Anda di halaman 1dari 17

Makalah

Islam Masa Utsmani, Syafawi, Mughal


Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah : Sejarah Peradaban Islam
Dosen Pengampu : Eka Yudha W, M.A

Disusun Oleh :

Afandra Aadiyaat Rafli (205221005)

Fauzi Zaki Razaq (205221013)

Achmad Safei (205221019)

Gilang Ramadhan (205221028)

Kelas 2A

Program Studi Akuntansi Syariah

Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam

Institut Agama Islam Negeri Surakarta


Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Masa Utsmani, Syafawi, dan Mughal
ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada
matkul sejarah peradaban islam. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Eka Yudha Wibowo, selaku dosen sejarah
peradaban islam yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Boyolali,19 April 2021

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI………………………………………………………………..……..3
BAB 1 PENDAHULUAN…………………………………………………….….3
A. Latar Belakang………………………………………………………….…3
B. Rumusan Masalah…………………………………………………............3
BAB 2 PEMBAHASAN……………………………………………………….….4
1. Perkembangan islam pada masa Utsmani…………………………………4
2. Perkembangan islam pada masa Syafawi………………………………….8
3. Perkembangan islam pada masa Mughal…………………………………11
BAB 3 PENUTUP………………………………………………………………..15
KESIMPULAN…………………………………………………………………..15
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………17

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Dalam sejarah telah kita ketahui bersama, bahwa Islam sempat memiliki
peradaban yang sangat maju, yaitu pada masa Dinasti Abassiyah. Lebih tepatnya
lagi ketika Khalifah Harun Al Rasyid dan anaknya Al Ma'mun memipin, pada
sekitar abad ke 8 Masehi hingga abad ke 13 Masehi. Harun Al Rasyid dan
anaknya Al Ma'mun memiliki cita-cita yang besar yaitu untuk membangun sebuah
peradaban Islam yang menjunjung tinggi ilmu pengetahuan. Namun sayangnya
zaman keemasan Islam ini harus berakhir. Terdapat beberapa faktor yang menjadi
penyebab berakhirnya zaman keemasan Islam ini. Namun, yang paling signifakan
adalah akibat adanya serangan dari bangsa Mongol yang menghancurkan Baghdad
beserta dengan perustakaan dan pusat ilmu pengetahuan terlengkap pada masa itu,
Bayt Al Hikmah. Serangan dari bangsa Mongol ini juga menyebabkan kekuatan
politik Islam menjadi terpecah belah. Dimana wilayah kekuasaan Islam tidak lagi
berada dalam satu kesatuan besar, yang dipimpin oleh satu pemimpin yang
menjadi khilafah sebagai pusat pemerintahan. Kondisi politik Islam mulai
berkembang kembali dan mulai menunjukan kemajuan setelah munculnya tiga
kerajaan besar Islam yang letaknya saling berjauhan. Ketiga kerajaaan besar
tersebut, Kerajaan Usmani di Turki, Kerajaan Mughal di India, dan Kerajaan
Syafawi di Persia.

B. Rumusan Masalah
1) Bagaimana sejarah berdirinya Kerajaan Utsmani, Syafawi, dan Mughal?
2) Bagaimana sistem pemerintahan pada masa Utsmani, Syafawi, dan Mughal?
3) Apa saja kemajuan yang diraih Kerajaan Utsmani, Syafawi, dan Mughal?
4) Apa penyebab keruntuhan Kerajaan Utsmani, Syafawi, dan Mughal?

C. Tujuan
1) Mengetahui sejarah berdirinya Kerajaan Utsmani, Syafawi, dan Mughal
2) Mengetahui sistem pemerintahan pada masa Utsmani, Syafawi, dan Mughal
3) Mengetahui kemajuan yang diraih oleh Kerajaan Utsmani, Syafawi, dan
Mughal
4) Mengetahui penyebab keruntuhan Kerajaan Utsmani, Syafawi, dan Mughal
BAB 2
PEMBAHASAN

