Anda di halaman 1dari 23

Sejarah Berdirinya Dinasti Abbasiyah Dalam Islam

Kekhalifahan Abbasiyah atau Bani Abbasiyah merupakan kekhalifahan kedua Islam yang
berkuasa di Baghdad, Irak. Pada masanya kekhalifahan Abbasiyah berkembang pesat dan
menjadikan Islam sebagai pusat pengetahuan dunia.

Kekuasaannya dimulai setelah merebutnya dari Bani Umayyah dan menaklukkan semua
wilayahnya kecuali Andalusia. Bani Abbasiyah merujuk kepada keturunan paman termuda Nabi
Muhammad seperti yang diceritakan dalam sejarah peristiwa isra miraj, Abbas bin Abdul
Muthalib (566 – 652) dan itu sebabnya juga masih termasuk kepada Bani Hasyim.

Anggota dari bani Umayyah yang selamat melarikan diri dari Damaskus dan menuju Spanyol
dengan menyeberangi Laut Tengah lalu mendirikan Kekhalifahan Umayyah. Keturunan bani
Umayyah yang selamat memerintah Spanyol untuk waktu yang lama.

Bani Abbasiyah menjadi dinasti kekhalifahan terlama sepanjang sejarah berdirinya agama Islam
yang berkuasa mulai tahun 750 M – 1258 M (132 H – 656 H), dan ibukota pemerintahan
dipindahkan ke Baghdad dari Damaskus pada 762 M. Dalam sejarah berdirinya dinasti
Abbasiyah, mereka memerintah seluruh Asia Barat dan Afrika Utara.

Bani Abbasiyah lebih fokus kepada dataran Irak dan Iran daripada wilayah pesisir seperti Israel,
Suriah, Lebanon dan Mesir. Baghdad dengan cepat berkembang menjadi kota besar dan maju
dihuni oleh sekitar hampir setengah juta orang pada tahun 800-an masehi.

Banyak kelompok bangsa berbeda yang tinggal di Baghdad seperti Arab, Persia, Yahudi dan
Yunani, dengan bahasa Arab, Aram dan Persia. Selain Islam yang menjadi agama mayoritas, ada
juga penganut agama lain seperti Kristen, Yahudi dan Zoroaster.

Pemerintahan Abbasiyah berkembang selama tiga abad dan mulai meredup setelah bangsa Turki
yang sebelumnya menjadi bagian dari tentara kekhalifahan bernama Mamluk mulai naik daun.
Hingga sekarang, keturunan dari Bani Abbasiyah termasuk suku al – Abbasi banyak tinggal di
timur laut Tikrit, Irak.

Awal Berdirinya Dinasti Abbasiyah

Dinasti Abbasiyah berdiri setelah mereka berhasil menaklukkan Dinasti Umayyah. Keturunan
Al-Abbas menjadi pendiri dinasti Abbasiyah, yaitu Abdullah al-Saffah bin Muhammad bin Ali
bin Abdullah bin al-Abbas.

Kelompok Abbasiyah merasa lebih layak memegang tonggak kekuasaan daripada Bani Umayyah
karena mereka berasal dari Bani Hasyim yang lebih dekat garis keturunannya dengan Nabi
Muhammad. Saat itulah sejarah runtuhnya bani Umayyah.

Sejarah berdirinya dinasti Abbasiyah tidak dapat dilepaskan dari peperangan yang berdarah dan
bergejolak. Pada awalnya, cicit dari Abbas bernama Muhammad bin Ali berkampanye untuk
mengembalikan kekuasaan pemerintahan kepada keluarga Bani Hasyim di Parsi ketika Umar bin
Abdul Aziz masih memerintah. Pertentangan semakin memuncak pada masa pemerintahan
khalifah Marwan II.

Menjelang berakhirnya dinasti Umayyah, ada kelompok dari Bani Hasyim yang teraniaya
sehingga melakukan perlawanan. Kelompok Bani Hasyim keturunan Ali dipimpin oleh Abu
Salamah dan keturunan Abbas dipimpin oleh Ibrahim Al- Iman.

Selain itu juga ikut kelompok keturunan bangsa Persia, pimpinan Abu Musli al-Khurasany
bekerja sama menaklukkan dinasti Umayyah. Pada akhirnya kaum Abbasiyah berhasil
menaklukkan pemimpin terakhir Umayyah, yaitu Marwan bin Muhammad. Abu Abbas al-Saffah
berhasil meruntuhkan Bani Umayyah dan diangkat sebagai khalifah.

Selama tiga abad bani Abbasiyah memegang kekuasaan kekhalifahan, mengusung


kepemimpinan gaya Islam dan menyuburkan kembali ilmu pengetahuan dan pengembangan
budaya di Timur Tengah.

Masa Kejayaan Dinasti Abbasiyah

Sejarah berdirinya dinasti Abbasiyah memasuki masa kejayaannya dengan menerapkan pola
pemerintahan yang berbeda – beda sesuai dengan perubahan politik, sosial dan budaya. Pusat
pemerintahan saat itu terletak di Kuffah. Kepemimpinan kemudian digantikan oleh Abu Jafar al-
Mansur mulai 750 – 775 M, saudara dari Abu Abbas.

Ia membangun kota baru yang diberi nama Baghdad, dimana terdapat istana bernama Madinat
as-Salam. Pada periode awal sekitar 750 – 847 M, kegiatan perluasan wilayah masih diutamakan
dinasti Abbasiyah dan membuat pondasi sistem pemerintahan yang akan menjadi panduan bagi
kepemimpinan selanjutnya.

Setelah Abu Jafar, Abbasiyah dipimpin oleh Harun al-Rasyid mulai 789 – 809 M. Ia mendirikan
perpustakaan terbesar pada zamannya bernama Baitul Hikmah, sehingga orang – orang terpelajar
dari kalangan Barat dan Muslim datang ke Baghdad untuk mendalami ilmu pengetahuan.

Setelah itu Abbasiyah dipimpin oleh al-Amin dan al-Makmun al-Rasyid, putra Harun al-Rasyid.
Al Makmun memimpin sejak 813 – 833 M dan memperluas Baitul Hikmah menjadi akademi
ilmu pengetahuan pertama di dunia.

Ia juga mendirikan Majalis al-Munazharah yang mengadakan pengajian di rumah, masjid dan
istana khalifah, dan menjadi tanda akan bangkitnya kekuatan penuh dari Timur dengan Baghdad
sebagai pusat kebudayaan dan puncak keemasan Islam.

Pada masa ini juga banyak diterjemahkan buku – buku karya kuno dari Yunani dan Syria kuno
ke dalam bahasa Arab. Paham Muktazilah dianut al-Makmun sebagai mazhab negara, yaitu
menggunakan akal sebagai dasar untuk memahami dan menyelesaikan persoalan teologi, yang
merintis pembahasan teologi Islam secara detil dan filosofis sehingga muncul filsafat Islam.
Selanjutnya dalam sejarah berdirinya dinasti Abbasiyah dipimpin oleh Khalifah al-Mutawakkil
mulai 847 – 861 M. Ia berbeda dengan khalifah sebelumnya karena lebih cenderung ke cara
berpikir ahlun sunnah.

