SUNNAH NABI
Oleh;
Ahmad Fuadi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Agama Islam merupakan objek studi oleh sarjana Barat, bahkan
Islam sudah menjadi karir sarjana Barat yang melahirkan para
orientalis dan Islamolog Barat dalam jumlah yang Besar. Sarjana barat
menaruh perhatian besar terhadap studi Islam, karena mereka
memandang Islam bukan hanya sekedar agama tetapi juga merupakan
sumber peradaban dan kekuatan sosial, politik dan kebudayaan yang
patut diperhitungkan.
Isu orientalis inilah yang masih menjadi masalah krusial sampai
sekarang yang
inferior. Termasuk juga sebagai agama teror yang karena itu, Islam
bagi Barat merupakan trauma. Bahkan Nabi Muhammad saw. pun
mereka gambarkan dalam prespektif yang sangat negatif, sehingga
mempengaruhi pandangan masyarakat Barat selama berabad-abad
yang mengklaim bahwa mereka harus antipati terhadap Islam.
Dalam studi sarjana Barat tentang Islam, salah satu tema selain
al-Quran yang menarik perhatian mereka adalah terkait dengan Hadis
atau Sunnah Nabi. Jika para sarjana Muslim mempelajari hadis lebih
didorong oleh peran sentral hadis sebagai sumber hukum dan doktrin
teologis, berbeda dengan kepentingan sarjana barat yang mempelajari
hadis
yang
pada
dasarnya
didorong
oleh
kepentingan
sejarah
(historical interest).2
Maka untuk lebih lanjutnya, dalam makalah ini akan dibahas terkait
orientalis dan pandangan mereka terhadap Islam terkhususnya pada
sunnah Nabi saw.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan gambaran latar masalah di atas, makalah ini akan
menyajikan
pembahasan
terkait
beberapa
poin
masalah
yang
BAB II
PEMBAHASAN
A. Seputar Orientalis Islamologi
1. Pengertian Orientalisme
Dalam bahasa arab, kata orientalisme dikenal dengan sebutan
istisyraq ( )berasal dari kata yang terambil dari kata
yang artinya terbit atau menghindarkan diri dari sesuatu karena
takut terbakar oleh panasnya.3 Kata orientalisme sendiri berasal dari
dua kata orient dan isme yang diambil dari bahasa Latin yaitu Oriri
yang berarti terbit. Dalam bahasa Prancis dan Inggris, orient berarti
direction of rising sun (arah terbitnya matahari dari belahan bumi
5
timur).4 Secara geografis makna orient berarti dunia belahan timur
atau bisa diartikan bangsa-bangsa belahan timur.
Sedangkan istilah -isme berasal dari bahasa Belanda atau isma
dalam bahasa Latin atau ism dalam bahasa Inggris yang berarti
sebuah doktrin, teori sistem atau pendirian, ilmu paham keyakinan,
dan sistem.5 Secara terminologis, istilah orientalisme mengandung
banyak pengertian, menurut Malik bin Al-Hajj Umar mengatakan
bahwa orientalis itu ialah para penulis barat yang menulis pemikiran
tentang Islam serta kebudayaannya.6
Istilah orientalisme sudah ada sejak jauh Edward Said populer
dalam bukunya, Orientalism. Dalam pengakuannya sendiri, Said
mengatakan bahwa Anwar Abdel Malek (1963) merupakan salah
seorang yang membahas hal serupa dalam bukunya yang berbahasa
Prancis, Abdel Malek menuduh bahwa, para orientalis mengidap
Europocentric yang kurang memahami para sarjana Arab, terobsesi
dengan masa lalu, dan mengecap semua orang timur dengan sesuatu
yang lain, yang mempuunyai karakter tertentu.7
4Wahyudin Darmalaksana, Hadits Dimata Orientalis Telaah Atas Pandangan Ingaz
Goldziher Dan Joseph Schacht (Bandung: Benang Merah Press), h. 51
bukan
hanya
sekedar
mengenal
melainkan
dalam
studi
ilmiah.
Sekalipun
kata
orientalis
dan
8h. 266.
dalam
perkembangannya
bahwa,
orientalis
sangat
dalam
salah
satu
bukunya,
Orientalism,
Edward
Said
dari
sekelompaok
orang
yang
boleh
dikata
memiliki
persentase sangat kecil. Hal inilah yang menjadi alasan bagi Hasan
Hanafi dan kawan-kawannya untuk membalas perlakuan mereka
dengan giliran balik menyerang kebuadayaan barat, dengan cara
mempelajarinya
dan
secara
yang
sistematis
mencoba
hadis
ketimbang
al-Quran,
karena
hadis
hanyalah
perkataan manusia yang bisa saja mengandung kesalahan dan unsurunsur negatif lainnya dengan memberikan asumsi bahwa hadis tidak
terpelihara sebagaimana Al-Quran.