1) Perkembangan Islam Masa Utsmaniyyah


A. Sejarah Berdirinya Kerajaan Utsmaniyyah
Pendiri kerajaan ini adalah bangsa Turki dari kabilah Oghus, yang mendiami
daerah Mongol dan daerah Utara negeri Cina, yang dipimpin Suleiman. Ia mengajak
sukunya untuk menghindari serbuan bangsa Mongol yang menyerang dunia Islam
pada Tahun 1219-1220 M. Mereka pergi ke arah barat dan meminta perlindungan
kepada Jalaluddin, pemimpin terakhir dinasti Khawarizm di Transoxania. Jalaluddin
menyuruh mereka agar pergi ke arah barat (Asia Kecil). Setelah penyerangan Mongol
mereda, Suleiman menyeberang sungai Eufrat untuk kembali ke tanah airnya, namun
ia tenggelam. Ia memiliki empat putra yang bernama Shunkur, Gundogdur, Erthugrul,
dan Dundar. Dua putranya yang pertama kembali ke tanah airnya, sementara dua yang
terakhir menetap di Asia kecil. Kelompok kedua ini berjumlah 400 keluarga yang
dipimpin oleh Erthgrul bin Suleiman. Mereka mengabdikan dirinya kepada sultan
Alauddin II dari dinasti Saljuk. Peran Erthugrul sangat besar dalam membantu sultan
Alauddin II ketika peperangan menghadapi bangsa Romawi yang berkuasa di
Romawi Timur (Byzantium), hingga mencapai kemenangan. Sebagai ucapan terima
kasih, sultan Alauddin menghadiahkan sebidang tanah yang berbatasan dangan
Byzantium. Sejak saat itu, Erthugrul terus membina wilayah barunya dan berusaha
memperluas wilayahnya dengan merebut wilayah Byzantium.
Setelah Erthugrul wafat, kepemimpinanya ini diteruskan oleh anak
pertamanya Utsman, yang diperkirakan lahir pada 1258 M. Dan mendapatkan
dukungan dari dinasti Saljuk. Nama Utsman inilah yang kelak menjadi nama kerajaan
Tuki Utsmani. Utsman juga dianggap sebagai pendiri dinasti Utsmani. Pengabdian
Utsman terhadap sultan Alauddin sangat besar, ia berhasil menaklukan benteng-
benteng Byzantium yang berdekatan dengan Berossa. Sehingga sultan semakin
bersimpati dan memberikan hak istimewa kepadanya. Bahkan Utsman diangkat
sebagai gubernur dan namanya disebut dalam setiap doa khutbah Jumat. Pada tahun
1300 M, bangsa Mongol melakukan penyerangan ke wilayah dinasti Saljuk,
menyebabkan terbunuhnya sultan Saljuk tanpa meninggalkan pewaris tahta. Dalam
kekosongan itulah, Utsman memerdekakan wilayahnya dan bertahan dari serangan
Mongol. Utsman memproklamirkan kemerdekaan wilayahnya dengan nama Turki
Utsmani. Pada awalnya kerajaan Turki Utsmani hanya memiliki wilayah yang kecil,
namun dengan adanya dukungan militer, tak lama kemudian Utsmani menjadi
kerajaan yang sangat besar dan bertahan dalam kurun waktu yang cukup lama.
Setelah Utsman meninggal pada 1326 M, kedudukanya digantikan oleh
anaknya Orkhan di usianya 42 tahun. Pada masanya ini tentara Islam pertama kali
masuk Eropa. Okhan juga berhasil mereformasi dan membentuk tiga pasukan utama
yaitu; tentara Shipai (tentara reguler) tentara yang digaji setiap bulanya, tentara Hazeb
(tentara ireguler) tentara yang digaji saat mendapat harta rampasan, tentara Janissary
tentara yang direkrut sejak berumur 12 tahun, kebanyakan adalah anak-anak Yahudi,
yang dibimbing dengan disiplin dan ketat. Kerajaan Turki Utsmani juga pernah
mengalami kakalahan di masa pemerintahan sultan Bayazid I dalam pertempuran
melawan Timur Lenk pada tahun 1396 M. Bayazid dan kedua putranya Musa dan
Erthugrul ditawan oleh Timur Lenk, dan akhirnya Bayazid meninggal dalam
tawananya pada tahun 1402 M. Kerajaan Utsmani bangkit kembali dan mencapai
kegemilanganya pada masa pemerintahan sultan Muhammad II. Ia digelari al-Fatih
(sang penakluk), karena pada masanya itu berlangsung ekspansi Islam secara besar-
besaran. Kota penting yang berhasil ditaklukan adalah Konstantinopel pada tahun
1453 M. Dengan demikian, usaha menaklukan atas kerajaan Romawi Timur yang
telah berulang kali dilakukan oleh pasukan Muslim sejak masa dinasti Umayyah
telah tercapai. Konstantinopel dijadikan ibu kota kerajaan dan Gereja Aya Sofya
(Hagia Sophia) dijadikan sebuah masjid. Meskipun Konstaninopel sudah ditaklukan
oleh pasukan Muslim, sultan Muhammad II memberi kebebasan beragama bagi
masyarakat setempat.
Puncak kejayaannya kerajaan Turki Utsmani tercapai pada masa pemerintahan
Suleiman I. Ia digelari al-Qanuni karena ia berhasil membuat undang-undang yang
mengatur masyarakat. Orang barat menyebutnya sebagai Suleiman yang agung, The
Magnificent. Pada masanya wilayahnya meliputi daratan Eropa hingga Austria, Mesir,
dan Afrika Utara hingga ke Aljazair dan Asia hingga Persia, serta meliputi Lautan
Hindia, Laut Arabia, Laut Merah, Laut Tengah, dan Laut Hiram.

B. Sistem Pemerintahan
Sistem pemerintahan pada masa Dinasti Utsmani menggunakan sistem
pemerintahan monarki, yaitu kekuasaan yang didasarkan pada hubungan darah atau
keturunan yang lebih dikenal dengan sistem kerajaan. Sehingga pada sistem ini pada
proses pemilihan pemimpin negara tidak menggunakan asas demokrasi yang
melibatkan rakyat pada proses sistem politik. Pada sistem monarki supremasi tertinggi
adalah seorang raja. Dapat dilihat dari peristiwa wafatnya Sultan Salim I pada tanggal
9 Syawal 926 H atau 1520 H. Keturunan selanjutnya dari Sultan Salim I adalah
Sulaiman sehingga sebagai putra mahkota sulaiman langsung mengambil kekusaan
dan naik tahta pada tanggal 20 september 1520 M delapan hari setelah ayahnya turun
tahta akibat wafat. Proses ba'iat Sulaiman Al-Qanuni sebagai sultan dilakukan di
Masjid Abu Ayyub di Konstantinopel. Di Masjid Abu Ayyub ini semua proses bai’at
terhadap putra mahkota dilakukan secara turun temurun.
Sistem politik Totaliter yang dianut pada dinasti Utsmani yang berarti segala
kebijakan serta peraturan yang berlaku di masyarakat berasal dari satu sumber
tertinggi yaitu Raja atau Sultan. Pada masa tersebut juga belum mengenal proses
politik yang melibatkan masyarakat seperti dalam kegiatan pemilu. Raja memilki hak
untuk menetukan sikap politik kerajaan baik dalam bidang ekonomi, poltik, hukum
dan militer.

C. Kemajuan
1. Bidang Pemerintahan Militer
Kekuatan militer terorganisir dengan baik, dilakukannya pembaruan dalam tubuh
organisasi militer, tidak hanya dalam bentuk personel-personel pimpinan, tetapi juga
diadakan perombakan dalam keanggotaan. Bangsa-bangsa non-turki dimasukkan
sebagai anggota, bahkan anak-anak kecil Kristen yang masih kecil diasramakan dan
dibimbing dalam suasana Islam untuk dijadikan prajurit. Pasukan ini disebut pasukan
Janissary atau al-Inkisyaryiah, pasukan inilah yang dapat menguabah dinasti Utsmani
menjadi kesatuan militer perang yang sangat kuat, dan memberikan dorongan untuk
menaklukan negara-negara nonmuslim. Pada masa kesultanan Muhammad II, dibuat
sebuah meriam dengan ukuran super besar, yang belum pernah ada sebelumnya. Dan
dibuatnya mesiu untuk meriam oleh insinyur Islam Hasan ar-Rahman Najmuddin al-
Ahdab, dan ilmu-ilmu persenjataan lainya.
2. Bidang Maritim
Pada masa sultan Muhammad II, laut dalam golden Horn menjadi pusat
perindustrian dan gudang persenjataan maritim. Maritim Turki mendominasi Laut
Hitam dan Otranto. Kemudian di masa Sultan Salim, persenjataan maritim diperluas
dari Galatha sampai ke sungai Kagithane. Dilengkapi dengan kapal laut terbesar di
dunia abad ke 16-M, Turki Utsmani telah menguasai Mediterania, Laut Hitam, dan
Samudera Hindia.
3. Bidang Pendidikan serta Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Dari aspek-aspek intelektual yang dicapai pada abad ke 19-M, terdapat tiga buah
surat kabar, yaitu: harian berita Takvini Veka (1831), Jurnal Tasviri Efkyar (1862),
dan Jurnal Terjumani Ahval (1860). Kemudian terjadi transformasi pendidikan
dengan membangun sekolah-sekolah dasar dan menengah (1861), dan perguruan
tinggi (1869), dan juga mendirikan fakultas kedokteran dan fakultas hukum. Di masa
Mahmud II kurikulum ditambah dengan kurikulum umum.
4. Bidang Seni dan Kebudayaan
Munculnya tokoh-tokoh penting, pada abad ke 17 muncul penyair terkenal, yaitu Nafi
(1582-1636). Nafi juga bekerja pada Murad Pasya dengan menghasilkan sastra-sastra
kaside yang mendapat tempat di hati para sultan. Dalam seni arsitektur bangunan
Utsmaniyah memiliki madzhab tersendiri yang disebut gaya Utsmani.