Dalam sejarah berdirinya dinasti Abbasiyah, ia hidup pada satu zaman dengan para tokoh besar
Islam seperti Abdul Malik bin Habib (imam Mazhab Maliki), Abdul Azis bin Yahya al-
Ghul(murid Imam Syafi’i), Abu Utsman bin Manzini (pakar ilmu nahwu) dan Ibnu Kullab,
seorang tokoh dalam bidang ilmu kalam.

Terjadi perselisihan mengenai penerus kekhalifahan setelah al-Mutawakkil karena sebelum


dirinya wafat, ia hendak menurunkan mandat kepada anak – anaknya yaitu al-Muntashir, al-
Mu’taz dan al-Muayyad. Tetapi ia kemudian mengubah susunan penerusnya menjadi al-Mu’taz
lebih dulu , namun al- Muntashir tidak menerimanya.

Akibatnya posisi al-Muntashir langsung diturunkan dengan paksa, bersamaan dengan


berlangsungnya ketidak senangan orang – orang Turki kepada al-Mutawakkil karena beberapa
sebab. Al-Muntashir dan orang – orang Turki kemudian sepakat untuk membunuh al-
Mutawakkil. Setelah ayahnya dibunuh, al-Muntashir menjadi pemimpin khalifah namun hanya
selama enam bulan karena ia justru berbalik menjelekkan orang Turki dan dibunuh oleh mereka.

Sejarah berdirinya dinasti Abbasiyah kemudian mengalami kemunduran sejak saat itu. Banyak
pula faktor lain yang mempengaruhinya karena kurangnya perhatian pada persoalan politik,
seperti pemisahan diri Afrika Utara untuk membentuk pemerintahan merdeka bernama
Kekhalifahan Fathimiyah.

Para gubernur di berbagai propinsi seperti dinasti Samaniyah mulai bertindak lebih bebas, dan
para jenderal Turki di pasukan Abbasiyah juga semakin lama semakin sulit dikendalikan oleh
para khalifah.

Kesulitan komunikasi antara pusat pemerintahan sulit dilakukan pada masa itu karena wilayah
kekuasaan yang sangat luas, bahkan tingkat kepercayaan antara penguasa dan para pelaksana
pemerintahan sangat rendah.

Begitu juga keuangan negara yang sulit karena negara perlu mengeluarkan biaya yang sangat
besar untuk angkatan bersenjata. Pemisahan – pemisahan wilayah pun mulai terjadi, sebagian
besar karena perbedaan cara mengelola daerah kekuasaan yang berbeda dengan Bani Umayyah.

Pada masa Bani Umayyah, wilayah kekuasaannya tetap sejajar dengan batas – batas wilayah
kekuasaan Islam. Namun pada masa pemerintahan Abbasiyah, kekuasaan mereka tidak pernah
diakui di Spanyol dan seluruh Afrika Utara kecuali sebagian kecil Mesir.

Dalam kenyataannya banyak wilayah berada dalam kekuasaan khalifah hanya dalam bentuk
pengiriman upeti pajak dari gubernurnya masing – masing. Pada saat kekhalifahan Abbasiyah
mulai menunjukkan kemunduran, propinsi – propinsi tersebut mulai melepaskan diri dan tidak
lagi membayar pajak, bahkan berusaha menguasai kekhalifahan itu sendiri.
Sejarah perang uhud juga terjadi setelah kekhalifahan abbasiyah selesai, dan menjadikan
kekuasaan bercampur tangan serta menimpulkan berbagai perang seperti dalam sejarah perang
badar.
Sejarah Kemunculan Dinasti Bani Umayyah dan Kemundurannya

BincangSyariah.Com – Dinasti Umayyah merupakan pemerintahan kaum Muslimin yang


berkembang setelah masa Khulafa al Rasyidin yang dimulai pada tahun 41 H/661 M. Dinasti
Umayyah yang berpusat di Damaskus mulai terbentuk sejak terjadinya peristiwa tahkim pada
Perang Siffin. Perang yang dimaksudkan untuk menuntut balas atas kematian Khalifah Utsman
bin Affan itu, semula akan dimenangkan oleh pihak Ali, tetapi melihat gelagat kekalahan itu,
Muawiyah segera mengajukan usul kepada pihak Ali untuk kembali kepada hukum Allah.

Dalam peristiwa tahkim itu, Ali telah terperdaya oleh taktik dan siasat Muawiyah yang pada
akhirnya ia mengalami kekalahan secara politis. Sementara itu, Muawiyah mendapat kesempatan
untuk mengangkat dirinya sebagai khalifah sekaligus raja.

Dinasti inilah yang untuk pertama kalinya mendobrak sistem pemilihan pemimpin yang sedari
awal dijalankan secara musyawarah mufakat menjadi sistem keluarga atau monarki.

Peristiwa ini di masa kemudian menjadi awal munculnya pemahaman yang beragam dalam
masalah teologi, termasuk tiga kekuatan kelompok yang sudah mulai muncul sejak akhir
pemerintahan Ali yaitu Syiah, Muawiyah, dan Khawarij.

Dinasti  Umayyah didirikan oleh Muawiyah bin Abu Sufyan bin Harb. Nama Dinasti Umayyah
dinisbahkan kepada Umayyah bin Abd Syams bin Abdu Manaf. Muawiyah selain sebagai
pendiri juga sebagai khalifah pertama Bani Umayyah. Muawiyah dipandang sebagai pembangun
dinasti ini, oleh sebagian sejarawan dipandang negatif sebab keberhasilannya memperoleh
legalitas atas kekuasaannya dalam perang saudara di Shiffin. Terlepas dari itu, dalam diri
Muawiyah terkumpul sifat-sifat sorang penguasa, politikus, dan administrator.

Pada masa kekhalifahan Bani Umayyah terdapat beberapa khalifah yang sangat berpengaruh. Di
antaranya adalah Al Walid bin Abdul Malik Umar bin Abdul Aziz.

Di bawah kepemimpinan Al Walid bin Abdul Malik, kekuasaan islam meluas ke Spanyol atas
peran pasukan yang dipimpin Thoriq bin Ziyad. Bukan hanya itu, karena kekayaan kerajaan yang
semakin menumpah ruah, sektor pembangunan sangat diutamakan. Pembangunan masjid-masjid,
pabrik-pabrik dan sumur digalakkan.

Di antara masjid yang dibangun adalah Masjid Al Amawi di Damaskus, Masjid Al Aqsa di
Yerussalem dan perluasan masjid Nabawi di Madinah. Selain membangun masjid, Al Mawlid
juga turut membangun rumah sakit untuk para penyandang penyakit kusta di Damaskus. Pada
zaman inilah, peradaban Islam mengalami kemajuan.

