulangan
bencana di suatu daerah yang terlanda bencana tanah longsor.

H. Pencegahan longsor
Untuk mencegah terjadinya tanah longsor, masyarakat diimbau :
menanam pohon berakar kuat di lereng yang terjal,
tidak mencetak sawah di bagian atas lereng terjal,
tidak memotong lereng terjal di bagian bawah,
tidak membuat kolam air di lereng bagian atas, terutama
dasar kolam yang tidak kedap air,
tidak melakukan tindakan yang menimbulkan getaran di
lereng terjal,
tidak menebang pohon di lereng terjal, dan
upayakan di lereng bagian atas ditanami tanaman keras, di
lereng bagian tengah berupa perkebunan, dan lereng
bawah persawahan dan permukiman.
penyebaran informasi mengenai bahaya longsor,
menyampaikan anjuran, dan larangan kepada masyarakat,
terutama yang tinggal di daerah rawan longsor.

I. penanggulangan longsor
1 Tanggap Darurat
Yang harus dilakukan dalam tahap tanggap darurat adalah
penyelamatan dan pertolongan korban secepatnya supaya korban
tidak bertambah. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan,
antara lain:
Kondisi medan
Kondisi bencana
Peralatan

16
Informasi bencana
2.Rehabilitasi
Upaya pemulihan korban dan prasarananya, meliputi kondisi sosial,
ekonomi, dan sarana transportasi. Selain itu dikaji juga perkembangan
tanah longsor dan teknik pengendaliannya supaya tanah longsor tidak
berkembang dan penentuan relokasi korban tanah longsor bila tanah
longsor sulit dikendalikan.
3. Rekonstruksi
Penguatan bangunan-bangunan infrastruktur di daerah rawan longsor
tidak menjadi pertimbangan utama untuk mitigasi kerusakan yang
disebabkan oleh tanah longsor, karena kerentanan untuk bangunan-
bangunan yang dibangun pada jalur tanah longsor hampir 100%.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Para ahli geografi memiliki peran besar dalam bahaya
longsor dan penilaian terhadap risiko yang ditimbulkan. Hal
tersebut terjadi karena resiko akibat dari keterkaitan antara
lingkungan manusia dan fokus tradisional studi geografis. Hal
itu bukan peran eksklusif, karena selalu ada kebutuhan yang
spesial di berbagai bidang seperti fisika tanah, ekonomi dan
teknik. Namun, para geograf juga memberikan kontribusi
khusus untuk daerah-daerah penelitian lereng stabil dengan
mengembangkan model dan menyediakan informasi
empiris dari pemantauan lapangan. Proses longsor sendiri
merupakan produk dari keterkaitan antara sejumlah
sistem alam, termasuk geologi, geomorfologi, hidrologi,
iklim dan penggunaan sistem tanah oleh manusia. Memahami
tanah longsor memerlukan kemampuan untuk
menganalisis hubungan antara sistem ini. Para geograf telah
mampu memberikan kontribusi yang berharga di daerah ini

17
karena mereka umumnya memeriksa berbagai kondisi
dalam pandangan dari perspektif spasial dan temporal di
berbagai skala. Dari semua itu, para geograf menafsirkan
proses ini sebagai komponen dari suatu sistem fisik manusia.
Hal tersebut menyoroti tidak hanya risiko dan
kerentanan masyarakat tetapi juga mengungkapkan faktor
manusia sebagai penyebab stabilitas lereng. Karena Indonesia
termasuk negara yang rentan akan Tanah Longsor, apalagi
didaerah yang dilewati oleh dua sirkum pengunungan aktif
dunia, maka dari itu kita harus mengerti bagaimana cara-cara
menangulagi bencana ini agar kelak tidak akan memakan
banyak korban.
B. Saran
Ada beberapa tindakan perlindungan dan perbaikan yang bisa
ditambah untuk tempat-tempat hunian, antara lain:
Perbaikan drainase tanah (menambah materi-materi yang bisa
menyerap).
Modifikasi lereng (pengurangan sudut lereng sebelum
pembangunan).
Vegetasi kembali lereng-lereng.
Beton-beton yang menahan tembok mungkin bisa menstabilkan
lokasi hunian.
Selain itu ada hal-hal yang harus diketahui untuk menghindari
bencana tanah longsor adalah :
Jangan mencetak sawah dan membuat kolam pada lereng bagian
atas di dekat pemukiman
Buatlah terasering (sengkedan) [ada lereng yang terjal bila
membangun permukiman
Segera menutup retakan tanah dan dipadatkan agar air tidak
masuk ke dalam tanah melalui retakan
Jangan melakukan penggalian di bawah lereng terjal

18
Jangan menebang pohon di lereng
Jangan mendirikan permukiman di tepi lereng yang terjal
Jangan mendirikan bangunan di bawah tebing yang terjal
Jangan memotong tebing jalan menjadi tegak
Jangan mendirikan rumah di tepi sungai yang rawan erosi

DAFTAR PUSTAKA

1. Wikipedia. 2011. Tanah Longsor.


http://id.wikipedia.org/wiki/tanah_longsor. diakses desember
2011
2. Bachri, Moch. 2006. Geologi Lingkungan. Malang : CV. Aksara.
3. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. 2005. Pengenalan
Gerakan Tanah. Jakarta : Mancamedia.

19

Anda mungkin juga menyukai