Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Definisi dari qiraat adalah ilmu yang membahas tentang tata cara
pengucapan Alquran berikut cara penyampaiannya, baik yang disetujui (ulama
ahli Alquran) maupun yang menyangkut perdebatan, dengan menisbatkan
setiap wajah bacaannya kepada seorang imam qiraat. Hal ini sama sekali
berbeda dengan “qiraat” yang berarti cara melagukan bacaan Alquran. Qiraat
Sab 'atau Qiraat Tujuh berbeda cara membaca Alquran yang berbeda.
Dikatakan Qiraat Tujuh karena ada tujuh Imam Qiraat yang terkenal masyhur
yang masing-masing memiliki langgam bacaan khusus. Tiap Imam Qiraat
memiliki dua orang siswa yang bertindak sebagai Perawi. Tiap Perawi ini juga
memiliki perbedaan dalam cara membaca qur'an sehingga ada empat belas
cara membaca Alquran yang masyhur.1Urgensi qira'at adalah izin pelestarian
Alquran yang disetujui ia diturunkan. Ulama menentukan undang-undang,
menentukan, dan mengamalkan qiraat yaitu fardhu kifayah.
Pada masa Nabi, Madinah merupakan pusat peradaban dan ilmu
pengetahuan. Karena ia merupakan madrasah pertama tentang pengajaran
Alquran juga qira’atnya kepada para sahabat. Dari sanalah muncul para
sahabat ahli Alquran dan qira’at semisal Utsman bin Affan, Ubay bin Ka’ab,
dan Zaid bin Tsabit. Setelah Nabi wafat, pengajaran Alquran dan qira’atnya
tetap berlangsung dan eksis dilaksanakan oleh para sahabat kepada para
tabi’in. Dari para sahabat itulah para tabi’in memperoleh ilmu dan bacaan
Alquran secara mutawatir dari Nabi. Sebagian dari tabi’in inilah ada yang
memiliki perhatian yang sangat besar terhadap Alquran dan qira’atnya, hingga
kemudian dikenal sebagai ahli qira’at atau Qira’ah Sab’ah.2
1
Anonim, “Sejarah Bacaan 7 Imam Alquran”, (online)
https://evaluasikkpi.wordpress.com/sejarah-bacaan-7-imam-al-quran/ (diakses pada 17 Februari
2020 pukul 19.00 WIB)
2
Moh. Fathurrozi, “Nafi’ al-Madani Imam Qira’at yang Berguru pada 70 Tabi’in”
(online), https://islam.nu.or.id/post/read/100172/nafi-al-madani-imam-qiraat-yang-berguru-pada-

1
Tujuh imam Qira'at masing-masing memiliki 2 orang murid yang
bertindak sebagai perawi. Tiap perawi tersebut juga memiliki perbedaan
dalam cara membaca Alquran. Adapun perbedaan cara membaca tersebut,
tidaklah semata-mata karena dibuat-buat baik oleh imam maupun perawinya.
Cara membaca tersebut merupakan sesuai dengan apa yang diajarkan oleh
Rasulullah saw., dan memang seperti itulah Alquran diturunkan.3 Diantaranya
Qira’at yang dinisbatkan kepada Imam Nafi’ yang kemudian diriwayatka oleh
Imam Qalun dan Imam Warsy.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana biografi dari Imam Nafi dan salah satu perawinya yakni Imam
Warsy?
2. Bagaimana manhaj Qiro’ah Imam Nafi yang diriwayatkan oleh Imam
Warsy?
3. Apa saja perbedaan bacaan antara Imam Qalun dan Imam Warsy?
4. Bagaimana perbedaan standar bacaan dari Qiro’ah Imam Warsy?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian biografi dari Imam Nafi dan salah satu perawinya
yakni Imam Warsy
2. Menambah pemahaman mengenai manhaj Qiro’ah Imam Nafi yang
diriwayatkan oleh Imam Warsy
3. Menambah wawasan perbedaan bacaan antara Imam Qalun dan Imam
Warsy
4. Agar mengetahui standar bacaan dari Qiro’ah Imam Warsy

70-tabiin (diakses pada 18 Februari 2020 pukul 20.00 WIB)


3
Rausha, “Mengenal Qiro’ah Sab’ah dan Sejarahnya” (online) http://rausha-
blog.blogspot.co.id/2013/08/mengenal-qiroah-sabah-dansejarahnya.html (diakses pada 21 Februari
2020 pukul 19.30 WIB)

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Biografi Imam Nafi’ dan Imam Warsy


1. Imam Nafi’
Imam Nafi’ al-Madani Nama lengkap beliau adalah Abu Ruwaim
Nafi’ bin Abdurrahman bin Abu Nu’aim Al-Laitsi, maula Jaunah bin
Syu’ub Al-Laitsi. Berasal dari Isfahan. Pada masa pemerintahan Abdul
Malik bin Marwan (salah satu khalifah dari Bani Umayyah), Imam Nafi’
yang dilahirkan sekitar tahun 70 hijriah, ia adalah salah satu ahli qira’at
dari tujuh imam qira’at mutawatirah, saleh serta memiliki kredibilitas dan
kapabilitas yang sangat tinggi. Imam Nafi’ ini sebenarnya berasal dari
Negara Asbahan, namun beliau tumbuh besar dan menetap di Madinah
hingga wafat tahun 177 H. Dari segi fisik, beliau memiliki tipikal kulit
hitam legam, namun memancarkan aura wajah yang menawan serta budi
pekerti yang luhur penuh wibawa. 4
a. Perjalanan Intelektual
Dalam perjalanan Intelektual Imam Nafi’ dalam
pengakuannya—sebagaimana diceritakan oleh Abu Qurrat Musa bin
Thariq—dikatakan bahwa beliau berguru kepada tujuh puluh tabi’in,
di antaranya adalah Imam Abu Ja’far (imam qira’at kedelapan),
Syaibah bin Nashah, Muslim bin Jundub, Yazid bin Ruman,
Muhammad bin Muslim bin Syihab al-Zuhri, Abdurrahman bin
Hurmuz al-A’raj . Mereka semua menerima qira’at yang mereka
ajarkan dari Ubay bin Ka’ab dari Rasulullah SAW.5
Dari sekian banyak gurunya inilah, Imam Nafi’ melakukan
seleksi bacaan, yaitu mengambil bacaan yang sama di antara guru-
gurunya, dan meninggalkan bacaan yang berbeda. Hasil dari

4
Moh. Fathurrozi, “Nafi’ al-Madani Imam Qira’at yang Berguru pada 70 Tabi’in”
(online)
5
Anonim, “Bimbingan Qira’ah Sab’ah” IAIN Kendiri, hlm 24