D. Penyebab Kemunduran Dinasti Utsmani


Peradaban Turki Usmani sangat maju, mengalahkan kerajaan-kerajaan Eropa. Di
masa kepemimpinan Sultan Sulaiman I (1520-1566), kebudayaan, ilmu pengetahuan,
dan perdagangan berkembang pesat. Namun setelah sang Sultan wafat, Turki Usmani
mengalami kemunduran. Seperti peradaban hebat lainnya, Turki Usmani runtuh juga.
ada beberapa faktor yang menyebabkan kemunduran Turki Usmani:
a. Pengganti Sultan Sulaiman I tidak ada yang cakap dalam mengendalikan
sistem pemerintahan
b. Pengangkatan bawahan tidak lagi didasarkan pada kemampuan mengatur
daerah, namun pada perasaan suka atau tidaknya sang sultan
c. Korupsi merajalela dan gaya hidup berfoya-foya. Sikap ini menyimpang dari
ajaran Islam
d. Terjadi pemberontakan pasukan bayaran yang membangkang
Selain disebabkan kesalahannya sendiri, ada faktor eksternal yang mendorong
kemunduran Turki Usmani:
a. Ancaman dari Dinasti Shafawi yang semakin kuat Beberapa daerah di
Semenanjung
b. Balkan berturut-turut melepaskan diri dari Kekaisaran Usmani
c. Kekalahan dalam perang melawan Rusia di abad ke-18
2) Perkembangan Islam masa Syafawi
A. Sejarah berdirinya Kerajaan Syafawi
Berdirinya Dinasti Safawiyah berawal dari gerakan tarekat yang diberi nama
Safawiyah. Gerakan ini muncul di Persia, tepatnya di Ardabil, sebuah kota di
Azerbaijan. Wilayah ini banyak ditinggali oleh suku Kurdi dan Armen. Nama
Safawiyah dinisbahkan kepada nama salah seorang guru Sufi di Ardabil bernama
Syekh Ishak Safiuddin atau Shafi Ad-Din. Menurut riwayat, ia adalah keturunan dari
Musa al-Khadim, imam ketujuh Syi’ah Itsna ‘Asyariyah. Shafi Ad-Din berasal dari
keturunan orang yang berada dan memilih sufi sebagai jalan hidupnya. Gurunya
bernama Syaikh Tajuddin Ibrahim Zahidi (1216-1301 M) yang dikenal dengan
julukan Zahid Al-Gilani. Dikarenakan prestasi dan ketekunannya dalam kehidupan
tasawuf, Shafi Ad-Din diambil menantu oleh gurunya tersebut. Shafi Ad-Din
mendirikan tarekat Safawiyah setelah ia menggantikan guru dan sekaligus mertuanya
yang wafat pada tahun 1301 M. Pengikut tarekat ini sangatlah teguh memegang ajaran
agama. Pada mulanya gerakan tasawuf Safawiyah bertujuan memerangi orang-orang
ingkar, kemudian memerangi golongan yang mereka sebut “Ahli Bid’ah”.Tarekat
yang dipimpin Shafi Ad-Din ini semakin penting terutama setelah mengubah bentuk
tarekat itu dari pengajian tasawuf murni yang bersifat lokal menjadi gerakan
kenamaan yang besar pengaruhnya di Persia, Syria dan Anatolia. Di negeri-negeri di
luar Ardabi, Shafi Ad-Din menempatkan seorang wakil untuk memimpin murid-
muridnya. Wakil tersebut diberi gelar khalifah dan nantinya akan menjadi komandan
perang.
Kemudian murid-murid tarekat mendukung tarekat Safawiyah untuk
menghimpun kekuatan dengan menjadi tentara dan sangat fanatik kepada
keyakinannya. Bahkan, mereka juga menentang orang-orang yang tidak sepaham
dengan mereka. Tarekat Safawiyah banyak diterima oleh masyarakat sehingga tarekat
ini mengubah model gerakan spiritual keagamaan menjadi gerakan politik. Hal ini
mulai tampak ketika gerakan tarekat dipimpin oleh Junaid 1447-1460 M. Junaid
memperluas kegiatan politik pada kegiatan keagamaan. Perluasan kegiatan ini
mendapatkan hambatan-hambatan. Salah satunya dari penguasa Qara Qayunlu dan
Aq- Qayunlu yang merupakan dua suku terkuat Turki. Sehingga terjadi konflik antara
Junaid dengan penguasa Turki.
Keterlibatan tarekat Safawiyah dalam perpolitikan yang semakin besar
mengantarkan tarekat Safawiyah berhadapan dengan kekuatan besar yang berkuasa
saat itu yaitu Turki Utsmani. Pada saat Junaid memiliki konflik dengan Qara Qayunlu,
ia mengalami kekalahan dan diasingkan ke suatu tempat.Di tempat itu Junaid
mendapat perlindungan dari penguasa Diyar Bakr yang juga bangsa Turki. Junaid
tinggal di istana Uzun Hasan yang pada saat itu menguasai sebagian Persia. Selama
dalam pengasingan, Junaid tidak tinggal diam. Ia mempersunting salah seorang
saudara perempuan Uzun Hasan. Pada tahun 1459 M, Junaid mencoba merebut
Ardabil tetapi gagal. Lalu pada tahun 1460 M Junaid mencoba merebut kota Sircassia
tetapi pasukan yang dipimpinnya dihadang oleh tentara Sirwan. Junaid pun pada
akhirnya terbunuh dalam pertempuran tersebut.
Tampuk kepemimpinan gerakan Safawi selanjutnya diberikan kepada putera
Junaid, Haidar, tetapi Haidar masih sangat kecil pada waktu itu. Setelah menunggu
beberapa tahun, Haidar sudah cukup dewasa dan mempersunting salah satu putri
Uzun Hasan. Dari perkawinan tersebut lahirlah Ismail yang di kemudian hari menjadi
pendiri dinasti Safawi di Persia.