Sementara itu, Khalifah Umar bin Abdul Aziz sangat terkenal dengan kekayaannnya. Namun,
setelah menjabat sebagai khalifah, beliau menjalani hidup dengan segala kesederhanaan dan
terkenal dengan sifat jujur dan adilnya. Selain terkenal karena sifatnya, Umar bin Abdul Aziz
juga terkenal dengan keluasan ilmunya, khususnya di bidang ilmu hadis.

Pada masa inilah, untuk pertama kalinya Umar bin Abdul Aziz memerintahkan secara resmi
untuk mengumpulkan hadis. Ia juga mendamaikan konflik panjang yang terjadi antara sekte
Amamiyah, Syiah, dan Khawarij.

Harus diakui memang, masa kepemimpinan Bani Umayyah terdapat banyak sekali kemajuan
yang telah dicapai, baik di bidang politik, maupun di bidang keilmuan. Pada waktu itu, banyak
sekali kebijakan yang dikeluarkan oleh para khalifah Bani Umayyah yang menguntungkan
masyarakat, khususnya umat islam.

Banyak sekali ekspansi yang dilakukan secara besar-besaran sehingga kekuasaan Islam meluas
sampai ke Afrika Utara bahkan Spanyol. Bukan hanya itu, perkembangan pesat terlihat dari segi
peradaban yang ditandai dengan semakin banyaknya corak-corak bangunan yang indah dan
dibangunnya fasilitas umum yang tidak pernah ada sebelumnya. Di segi pemerintahan,
administrasi adalah hal yang paling utama dibenahi ketika itu.

Pun dengan perkembangan keilmuan, Bani Umayyah menjadikan kota Makkah dan Madinah
tempat berkembangnya musik, lagu, dan puisi. Sementara di Irak (Bashrah dan Kufah)
berkembang menjadi pusat aktivitas intelektual di dunia Islam. Sedangkan di Marbad, kota satelit
di Damaskus, berkumpul para pujangga, filsuf, ulama, dan cendikiawan lainnya.

Banyak sekali bidang keilmuan yang berkembang saat itu, di antaranya adalah ilmu bahasa Arab,
ilmu qiro’at, ilmu hadis, ilmu fiqih sampai ilmu biografi yang sudah berkembang pada masa itu.

Namun, semua itu sirna begitu saja semenjak munculnya kelompok-kelompok yang merasa tidak
puas terhadap pemerintahan Bani Umayyah, seperti kelompok Khawarij, Syi’ah, dan kelompok
muslim non-Arab (mawali).

Tidak adanya kejelasan sistem dan ketentuan pergantian khalifah disinyalir sangat kuat menjadi
dalih ketidakpuasan tersebut. Ditambah lagi tidak ada niatan atau sikap untuk menggalang
persatuan menjadi hal paling krusial sehingga antara kedua belah pihak yang bersaing malah
semakin meruncing menuju konflik.

Bukan hanya itu saja, sikap bermewah-mewahan sebagian keluarga di lingkungan khalifah
membuat mereka tidak mampu menanggung beban negara yang sangat berat. Terlebih,
terbunuhnya Khalifah Marwan bin Muhammad oleh tentara Abbasiyah di kampung Busir daerah
Bani Sueif menjadi tanda berakhirnya Dinasti Bani Umayyah di Damaskus.
PRESTASI-PRESTASI KHULAFAURRASYIDIN
A. Prestasi Khalifah Abu Bakar
 