3
penyeleksian inilah kemudian dijadikan kaidah tersendiri oleh Imam
Nafi’, yang kemudian dikenal luas oleh para generasi berikutnya
sebagai qira’at Imam Nafi’.
Dalam perjalanan hidupnya, Imam Nafi’ merupakan salah satu
dari sekian banyak ulama yang mencurahkan waktunya untuk
berkhidmah kepada Alquran dan qira’atnya. Sebagai buktinya, beliau
telah mengajarkan Alquran beserta qira’atnya dalam kurun waktu
lebih dari 70 tahun dan menjadi rujukan utama dalam bidang qira’at di
Madinah setelah kepulangan salah satu gurunya, Imam Ja’far bin al-
Qa’qa’.
Dalam bidang hadits, beliau sangat sedikit sekali meriwayatkan
hadits Nabi. Namun hal tersebut tidak mengurangi kredibilitas dan
kapabilitas beliau sebagai ahli qira’at. Karena hal ini justru
menunjukkan konsistensi beliau dalam mengabdikan hidup untuk
menyelami lautan ilmu qira’at.
Karamah Imam Nafi’ Imam Nafi’ adalah seorang ahli Alquran
yang dianugerahi Allah beberapa karamah. Di antaranya, beliau
memiliki bau harum yang keluar dari lisannya. Diceritakan bahwa
jika beliau berbicara, maka terciumlah aroma harum minyak misk
yang keluar dari lisannya. Ketika ditanya oleh salah seorang
muridnya, “Apakah Guru memakai minyak wangi jika hendak
mengajar?” Beliau menjawab, “Aku tidak pernah mendekati minyak
wangi apalagi menyentuhnya. Suatu saat aku bermimpi bertemu
dengan Rasulullah dan beliau membaca Alquran persis di depan
lisanku. Sejak saat itulah keluar bau harum dari lisanku.” Selain
kelebihan tersebut, Imam Nafi’ juga memiliki kelebihan yang lain,
yaitu wajah yang selalu berseri-seri dan budi pekerti yang luhur. Imam
al-Musayyibi berkata, ketika ditanyakan kepada Imam Nafi’ tentang
hal tersebut (wajahnya yang selalu berseri-seri), beliau menajawab:

4
“Bagaimana aku tidak berseri-seri, sementara Rasul menyalamiku
dalam mimpi dan kepada Beliau aku membaca Alquran.” 6
b. Komentar Ulama
Terdapat banyak komentar dari para ulama, baik yang semasa
maupun yang hidup setelahnya, perihal pribadi dan bacaan Imam
Nafi’. Namun, komentar-komentar yang ditujukan kepada beliau
mengarah pada satu kesimpulan, yaitu pujian. Dalam istilah ilmu
hadits disebut dengan ta’dil. Di antara komentar-komentar tersebut
ialah:
Imam Ibnu Mujahid berkata: “Imam Nafi’ adalah orang yang
eksis dalam bidang qira’at setelah periode tabi’in di Madinah. Ia sangat
mahir dan teliti dalam bidang wajah-wajah qira’at dengan mengikuti
jejak imam-imam terdahulu di Negaranya”.
Imam Sa’id bin Mansur berkata: Saya mendengar Malik bin Anas
berkata: “Bacaan ahli Madinah adalah sunnah (yang dipilih).
Kemudian ditanyakan kepada beliau: “Apakah yang dimaksud (bacaan
ahli Madinah) adalah bacaan imam Nafi’? Beliaupun menjawab: ya.
Imam ‘Abdullah bin Ahmad bin Hanbal berkata: saya bertanya kepada
bapakku (Imam Ahmad) “bacaan siapakah yang bapak sukai? Beliau
menjawab: “Bacaan ahli Madinah (Imam Nafi’). Selain itu, bacaan
siapa yang bapak sukai? Beliau menjawab: Qira’at Imam ‘Asim.
Komentar tentang beliau tidak hanya datang dari orang lain, namun
juga datang dari anak tiri beliau yang sekaligus menjadi perawinya
yang terkenal, yaitu: imam Qalun. Beliau berkata: Imam Nafi’
termasuk dari orang-orang yang memliki akhlak yang baik dan sangat
baik bacaanya, zuhud serta dermawan. Ia menjadi Imam di masjid
Nabi selama enam puluh tahun.
c. Murid-murid Imam Nafi’
Kealiman dan keistiqamahan yang dimiliki Imam Nafi’,
mengantarkan beliau menjadi seorang maha guru yang disenangi oleh

6
Moh. Fathurrozi, “Nafi’ al-Madani Imam Qira’at yang Berguru pada 70 Tabi’in” (online)

5
para murid-muridnya. Hal ini tandai oleh banyaknya murid beliau dari
berbagai Negara seperti Mesir, Sham, Madinah dan lainnya. Di antara
murid beliau yang terkenal adalah: Imam Malik bin Anas, Imam Laits
bin Sa’ad, Abi Amr bin al-Ala’, Isa bin Wardan, Sulaiman bin Muslim
bin Jammaz dan kedua putra gurunya (Imam Ja’far), yaitu Ismail dan
Ya’qub. Namun, di antara sekian banyak murid beliau, yang paling
terkenal dan kemudian menjadi perawi Imam Nafi’adalah Imam Qolun
dan Imam Warsy. Setelah mengabdikan jiwa dan raganya berkhidmah
untuk Alquran, Imam Nafi’ dipanggil untuk menghadap Tuhannya
pada tahun 169 H di Madinah.
2. Imam Warsy
Nama lengkapnya adalah Utsman bin ‘Abdullah bin ‘Amr bin
Sulaiman bin Ibrahim, panggilannya Abu Sa’id. Leluhur beliau berasal
dari daerah Qairuwan (kota yang terletak di Negara Tunisia), namun
beliau lahir dan tumbuh besar di Mesir pada tahun 110 H di kota Qaft,
wilayah Shoid (dataran tinggi: pegunungan). Dalam dunia intelektual
Muslim, Imam Utsman ini lebih dikenal dengan julukan Imam Warsy,
yang merupakan panggilan dari gurunya, Imam Nafi’. Menurut riwayat,
julukan Warsy disematkan kepada Imam kelahiran Mesir ini dikarenakan
gerak langkah beliau yang lamban. Kata warsy (‫ )ورش‬berasal dari
kata warasyan (‫ )ورششان‬yang berarti seekor burung yang mirip merpati
putih. Kata warasyan ini kemudian disingkat menjadi “Warsy”. 7
Sementara, sebagian riwayat lain menceritakan bahwa alasan utama
disematkannya julukan Warsy kepada beliau ini karena kulit beliau yang
berwarna putih. Sebab dalam bahasa Arab, kata Warsy berarti sesuatu
yang dibuat dari susu. Julukan Warsy sangat melekat dalam diri Imam
Utsman, sehingga beliau tidak dikenal kecuali dengan julukan tersebut.
Beliaupun sangat menyukai julukan ini. Ketika seseorang bertanya
perihal julukan tersebut, beliau menjawab: guruku yang menyematkan
7
Rumi Chafidhoh dan Kholila Mukaromah, “Sejarah Alqura; Telaah Atas Sejarah Sab’u
Qira’at dalam Disiplin Ilmu”, STAIN Kediri: Jurnal QOF, Volume 1 Nomor 1 Januari 2017, hlm.
44