B. Perkembangan dan Kemajuan Dinasti Syafawi


Pada saat Ismail I berkuasa selama kurang lebih 23 tahun (1501-1524 M) ia
berhasil memperluas wilayah kekuasaannya, ia juga dapat menghancurkan sisa-sisa
kekuasaan Aq-qayunlu di Hamadan 1503 M, menguasai provinsi Kaspia di
Nazandaran, Gurgan dan Yazd pada tahun 1504 M, Diyar Bakr 1505-1507, Baghdad
dan daerah barat daya persia pada tahun 1508 M, Sirwan 1509 M dan Khurasan pada
tahun 1510 M. Ismail I hanya memerlukan waktu selama sepuluh tahun untuk
menguasai seluruh Persia. Ambisi politik mendorong Ismail I adalah untuk
memperluas daerah kekuasaannya ke Turki Utsmani, namun karena Turki Utsmani
merupakan dinasti yang sangat kuat pada masa itu akhirnya Ismail I mengalami
kekalahan. Kekalahan itu meruntuhkan kebanggaan dan kepercayaan diri Ismail.
Akibatnya, kehidupannya menjadi berubah. Ismail I lebih suka berfoya-foya dan
keadaan tersebut menimbulkan dampak negatif bagi Dinasti Safawiyah, yaitu
timbulnya perebutan kekuasaan diantara pimpinan-pimpinan suku-suku Turki,
pejabat-pejabat Persia, dan Qizilbash. Sepeninggal Ismail I, kekuasaan Dinasti
Safawiyah dilanjutkan oleh Tahmasp I (1524-1576 M), lalu setelah itu dilanjutkan
oleh Ismail II (1576-1577 M) dan Muhammad Khubanda (1577-1587 M). Namun,
pada pemerintahan ketiga sultan tersebut Dinasti Safawiyah mengalami kemunduran.
Kemunduran tersebut terus berlangsung sampai pada akhirnya Abbas I naik tahta.
Pada masa Abbas I, Dinasti Safawiyah perlahan-lahan mengalami kemajuan.
Langkah-langkah yang ditempuh Abbas I dalam memajukan dinasti Safawiyah
diantaranya adalah :
 Berusaha menghilangkan dominasi Qizilbash atas Dinasti Safawiyah
dengan cara membentuk pasukan-pasukan baru yang anggotanya terdiri
dari budak-budak yang berasal dari tawanan-tawanan bangsa Georgia,
Armania, dan Sircassia yang ada sejak pemerintahan Tahmasp I.
 Mengadakan perjanjian damai dengan Turki Utsmani. Di samping itu,
Abbas I berjanji untuk tidak akan menghina tiga khalifah pertama dalam
Islam yaitu Abu Bakar, Umar bin Khattab dan Utsman bin Affan dalam
khutbah-khutbah Jum’at. Sebagai jaminan atas syarat-syarat tersebut,
Abbas I menyerahkan saudara sepupunya yaitu Haidar Mirza sebagai
sandera di Istanbul.
Setelah Dinasti Safawiyah menjadi kuat kembali, Abbas I mulai melakukan
ekspansi dan merebut kembali wilayah-wilayah kekuasaannya yang telah hilang.
Abbas I juga melakukan penyerangan kepada Turki Utsmani. Pada saat itu Turki
Utsmani dibawah kepemimpinan Sultan Muhammad II, Abbas I menyerang Turki
Utsmani dan berhasil menaklukan wilayah Tabriz, Sirwan, dan Baghdad. Seterlah itu
Abbas I juga berhasil menguasai kota Nakhchivan Erivan, Ganja dan Tiflish pada
tahun 1605-1606 M. Pada tahun 1622 M, Abbas I berhasil merebut kepulauan
Hurmuz dan mengubah pelabuhan Gumrun menjadi pelabuhan Abbas. Pada
pemerintahan Abbas I merupakan puncak kejayaan Dinasti Safawiyah. Secara politik
Abbas I dapat mengatasi berbagai kemelut di dalam negeri yang mengganggu
stabilitas negara dan berhasil merebut kembali wilayah-wilayah yang dulu pernah
direbut dinasti lain pada pemerintahan sultan-sultan sebelumnya. Kemajuan lain yang
dicapai Dinasti Safawiyah antara lain:
 Bidang Ekonomi
Setelah Abbas I berhasil merebut kepulauan Hurmuz dan mengubah
pelabuhan Gumrun menjadi pelabuhan Abbas, maka jalur dagang yang
biasa diperebutkan oleh Belanda, Inggris dan Perancis sepenuhnya berhasil
dikuasai oleh dinasti ini.
 Bidang Pendidikan
Pada Dinasti Safawiyah muncul banyak sekali ilmuwan-ilmuwan
terkenal diantaranya Baha’ al-Dîn al-‘Amili (generalis ilmu pengetahuan),
Sadr al-Dîn al-Syîrâzî (filsuf) dan Muhammad Baqir ibn Muhammad
Damad (filsuf, ahli sejarah, teolog, yang pernah mengadakan observasi
atas kehidupan lebah).
 Bidang Pembangunan Fisik Tata Kota dan Seni
Para penguasa dinasti ini mengubah Isfahan, yang merupakan ibu kota
dinasti ini menjadi kota yang sangat indah. Isfahan merupakan kota yang
sangat penting bagi tujuan politik dan ekonomi. Di kota tersebut berdiri
bangunan-bangunan megah seperti masjid, rumah sakit, sekolah-sekolah,
jembatan raksasa di atas Zende Rud, dan istana Chihil Satun. Kota Isfahan
semakin indah dengan dibuatnya taman-taman wisata. Ketika Abbas I
wafat, di Isfahan terdapat 162 masjid, 48 akademi, 1802 penginapan, dan
273 pemandian umum. Pada bidang seni, terlihat dari arsitektur bangunan-
bangunannya yaitu seperti yang terlihat pada masjid Shah dan masjid
Syaikh Lutf Allah. Unsur seni lainnya juga terlihat pada hasil kerajinan
tangan, keramik, permadani, karpet, pakaian, tembikar dan lain-lain. Seni
lukis juga sudah mulai muncul pada masa ini tepatnya pada saat sultan
Tahmaps I berkuasa.