Khalifah Abu Bakar ash Shidiq memimpin umat Islam selama 2 tahun. Walaupun waktu
yang singkat sebagai pengganti Nabi dalam kepemimpinan Agama dan pemerintahan., Khalifah
Abu Bakar melakukan beberapa kebijakan dalam rangka mengembangkan Islam. Beberapa
tindakan Khalifah Abu Bakar yang memberikan kontribusi terhadap umat Islam, antara lain:
1. Memerangi Kelompok Pembangkang
Abu Bakar terpilih menjadi Khalifah secara demokratis, hal ini tidak menjamin situasi
umat Islam akan stabil. Setelah Nabi wafat, krisis kepemimpinan menimbulkan gejolak
perpecahan umat. Sebagian umat Islam mulai menentang kebijakan Nabi Muhammad Saw.
Mereka menciptakan ketidakstabilan umat Islam. Khalifah Abu Bakar menetapkan kebijakan
yang tegas terhadap para pembangkan.
Ada sekelompok orang di Madinah menyatakan keluar dari Islam mereka kembali
memeluk agama dan tradisi lama, yakni menyembah berhala. Suku-suku tersebut menyatakan
bahwa hanya memiliki perjanjian dengan Nabi Muhammad Saw. beberapa pemberontakan antara
lain:
a. Al -Aswad al-Ansi
Al-Anwad al Ansi memimpin pasukan suku Badui di Yaman. Mereka berhasil merebut
Najran dan San’a. akan tetapi Al -Aswad al-Ansi terbunuh oleh saudara gubernur Yaman.Ketika
Zubair bin Awwam datang di Yaman Al Ansi telah terbunuh. Pasukan Islam berhasil menguasi
Yaman.
b. Musailamah al-Kazab
Musailamah al-Kazab mengaku ririnya sebai Nabi. Ia didukung oleh Bani Hanifah di
Yamamah. Ia mengawini Sajah yang mengaku sebagai Nabi di kalangan Kristen. Mereka
berhasil menyusun Pasukan dengan kekuatan 40.000 orang. Khalifah Abu Bakar as Siddiq
mengirimkan Ikrimah bin Abu Jahal dan Syurahbil bin Hasanah. Pada mulanya pasukan Islam
terdesak. Akan tetapi, pasukan bantuan mereka datang dipimpin Khalid bin Walid. Pasukan
Musailamah berhasil dikalahkan 10.000 orang kaum murtad mati terbunuh, ribuan kaum
muslimin gugur dalam perang ini, termasuk penghafal Al-Qur’an. Perang ini dinamakan Perang
Yamamah dan merupakan yang paling besar diantara perang melawan kaum murtad lainya.
c. Thulaihah bin Khuwalid al-Asadi
Thulaihah bin Thuwailid al-Asadi mengangap dirinya sebagai Nabi. Pengikutnya berasal
dari Bani Asad, Gatafan dan Bani Amir. Abu Bakar ash-Shiddiq mengirimkan pasukan yang
dipimpin oleh Khalid bin Walid. Pertempuran terjadi di dekat sumur Buzakhah. Pasukan muslim
berhasil mengalahkakan mereka.
Ada beberapa sebab mereka murtad, antara lain:
1) Iri dan dengki terhadap perkembangan kota Madinah.
2) Fanatisme rasa kesukuan dan sifat patenalistik, yaitu tunduk secara membabi buta kepada
pemimpinnya.
3) Takut kedudukan hilang karena Islam membawa perubahan di bidang politik, sosial, budaya, dan
agama.
4) Banyak suku arab masuk Islam karena pertimbangan politik.
5) Mereka baru memeluk Islam dan belum menghayati ajaran Islam.
2. Kondifikasi al-Quran
Ketika umat Islam kehilangan lebih dari 70 orang yang gugur di perang melawan para
pembangkang. Umar bin Khattab merasa khawatis kehilangan al-Qur’an. Beliau mengusulkan
kepada Abu Bakar untuk membukukan al-Qur’an. Pada awalnya Khalifah Abu Bakar
menolaknya karena Nabi Muhammad tidak pernah menyuruhnya. Tapi setelah mendapat
penjelasan dari Umar. Abu Bakar menerimnya. Abu Bakar as Siddiq dengan menunjuk Zaid bin
Tsabit sebagai pemimpin pengumpulan.
Setelah pengumpulan ayat-ayat Al-Qur’an selesai, mushaf disimpan Khalifah Abu Bakar
ash-Shiddiq. Setelah Abu Bakar ash-Shiddiq meninggal dunia, mushaf tersebut disimpan oleh
Hafsah binti Umar, putri Umar bin Khattab dan salah seorang istri Rasulullah.
3. Perluasan Wilayah Islam
Khalifah Abu Bakar melanjutkan penyebaran Islam ke Syiria yang dipimpin oleh Usamah
bin Zaid bin Haritsah. Panglima ini telah dipersiapkan sebelumnya pada masa Nabi Muhammad
Saw. sempat tertunda karena Nabi wafat. Pada masa Abu Bakar, pasukan ini bergerak dari negeri
Qudha’ah, lalu memasuki kota Abil.
Khalifah Abu Bakar merencakan penyebarannya ke wilayah yang dikuasai Kekaisaran
Persia dan Byzantium. Beliau mengirimkan dua panglima yaitu Khalid bin Walid dan Musanna
bin Harits. mereka mampu menguasai Hirah dan beberapa kota lainya yaitu Anbar, Daumatul
Jandal dan Fars.
Peperangan dihentikan setelah Abu Bakar ash-Shiddiq memeerintahkan Khalid bin Walid
berangkat menuju Suriah. Ia diperintahkan untuk membantu pasukan muslim yang mengalami
kesulitan menghadapi pasukan Byzantium yang sangat besar. Komando pasukan dikemudian
dipegang oleh Musanna bin Haritsah.
Kekaisaran Byzantium dijadikan kota Damaskus, Syiria sebagai pusat pemerintahan di
wilayah Arab dan sekitarnya. untuk menghadapi mereka. Khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq
mengirimkan beberapa pasukan yaitu:
a. Pasukan Yazid bin Abu Sufyan ke Damaskus
b. Pasukan Amru bin As ke Palestina
c. Pasukan Syurahbil bin Hasanah ke Yordania
d. Pasukan Abu Ubaidah bin Jarrah ke Hims.
Ketika itu pasukan Islam berjumlah 18.000. Pasukan Romawi berjumlah 240.000 orang.
Pasukan Islam mengalami kesulitan. Khalifah Abu Bakar segera memerintahkan Khalid bin
Walid berangkat menuju Syam. Perjalanan mereka selama 18 hari melewati 2 lembah padang
pasir yang belum pernah dilewatinya.
Pertempuran akhirnya pecah di pingggir sungai Yarmuk, sehingga dinamakan perang
Yarmuk. Ketika perang sedang terjadi ada kabar bahwa Abu Bakar meninggal. Beliau digantikan
Umar bin Khattab. Khalid bin Walid kemudian digantikan oleh Abu Ubaidah bin Jarrah.
Peperangan ini dimenangkan oleh Pasukan Islam dan menjadi kunci utama runtuhnya kekuasaan
Byzantium di Tnah Arab.
B. Prestasi Khalifah Umar bin Khattab
 
Umar memangku jabatan Khalifah dengan wasiat dari Abu bakar. Dia mulai memangku
Khalifah pada bulan Jumadil Akhir tahun 13 H. Selama menjalankan tanggung jawab sebagai
Khalifah beberapa prestasi yang telah dicapai oleh Umar bin Khattab diantaranya sebagai
berikut:
1. Perluasan daerah Islam
Usaha perluasan daerah dan pengembangan Islam di Persia dan Syiria yang telah
dilakukan pada zaman Khalifah Umar bin Khattab hingga selesai dan juga perluasan daerah dan
pengembangan Islam di Mesir. Pada aman Khalifah Umar bin Khattab ra. gelombang ekspansi
(perluasan daerah kekuasaan) pertama terjadi di ibu kota Syiria, Damaskus. Kota ini jatuh pada
pada tahun 635 M. dan setahun kemudian, setelah tentara Byzantium kalah dipertempuran
Yarmuk, seluruh daerah Syiria jatuh di bawah kekuasaan Islam.
Dengan memakai Syiria sebagai basis, ekspansi diteruskan ke Mesir dibaawah pimpinan
Amr bin Ash ra. dan ke Irak dipimpin oleh Saad bin Abi Waqqash ra. Iskandariyah/Alexandria,
ibu kota Mesir saat itu ditaklukan tahun 641 M. Dengan demikian, Mesir jatuh ke bawah
kekuasaan Islam. Al-Qadisiyah, sebuah kota dekat Hirah di Iraq, jatuh pada tahun 637 M. dari
sana serangan dilanjutkan ke ibu kota Persia, al-Madain yang jatuh pada saat itu juga.
Pada tahun 641 M. Moshul dapat dikuasai. Dengan demikian, pada masa kepemimpinan
Umar ra. wilayah kekuasaan Islam sudah meiputi Jazirah Arabia, Palestina, Syiria, sebagaian
besar wilayah Persia dan Mesir.
2. Mengatur Administrasi dan Keuangan Pemerintahan
Karena perluasaan daerah terjadi sangat cepat, Umar ra. segera mengatur administrasi
Negara dengan mencontoh administrasi yang sudah berkembang, terutama di Persia.
Administrasi pemerintahan diatur menjadi delapan wilayah provinsi : Makkah, Madinah, Syiria,
Jazirah Basrah, Kuffah, Palestina, dan Mesir.
Pada masa pemerintahanya Umar bin Khattab membentuk Baitul Mal dan Dewan Perang.
Baitul Mal bertugas mengurusi keuangan negara. Dewan perang bertugas mencatat administrasi
ketentaraan. Umar bin Khattab adalah Khalifah pertama kali yang memperkenalkan system
penggajian bagi pegawai pemerintah.Ia juga memberikan santunan dari Baitul Mal kepada
seluruh rakyatnya. Besarnya santunan di sesuaikan lamanya memeluk Islam. pada masa Khalifah
Umar bin Khattab, kemakmuran dapat dinikmati rakyat dari seluruh pelosok negeri.
3. Menetapkan Kalender Hijriah
Sebelum kalender Hijriah ditetapkan orang-orang pada saat itu menggunakan sistem
kalender Masehi. Agar berbeda dengan kaum Nasrani Umar ibn Khattab mencetuskan kalender
Hijriah, yang ditetapkan mulai pada saat Nabi Muhammad Saw. Hijrah dari Makkah ke
Madinah. Hal itu disebabkan hijrah merupakan titik balik kemenangan Islam. Hijrah juga
menandai dua priode dakwah Islam, yakni periode Makkah dan Madinah.
C. Prestasi Usman bin Affan