6
julukan itu. Dari segi fisik, beliau memiliki perawakan yang tidak terlalu
tinggi, mungil, gemuk, berambut pirang, memiliki bola mata yang
berwarna hijau serta warna kulit yang putih.8 Beliau wafat di Mesir pada
tahun 197 H, tepatnya pada usia 87 tahun, yaitu pada zaman
pemerintahan khalifah al-Ma’mun.
a. Perjalanan Intelektual
Dalam perjalanan intelektualnya, Imam Warsy telah mengembara
dari negara Mesir hingga ke Madinah semata-mata untuk membaca
dan mempelajari Alquran dari Imam Nafi’. Beliau telah
mengkhatamkan empat kali bacaan dihadapan Imam Nafi’ dalam
sebulan yaitu pada tahun 155 H. Beliau juga menegaskan bahwa
Imam Warsy mengkhatamkan bacaan satu mushaf dalam masa tujuh
hari, yaitu satu pertujuh (1/7) mushaf sehari lantaran minatnya yang
bersungguh-sungguh untuk menguasai ilmu bacaan Alquran. Maka,
dalam masa tujuh hari beliau mengkhatamkan empat kali khatam
bacaan. kemudian ia kembali ke Mesir dan mengajar Qira’at di sana
hingga wafatnya pada tahun 197 H. Warsy dikenal sebagai qori’ yang
memiliki suara yang indah dan merdu, menguasai tajwid dan juga tata
bahasa Arab yang bagus.9
Bukti penguasaan dan keilmuannya dalam bidang bacaan Alquran
yaitu beliau telah dilantik oleh kerajaan Mesir mengetuai institusi
pengajian Alquran di negara Mesir pada zamannya. Imam Warsy juga
terkenal sebagai orang yang pakar dalam bahasa Arab serta mahir
dibidang tajwid Alquran. Faktor ini juga membantu beliau dikenali
sebagai pakar dalam ilmu Alquran dan qira’at Alquran.10

8
Moh. Fathurrozi, “Warsy, Imam Qira’at yang Bersuara Indah”, 2008, (online)
https://islam.nu.or.id/post/read/100497/warsy-imam-qiraat-yangbersuara-indah, (diakses pada
tanggal 18 Februari 2020, pukul 15:42 WIB)
9
PP.Ath Thohiriyyah Purwokerto Banyumas, “Biografi Imam Qur’an (Nafi’)”, 2018,
(online) www.thohiriyyah.com/biografi-imam-quran-nafi/, (diakses pada tanggal 18 Februari 2020,
pukul 16:40 WIB)
10
M. Salleh, Pengenalan Imam Warsy, 2009, Makalah Imam Warsy, hlm.36-37.

7
b. Guru dan Murid Imam Warsy
Guru Imam Warsy: 11
1) Nafi’ al-Madani
2) Isma’il al-Qisth
3) Abdul Warits
4) Abu ‘Amru
5) Hafs
Menurut Muhammad al-Ibrahimyy (1990), diantara murid-murid
Imam Warsy yang tersohor12 yaitu:
1) Abu Ya’qub Yusuf ibn ‘Ammar ibn Yasar al-Azraq
2) Abu Bakr ibn ‘Abd al-Rahim al-Albahaniyy
3) Abu ar-Rabi’ al-Mahri
4) Ahmad bin Shalih
5) Yunus bin Abdul A’la
6) Daud bin Abi Thaibah

B. Manhaj Qiro’ ah Imam Nafi Riwayat Imam Warsy13


1. Membaca Basmalah dan tanpa Basmalah (saktah dan wasol) antara dua
surah kecuali antara surah Anfal dan Taubah.
Dalil as-Syatibi dalam bab Basmalah :
‫صلل‬َ‫صنل لونسهكتلنن هكلُل )لج(لل لياهه لح ص‬
‫لو ص‬
‫ضهح ال ط‬
‫طلل‬ ‫ه‬
‫ج(نيدهه لوا ص‬ ُ‫ل‬ ‫ل‬
‫لوصفيِلها صخلف ) ص‬
2. Menghazafkan (buang) alif pada kalimah (‫ )مالك‬di dalam surah al-Fatihah
saja menjadi (‫)ملك‬. Dalil as-Syatibi dalam bab Ummul Quran :
‫ك يلنوصم الدديصن )لر(اصويصه )لن(ا ص‬
‫صلُر‬ ‫لولمالص ص‬
3. Mim al-Jama’ adalah huruf Mim yang menjadi akhir dari kata Jama’ al-
Mudzakkar. Jika huruf setelah Mim al-Jama’ berupa huruf Hamzah
Qatha’ maka Mim al-Jama’ dibaca dengan di-dhammah (Shilah Mim
Jama’) yang panjangnya 6 harakat (Thul/Mad al-Munfashil).
Contohnya :
‫ لعللنيِصهنم لءانلذنرتلههنم‬dibaca ‫لعللنيِصههموآ لءانلذنرتلههنم‬
‫ لولخللنقلناهكنم ألنزلواججا‬dibaca ‫لولخللنقلناهكهم ألنزلواججا‬
Dalil as-Syatibi dalam bab Ummul Quran :

11
Wikipedia, “Warasy”, (online) https://id.m.wikipedia.org/wiki/warasy, (diakses pada
tanggal 18 Februari 2020, pukul 16:48 WIB)
12
Wikipedia, “Warasy”, (online)
13
Mohd. Nazri, “Manhaj Cara Bacaan Qalun dan Warsy” (online)
https://ilmquran.blogspot.com/2011/03/manhaj-cara-bacaan-qalun-dan-Warsy.html (diakses pada
19 Februari 2020, pukul 16.30 WIB)

8
‫ووهممن قومبهل وهممهز املقومطهع ه‬
‫صملوهاَ هل)ِوومر ه‬
‫ش(ِههمم‬
4. Pada mad munfasil yakni huruf mad yang bertemu dengan huruf Hamzah
di lain kata. Imam Warsy membaca Mad al-Munfashil dengan Thul
(panjang 6 harakat). Seperti ‫ لولمآَ هأنصزلل‬,‫ يا أيها الذي‬dan mad muttasil seperti

‫ وللئص ل‬,‫جاء‬, Warsy membaca dengan Thul.