C. Kemunduran Dinasti Syafawi


Kerajaan Safawiyah mengalami kemunduran pasca pemerintahan Abbas I.
Enam sultan setelahnya tidak mampu untuk mempertahankan kemajuan yang sudah
diraih oleh pendahulunya. Para Sultan juga lemah dalam memimpin dan memiliki
sifat buruk yang juga mempengaruhi jalannya pemerintahan. Sehingga kerajaan
Safawiyah banyak mengalami kemunduran dan tidak mengalami perkembangan.
Sepeninggal Abbas I, pemerintahan diambil alih oleh Safi Mirza (1628-1642), ia
merupakan cucu dari Abbas I. Pada masa pemerintahannya, ia dikenal sebagai sultan
yang lemah dan kejam terhadap para pembesar-pembesar kerajaan.Ia juga tidak
mampu mempertahankan kemajuan-kemajuan yang berhasil dilakukan Abbas I.
Selain itu, kota Kandahar berhasil dikuasai oleh Dinasti Mughal dipimpin oleh Sultan
Syah Jihan. Begitu pula dengan Baghdad yang berhasil direbut oleh Turki Utsmani.
Setelah Safi Mirza, pemerintahan dipegang oleh Abbas II (1642-1667). Ia adalah
sultan yang suka minum-minuman keras, suka menaruh curiga terhadap para
pembesar dan memperlakukannya dengan kejam.Rakyatpun tidak begitu peduli
dengan pemerintahan Abbas II. Abbas II meninggal dikarenakan sakit. Selanjutnya
dipimpin oleh Sulaiman (1667-1694), ia memiliki kebiasaan buruk seperti Abbas II
yang juga seorang pemabuk. Banyak terjadi penindasan dan pemerasan. Terutama
terhadap para ulama dan penganut paham Sunni serta cenderung memaksakan paham
Syiah. Sehingga tidak ada perkembangan yang berarti pada masa pemerintahannya.
Keadaan semakin bertambah buruk pada masa pemerintahan Husein ( 1694-
1722). Ia memberikan kebebasan kepada para ulama Syiah untuk memaksakan paham
Syiah dan pendapatnya terhadap penganut Sunni. Hal ini memicu kemarahan dari
golongan Sunni di Afghanistan, sehingga mereka melakukan pemberontakan. Bangsa
Afghan melakukan pemberontakkan pertama kali pada tahun 1709 dipimpin Mir Vays
dan berhasil merebut wilayah Qandahar. Disisi lain pemberontakan terjadi di Herat
yang dilakukan oleh suku Ardabil Afghanistan dan berhasil menduduki Marsyad.Mir
Vays diganti oleh Mir Mahmud dan ia dapat mempersatukan pasukannya dan pasukan
Ardabil. Sehingga ia mampu merebut kembali wilayah-wilayah Afghan dari
kekuasaan Safawiyah. Syah Husein merasa terdesak karena ancaman-ancaman dari
Mir Mahmud. Akhirnya, Syah Husein mengakui kekuasaan dan mengangkat Mir
Mahmud menjadi Gubernur di Qandahar dengan gelar Husein Quli Khan (budak
Husein).Kekuasaan ini dimanfaatkan oleh Mir Mahmud untuk memperluas wilayah.
Ia berhasil merebut Kirman dan Isfahan serta kembali memaksa Syah Husein untuk
menyerah tanpa syarat. Pada tanggal 12 Oktober 1722 M, Syah Husein menyerah dan
pada 25 Oktober Mir Mahmud memasuki kota Isfahan dengan penuh
kemenangan.Kemudian Mir Mahmud digantikan oleh Asyraf untuk menguasai
Isfahan. Pemerintahan selanjutnya dilanjutkan oleh salah seorang putera Husein
bernama Tahmasp II (1722-1732), ia mendapat dukungan penuh dari suku Qazar dari
Rusia. Dengan demikian, ia memproklamasikan dirinya sebagai penguasa yang sah
dengan pusat pemerintahan di kota Astarabad. Tahmasp II melakukan kerjasama
dengan Nadir Khan dari suku Afshar untuk menaklukan bangsa Afghan yang berada
di Isfahan pada tahun 1726 M. Pasukan Nadir Khan berhasil merebut Isfahan pada
tahun 1729 M. Asyraf terbunuh dalam peperangan itu. Dinasti Syafawiyah kembali
berkuasa. Namun, Tahmasp II dipecat oleh Nadir Khan dan digantikan oleh Abbas III
(1733-1736) yang merupakan anak dari Nadir Khan. Anaknya masih sangat kecil,
sehingga pada 8 Maret 1736, Nadir Khan mengangkat dirinya sendiri sebagai sultan.
Pada masa pemerintahan Nadir Khan, Dinasti Safawiyah berhasil ditaklukan oleh
Dinasti Qazar. Maka berakhirlah kekuasaan Dinasti Safawiyah di Persia.