Utsman bin Affan terpilih sebagai Khalifah pengganti Umar bin Khattab. Khalifah
Usman bin Affan dipilih di usia 70 tahun. Beliau menjadi Khalifah selama 12 tahun. Selama itu
prestasi yang dicapai Utsman bin Affan :
1. Kondifikasi Mushaf al-Qur’an
Pada masa pemerintahan Khalifah Utsman bin Affan, wilayah Islam sudah sangat luas.
Hal ini menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya perbedaan pembelajaran al-Qur’an di
beberapa pelosok wilayah . Perbedaan itu meliputi susunan surahnya atau lafal (dialeknya).
Salah seorang Sahabat bernama Huzaifah bin Yaman melihat perselisihan antara tentara
Islam ketika menaklukan Armenia dan Azerbeijan. Masing-masing pihak menganggap cara
membaca al-Qur’an yang dilakukan adalah paling baik.
Perselisihan tersebut ke,udian dilaporkan oleh Huzaifah bin Yaman kepada Khalifah
Usman bin Affan selanjutnya Khalifah Utsman bin Affan membentuk sebuah panitia penyusunan
Al-Qur’an. Panitia ini di ketuai oleh Zaid bin Tsabit anggotanya Abdullah bin Zubair dan
Abdurrahman bin Haris. Tugas yang dilaksanakan adalah menyalin ulang ayat-ayat Al-Qur’an
dalam sebuah buku yang disebut mushaf.
Salinan kumpulan Al-Qur’an itu disebut mushaf oleh panitia Mushaf diperbanyak
sejumlah empat buah. Salah. Salah satunya tetap berada di Madinah, sedangkan empat lainya
dikirim ke Madinah, Suriah, Basrah, dan Kuffah . Semua naskah Al-Qur’an yang dikirim ke
daerah-daerah itu dijadikan pedoman dalam penyalinan berikutnya di daerah masing-masing.
Naskah yang ditinggal di Madinah disebut Mushaf Al-Imam atau Mushaf Usmani.

2. Renovasi Masjid Nabawi


Masjid Nabawi adalah masjid yang pertama kali didirikan oleh Nabi Muhammad Saw.
pada saat pertama kali tiba di Madinah dari perjalanan hijrahnya. Masjid ini pada mulanya hanya
kecil dan masih sangat sederhana . Dengan semakin banyaknya jumlah umat Islam, maka
Khalifah Umar bin Khattab mulai memperluas masjid ini. Masjid Nabawi telah mulai dibangun
sejak masa Khalifah Umar bin Khattab yang kemudian dilanjutkan merenovasinya dan diperluas
oleh Khalifah Utsman bin Affan. Selain diperluas, masjid Nabawi juga dibangun dengan bentuk
dan coraknya yang lebih indah.
3. Pembentukan Angkatan Laut
Pada masa Khalifah Usman bin Affan, wilayah Islam sudah mencapaiAfrika, Siprus,
hingga konstantinopel. Muawiyah saat itu menjabat gubernur Suriah mengusulkan dibentuknya
angkatan laut. Usul itu disambut dengan baik oleh Khalifah Usman bin Affan.
4. Perluasan Wilayah Islam
Serangkain penaklukan bangsa Arab dimotivasi oleh semangat keagamaan untuk
menjadikan dunia memeluk dan mengakui Islam. Pada masa pemerintahan Khalifah Usman bin
Affan wilayah Islam semakin meluas.Wilayah perluasan di masa Khalifah Utsman bin Affan
a. Perluasan ke Khurasan di bawah pimpinan Sa’ad bin Ash dan Huzaifah bin Yaman.
b. Perluasan ke Armenia yang dipimpin Salam Rabiah Al Bahly.
c. Afrika Utara (Tunisia) Abdullah bin Sa’ad bin Abi Sa’ad bin Abi Sarah.
d. Penaklukan Ray dan Azerbeijan yang dipimpin Walid bin Uqbah.
D. Prestasi Ali bin Abi Thalib
 
Sepeninggal Khalifah Usman bin Affan dalam kondisi yang masih kacau, kaum muslimin
meminta Ali bin Abi Thalib untuk menjadi Khalifah Akan tetap ada bebarapa tokoh yang
menolak usulan tersebut. Khalifah Ali bin Abi Thalib melaksanakan langkah-langkah yang dapat
dianggap sebagai prestasi yang telah dicapai .
1. Mengganti Pejabat yang Kurang Cakap.
Khalifah Ali bin Abi Thalib menginginkan sebuah pemerintahan yang efektif dan efisien.
Oleh karena itu, beliau kemudian mengganti pejabat-pejabat yang kurang cakap bekerja. Akan
tetapi, pejabat-pejabat tersebut ternyata banyak yang berasal dari keluarga Khalifah Usman bin
Affan ( Bani Umayyah ). Akibatnya, makin banyak kalangan Bani Umayyah yang tidak
menyukai Khalifah Ali bin Abi Thalib.
Adapun gubernur baru yang diangkat Khalifah Ali bin Abi Thalib antara lain:
a. Sahl bin Hanif sebagai gubernur Syiria.
b. Utsman bin Hanif sebagai gubernur Basrah.
c. Qays bin Sa’ad sebagai gubernur Mesir.
d. Umrah bin Syihab sebagai gubernur Kuffah.
e. Ubaidaillah bin Abbas sebagai gubernur Yaman.
2. Membenahi Keuangan Negara ( Baitul Mal ).
Pada Masa Khalifah Utsman bin Affan, banyak kerabatnya yang diberi fasilitas
negara. Khalifah Ali bin Abi Thalib memiliki tanggung jawab untuk membereskan permasalahan
tersebut. Beliau menyita harta para pejabat tersebut yang diperoleh secara tidak benar. Harta
tersebut kemudian disimpan di Baitul Mal dan digunakan untuk kesejahteraan rakyat.
Kebijakan tersebut mendapat tantangan dan perlawanan dari matan penguasan dan
kerabat Utsman bin Affan. Mereka menghasut para Sahabat yang lain untuk menentang
kebijakan Ali bin Abi Thalib. Dan melakukan perlawanan terhadap Khalifah Ali bin Abi Thalib.
Akibatnya terjadi peperangan seperti perang Jamal dan perang Shiffin.
3. Memajukan Bidang Ilmu Bahasa.
Pada saat Khalifah Ali bin Abi Thalib memegang pemerintahan, wilayah Islam sudah
mencapai India. Pada saat itu, penulisan huruf hijaiyah belum dilengkapi dengan tanda baca,
seperti kasrah, fathah, dhomah, dan syaddah. Hal itu menyebabkan banyaknya kesalahan bacaan
teks Al-Qur’an dan hadis di daerah-daerah yang jauh dari Jazirah Arab.
Untuk menghindari kesalahan fatal dalam bacaan Al-Qur’an dan Hadis. Khalifah Ali
bin Abi Thalib memerintahkan Abu Aswad ad-Duali untuk mengembangkan pokok-pokok ilmu
Nahwu, yaitu ilmu yang mempelajarai tata bahasa Arab. Keberadaan ilmu Nahwu diharapkan
dapat membantu orang-orang non Arab dalam mempelajari sumber utama ajaran Islam, yaitu al-
Qur’an dan Hadis.
4. Bidang Pembangunan
Khalifah Ali bin Abi Thalib membangun kota Kuffah secara khusus. Pada awalnya
kota Kuffah disiapkan sebagai pusat pertahanan oleh Mu’awiyah bin Abi Sufyan. Akan tetapi
Kota Kuffah kemudian berkembang menjadi pusat ilmu Tafsir, ilmu Hadis, ilmu Nahwu dan
ilmu pengetahuan lainya. Setelah mengamati prestasi keempat Khalifah, terdapat persamaan
prestasipada penyebaran daerah Islam. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain:
a. Islam mengajarkan semua sendi kehidupan, baik agama, sosial, politik, ekonomi, dan budaya.
b. Kewajiban dakwah bagi pemeluknya merupakan pendorong utama bagi paraSahabat untuk
menyebarkan Islam.
c. Byzantium dan Persia mulai melemah membuat Islam bisa berkembang dengan cepat.
d. Kebebasan beragam bagi masyrakat di Byzantium membuka peluang untuk mengajarkan ajaran
Islam.
e. Penyebaran Islam dilakukan secara simpatik dengan penuh kedamaian. Kekerasan diperlukan
dalam kondisi yang tidak ada pilihan.
f. Bangsa Arab lebih dekat dengan bangsa-bangsa Jazirah.
g. Mesir, Syiria, dan Irak merupakan daerah kaya yang ingin membebaskan diri dari penjajahan
Romawi dan Persia. Sekaligus menjadi penyokong dana dalam menyebarkan Islam.
Tokoh Ilmuwan Muslim pada Masa Bani Abbasiyah