‫ك‬
Dalil as-Syatibi dalam bab al-Mad wal Qasr :
‫ضل‬ ‫طصالجبا بصهخُلفصصهلما يهنرصويك لدجررا لوهمخُ ل‬‫صلر لباصدنرهه ل‬ ‫صنل لفانلقل ن‬
‫فلا صنن لينفل ص‬
َ‫صولههه فصصىَ أهدملها ألنمهرهه إصللى‬
‫صلههه لولمنف ه‬
‫لكصجىَلء لولعنن هسوءء لولشاجء اصتد ل‬
‫ ) الل ص‬Warsy membaca dengan tiga wajah
5. Pada mad badal ( ‫ لءالمششلن‬، َ‫خششلرة‬
madnya iaitu 2,4 dan 6 harakat.
Dalil as-Syatibi dalam bab al-Mad wal Qasr :
‫طصَولل لولوصَس ل‬
‫طه ه‬ ‫ش( هم ل‬ ‫ت ألنو هملغيِصَءر فلقل ن‬
‫صلُر لوقلند يهنرلوىَ صل)لونر ء‬ ‫لولما بلنعلد هلنمءز لثابص ء‬
6. Pada mad lin yang dihujung kalimah tersebut terdapat huruf hamzah

‫ لش ن‬، ‫ ) لشنيِجئا‬dan yang seumpama dengannya, Warsy membaca


seperti (‫يء‬
dengan 2 wajah yaitu 4 dan 6 harakat madnya.
Dalil as-Syatibi dalam bab al-Mad wal Qasr :
‫ح لوهلنملزءةَ بصصكنللمءة انو لوالُو فللونجلهاصن هجدملل‬
‫لوإصنن تلنسهكصن انلليِا بلنيِلن فلنت ء‬
‫صهل )لونر ء‬
(‫ش‬ ‫صءر لو ن‬ ‫بص ه‬
‫طوءل لوقل ن‬
7. Pada satu kalimah yang mempunyai dua huruf hamzah Qato’ seperti (

‫ألصءلذا‬، ‫ألهءنلبدئههكنم‬، ‫)لءأننلذنرتلههنم‬, Warsy membaca dengan tashil pada huruf hamzah
yang kedua.
Dalil as-Syatibi dalam bab Hamzataini min Kalimah :
ُ‫ح هخنل ل‬
‫ف لصتلنجهملل‬ ‫لوتلنسصهيِهل أهنخلرىَ هلنملزتلنيِصن بصصكنللمءة )لسلما( لوبصلذا ص‬
‫ت اللفلنت ص‬
Warsy mempunyai bacaan yang kedua jika kedua-dua huruf hamzah
Qato’ tersebut berbaris atas. Contohnya ( ‫) لءأننششلذنرتلههنم‬, maka Warsy
membaca dengan 6 harakat madnya yaitu pada huruf hamzah Qato’ yang
pertama sekiranya huruf yang ketiga yaitu nun berbaris sukun. Tetapi jika
huruf yang ketiga tersebut berbaris seperti (‫ )لءأللصهد‬yaitu huruf lam berbaris,

9
maka Warsy hanya membaca madnya dengan 2 harakat saja pada huruf
hamzah Qato’ yang pertama.
Dalil as-Syatibi dalam bab Hamzataini min Kalimah :
‫ش( لوصفىَ بلنغلدالد يهنرلوىَ هملسهصَلل‬ ‫لوقهنل أللصجفا لعنن ألنهصل صم ن‬
‫صلر تلبلصَدلل ن‬
‫ت صل)لونر ء‬
8. Terdapat dua manhaj, yakni;
a. Apabila bertemu dua huruf hamzah Qato’ yang sama barisnya dalam
dua kalimah, maka Warsy membacanya dengan 2 cara iaitu :
1) Warsy akan mentashilkan huruf hamzah Qato’ yang kedua.
Contohnya :( ‫) ألنولصليِاهء أ هنوللصئك‬، ( ‫عللىَ انلبصلغاصء صإن‬
‫) ل‬، ( ‫)لجالء ألنمهرلنا‬
2) Bacaan yang kedua pula, Warsy mentashilkan huruf hamzah yang
pertama dan mengibdalkan huruf hamzah yang kedua. Sekiranya
huruf yang ketiga berbaris sukun seperti pada kalimah ( ‫جالء ألنمهرلنا‬
‫) ل‬
yaitu huruf mim nya sukun, maka madnya diibdalkan dengan 6
harakat .Tetapi jika huruf yang ketiga berbaris seperti pada kalimah (

‫ )ألنولصليِاهء أهنولئص ل‬yaitu huruf lam nya berbaris, maka madnya diibdalkan
‫ك‬
dengan 2 harakat saja.
Dalil as-Syatibi dalam bab Hamzataini min Kalimataini :
‫ض انللمدد لعننلها تلبلصَدلل‬ ‫لوالهنخلرىَ لكلمدد صعننلد )لونر ء‬
‫ش( لوقهننبهءل لوقلند صقيِلل لمنح ه‬
# Khusus pada kalimah ( ‫ ) هلهؤللصء صإن‬di dalam surah al-Baqarah dan ( َ‫عللى‬ ‫ل‬
‫ ) انلبصلغاصء صإن‬dalam surah an-Nur, Warsy mempunyai wajah yang ketiga
yaitu mengibdalkan huruf hamzah Qato’ yang kedua dengan huruf
ya’ iaitu ( ‫ )هلهؤللصء يصنن‬dan ( ‫عللىَ انلبصلغاصء صين‬
‫) ل‬.
Dalil as-Syatibi dalam bab Hamzataini min Kalimataini :
‫لوصفىَ هلهؤلل إصنن لوانلبصلغا إصنن صل)لونر ص‬
‫ش(صهنم‬
‫ف انللكنسصر بلنع ه‬
‫ضههنم تللل‬ ‫بصليِاءء لخصفيِ ص‬
b. Apabila bertemu dua huruf hamzah Qato’ yang berbeda barisnya dalam
dua kalimah, maka Warsy membaca seperti berikut :
1) Jika huruf hamzah yang pertama berbaris atas dan hamzah kedua
berbaris bawah seperti ( َ‫) تلصفىَلء إصللى‬, maka Warsy membaca dengan
tashil huruf hamzah yang kedua.
2) Jika huruf hamzah yang pertama berbaris atas dan hamzah kedua
berbaris depan seperti ( ُ‫جالء أ هصَمةل‬
‫) ل‬, maka Warsy membaca dengan
tashil huruf hamzah yang kedua.

10
3) Jika huruf hamzah yang pertama berbaris depan dan hamzah kedua
berbaris atas seperti ( ‫سفللهاهء أللل‬
‫) ال ه‬, maka Warsy membaca dengan
ibdal huruf hamzah yang kedua dengan wau menjadi ( ‫سفللهاهء لول‬
‫) ال ط‬.
4) Jika huruf hamzah yang pertama berbaris bawah dan hamzah kedua
berbaris atas seperti ( ‫سششلماصء ألصوائتصنلششا‬
َ‫) صمششلن ال ص‬, maka Warsy membaca
dengan ibdal huruf hamzah yang kedua dengan huruf ya menjadi
(‫سلماصء يلصوائصتنا‬
َ‫)صملن ال ص‬.
5) Jika huruf hamzah yang pertama berbaris depan dan hamzah kedua
berbaris bawah seperti ( َ‫شاهء إصللى‬
‫) يل ل‬,maka Warsy membaca dengan
dua wajah iaitu :
a) Tashil huruf hamzah yang kedua.
‫يل ل‬
b) Ibdal huruf hamzah yang kedua dengan huruf wau menjadi ( ‫شاهء‬