3) Perkembangan Islam masa Kerajaan Mughal


A. Sejarah berdirinya Kerajaan Mughal
Dinasti Mughal merupakan dinasti yang diperintah oleh raja-raja yang berasal
dari daerah Asia Tengah, keturunan Timur Lenk. Timur Lenk adalah seorang muslim
yang fanatik. Ia mengadakan ekspansi ke India tahun 1398 M. Namun pada saat itu Ia
tidak berambisi menguasai India sepenuhnya, jadi Ia hanya mengangkat seorang
gubernur untuk memimpin Multan, India. Sementara generasi kelima dari Timur
Lenk, yakni Zahiruddin Babur-lah yang berusaha ingin menguasai India secara
menyeluruh. Awalnya Ia menguasai Punjab, kemudian Delhi. Akan tetapi gerak
ekspansinya sempat dihadang oleh Dinasti Lody, hingga akhirnya pecahlah Perang
Panipat I tahun 1526 M. Lody pun terbunuh dan Babur berhasil menguasai sebagian
besar daerah di India. Babur berkuasa hingga tahun 1530 M, kemudian digantikan
oleh putranya, Nashiruddin Humayun (1530-1540 dan 1555-1556 M). Sepanjang
pemerintahannya kondisi negara tidak stabil karena terjadi banyak perlawanan dari
musuh-musuhnya.Pada tahun 1540 M terjadi pemberontakan yang dipimpin oleh Sher
Khan di Qanuj.Dalam pertempuran ini Humayun kalah dan akhirnya melarikan diri ke
Qandahar dan dilanjutkan ke Persia. Atas bantuan raja Persia,Iamenyusun
kekuatannya kembali. Setelah merasa kuat,Iamelakukan pembalasan dan menguasai
India lagi pada tahun 1555 M.
Kekuasaan Humayun dilanjutkan oleh anaknya Akbar Khan dengan gelar
Sultan Abdul Fath Jalaluddin Akbar Khan. Sewaktu naik tahta ia masih berumur 15
tahun, karena dianggap masih terlalu muda maka pemerintahan diserahkan kepada
Bairam Khan. Ketika ia memerintah banyak terjadi pemberontakan dari keturunan
Sher Khan, namun pemberontakan yang paling mengancam adalah pemberontakan
yang dipimpin oleh Himu yang menjadi penguasa di Gwalior dan Agra.Pasukan itu
berusaha memasuki Kota Delhi. Bairam Khan menyambut kedatangan pasukan
tersebut, sehingga terjadilah peperangan yang dahsyat, yang disebut perang Panipat II
tahun 1556 M. Himu akhirnya dapat dikalahkan dan daerahnya jatuh ke tangan
Mughal. Setelah dewasa Akbar menyingkirkan Bairam yang dianggap mempunyai
pengaruh yang terlampau kuat. Bairam Khan melakukan pemberontakan, namun
berhasil dikalahkan oleh Akbar di Jullandur tahun 1561 M. Setelah menyelesaikan
masalah-masalah dalam negeri, Akbar mulai menyusun program ekspansi. Pada masa
pemerintahannya, Ia berhasil menguasai Chundar, Ghond, Chitor, Ranthabar, hingga
mencapai Ahmadnagar, dan beberapa daerah lainnya. Wilayah yang sangat luas itu
diperintah dalam suatu pemerintahan militeristik.Di mana kepemimpinan umum
dipegang oleh raja sementara pejabat-pejabat sipil diambil dari jenjang militer.
Selama menjalankan pemerintahan, Akbar menekankan terciptanya stabilitas dan
keamanan dalam negeri. Ia menyadari bahwa masyarakat India merupakan
masyarakat yang plural, baik dari segi agama maupun etnis. Untuk itu kebijakan yang
ia buat salah satu tujuannya untuk mencapai persatuan dalam negeri, misalnya saja
dengan adanya kebijakan Din-i Illahi yakni menjadikan semua agama yang ada di
India menjadi satu. Pembahasan lebih lengkap mengenai kebijakan-kebijakan lainnya
dapat dibaca di artikel kebijakan Sultan Akbar. Agar tujuannya terwujud Akbar
menikahi dua orang putri Hindu, berkhutbah dengan menggunakan simbol Hindu,
tidak mewajibkan khitan dan melarang menyembelih dan memakan sapi, serta
kebijakan lain yang sekiranya mampu menyatukan keberadaan semua agama. Namun
kebijakan ini berakhir ketika Akbar digantikan oleh putranya, yakni Jahangir (1605-
1628 M). Ketika Jahangir berkuasa terjadi beberapa kali pemberontakan yang yang
salah satunya dilakukan oleh anaknya sendiri Kurram. Dengan bantuan panglimanya,
Mahabat Khan, Kurram menangkap dan menyekap Jahangir. Berkat usaha
permaisurinya, permusuhan ayah dan anak ini dapat dipadamkan. Akhirnya setelah
Jahangir wafat, Kurram menggantikan jabatan raja, dengan gelar Abu Muzaffar
Shahabuddin Muhammad Shah Jehan Padshah Ghazi (1627-1658 M).
Masa pemerintahan Shah Jehan juga tidak lepas dari adanya pemberontakan
dan perselisihan dari keluarganya sendiri. Dalam menghadapi pemberontakan dari
luar,Ia dibantu oleh anaknya sendiri, yakni Aurangzeb. Bahkan di bawah
kepemimpinan Aurangzeb, pasukan mampu melakukan ekspansi ke beberapa
wilayah. Keberhasilan Aurangzeb membuat iri saudaranya yakni Dara, hingga terjadi
perselisihan antara keduanya. Aurangzeb berhasil unggul dan ia kemudian menangkap
ayahnya untuk dimasukkan ke dalam penjara bawah tanah demi memperoleh
kekuasaan. Aurangzeb berhasil naik tahta tahun 1658 hingga 1707 M dengan gelar
Alamgir Padshah Ghazi.

B. Sistem Pemerintahan
Subah adalah istilah untuk provinsi di Kekaisaran Mughal. Kata ini berasal
dari bahasa Arab. Gubernur Subah dikenal sebagai subahdar (kadang-kadang juga
disebut sebagai "Subah"), yang kemudian menjadi sub edar untuk merujuk kepada
seorang perwira di Angkatan Darat. Subah didirikan oleh badshah (kaisar) Akbar
selama reformasi administrasi 1572-1580; awalnya berjumlah 12, setelah
penaklukannya menambah jumlah subah menjadi 15 sampai akhir masa
pemerintahannya. Subah dibagi menjadi Sarkar, atau distrik. Sarkar kemudian dibagi
lagi menjadi Parganas atau Mahals. Penggantinya, terutama Aurangzeb, memperluas
jumlah subah lebih jauh melalui penaklukan mereka. Ketika kekaisaran mulai bubar
pada awal abad ke-18, banyak subah secara efektif merdeka, atau ditaklukkan oleh
Kemaharajaan Maratha atau Inggris.

C. Kemajuan yang diraih


1. Bidang Politik dan Militer
Kerajaan Mughal di India Sistem yang menonjol adalah politik sulh e-kul atau
toleransi universal. Sistem sangat tepat karena mayoritas masyarakat India adalah
Hindu sedangkan Mughal adalah sistem Islam. Di sisi lain terdapat juga rasa atau
etnis lain yang juga terdapat di India. Lembaga yang merupakan produk dari system
ini adalah Din-i-Ilahi dan Mansabdhari. Di bidang militer, pasukan Mughal dikenal
sebagai pasukan yang kuat. Mereka terdiri dari paukan gajah, berkuda dan meriam.
Wilayahnya dibagi dalam system distrik-distrik. Setiap distrik dikepalai oleh sipah
solar dan sub distrik dikepalai oleh Faujdar. dengan system inilah pasukan Mughal
berhasil menaklukkan daerah-daerah disekitarnya.

2. Bidang Ekonomi
Kerajaan Mughal di India – Kontribusi Mughal dibidang ekonomi adalah
memajukan pertanian terutama untuk tanaman padi, kacang, tebu, rempah-rempah,
tembakau dan kapas. Pemerintah membentuk lembaga khusus untuk mengatur
masalah pertanian. Wilayah terkecil disebut deh, dan beberapa deh tergabung dalam
bargana (kawedanan) setiap komunitas petani dipimpin oleh mukaddam. Melalui
mukaddam inilah pemerintah berhubungan dengan petani. Disamping pertanian,
pemerintah juga memajukan industry tenun. Hasil industry ini banyak dekspor keluar
negeri seperti Eropa, Arabia, Asia Tenggara dan lain-lain. Pada masa Jahangir,
banyak investor asing yang diizinkan menanamkan investasinya, seperti mendirikan
pabrik pengolahan hasil pertanian di Surath.