1. Ibnu Sina (370 - 428 H/980 - 1073 M)

Nama lengkap Ibnu Sina adalah Abu Ali Husain Ibnu Abdillah Ibn Sina. Dalam dunia barat
beliau dikenal dengan anam Avvicenna.[1] Lahir pada Shafar 370 H/Agustus 980 M di Ifsyina
(negeri kecil dekat Charmitan), suatu tempat dekat Bukhara.[2] Ibnu Sina mempelajari ilmu
kedokteran pada Isa bin Yahya,[3] umur 17 tahun ia telah dikenal sebagai dokter dan atas
panggilan istana beliau pernah mengobati pangeran Nuh Ibn Mansur sehingga pulih kembali
kesehatannya. Sejak saat itu Ibnu Sina mendapat akses untuk mengunjungi perpustakaan istana
yang terlengkap yaitu Kutub Khana.[4] Ibnu Sina dikenal sebagai Bapak Kedokteran Dunia,
kitabnya yang terkenal adalah Qanun fi Al-Thibb (Dasar-Dasar Ilmu Kedokteran). Ia juga
menulis buku berjudul Asy-Syifa' dan An-Najat.

Ibnu Sina adalah orang pertama yang menemukan peredaran manusia, dimana enam tahun ratus
kemudian disempurnakan oleh William Harvey. Ibnu Sina jugalah yang mengatakan bahwa bayi
selama masih dalam kandungan mengambil makannya lewat tali pusarnya. Ibnu Sina juga yang
pertama kali mempraktekkan pembedahan penyakit-penyakit bengkak yang ganas dan
menjahitnya. Dan ia juga terkenal sebagai dokter ahli jiwa yang kini disebut psikoterapi.
2. Al-farabi (870 M - 950 M)

Al-Farabi merupakan julukan bagi Abu Nasr Ibnu Muhammad ibnu Tarkhan ibnu Auzalagh. Al-
Farabi dilahirkan di sebuah desa bernama Wasij yang merupakan distrik dari kota Farab. Saat ini
kota Farab dikenal dengan nama kota Atrar/Transoxiana tahun 257 H/870 M.[5] Al-Farabi oleh
orang-orang latin abad tengah dijuluki dengan Abu Nashr (Abunaser), sedangkan julukan Al-
Farabi diambil dari nama kota Farab, tempat ia dilahirkan.[6] 

Di usia muda, Al-Farabi hijrah ke Baghdad yang pada waktu itu merupakan pusat ilmu
pengetahuan. Di Baghdad ia belajar kepada Abu Bakar Al-Saraj untuk mempelajari kaidah
bahasa Arab, dan kepada Abu Bisyr Mattius ibnu Yunus (seorang kristen) untuk belajar logika
dan filsafat.[7] Al-farabi dikenal sebagai Guru Kedua dalam filsafat, Al-Farabi memasukkan
ilmu logika dalam kebudayaan Arab.

3. Ibnu Rusyd (526-595 H/1126-1198 M)


Nama Ibnu Rusyd adalah Abu al-Walid Muhammad bin Ahmad bin Muhammad bin Rusyd.
Berasal dari keturunan Arab kelahiran Andalusia.[8] Ibnu Rusyd lahir di kota Cordova tahun
526-595 H atau 1126-1198 M. Ia lahir dan dibesarkan dalam keluarga ahli fiqh. Ayahnya
seorang hakim. Demikian juga kakeknya sangat terkenal dengan sebagai ahli fiqh. Sang kakek
dengan cucunya mempunyai nama yang sama, yaitu Abu al-Walid. Maka untuk
membedakannya, sang kakek dipanggil Abul Walid al-Jadd (kakek), sedang sang cucu Abul
Walid al-Hafidz.[9]

Semenjak kecil Ibnu Rusyd belajar ilmu fiqh, ilmu pasti dan ilmu kedokteran di Sevilla
kemudian berhenti dan pulang ke Cordova untuk melakukan studi, penelitian, membaca buku-
buku dan menulis. Pada usia 18 tahun Ibnu Rusyd bepergian ke Maroko, di mana ia belajar
kepada Ibnu Thufail. Dalam bidang ilmu Tauhid (teologi) ia berpegang pada paham Asy’ariyah
dan hal ini tetap memberikan jalan baginya untuk mempelajari ilmu filsafat. Ringkasnya Ibnu
Rusyd adalah seorang yang ahli dalam bidang filsafat, agama, syari’at, dan kedokteran yang
terkenal pada masa itu.[10]

Ibnu Rusyd belajar matematika, astronomi, filsafat, dan kedokteran kepada Ibnu Basykawal,
Ibnu masarroh dan Abu Ja'far Harun. Beliau dikenal orang barat dengan nama Averroes, lewat
karyanya yaitu Al-Kulliyat yang telah diterjemahkan dalam berbagai bahasa. Pemikiran-
pemikiran Ibnu Rusyd sangat berpengaruh di negara-negara Eropa, dan banyak dikaji di tingkat
universitas. Ia adalah seorang tokoh muslim yang ahli dalam bidang filsafat dan kedokteran.

