PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Telaah ayat-ayat al-Quran yang berbicara tentang manusia,
memberi
gambaran
kontradiktif
menyangkut
keberadaannya.
basyar, dan dalam konteks apa manusia disebut insan, serta dalam
konteks apa pula manusia disebut al-nas.
B. Rumusan Masalah
Berangkat dari latar belaang di atas dapat di rumuskan beberapa
rumusan masalah berikut ini:
1. Apa saja Term yang mengacu pada makna pokok manusia
dalam al-Quran ?
2. Apa saja ciri-ciri manusia dalam al-Quran ?
BAB II
PEMBAHAAN
A. Ungkapan yang dipergunakan a-Quran untuk menunjukkan
arti kata manusia dapat di bedakan atas tiga macam :
1. Al-Insan
Al-Insan, al-ins, Una>s, dan al-Na>s, semuanya berakar dari
huruf h}amzah, nu>n dan sin. Telaah morfologi menujukkan
bahwa asal kata ini diperselisihi. Segolongan ahli bbahasa
Arab berpendapat bahwa kata tersebut berasal dari kata
nasiya-yansa>, yang berarti lupa. Menrut Ibnu Abbas bahwa
manusia disebut Insan karena ia melupakan janjinya kepada
tuhan.3
Kata al-insan berasal dari kata nasiya yang artinya lupa,
menunjukkan
adanya
hubungan
dengan
kesadaran
diri.
secara
keseluruhan
dari
totalitas,
jiwa,
serta
karena
pada
dasarnya
manusia
dapat
2. Basyar
Kata ini berakar dengn huruf ba, syin dan ra yang berarti
nampaknya ssuatu yang baik nan indah.5 Dari makna ini
terbentuk
kata
keja
menggembirakan.6
basyara
Dan
jug
yang
berrti
berarti
begembira,
memperhatikkan
dan
mengurus sesuatu.
Kata al-basyar dipakai untuk menyebut semua makhluk, baik
laki-laki maupun perempuan, baik satu maupun banyak. Kata albasyar adalah jamak dari kata basyarah yang artinya kulit. Al-Quran
menggunakan kata ini sebanyak 37 kali dalam bentuk tunggal dan
satu kali dalam bentuk mutsanna (dual) untuk menunjukkan
manusia
dari
sudut
lahiriahnya
serta
persamaannya
dengan
disebut
sebagai
bani
Adam
karena
dia
Tuhan
menjadi
manusia.
Al-Quran
makhluk
yang
bertakwa.
Al-Quran
memandang
itu
mengisayaratkan
adalah
perbuatan
khusus
manusia
untuk
anak
mannusia
memerlukan
seseorang
untuk
Artinya
dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (bendabenda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada
Para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama
benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang
benar!" mereka menjawab: "Maha suci Engkau, tidak ada
yang Kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan
kepada kami; Sesungguhnya Engkaulah yang Maha
mengetahui lagi Maha Bijaksana
Manusia, menurut Al-Quran, memiliki potensi untuk meraih ilmu
dan mengembangkannya dengan seizin Allah. Karena itu,
bertebaran ayat yang memerintahkan manusia
menempuh
berbagai cara untuk mewujudkan hal tersebut. Berkali-kali pula AlQuran menunjukkan betapa
tinggi
kedudukan
orang-orang
9
yang berpengetahuan.
yang
disampaikan
kepadanya,
bahkan
manusia
Dalam
al-Quran
surat
al-Jatsiyah
ayat
13
disebutkan:
Artinya
dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa
yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tandatanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir.
f. Manusia Mempunyai Kebebasan
Manusia itu menyatakan dan mempertimbangkan , tetapi dia
juga berhak untuk memilih. Manusia adalah secara esensial
berkehendak. Tetapi, dia mempunyai kemampuan menghendaki
yang disukainya, memilih apa yang dikehendakinya.
Dengan demikian, dalam jejak kehidupan manusia secara
dogmatis ataupun de fakto, manusia mempunyai dua jalan yang
harus dipilihnya untuk mengarungi roda kehidupannya di muka
bumi ini. Mereka harus bisa memilih salah satu diantara jalan
tersebut sebagai jalur kehidupannya kelak, karena jika tidak maka
akan terjadi diskontinuitas di sepanjang sejarah kehidupannya.
Dalam hal ini
g. Manusia Sebagai Makhluk Historis
Sejarah secara sempit adalah sebuah peristiwa manusia yang
bersumber dari realisasi diri, kebebasan dan keputusan daya rohani.
Sedangkan secara luas, sejarah adalah setiap peristiwa (kejadian).
Sejarah adalah catatan peristiwa masa lampau, studi tentang sebab
dan akibat. Sejarah kita adalah cerita hidup kita. Sejarah sangat
penting dalam kehidupan suatu bangsa karena:
1.
Sejarah merupakan gambaran kehidupan masyarakat di masa
lampau.
2.
Dengan
sejarah
kita
dapat
lebih
mengetahui
peristiwa/kejadian yang terjadi di masa lampau.
3.
Peristiwa yang terjadi di masa lampau tersebut dapat
dijadikan pedoman dan acuan dalam kehidupan bermasyarakat dan
berbangsa di masa kini dan yang akan datang.
4.
Dengan sejarah kita tidak sekedar mengingat data-data dan
fakta-fakta yang ada tetapi lebih memaknainya dengan mengetahui
mengapa peristiwa tersebut terjadi.
Segala yang berinteraksi di dunia ini, hanya manusialah yang
satu satunya makhluk yang bersejarah, sebab dialah satu
satunya makhluk yang menjadi pokok penulisan sejarah, sebab
dialah satu satunya yang membuat sejarah. 10 Kesejarahan atau
historis
manusia,
yakni
kekhasan
yang
menjadikan
manusia
batas waktu untuk hidup di dunia ini, dan kelak akan dihadapkan
dengan kehidupan baru, yakni alam akhirat.