َ‫)صولى‬.
Dalil as-Syatibi dalam bab Hamzataini min Kalimataini :
‫لوتلنسصهيِهل الهنخلرىَ صفىَ انختصللفصصهلما )لسلما( تلصفىَلء إصللىَ لمنع لجالء أهصَمةج أهننصزلل‬
‫صنبلنا لوالصَسلماصء ألصوانئتصلنا فلنلنولعاصن قهنل لكانلليِا لولكانللواصو لسهصَلل‬ ‫نللشاهء أل ل‬
‫س لمنعصدل‬ ‫لونلنولعاصن صمننلها أهنبصدلل صمننههلما لوقهنل يللشاهء إصللىَ لكانلليِاصء ألنقيِل ه‬
9. Pada bab Hamzah Mufrad, Warsy mengibdalkan huruf hamzah yang
terletak pada wazan (‫ )ف‬fe’el. Ibdal secara bahasa berarti mengganti.
Ibdal adalah mengganti Hamzah sukun menjadi Mad. Dalam Qira’at
Imam Nafi’ riwayat Imam Warsy, Hamzah sukun yang berada ditengah
kata diubah menjadi Mad.
Contoh : ( ‫ ) يهنؤصمنهنولن‬menjadi ( ‫) يهنوصمنهنولن‬.
Dalil as-Syatibi dalam bab Hamzah Mufrad :
‫ف لمدد همبلددلل‬
‫ش( يهصريلها لحنر ل‬ ‫ت لفاجء صملن انلفصنعصل هلنملزةَلُ ل‬
ُ‫ف)لونر ل‬ ‫إصلذا لسلكنل ن‬
10. As-Sakin al-Mafshul adalah bertemunya huruf shahih sukun yang teletak
di akhir kata dengan huruf Hamzah Qatha’ yang terletak di awal kata
berikutnya. Warsy membacanya dengan akan memindahkan harakat
huruf hamzah Qato’ yang berbaris kepada huruf sebelumnya ( ‫ )نقل‬yang
sukun, sehingga huruf hamzah tidak dibaca lagi. Jika huruf Hamzah
berupa huruf mad maka huruf sebelumnya dibaca dengan Thul setelah
terjadi an-Naql.

11
Contoh :
( ‫ ) لمنن لءالملنا‬menjadi ( ‫) لملنالملن‬

( ‫ ) قلند ألنفلللح انلهمنؤصمهنولن‬menjadi (‫) قللد انفلللح انلهموصمهنولن‬


Hal ini tidak berlaku jika huruf mati yang menjadi akhir kata berupa
huruf mad atau mim jama’.
Dalil as-Syatibi dalam bab Naqal :
‫ح بصلشنكصل انلهلنمصز لوانحصذنفهه همنسصهلل‬ ‫ش( هكصَل لساصكءن اصخءر ل‬
‫صصحيِ ء‬ ‫لولحدرنك صل)لونر ء‬
11. Lam at-Ta`rif adalah huruf Laam sukun yang sesudahnya berupa huruf
Hamzah dan ditulis bersambung (‫)ل‬. Imam Warsy membaca Lam at-
Ta`rif dengan Naql, yaitu memindahkan harakat huruf Hamzah ke huruf
Lam sehingga huruf Hamzah tidak lagi dibaca.
Contoh:
َ‫ انللنعللى‬dibaca َ‫اللنعلى‬
Jika huruf Hamzah setelah Lam berupa huruf mad yang dibaca
dengan Thul (6 harakat) maka secara huruf Lam yang telah mengambil
harakat dari huruf Hamzah juga dibaca dengan Thul.
Contoh:
‫ ا ن ه‬dibaca َ‫اهلولى‬
َ‫لوللى‬
12. Warsy mengidghamkan huruf (‫ )ت‬ke dalam huruf (‫ )ذ‬di dalam kalimah (

‫)اصتصَلخُنذهتم‬.
Contoh :
‫ ثم أخنذتهلها‬dibaca ‫ثم أللخذتطلها‬
‫ت‬‫ للئصصن اتصَلخُنذ ل‬dibaca ‫ت‬
َ‫لئن اتصَلخُذ ص‬
Dalil as-Syatibi dalam bab Huruf Qurubat Makhrijiha :
‫… اتصَلخُنذتههموا أللخنذتهنم لوصفىَ اصلفللراصد ) ل‬
‫ع(الشلر )لد(نغفللل‬
13. Imalah adalah memiringkan harakat fathah menuju kasrah. Imalah
Terbagi menjadi 2 yaitu Imalah Kubra dan Imalah Sughra. Imalah Kubra
(biasa disebut Imalah saja) yaitu membaca huruf antara fathah dan kasrah
sehingga terdengar seperti vokal /e/ dalam kata “tekad”. Dalam riwayat

12
Warsy tariq al-Azraq, Imalah Kubra juga hanya terdapat pada satu tempat
yaitu pada huruf Ha dalam dalam surah Thaha ayat 1: (‫)طه‬
Dalil as-Syatibi dalam bab surah Yunus :
‫لوتلنح ه‬
‫ت )لج(جن‬
14. Imalah Sughra atau Taqlil yaitu membaca sebuah huruf dengan
memiringkan sedikit harakat fathahnya. Cara membaca Taqlil mirip
dengan penyebutan vokal /e/ dalam kata “relung” hanya saja vokal /e/
dibaca panjang. Dalam riwayat Warsy thariq al-Azraq, terdapat banyak
tempat dimana huruf dibaca dengan Taqlil. Contoh: (‫سلتوىَ ثهصَم‬
‫)ا ن‬
Terdapat tiga pembagian manhaj, yakni:
a. Taklil atau Imalah Sughra, cara bacaannya adalah diantara Fatah dan
Imalah Kubra. Warsy membaca fatah dan taklil dan pada zawatil Ya’

( ‫ ) ذوات اليِا‬yang dihujungnya bukan huruf (‫ )ر‬seperti (َ‫سى‬


‫ )همو ل‬dan
seumpama dengannya. Tetapi sekiranya diujungnya ada huruf ( ‫)ر‬
‫ )به ن‬dan seumpama dengannya, maka Warsy membaca
seperti (َ‫شلرى‬
dengan taklil saja tanpa khilaf.
Dalil as-Syatibi dalam bab al-Fath wal Imalah :
‫ش( بلنيِلن بلنيِلن لوصفىَ صأللرا‬
ُ‫لوهذو الصَراصء )لونر ل‬
‫ف )هج(دملل‬ ‫ت انلليِا للهه انلهخُنل ه‬
‫لكههنم لولذلوا ص‬
b. Warsy juga akan mentaklilkan kalimah yang diujungnya terdapat
huruf (‫ )ر‬yang berbaris bawah dan sebelumnya ada huruf alif seperti

( ‫هنم‬ ‫ ) أنب ل‬dan seumpama dengannya.


‫صاصر ص‬
Dalil as-Syatibi dalam bab al-Fath wal Imalah :
‫ش( لجصميِلع انللبا ص‬
‫ب لكالن همقللدلل‬ ُ‫لو)لونر ل‬
c. Warsy akan mentaklilkan kalimah ( ‫رين‬ ‫ ) لكافص ص‬dan ( ‫) انللكافصصرين‬.
Dalil as-Syatibi dalam bab al-Fath wal Imalah :
‫ش( لجصميِلع انللبا ص‬
‫ب لكالن همقللدلل‬ ُ‫لو)لونر ل‬
Perhatian :
Sekiranya terdapat dalam satu ayat (dalam satu nafas bacaan) mad
badal dan Zawatil Ya (fatah dan taklil) seperti ‫ فلتلللصَقىَ لءالدهم‬, maka
Warsy membaca dengan :
1) Fatah Zawatil Ya dengan 2 dan 6 harakat mad badal.
2) Taklil Zawatil Ya dengan 4 dan 6 harakat mad badal.