4. Al-Khawarizmi (780 M - 850 M)


Al Khawarizmi adalah seorang sarjana besar di antara sarjana masyhur pada masanya dan
mempunyai jasa mengenalkan sistem penomoran india yang bermanfaat untuk bangsa Arab dan
dunia Barat.[11] Nama sebenarnya al-Khawarizmi ialah Muhammad Ibn Musa al-khawarizmi.
Selain itu beliau dikenali sebagai Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad bin Yusoff.  Al-
Khawarizmi telah dikanali di Barat sebagai al-Khawarizmi, al-Cowarizmi, al-Ahawizmi, al-
Karismi, al-Goritmi, al-Gorismi dan beberapa cara ejaan lagi. Beliaulah yang menemukan Al
Jabru wal Mukobala. (penjabaran dan penyelesaian). Di nama latinkan menjadi Aljabar.

Al-Khawarizmi dikenal dengan teori Algoritmanya. Selain itu, ia juga menciptakan teori
matematika lain. Misalnya, Aljabar, yang disebut matematika ilmu Hitung. Pada waktu itu
seseorang tidak bisa di sebut sebagai ahli matematika jika tidak mampu menganalisa karya
ilmiah para ahli matematika dulu. Al-Khawarizmi juga menghasilkan ilmu dibidang astronomi,
ia membuat sebuah tabel khusus yang mengelompokan ilmu perbintangan. Pada awal Abad XII,
sejumlah karya al-Khawarizmi diterjemahkan dalam bahasa latin aleh Adelard Of Bal dan
Gerard Of Cremona. Beberapa Universitas di Eropa menggunakan buku karya al-Khawarizmi
sebagai bahan acuan dan buku tugas pelajaran untuk para Mahasiswa hingga memasuki
pertengahan abad ke XVI.[12]

5. Al-Ghazali (1058 M/450 H - 1111 M/ 505 H)

Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al Ghazali ath-Thusi asy-Syafi'i (lahir di Thus; 1058 /


450 H – meninggal di Thus; 1111 / 14 Jumadil Akhir 505 H; umur 52–53 tahun) adalah seorang
filosof dan teolog muslim Persia, yang dikenal sebagai Algazel di dunia Barat abad Pertengahan.
[13]
Beliau mulai menuntut ilmu sejak masa kecilnya yaitu Ilmu Fiqih kepada Al-Imam Ahmad Bin
Muhammad Ar-Rodhakoni di kota Baghdad, lalu Al-ghazali melanjutkan studinya ke negara
Jurjan, beliau belajar kepada Al-Imam Abi Nashr Al-isma'ili, Kemudian Al-Ghazali melanjutkan
studinya ke Kota Naysabur untuk menimba ilmu kepada Al-Imam Al-Haromain Mufti Kota
Mekkah dan Madinah.Beliau mulai menuntut ilmu sejak masa kecilnya yaitu Ilmu Fiqih kepada
Al-Imam Ahmad Bin Muhammad Ar-Rodhakoni di kota Baghdad, lalu Al-ghazali melanjutkan
studinya ke negara Jurjan, beliau belajar kepada Al-Imam Abi Nashr Al-isma'ili, Kemudian Al-
Ghazali melanjutkan studinya ke Kota Naysabur untuk menimba ilmu kepada Al-Imam Al-
Haromain Mufti Kota Mekkah dan Madinah.

6. Ibnu Khaldun

Nama lengkap Ibnu Khaldun adalah Waliyuddin Abdurrahman bin Muhammad bin Muhammad
bin Muhammad bin Hasan bin Jabir bin Muhammad bin Muhammad bin Abdurrahman bin
Khaldun.[14] Beliau dikenal dengan nama Ibnu Khaldun karena dihubungkan dengan garis
keturunan kakeknya yang kesembilan yaitu Khalid bin Usman. Kakeknya ini merupakan orang
pertama yang memasuki negeri Andalusia bersama para penakluk berkebangsaan Arab. Sesuai
dengan kebiasaan orang- orang Andalusia dan Maghribi yang terbiasa menambahkan huruf wow
(‫ )و‬dan nun (‫ )ن‬dibelakang nama-nama orang terkemuka sebagai penghormatan dan takzim,
maka nama Khalid pun berubah kata menjadi Khaldun.[15]
Ibnu Khaldun dilahirkan di Tunisia, Afrika Utara, pada 1 Ramadhan 732 H/27 Mei 1332 M, dan
wafat di Kairo pada 25 Ramadhan 808 H/19 Maret 1406 M.5 Beliau wafat dalam usianya yang
ke-76 tahun (menurut perhitungan Hijriyah) di Kairo, sebuah desa yang terletak di Sungai Nil,
sekitar kota Fusthath, tempat keberadaan madrasah al-Qamhiah dimana sang filsuf, guru, politisi
ini berkhidmat.[16]

Ibnu Khaldun adalah seorang yang memiliki prestasi yang gemilang, beliau sangat mahir dalam
menyerap segala pelajaran yang diterimanya. Sejak masa kanak-kanak ia sudah terbiasa dengan
filsafat, ilmu alam, seni dan kesusastraan yang dengan mudahnya ia padukan dengan bidang
kenegaraan, perjalanan, dan pengalamannya. Wawasan Ibnu Khaldun terhadap beberapa prinsip-
prinsip ekonomi sangat dalam dan jauh kedepan sehingga sejumlah teori yang dikemukakannya
hampir enam abad yang lalu sampai sekarang tidak diragukan merupakan perintis dari beberapa
formula teori modern.

Dunia mendaulatnya sebagai `Bapak Sosiologi Islam’. Sebagai salah seorang pemikir hebat dan
serba bisa sepanjang masa, buah pikirnya amat berpengaruh. Sederet pemikir Barat terkemuka,
seperti Georg Wilhelm Friedrich Hegel, Robert Flint, Arnold J Toynbee, Ernest Gellner, Franz
Rosenthal, dan Arthur Laffer mengagumi pemikirannya. Tak heran, pemikir Arab, NJ Dawood
menjulukinya sebagai negarawan, ahli hukum, sejarawan dan sekaligus sarjana. Dialah Ibnu
Khaldun, penulis buku yang melegenda, Al-Muqaddimah.