Menurut data statistik PBB, setiap tahunnya ada lebih dari 700.000
orang melakukan bunuh diri, ada ratusan ribu tewas dalam
kecelakaan kebakaran, kecelakaan lalu lintas, pembunuhan. Ada
jumlah tertentu yang mati akibat penyakit jantung, di Amerika
Serikat meninggal hingga 700.000 orang dan setengah dari jumlah
tersebut ada yang mati secara tiba-tiba, ada jumlah tertentu yang
mati akibat kanker kulit, kanker payudara dan kanker paru-paru.
Seakan ada sistem tertentu yang menentukan kematian, dan jika
kita melihat statistik tahun demi tahun, kita perhatikan bahwa ada
rasio yang sangat dekat, selama sepuluh tahun misalnya, bahwa
persentase ini dekat dan berkembang seiring berjalannya waktu. Ini
adalah bukti bahwa kematian adalah ketetapan yang telah
ditentukan waktunya, dan yang menakjubkan Al-Quran telah
menegaskan fakta ini, Allah SWT berfirman:
Kami telah menentukan kematian di antara kamu dan Kami sekalisekali tidak akan dapat dikalahkan, (QS. Al-Waqiah:60).
Para ilmuwan menemukan bahwa sel-sel manusia, tumbuhan dan
hewan, didalamnya terdapat DNA genom yang dikhususkan waktu
kematian sel. Saat para ilmuwan melakukan percobaan
memperpanjang umur pada beberapa sel hewan seperti lalat, justru
sel-sel tersebut berubah menjadi sel kanker, sel tersebut bisa
dikatakan mati atau berubah menjadi sel kanker, dan berakhir
dengan kematian.
Inilah juga yang terjadi dengan manusia, pada saat mereka
mencoba untuk memperpanjang kehidupan sekelompok sel
Artinya
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
Ayat
di
atas
mengungkapkan
soal
peciptaaan,
para
Ulama
seagai kata benda tpi juga kata sifat. Berfunsi sebagai kata sifat,
maka
aat
diatas
memberikan
keterangan
bahwa
manusia
memerlukan
alam
lingkungannya
demi
kelangsungan
memerintahkan agar
memperkenalkantuhan
sebagai
sang
pencipta
yakni
dengan
dapat
disusun
peryataan
tentang
siapa
yang
Artinya
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk
yang sebaik-baiknya.
Ayat ini menegaskan bahwa manusia diciptakan oleh Allah
dengan
sebaik-baik
bentuk.
Keutamaan
manusia
dibanding
Artinya
dan Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami
angkut mereka di daratan dan di lautan Kami beri mereka rezki
dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan
kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah
Kami ciptakan.
Secara eksplisit ayat diatas mengungkapakan bahwa manusia
telah diberi kemuliaan dan diciptakan dengak kodrat melebihi
makhluk lainnya, selain itu juga menegaskan karunia tuhan berupa
kemampuan mengarungi lautan dan daratan dan dijadikannya
segala yang baik sebagai rezeki bagi manusia.
BAB II
PENUTUP
Kesimpulan
1. Al-Quran menegaskan kualitas dan nilai manusia dengan menggunakan tiga
macam istilah yang saling berhubungan satu sama lain, yaitu al-insan, an-nas, albasyar, dan bani Adam.
2. Ciri-ciri manusia dalam al-Quran
1) Manusia berbicara dan mampu mengerti pebicaraanya
2) Manusia sebgai makhluk hidup
3) Manusia memiliki pengetahuan
4) Manusia dilengkap dengan afektivitas
5) Manusia mengerti
6) Manusia memiliki kebebasan
7) Manusia sebagai makhluk historis
8) Manusia makhluk berbudaya
9) Manusia dan kematian
DAFTAR PUSTAKA
Al-Quran al-Karim
Abd al-Fatta>h} al-Sai>di, H{usain Yusuf Musa, al-Ifs}a>h} fi> alLug}ah
al-arabiyyah,
Kairo
Da>r
al-Fikr
al-Araby,
1384/1964
Abdul Muin Salim, Konsepsi Kekuasaan Politik Dalam al-Quran,
Jakarta ; Raja Grafindo Persada, 2002
Abu> fad}l jamal al-Di>n Muh}ammad bin Mukram bin Manz}u>r,
Lisa>n al-Arabi, Mishr ; Da>r S}adr dan Da>r Beirut,
1969/1386
Hardono Hadi, Jati Diri Manusia Berdasarkan Filsafat Organisme
Whiteread, Yogyakarta: Kanisius, 1996
Ibn Faris bin Zakaria, Abu al-H{usain Ah}mad, Mujam Maqa>yis alLug}ah, Musthafa al-Bab al-Habib wa Syarikah, 1972/1392
Ibn Faris bin Zakaria, Abu al-H{usain Ah}mad, Mujam Maqa>yis alLug}ah, Musthafa al-Bab al-Habib wa Syarikah, 1972/1392
Ibn Faris bin Zakaria, Abu al-H{usain Ah}mad, Mujam Maqa>yis alLug}ah, Musthafa al-Bab al-Habib wa Syarikah, 1972/1392
Ibra>im Mus}t}afa, Mujam al-Wasi>t}, (Teheran; al-Maktabah
al-Ilmiyah, t.th
kama>l al-Di>n al-Dumairi, H{aya>tu al-H{ayawa>n al-Kubra>, ,
Mesir, Abd al-H{amid Ahmad Hanafi , t.th
Mohammad Irfan-Mastuki, Teologi Pendidikan,
Insani, 2003