Gugatan orientalis terhadap hadis bermula pada pertengahan
abad ke-19 Masehi, tatkala hampir seluruh bagian dunia Islam telah
masuk dalam cengkraman kolonialisme bangsa-bangsa Eropa. Alois
Sprenger
adalah
mempersoalkan
disebut
status
sebagai
hadis
dalam
bibit
Islam.
yang
Dalam
pertama
kali
pendahuluan
yang kemudian
10
pandangan
Goldziher
menyatakan
bahwa,
hadis
11
Goldziher itu yang terbit pada tahun 1890, tidak diikuti dengan serupa,
bahkan tesis serta premisnya tidak terevisi secara signivikan sampai
karya Joseph Schacht muncul pada tahun 1950.14
2. Joseph Schacht (1902-1969)
Joseph Schacht (selanjutnya di sebut Schacht) dilahirkan di Si'iisi,
Jerman 15 Maret 1902. Kajian-kajiannya mengenai dunia timur diawali
dengan belajar mengenai ideologi klasik, teologi dan bahasa-bahasa
Timur di Universitas Berslauw dan Universitas Leipzig. Gelar Doktor
diraihnya dalam usia yang sangat muda di umur 21 pada tahun 1923.
Tahun 1925 ia diangkat menjadi dosen di Universitas Fribourg. Tahun
1929 dalam usia 27 tahun, ia diangkat menjadi guru besar. Tahun 1932
ia pindah ke Universitas Kingsbourg. Dua tahun setelah itu ia
meninggalkan Jerman, lalu mengajar Tata Bahasa Arab dan Bahasa
Suryani di Universitas Fuad Awai, kini Universitas Cairo, Mesir. Di Mesir
ia hanya tinggal selama lebih kurang tujuh tahun yakni hingga tahun
1939. Pada Perang Dunia II, Schacht meninggalkan Cairo lalu pindah ke
Inggris dan bekerja di Radio BBC London. Kemudian tahun 1954 ia
pindah ke Universitas Colombia New York sebagai Guru Besar, sampai
meninggalnya tahun 1969.15
Dibanding dengan Goldziher, Schacht memiliki keunggulan
karena Schacht sampai pada kesimpulan meyakinkan bahwa tidak ada
satupun hadis yang otentik dari Rasulullah, khususnya hadis-hadis
14Kamaruddin Amin, Metode Kritik Hadis h. 3.
15Erwin Hafid. Mustafa Azami Dan Kritik Pemikiran Hadis Orientalis, h.
236.
12
dalam
komunitas
dimana
ia
berada.
Akan
tetapi
ia
mempunyai ambisi politik yang kuat, ambisi ini bisa diraih setelah ia
hijrah ke Madinah. Di Madinah Muhammad membangun sebuah
16Erwin Hafid. Mustafa Azami Dan Kritik Pemikiran Hadis Orientalis, h.
236.
13
Schacht
atas
pernyataannya
tersebut,
argumentasi
sangat
ceroboh
oleh
orang-orang
yang
mengaitkan
14
periwayat
yang
umum
pada
mata
rantai
merupakan
hasil
buatan
generasi
belakangan
pada
buatan
orang-orang
yang
hidup
sesudah
al-Syabi.
Ia
15
16
isnad itu juga dipalsukan. Dengan kata lain untuk membuktikan hadis
itu eksis atau tidak cukup dengan menunjukkan bahwa hadis tersebut
tidak pernah dipergunakan sebagai dalil dalam diskusi para fuqaha.
Sebab seandainya hadis itu pernah ada pasti hal itu akan dijadikan
sebagai refrensi.21
c. Teori Common Link
Common Link adalah periwayat tertua yang disebut dalam
berkas isnad yang meneruskan hadis kepada lebih dari satu murid.