3. Bidang Seni dan Arsitektur


Kerajaan Mughal di India – Hasil karya seni dan arsitektur Mughal sangat
terkenal dan dapat dinikmati sampai sekarang. Ciri yang menonjol dari arsitektur
Mughal adalah pemakaian ukiran dan marmer yang timbul dengan kombinasi warna-
warni. Bangunan yang menunjukkan ciri ini antara lain: benteng merah, istaa-istana,
makam kerajaan dan yang paling tujuh keajaiban dunia yang dibangun oleh Syekh
Jehan khusus untuk istrinya Noor Mahal yang cantik jelita. Bangunan lain yang
bermotif sama adalah Masjid Raya Delhi yang berlapis marmer dan sebuah istana di
Lahore.
Kebijakan-kebijakan dalam pengembangan kebudayaan ditampakkan adanya
bentuk perpaduan antara unsur Islam dengan Hindu. Bentuk ini misalnya dapat dilihat
secara jelas pada arsitektur dan lukisan pada beberapa benteng dan istana di Ajmer,
Agra, Allahabad, Lahore, dan Fathepur Sikri. Sejumlah bangunan dinding yang
berkelok-kelok untuk menyangga bagian atap, bentuk-bentuk zoomorphic, motif
lonceng dan rantai, dan sejumlah sarana lainnya, seluruhnya telah digunakan dalam
konstruksi bangunan masjid dan istana zaman sebelumnya. Kubah yang lahir dari
tradisi arsitektur Muslim dipakai baik untuk masjid maupun kuil. Bidang sastra juga
menonjol. Banyak karya sastra yang diubah dari bahasa Persia ke bahasa India. Pada
masa Akbar berkembang bahasa Urdu, yang merupakan perpaduan dari berbagai
bahasa yang ada di India. Bahasa urdu ini kemudian banyak dipakai di India dan
Pakisan sekarang. Sastrawan Mughal yang terkenal adalah malik Muhammad Jayashi,
dengan karya monumentalnya Padmavat, sebuah karya alegoris yang mengandung
kebajikan jiwa manusia. Sastrawan lain adalah Abu Fadhl yang juga sejarawan.
Karyanya berjudul Akbar Nama dan Ain e-Akbari, yang mengupas sejarah Mughal
berdasarkan figure pimpinannya.

4. Bidang Ilmu Pengetahuan


Kerajaan Mughal di India – Dinasti Mughal juga banyak memberikan
sumbangan dibidang di bidang ilmu pengetahuan. Sejak berdiri, banyak ilmuwan
yang dating ke India untuk menuntut ilmu pengetahuan. Bahkan istana Mughal pun
menjadi pusat kegiatan kebudayaan. Hal ini karena adanya dukungan dari penguasa
dan bangsawan serta ulama. Aurangzeb misalnya, memberikan sejumlah besar uang
dan tanah untuk membangun pusat pendidikan di Lucknow. Di tiap-tiap masjid
memiliki lembaga ingkat dasar yang dikelola oleh seorang guru. Pada masa Syah
Jehan didirikan sebuah pergurua tinggi di Delhi. Jumlah ini semakin bertambah ketika
pemerintah dipegang oleh Aurangzeb. Dibidang ilmu agama berhasil dikodifikasika
hokum islam yang dikenal dengan sebutan Fatwa-I-Alamgri.

D. Penyebab Kemunduran Dinasti Mughal


Penguasa-penguasa setelah Aurangzeb tidak mampu mengembalikan
supremasi Mughal. Masa pemerintahan yang pendek dan banyaknya pemberontakan
serta lemahnya kekuatan menjadi faktor penyebab kemunduran dinasti Mughal.
Penguasa Mughal setelah Aurangzeb antara lain: Bahadur Syah (1707-1712), Jihandar
Syah (1712-1713), Azim-us-Syah (1713), Farukh Syiyar (1713-1719), Muhammad
Syah (1719-1748). Pada masa Muhammad Syah terjadi terjadi invasi dari Nadir Syah,
penakluk Iran dari suku Asfar. Pada awal abad ke-18 M terjadi disintegrasi wilayah.
Nizam al-Mulk menjadi penguasa Hyderabad, Marata dikuasai Shivaji, Rajputh di
bawah kekuatan Jat Singh, Punjab dikuasai kelompok Singh, Audh dipegang oleh
Sadath Khan dan Bengal menjadi wilayah Suja’ al-Din. Pengganti Muhammad Syah
adalah Ahmed Syah (1748-1754), diteruskan Alamgir II (1754-1759), Syah Alam
(1759-1806). Pada tahun 1761 M Dinasti Mughal yang sudah tidak berdaya diserang
oleh Ahmad Syah Durrani dari Afghan pada pertempuran Panipat III. Sepeninggal
Syah Alam II, ada dua raja terakhir yang berkuasa yaitu Muinuddin Akbar II dan
Sirajuddin Bahadur Syah II. Muinuddin naik tahta pada tahun 1806 M, namun hingga
wafatnya pada tahun 1837 M, Muinuddin tidak mampu melepaskan diri dari
cengkeraman Inggris dan tidak berhasil menghadapi penguasa suku di India.
Begitu pula pelanjutnya, Sirajuddin Bahadur Syah II (1837-1858).Pada
masanya pengaruh Inggris semakin besar.Bahkan raja pun berada di bawah kontrol
Inggris. Sejak itu para raja digaji oleh pemerintahan Inggris.Pemerintah Inggris juga
memperlakukan penduduk secara semena-mena, baik yang beragama Islam maupun
Hindu.Pada tahun 1857 M terjadi perlawanan umum perang kemerdekaan untuk
melepaskan diri dari kekuasaan Inggris. Akan tetapi usaha ini gagal, Sirajuddin
ditangkap dan diasingkan ke Rangoon (Myanmar) pada tahun 1858 M hingga
akhirnya Ia meninggal dunia di sana. Sejak saat itulah dominasi Inggris semakin kuat,
sehingga kekuasaan Mughal pun semakin melemah dan akhirnya hancur.