13
15. Warsy akan menipiskan huruf (‫ )ر‬yang berbaris atas atau berbaris depan
dengan syarat:
a. Sebelum huruf Ra ada huruf Ya yang sukun di dalam satu kalimah

‫) بل ص‬,( ‫ ) لخنيِلُر للهكنم‬.


seperti ( ‫شنيِجرا‬
b. Sebelum huruf Ra ada huruf yang berbaris bawah di dalam satu

‫) همبلدشجرا ( ) صسلرا ج‬,


kalimah seperti ( ‫جا‬
c. Sebelum huruf Ra ada huruf yang sukun dan sebelumnya berbaris
bawah serta huruf yang sukun tersebut bukanlah terdiri dari huruf-
huruf Isti’la’ kecuali huruf (‫ )خ‬seperti ( ‫إنجلراصمىَ () إنخلراج‬
Dalil as-Syatibi dalam bab ar-Ra’:
‫صلل‬ ‫ش( هكصَل لراءء لوقلنبلللها هملسصَكنلةج ليالُء ألصو انللكنسهر همو ل‬ ‫لولرقصَ ل‬
ُ‫ق )لونر ل‬
‫ف اصلنستصنعلل صسلوىَ اللخُا فللكصَملل‬ ‫صجل لساصكجنا بلنعلد لكنسلرءةَ صسلوىَ لحنر ص‬ ‫لوللنم يللر فل ن‬
16. Warsy akan menebalkan huruf lam yang berbaris atas sama ada
bertasydid atau tidak sekiranya sebelum huruf lam terdapat huruf ( ‫)ص‬

atau (‫ )ط‬atau (‫ )ظ‬,dan ketiga –tiga huruf tersebut berbaris sukun ataupun
berbaris atas.
Contoh :
‫ ) لم ن‬، ( َ‫صللحا‬
( ‫طللصع‬ ‫ ) إ ن‬، ( َ‫صللوة‬
َ‫) ال ص‬
Dalil as-Syatibi dalam bab al-Lam :
َ‫طاصء ألنو صلل ص‬
‫ظاصء قلنبهل تلنلطزلل‬ َ‫صاصدلها ألصو ال ص‬
‫ش( فلنتلح للءم لص ل‬ ‫لولغلصَ ل‬
ُ‫ظ )لونر ل‬
‫صلل‬ ‫ضا ثهصَم ل‬
‫ظصَل لوهيو ل‬ ‫صللتصصهنم لولم ن‬
‫طللصع ألني ج‬ ‫ت ألنو هسصكنل ن‬
‫ت لك ل‬ ‫إصلذا فهتصلح ن‬
17. Dalam bab Ya’ Idhofah, Warsy akan menghidupkan huruf Ya Idhofah
yang sukun kepada berbaris atas apabila bertemu dengan huruf hamzah
‫ ) إندنىَ أل ن‬menjadi ( ‫) إندلىَ ألنعللم‬.
yang berbaris atas seperti ( ‫عللم‬
Dalil as-Syatibi dalam bab Ya al-Idhofah :

‫فلتصنسهعولن لمنع هلنمءز بصفلنت ء‬


(‫ح لوتصنسهعلها )لسلما‬
‫) بللناتصنىَ صإن هكننهتم لفا ص‬
Atau huruf hamzah yang berbaris bawah seperti ( ‫عصليِن‬

‫) بللناتصلىَ صإن هكننهتم لفا ص‬.


dibaca ( ‫عصليِن‬
Dalil as-Syatibi dalam bab Ya al-Idhofah :
‫ح )هأ( وصلىَ هحنكءم‬
‫لوثصننلتاصن لمنع لخنمصسيِلن لمنع لكنسصر هلنملزءةَ بصفلنت ء‬

14
‫ ) إندنىَ أهلعيِهذ ل‬menjadi (
Atau huruf hamzah yang berbaris depan seperti ( ‫ها‬

‫ ) إندلىَ أهصعيِهذلها‬.
Dalil as-Syatibi dalam bab Ya al-Idhofah :
َ‫لولعنشلُر يلصليِلها انلهلنمهز صبال ص‬
‫ضدم همنشلكلل فللعنن )لنافصءع( لفانفتلنح‬
18. Pada kalimah ( َ‫ ) الن صَصبى‬,Warsy menambah huruf hamzah dan membaca

dengan mad muttasil dengan kadar 6 harakat menjadi ( ‫) الن صَصبىَء‬.


Dalil as-Syatibi dalam bab Surah al-Baqarah :
‫لولجنمجعا لوفلنرجدا صفىَ النصَصبىَصء لوصفىَ النطهبو لءةَل انلهلنملز هكلُل )لغنيِلر لنافصءع( ألنبلدلل‬
19. Pada huruf-huruf tahaji yang terdapat pada awal surah, Warsy membaca
dengan Taklil pada huruf Ra dalam ( ‫ ) الششر‬pada awal surah Yunus,

Hud,Yusuf, Ibrahim, Hijr dan ( ‫ ) المر‬pada surah ar-Ra’du.


Dalil as-Syatibi dalam bab surah Yunus :

‫لوهذو الصَرا صل)لونر ء‬


‫ش( بلنيِلن بلنيِلن‬
20. Warsy membaca dengan Taklil pada huruf ( ‫ ) الها‬dan ( ‫ ) اليِا‬pada (

‫ ) كهيِعص‬diawal surah Maryam.


Dalil as-Syatibi dalam bab surah Yunus :
‫لو )لنافصلُع( لللدىَ لمنريلءم لها ليا‬
21. Pada huruf ( ‫ ) الحا‬dalam semua surah yang bermula dengan ( ‫) حم‬,Warsy
membaca dengan Taklil.
Dalil as-Syatibi dalam bab surah Yunus :
‫ج(يهدهه‬
‫لولحا ) ص‬
22. Pada kalimah ( ‫ ) الت صَنولرىَششةل‬yang terdapat pada seluruh Alquran, Warsy
membaca dengan Taklil.
Dalil as-Syatibi dalam bab surah Ali Imran :
‫ك التصَنولراةَل لما هرصَد هحنسنههه لوقهلدلل صفىَ )لج(نوءد لوصبانلهخُنل ص‬
‫ف بللصَلل‬ ‫ضلجاهع ل‬
‫لوإص ن‬

C. Perbedaan Bacaan Antara Imam Qalun dan Imam Warsy


Contoh Bacaan Qira’at Sab’ah Imam Nafi14
1. ِ(Q.S Al-Baqarah:3ِ)

14
Anonim, “Bimbingan Qira’ah Sab’ah, hlm 29

15
     
  
a. Bacaan Riwayat Qalun
1) Tahqiq Hamzah Mufrad. Contoh: YU‟MINUWNA..
2) Takhfif Lam. Contoh: ASSHOALAA..
3) Sukun mim jama. Contoh: RAZAQNAAHUM..
b. Bacaan Riwayat Warsy
1) Ibdal Hamzah Mufrad, Yakni Hamzah Di Ibdalkan (Diganti)
Dengan Waw. Contoh: YUWWMINUWWNA..
2) Taghlizh Lam. Contoh: ASSHOLOOTA
3) Mempunyai 2 Wajah, Yaitu Sukun Mim Jama Dan Shila Mim
Jama Ketika Washal. Contoh: RAZAQNAAHUMUW..