Dengan demikian, ketika berkas isnad hadis itu mulai menyebar untuk
pertama kalinya aka disanalah ditemukan common link nya.22 Lebih
jelasnya, common link adalah sebuah teori yang beranggapan bahwa
orang yang paling bertanggungjawab atas kemunculan sebuah hadis
adalah periwayat poros (common link) yang terdapat di tengah bundel
sanadnya. Common link itulah yang menurut Juynboll merupakan
pemalsu dari hadis yang dibawanya. Argumennya satu: Jika memang
sebuah hadis itu telah ada semenjak Rasulullah saw., mengapa ia
hanya diriwayatkan secara tunggal di era Shahabat atau Tabiin, lalu
baru menyebar setelah Common Link? Juynboll menganggap fenomena
ini muncul karena common link itulah yang pertama kali memproduksi
dan mempublikasikan hadits tersebut dengan menambahkan sebuah
jalur sanad ke belakang sampai Rasulullah saw.23
21Jumal Ahmad, ahmadbinhanbal.wordpress.com
22Ali Masrur, Teori Common Link G.H.A. Juynboll; Melacak Akar
Kesejahteraan Hadis Nabi, (Yogyakarta: LKiS, 2007), h. 3.
23Jumal Ahmad, ahmadbinhanbal.wordpress.com
17
18
Juynboll
bukanlah
orang
yang
pertama
pertama
kali
memperkenalkannya
dalam
The
Origins
Of
Muhammadan Jurisprudence.26
C. Bantahan Ulama terhadap kritik Orientalis Islamolog
Gencarnya kritikan terhadap hadis dari kalangan orientalis tidak
lantas membuat ulama Islam berdiam diri, setidaknya ada tiga ulama
kontemporer yang telah menangkal teori-teori ketiga orientalis di atas,
mereka adalah Musthofa as Sibaiy dalam bukunya as-Sunnah wa
Makanatuha fi at Tasyriil Islam, Ajjaj al Khatib dalam bukunya as
Sunnah Qabla Tadwin dan M. Musthofa al Azhami dalam bukunya
Studies in Early Hadith Literature.
Berikut ini penulis mengetengahkan beberapa bantahan dari
ulama-ulama tersebut, terutama M. Musthofa al Azhami yang telah
menelanjangi para orientalis sampai mereka tidak berkutik karena
argument-argument yang disampaikannya benar dan valid.
19
materi
sejarahnya.27
Alasan
mereka
adalah
karena
Nabi
yang
berkaitan
dengan
hukum,
sebab
bukunya
20
21
22
sanggahannya
terhadap
The
Origins
of
Muhammadan
23
fiqih
tertentu
tanpa
mencantumkan
hadis-hadis
yang
24
pada hadis-hadis ritual (ibadah) yang jika diteliti lebih dalam lagi
ternyata tidak bersambung ke Nabi.35
Kemudian untuk membantah teori yang dikemukakan oleh para
orientalis yang lain, khususnya Schacht, yang meneliti dari aspek
sejarah, maka M.M. Azami membantah teori Schacht ini juga melalui
penelitian
sejarah,
khususnya
sejarah
Hadis.
Azami
melakukan
qadhi
dalam
menetapkan
suatu
hukum,
adalah
masih
25
al-Zuhri,
yang
menjadi
periwayat
satu-satunya
yang
26
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Secara terminologis, istilah orientalisme mengandung banyak
pengertian. Pengertain sederhana adalah suatu bidang kajian
keilmuan, atau dalam pengertian sebagai suatu cara motodologi
27
penulis
barat
yang
menulis
pemikiran
Islam
serta
Islam
dan
seluk-beluknya,
Namun
dalam
dan
asal
usul
Islam,
mereka
dihadapkan
pada
28
DAFTAR PUSTAKA
29
At}las
al-Mau>su>ai>.
t.t.:
Atlas
Via internet:
Akifahadi, Labib Syauqi. Tanggapan sarjana Muslim Terhadap Kajian
Hadits
Orientalist,
dalam
internet
website:
http://
lenterahadits.com/, diakses tanggal
Ahmad,
Jumal.
https://ahmadbinhanbal.wordpress.com/2011/01/29/telaah-ataskritik-orientalis-terhadap-hadits-hadith-criticism-oleh-3-orientalisignaz-goldziher-joseph-schacht-dan-g-h-a-juynboll/ diakses pada
tanggal 16 November 2014.
Asfiyak,
Khoirul.
http://fai-unismamalang.blogspot.com/2009/01/otentisitas-hadits-di-mataorientalist_10.html, diakses tanggal 13 November 2014.
30
http://Elmisbah.wordpress.com/presepsi-orientalis-terhadap-hadis.html,
diakses pada tanggal 13 November 2014.