BAB 3
PENUTUP
1. Kesimpulan
a. Dinasti Utsmaniyyah
Pendiri kerajaan ini adalah bangsa Turki dari kabilah Oghus, yang
mendiami daerah Mongol dan daerah Utara negeri Cina, yang dipimpin
Suleiman. Ia mengajak sukunya untuk menghindari serbuan bangsa Mongol
yang menyerang dunia Islam pada Tahun 1219-1220 M. Erthugul anak dari
Suleiman mendapat hadiah berupa daerah bernama Byzantium dari Sultan
Allaudin II karena telah membantu memenangkan peperangan melawan
Romawi. Setelah Erthugrul wafat, kepemimpinanya ini diteruskan oleh anak
pertamanya Utsman, yang diperkirakan lahir pada 1258 M. Dan mendapatkan
dukungan dari dinasti Saljuk. Nama Utsman inilah yang kelak menjadi nama
kerajaan Tuki Utsmani. Utsman juga dianggap sebagai pendiri dinasti
Utsmani. Sistem pemerintahan pada masa Dinasti Utsmani menggunakan
sistem pemerintahan monarki, yaitu kekuasaan yang didasarkan pada
hubungan darah atau keturunan yang lebih dikenal dengan sistem kerajaan.
Kemajuan yang diraih antara lain munculnya pasukan Janissary atau al-
Inkisyaryiah, pasukan inilah yang dapat menguabah dinasti Utsmani menjadi
kesatuan militer perang yang sangat kuat, dan memberikan dorongan untuk
menaklukan negara-negara nonmuslim. Dibidang Maritim Turki mendominasi
Laut Hitam dan Otranto. Kemudian di masa Sultan Salim, persenjataan
maritim diperluas dari Galatha sampai ke sungai Kagithane. Dibidang
Pendidikan terjadi transformasi pendidikan dengan membangun sekolah-
sekolah dasar dan menengah (1861), dan perguruan tinggi (1869), dan juga
mendirikan fakultas kedokteran dan fakultas hukum. Di masa Mahmud II
kurikulum ditambah dengan kurikulum umum. Kemudian dibidang Seni dan
kebudayaan munculnya tokoh-tokoh penting, pada abad ke 17 muncul penyair
terkenal, yaitu Nafi (1582-1636). Nafi juga bekerja pada Murad Pasya dengan
menghasilkan sastra-sastra kaside yang mendapat tempat di hati para sultan.
Dalam seni arsitektur bangunan Utsmaniyah memiliki madzhab tersendiri
yang disebut gaya Utsmani. Dan penyebab kemunduran dari dinasti utsmani
adalah antara lain pengganti sultan yang tidak cakap dalam memimpin
pemerintahan, korupsi dan juga foya foya dari para pejabat, kekalahan perang.

b. Dinasti Syafawi
Berdirinya Dinasti Safawiyah berawal dari gerakan tarekat yang diberi
nama Safawiyah. Gerakan ini muncul di Persia, tepatnya di Ardabil, sebuah
kota di Azerbaijan. Wilayah ini banyak ditinggali oleh suku Kurdi dan Armen.
Nama Safawiyah dinisbahkan kepada nama salah seorang guru Sufi di Ardabil
bernama Syekh Ishak Safiuddin atau Shafi Ad-Din. Kemudian murid-murid
tarekat mendukung tarekat Safawiyah untuk menghimpun kekuatan dengan
menjadi tentara dan sangat fanatik kepada keyakinannya. Bahkan, mereka juga
menentang orang-orang yang tidak sepaham dengan mereka. Keterlibatan
tarekat Safawiyah dalam perpolitikan yang semakin besar mengantarkan
tarekat Safawiyah berhadapan dengan kekuatan besar yang berkuasa saat itu
yaitu Turki Utsmani. Pada saat Junaid memiliki konflik dengan Qara Qayunlu,
ia mengalami kekalahan dan diasingkan ke suatu tempat.Di tempat itu Junaid
mendapat perlindungan dari penguasa Diyar Bakr yang juga bangsa Turki.
Junaid tinggal di istana Uzun Hasan yang pada saat itu menguasai sebagian
Persia. Pada pemerintahan Abbas I merupakan puncak kejayaan Dinasti
Safawiyah. Secara politik Abbas I dapat mengatasi berbagai kemelut di dalam
negeri yang mengganggu stabilitas negara dan berhasil merebut kembali
wilayah-wilayah yang dulu pernah direbut dinasti lain pada pemerintahan
sultan-sultan sebelumnya. Kemajuan lain yang dicapai Dinasti Safawiyah
antara lain, dalam bidang ekonomi yaitu jalur dagang yang diperebutkan
belanda, Inggris dan Perancis dapat dikuasai dinasti ini. Penyebab
kemunduran dinasti syafawi karena terjadinya perang saudara antara penganut
syiah dan juga sunni dan juga terjadinya pemberontakan.

c. Dinasti Mughal
Dinasti Mughal merupakan dinasti yang diperintah oleh raja-raja yang berasal
dari daerah Asia Tengah, keturunan Timur Lenk. Timur Lenk adalah seorang
muslim yang fanatik. Ia mengadakan ekspansi ke India tahun 1398 M.
Sementara generasi kelima dari Timur Lenk, yakni Zahiruddin Babur-lah yang
berusaha ingin menguasai India secara menyeluruh. Awalnya Ia menguasai
Punjab, kemudian Delhi. Akan tetapi gerak ekspansinya sempat dihadang oleh
Dinasti Lody, hingga akhirnya pecahlah Perang Panipat I tahun 1526 M. Lody
pun terbunuh dan Babur berhasil menguasai sebagian besar daerah di India.
Babur berkuasa hingga tahun 1530 M, kemudian digantikan oleh putranya,
Nashiruddin Humayun (1530-1540 dan 1555-1556 M). Pemerintahan dimasa
mughal daerahnya dibagi menjadi 15 subah(provinsi). Kemajuan yang diraih
antara lain di bidang militer, pasukan Mughal dikenal sebagai pasukan yang
kuat. Mereka terdiri dari paukan gajah, berkuda dan meriam. Dibidang
ekonomi adalah memajukan pertanian terutama untuk tanaman padi, kacang,
tebu, rempah-rempah, tembakau dan kapas. Kemudian yang menonjol dari
arsitektur Mughal adalah pemakaian ukiran dan marmer yang timbul dengan
kombinasi warna-warni. Penguasa-penguasa setelah Aurangzeb tidak mampu
mengembalikan supremasi Mughal. Masa pemerintahan yang pendek dan
banyaknya pemberontakan serta lemahnya kekuatan menjadi faktor penyebab
kemunduran dinasti Mughal. Serta pengaruh dari penjajahan Inggris membuat
dinasti Mughal hancur.

DAFTAR PUSTAKA
https://www.mahadalyjakarta.com/sejarah-berdirinya-kerajaan-turki-utsmani-dan-kejayaannya/

http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/28073/F.BAB%20II.pdf?
sequence=6&isAllowed=y

https://wawasansejarah.com/dinasti-safawiyah-di-persia/

https://kajianpemikiranislam.com/dinasti-syafawi/

http://digilib.uinsby.ac.id/366/9/Bab%202.pdf

Anda mungkin juga menyukai