2. ِ(Q.S Al-Ahzab ayat:40ِ)


        
       
 
a. Bacaan Riwayat Qalun
1) Mad munfasil dibaca qasar (2 harakat).
2) Mim jama’ dibaca sukun.
3) Ta’-nya dikasrah.
4) Dengan hamzah, maka mad muttasil dibaca Tawassut (4harakat).
b. Bacaan Riwayat Warsy
1) Dibaca An-Naql. Contoh: Muhammadunaba…..
2) Mad munfasil dibaca tul (6 harakat).
3) Mempunyai 2 Wajah, yaitu Sukun Mim Jama Dan Shila Mim
Jama Ketika Washal
4) Ta’-nya dikasrah.
5) Huruf lein boleh dibaca 2 wajah: tawassut dan tul:
- Syaiii…

16
- Syaiiiiii…..
3. Al-Fatihah: 4-715
    .....   
      
a. Warsy
‫ك‬
‫ لملص ص‬Membaca mim kedua, tanpa alif
b. Qalun
‫ لعللنيِصههموا‬Dibaca dengan silah mim jama’ dengan kadar 2 harakat

D. Persamaan dan Perbedaan Standar Bacaan Imam Hafs dan Imam


Warsy
Persamaan dari bacaan Qiroat riwayat Imam Hafs dan Imam Warsy yaitu
dari segi Makharij al-huruf dan sifat al-huruf. Sedangkan perbedaan dari
keduanya bisa dilihat didalam tabel berikut.16

Perbedaan
No Hafs Warsy
1. Dalam Bentuk Kata
‫نونماَ نيوندععوونن‬ ‫ياَددععوونن‬
‫نونماَ عن‬
Kerja
2. Isbat a. Baik
ibdal
‫هملؤصَججل‬ ‫عمنوججلل‬
hamzah
mufrad
b. Sukun Mim jama’ dibaca Mim jama’ dibaca
mim sukun atau mati panjang 6 harakat
– ‫صمنن ههنم اهدمطيِنولن‬ ‫– صمنن هههمنو اهدمطيِنولن‬
jama’ dan
‫لعللنيِههنملءالننلذنرتلههنم‬ ‫لعللنيِصههمنو لءالننلذنرتلههم‬
silah mim

15
Muhsin Salim “Ilmu Qira’at Tujuh” , 78. Lihat juga Muhammad Imamul Umam,
“Ahruf Sab’ah dan Qiraat” Kembang kerang: Jurnal Al-Irfani STAI Darul Kamal, Volume V No 1
Tahun 2019, hlm 11
16
Riza Taufik, “Komparasi Materi Bacaan Alquran Antara Riwayat Hafs Ibn Sulaiman Al-
Kufiy dengan Riwayat Warsy ‘Usman Ibn Sa’id Al-Misri dan Implikasinya pada Pembelajaran
Baca Alquran”, Universitas Teknokrat Indonesia: Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam,
Volume 9, No. 2, 2018, hlm 282

17
jama’
c. Mad Mad badal dibaca
(muttasil, Mad badal dibaca panjang dengan 3
munfassil, panjang 2 harakat macam yaitu 2/4/6
badal, harakat
layyin) ‫ لددليِإنماَنن‬- ‫– اننمنن الجرعسوعل‬ ‫ لددليِإنماَنن‬- ‫– اننمنن الجرعسوعل‬

‫اننمنن نمون‬ ‫اننمنن نمون‬


d. Izhar dan Huruf dal dari lafadz
Idgham ‫ قلند‬dan ta ta’nis dibaca
Dibaca idghom idghom apabila
bertemu dengan huruf
‫ظ–ض‬
‫د‬
‫ب بدنع ن‬
‫صاَنك‬ ‫ضدر و‬
‫ا و‬- ‫ظلللم – لكانل ن‬
‫ت‬ ‫ضلرنبلنا – فلقلند ل‬
‫لوللقلند ل‬

‫ت‬ ‫يِإيولهت ذألد ن د‬ ‫ل‬


‫ظالصلمةل‬
‫ك – لنئون بننسطو ن‬ ‫نن و‬
Memindahkan harakat
e. Naql Huruf hamzah tetap
hamzah kepada huruf
dibaca sesuai
yang mati sebelum
harakatnya
hamzah
‫النلصخلرةَ – النلنر ص‬
‫ض‬ ‫ اللل ن ص‬- َ‫الللصخلرة‬
‫ض‬ ‫ر‬
‫– قلند النفلللح – نلبلا لنبلنىَ اللدلم‬ ‫– قللد انفلللح – نلبلا لنبلنىَ الدلم‬
‫فلا صنن بللغ ن‬
‫ت اصنحلداههلما‬ ‫فلا صنن بللغ ص‬
‫ت انحلداههلما‬
3. Dialek a. Taghliz Huruf ‫ ل‬dibaca tarqiq, Huruf ‫ ل‬dibaca
(Lahja lam berbunyi la taghliz, berbunyi lo
‫صلل‬ َ‫ص‬
‫صلىَ – يهنو ل‬ ‫صلل تصصهنم – ألفل ل‬
‫طالل لعللنيِهكنم – هم ل‬ ‫لعنن ل‬
h)
b. Tarqiq ra Huruf ‫ ر‬dibaca
Huruf ‫ ر‬dibaca tarqiq
tafkhim/tebal yaitu
yaitu berbunyi ra
tetap berbunyi ro
‫ب – إدوخنراعجعهوم – فدطونرتَناَلله‬ ‫د‬ ‫د‬
‫دووزنرنك – ذوكنرنك – انلوموحنرا ن‬
c. Fathah Huruf alif dibaca Setiap alif yang
fathah pada aslinya asalanya dari ya atau
yaitu aa alif ta’nis atau alif
yang tertulis dalam

18
masahif Usmaniyyah
dengan bentuk ya (َ‫)ى‬
dibaca taqlil atau fath
yaitu berbunyi ree dan
aa
–‫ى‬
‫فعوعنلىَ – فدوعنلىَ – فنوعنلىَ – فعوعاَنل – فدوعاَنل – يِإعودنعىَ – عهندا ن‬
َ‫نمنت – أنوعنمىَ – بنينلى‬
d. Taqlil Huruf alif yang
terletak disetiap akhir
11 surah yakni surah
Taha, al-Najm, al-
Syams, al-A’la, al-
Lail, al-Duha,
al-‘Alaq, al-Nazi’at,
Huruf dibaca pada
‘Abasa, al-Qiyamah,
aslinya yaitu aa
dan al-Ma’arij, baik
yang asalnya ya
maupun ‫و‬, dan baik
yang terletak sesudah
‫ ر‬maupun bukan
dibaca taqlil atau
berbunyi ee
- - - -

- 

َ‫ضنحيَنهاَ – طننحيَنهاَ – ندنحيَنها‬ ‫د‬


‫ذوكنريِإنهاَ نت لنيَنهاَ – نونمورنعيَنهاَ – نو ع‬

Berdasarkan tabel di atas, maka perbedaan terletak dalam bentuk kata


kerja. Isbat (ibdal hamzah mufrad, sukun mim jama' dan silah mīm jama',
mad mutasil, munfasil, badal, dan layyin, izhar dan idgham, naql).