7. Al-Kindi

Al-Kindi, alkindus, nama lengkapnya Abu Yusuf Ya`kub ibn Ishaq ibn Sabbah ibn Imran ibn
Ismail al-Ash`ats ibn Qais al-Kindi, lahir di Kufah, Iraq sekarang, tahun 801 M, pada masa
khalifah Harun al-Rasyid (786-809 M) dari dinasti Bani Abbas (750-1258 M).[17] Pendidikan
al-Kindi dimulai di Kufah, dengan pelajaran yang umum saat itu, yaitu al-Qur’an, tata bahasa
Arab, kesusasteraan, ilmu hitung, fiqh dan teologi. Yang perlu dicatat, kota Kufah saat itu
merupakan pusat keilmuan dan kebudayaan Islam, di samping Basrah, dan Kufah cenderung
pada studi keilmuan rasional (aqliyah).[18] Kondisi dan situasi inilah tampaknya yang kemudian
menggiring Al-Kindi untuk memilih dan mendalami sains dan filsafat pada masa-masa
berikutnya.

Al-Kindi meninggalkan banyak karya tulis. Setidaknya ada 270 buah karya tulis yang
teridentifikasi, yang dapat diklasifikasi dalam 17 kelompok: (1) filsafat, (2) logika, (3) ilmu
hitung, (4) globular, (5) music, (6) astronomi, (7) geometri, (8) sperikal, (9) medis, (10)
astrologi, (11) dialektika, (12) psikologi, (13) politik, (14) meteorology, (15) besaran, (16)
ramalan, (17) logam dan kimia.10 Cakupan karya-karya tersebut menunjukkan luasnya wawasan
dan pengetahuan al-Kindi. Beberapa karyanya telah diterjemahkan oleh Gerard (1114–1187 M),
tokoh dari Cremona, Italia, ke dalam bahasa Latin dan memberi pengaruh besar pada pemikiran
Eropa abad-abad pertengahan. Karena itu, Gerolamo Cardano (1501-1576 M), seorang tokoh
matematika asal Italia, menilai al-Kindi sebagai salah satu dari 12 pemikir besar dunia yang
dikenal di Eropa saat itu.[19]
Tokoh Ilmuwan Muslim Pada Masa Dinasti Bani Umayyah (Lengkap)

Diantara tokoh ilmuwan Muslim pada zaman Dinasti Bani Umayyah yaitu sebagai berikut:

Dalam Bidang Ilmu Fiqih

Berikut ini adalah tokoh dalam bidang ilmu fiqih.

1. Imam Hanafi

Pendiri madzhab Hanafi ini diberi gelar “Imam Ahlur Ra’yi” karena ia lebih banyak memakai
argumentasi akal dari pada ulama, namun ia tetap mengacu pada sumber hukum Islam, seperti
Al-Qur’an dan Hadits, fatwa sahabat, ijma’, qiyas, istihsan serta urf. Kitab-kitab yang  beliau
tulis diantaranya:

Al-Faraid ⇒ Yakni kitab khusus membicarakan tentang waris dan segala bentuk ketentuan-
ketentuannya menurut hukum Islam.

 Asy-Syurut ⇒ Kitab yanng membahas tentang perjanjian dalam suatu akad atau
transaksi
 Al-Fiqhul Akbar ⇒ Kitab yang membahas tentang teologi dan ilmu tauhid.

2. Imam Malik

Yakni seorang mujtahids besar dan ahli dalam bidang fiqih dan hadits sekaligus pendiri madzhab
Maliki.

Imam Malik dalam menetapkan hukum  menggunakan sumber-sumber dari Al-Qur’an, Hadits,
atsar, tradisi masyarakat Madinah, qiyas, dan al-maslahah al-mursalah. Karyanya yang terkenal
adalah “Al-Muwatta” yakni kitab yang mencakup segala hal dalam masalah fiqih.

Dalam Bidang Taswuf

Berikut ini adalah tokoh dalam bidang tasawuf.

1. Hasan al-Basri

Ialah seorang ahli tasawuf. Pada tahun 37 H, setelah perang siffin, ia pindah ke Basrah dan
disanalah ia memulai karirnya sebagai seorang ulama dan zahid yang sangat berpengaruh. Inti
ajaran beliau ialah  al-Khauf wal Raja’ yakni takut terhadap siksaan Allah SWT. dan berharap
akan janji dan balasan kebaikan dari Allah SWT. Dengan konsep tersebut, manusia dapat
terhindar dari perbuatan maksiat dan senantiasa beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.
2.  Rabi’ah al-Adawiyah

Ia adalah seorang sufi wanita yang termasyhur sepanjang sejarah. Konsep pemikirannya sangat
terkenal dan menjadi suatu terobosan sufisme yang sangat monumental. Konsep sufi yang
diterapkannya adalah konsep mahabbah yaki tentang rasa cinta kepada Allah SWT. Konsep
tersebut mengajarkan bahwa tidak ada sesuatu yang patut dicintai kecuali Allah SWT. semata
dan ibadah yang dilakukan oleh seorang hamba harus didasari dengan kecintaan kepada-Nya
agar dalam beribadah disertai dengan rasa senang dan keikhlasan.

Dalam Bidang Ilmu Hadits

Berikut ini adalah tokoh dalam bidang hadits.

1. Abu Hurairah

Beliau sangat termasyhur dan paling banyak dalam meriwayatkan hadits-hadits rasul. Menurut
Imam Bukhari, tidak kurang dari 800 hadits yang dihafal oleh Abu Hurairah.

Dari Abu Hurairah banyak sekali hadits yang diterima oleh para tabi’in dan ulama ketika itu
untuk dikaji dan dijadikan dasar hukum. Para tabi’in yang juga berperan dalam pengembangan
ilmu hadits zaman Bani Umayyah yakni sebagai berikut:

 Umar bin Abdul Aziz, seorang khalifah dan ulama besar yang memprakasai kodifikasi
hadits ketika menjabat sebagai khalifah.
 Ikrimah, seorang ulama besar dari Mekah.
 Abu Qatadah dan Muhamad Sirin, ulama dari Basrah.
 Asy-Sya’ibi dan an-Nakhari, dari Kufah.
 Abu Khair Marsad dan Yazid bin Habib, ulama hadis dari Mesir.
 Thawus bin Kaisan al-Yamani dan Ibnu Munabbin, dari Yaman.

Dalam Bidang Tafsir

Berikut ini adalah tokoh dalam bidang tafsir.

Ilmu tafsir adalah ilmu yang mengkaji makna dan tujuan yang terkandung dalam Al-Qur’an
sesuai dengan kemampuan akal manusia. Diantara mereka yang berjasa dalam lahirnya dan
berkembangnya ilmu tafsir adalah sebagai berikut:

 Abdullah bin Abbas dari Madinah


 Abdullah bin Mas’ud dari Mekah
 Sa’ad bin Jabir
 Al-Asmi dan Mujahid muridnya Ibnu Abbas.

Itulah beberapa tokoh ilmuwan Muslim yang sangat berperan penting dalam peradaban Islam di
zaman Dinasti Bani Umayyah.

Anda mungkin juga menyukai