Anda di halaman 1dari 5

Tugas Akhir

Opini Mazhab Tafsir di Indonesian


Pada Masa Depan

Tugas Akhir
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah Kajian Tafsir di
Indonesia
Dosen Pengampu: Prof. Dr. H. Muhammad Chirzin, M.Ag.

Oleh:
ACHMAD ADIL
1620510040

PROGRAM PASCASARJANA
FAKUTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM
KONSENTRASI STUDI AL-QURAN DAN HADIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ( UIN )
SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2017
Tugas Final

Mata Kuliah Kajian Tafsir di Indonesia

MAZHAB TAFSIR DI INDONESIA PADA MASA DEPAN

Perkembangan tafsir pada masa modern sangatlah

progressif. Mengapa demikian ? ini disebabkan oleh suatu

statement Muhammad Abduh, bahwasanya Muhammad Abduh

merasakan kegelisahan yang amat dalam terkait penafsiran pada

masanya. Menurutnya, kitab-kitab tafsir yang ada pada masanya

dan masa sebelumnnya itu tidak lebih dari sekedar

mmemeparkan pendapat berbagai ulama yang saling beda

pendapat sehingga menjadikan kitab-kitab tafsir ini melupakan

tujuan diturunkannya al-Quran yaitu sebagai petunjuk bagi umat

manusia.

Menurut beliau sebagian besar kitab tafsir itu sangat

gersang dan kaku sebab penafsirannya itu tidak lebih hanya

mengarahkan pembaca kepada pengertian kata-kata saja,

kedudukan kalimatnya dari segi irab, dan penjelasan lain yang

menyangkut kebahasaan. Inilah yang membangkitkan semangat

para mufassir kontemporer untuk mengembalikan tujuan

diturunkannya al-Quran sebagai kitab petunjuk umat manusia.

Disamping itu mufassir kontemporer juga ingin

mengungkap Ruh al-Quran yaitu pesan moral yang terkandung

dalam al-Quran. Sehingga mufassir kontemporer tidak menerima


secara mentah-mentah begitu saja apa yang diungkap oleh ayat

al-Quran secara literal, melainkan mencoba melihat lebih jauh

apa yang diinginkan atau apa yang diungkap ayat-ayat tersebut.

Sehingga muncullah beberapa mufassir kontemporer dengan

pendekatan maupun metode yang berbeda-beda tetapi tetap

satu tujuan bagaimana al-Quran kembali menjadi kitab petunjuk

dan tidak kehilangan ruhnya yaitu pesan moral yang terkandung

di dalamnya.

Inilah yang ssat ini berkembang juga pada penafsir di

Indonesia sebagai sebuah negara yang mayoritas Muslim dan

juga termasuk sebagai penganus agama Islam terbesar di dunia.

Kajian tafsir di Indonesia sangat berkembang menurut zaman,

sehingga kajian tafsir sangat diminati dan memang menjadi

kebutuhan umat muslim di Indonesia.

Hampir mirip pada perkembangan tafsir di luar Indonesia

bentuk penafsiran di Indonesia pada awalnya lebih kepada

makna teks (literal) lalu masuklah kajian Hermeneutika sebagai

metode baru dalam mengungkap makna yang diinginkan ayat-

ayat al-Quran. hal ini disebabkan oleh pandangan mufassir di

Indonesia merasa untuk memahami al-Quran tidak cukup

dengan mengandalkan perangkat keilmuan sebagaimana yang

digunakan mufassir klasik selama ini, semisal ushul fiqh, asbab

al-nuzul, nahwu-sharaf, balagah, dan lain sebagainya. Sehingga

metode hermeneutika menjadi menu alternatif yang

menggantikan perangkat keilmuan yang selama ini dianggap


tidak memadai dan juga tidak tahan banting terhadap

perkembangan zaman.

Masuknya hermeneutika tidak semulus yang kita pikirkan

tetapi memunclkan pro-kontra dari berbagai kalangan. Bagi

mereka yang kontra menganggap hermeneutika tidaklah pantas

dijadikan metode penafsiran karena dianggap sebagai alat untuk

menafsirkan bible.

Menurut penulis sendiri hermeneutika memang memicu

kontroversi akan tetapi bila kita memandang hermeneutika

sebagai metode penafsiran bukan melihat hermeneutika sebagai

alat untuk menafsirkan bible maka metode ini sangatlah cocok

digunakan.

Lalu melihat kedepan bagaimana penafsiran di indonesia

kedepannya. Penulis berpendapat bahwa dengan awal dari

hermenutika maka lahirlah tafsir kontekstual yang mulai

digunakan mufassir kontemporer di indonesia dengan melihat

ayat al-Quran dari berbagai aspek sehingga makna yang

diinginkan ayat itu dapat diketahui, lalu kemungkinan di masa

yang akan datang akan lebih banya muncul bentuk tafsiran dari

berbagai kalangan masyarakan seperti kalangan Feminis yang

menggunakan pendekatan hermeneutika feminisnya.

Penulis berkesimpulan kajian tafsir kedepannya akan terus

berkembang sesuai zamanya dan akan mengukuti kebutuhan

audiencenya sehingga al-Quran sebagai kitab suci shalihun li

kulli zaman wa makan. Akan tetapi menurut hemat penulis

walaupun metode penafsiran berkembang terus menerus tapi


hendaklah mufassir tidak hanya mempertimbangkan satu

metode saja tetapi dapan mensintesiskan beberapa metode

untuk mendapatkan ruh atau pesan moral al-Quran.

By: Achmad Adil

(Study Quran Hadis B)

Anda mungkin juga menyukai