19
Perbedaan dialek (lahjah) baik taghliz lam, fathah, taqlil, dan tarqiq ra'.
Adanya perbedaan bacaan disebabkan oleh 2 (dua) aspek, yaitu:
a. Aspek Sejarah. Terdapat perbedaan bacaan yang diajarkan Rasulullah
SAW kepada para sahabat dan begitulah terus menerus sahabat
mengajarkan apa-apa yang sudah diajarkan Rasulullah SAW.
b. Aspek Biologis. Terdapat ilmu biolinguistik yang merupakan cabang
dari ilmu psikolinguistik yang mengkaji bentuk-bentuk alat ujar
manusia yang mempengaruhi hasil bahasa yang diujarkan oleh alat-alat
tersebut, dalam literatur dijelaskan bahwa sanad periwayatan imam
Hafs bersambung kepada Rasulullah SAW melalui Ali bin Abi Thalib
yang merupakan keturunan Bani Hasyim, sedangkan imam Warsy
bersambung kepada Rasulullah SAW melalui Ubai biin Ka’ab dari
keturunan Bani Khazraj yang tentunya pengucapan mereka berbeda.

20
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa:
Secara harfiah, qiraat adalah Ilmu yang membahas tentang tata cara
pengucapan Al-Qur'an berikut cara penyampaiannya. Dari para sahabatlah
para tabi’in memperoleh ilmu dan bacaan Al-Qur’an secara mutawatir dari
Rasulullah. Sebagian dari tabi’in inilah ada yang memiliki perhatian yang
sangat besar terhadap Al-Qur’an dan qira’atnya, hingga kemudian dikenal
sebagai ahli qira’at atau Qira’ah Sab’ah. Salah satu dari imam tersebut ialah
Imam Nafi’ yang memiliki 2 orang murid yang bertindak sebagai perawi yaitu
Imam Qolun dan Imam Warsy.
Adapun perbedaan bacaan antara Qira’at Imam Nafi’ riwayat Imam
Warsy dengan Imam yang lainnya disebabkan oleh 2 aspek, yaitu:
1. Aspek Sejarah. Terdapat perbedaan bacaan yang diajarkan Rasulullah
SAW kepada para sahabat dan begitulah terus menerus sahabat
mengajarkan apa-apa yang sudah diajarkan Rasulullah SAW.
2. Aspek Biologis. Terdapat ilmu biolinguistik yang merupakan cabang
dari ilmu psikolinguistik yang mengkaji bentuk-bentuk alat ujar
manusia yang mempengaruhi hasil bahasa yang diujarkan oleh alat-
alat tersebut, dalam literatur dijelaskan bahwa sanad periwayatan
imam Hafs bersambung kepada Rasulullah SAW melalui Ali bin Abi
Thalib yang merupakan keturunan Bani Hasyim, sedangkan imam
Warsy bersambung kepada Rasulullah SAW melalui Ubai bin Ka’ab
dari keturunan Bani Khazraj yang tentunya pengucapan mereka
berbeda.
Dengan alasan perbedaan itu lah menjadikan perbedaan pada lahjah,
kaidah, manhaj maupun tajwid antara Qira’at Imam Nafi’ riwayat Imam Wary
dengan Qira’at Imam lainnya.

21
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. “Bimbingan Qira’ah Sab’ah” IAIN Kendiri


Anonim. 2018 “Sejarah Bacaan 7 Imam Alquran”, (online)
https://evaluasikkpi.wordpress.com/sejarah-bacaan-7-imam-al-quran/
(diakses pada 17 Februari 2020)
Asri’, Ishaq. 2016. “Asas-asas Qiroat Nafi’ Riwayat Warsy Tariq al-Azhar”
(online) https://sipakaingeblog.wordpress.com/2016/02/26/kaidah-
bacaan-imam-warsy/ (diakses pada 19 Februari 2020)
Chafidhoh, Rumi dan Kholila Mukaromah. 2017 “Sejarah Alqura; Telaah
Atas Sejarah Sab’u Qira’at dalam Disiplin Ilmu” STAIN Kediri: Jurnal
QOF. Volume 1 Nomor 1 Januari
Fathurrozi, Moh. 2018. “Nafi’ al-Madani Imam Qira’at yang Berguru pada 70
Tabi’in” (online) https://islam.nu.or.id/post/read/100172/nafi-al-madani-
imam-qiraat-yang-berguru-pada-70-tabiin (diakses pada 18 Februari
2020)
Fathurrozi, Moh. 2008. “Warsy, Imam Qira’at yang Bersuara Indah” (online)
https://islam.nu.or.id/post/read/100497/warsy-imam-qiraat-yangbersuara-
indah, (diakses pada tanggal 18 Februari 2020)
Nazri, Mohd. 2011. “Manhaj Cara Bacaan Qalun dan Warsy” (online)
https://ilmquran.blogspot.com/2011/03/manhaj-cara-bacaan-qalun-dan-
Warsy.html (diakses pada 19 Februari 2020)
Rausha. 2013. “Mengenal Qiro’ah Sab’ah dan Sejarahnya” (online)
http://rausha-blog.blogspot.co.id/2013/08/mengenal-qiroah-sabah-
dansejarahnya.html (diakses pada 21 Februari 2020)
Salim, Muhsin. 2019. “Ilmu Qira’at Tujuh” , 78. Lihat juga Muhammad
Imamul Umam, “Ahruf Sab’ah dan Qiraat” Kembang kerang: Jurnal Al-
Irfani STAI Darul Kamal, Volume V No 1
Salleh, M. 2009. “Pengenalan Imam Warsy”. Makalah Imam Warsy
Taufik, Riza. 2018. “Komparasi Materi Bacaan Alquran Antara Riwayat Hafs
Ibn Sulaiman Al-Kufiy dengan Riwayat Warsy ‘Usman Ibn Sa’id Al-Misri

22
dan Implikasinya pada Pembelajaran Baca Alquran” Universitas
Teknokrat Indonesia: Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam. Volume 9,
No. 2
Thohiriyyah Ath. 2018. “Biografi Imam Qur’an (Nafi’)” (online)
www.thohiriyyah.com/biografi-imam-quran-nafi/, (diakses pada tanggal
18 Februari 2020)
Wikipedia. “Warasy” (online) https://id.m.wikipedia.org/wiki/warasy, (diakses
pada tanggal 18 Februari 2020)

23

Anda mungkin juga menyukai