Anda di halaman 1dari 5

Nama : Nur Hasti

NIM :30700121030

Kelas : Ilmu Hadis Reguler 1

Mata Kuliah : Manahij Al-Muhadditsin

Review Jurnal I

Jurnal Memahami Hadis Mutawatir dan Hadis Ahad


Nama Jurnal Dirayah (Jurnal Ilmu Hadis )
Vol. dan No. Volume 3 No.01
Tahun 2022
Penulis Budi Suhartawan dan Muizzatul Hasanah
Reviewer Nur Hasti
Tanggal Review 19 April 2023
Doi / link https://e-jurnal.stiqarrahman.ac.id/index.php/dirayah/article/download/83/51

Rumusan Masalah Problem pemahaman hadis nabi merupakan persoalan yang sangat serius
untuk dikaji dan diskusikan. Hal demikian mengingat hadis sebagai data
sumber kedua ajaran Islam setelah kitab suci Al-Qur’an.
Metode Penelitian Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data penelitian dengan library
research dengan metode content analysis.
Hasil a. Hadis mutawatir dan pembagiannya
Hadis mutawatir adalah hadis yang diriwayatkan oleh banyak perawi
yang kredibel (dapat dipercaya) dan mustahil melakukan kebohongan
berjama’ah publik dari hadis yang diterima dari sejumlah perawi yang
sama dengan mereka dari awal sanad sampai akhir sanad, dengan syarat
apabila tidak rusak /kurang perawainya pada seluruh tingkatan sanad
yang berlaku.
Adapun pembagian hadis mutawatir sebagai berikut :
- Hadis mutawatir lafadz : hadis yang lafadz-lafadz perawi itu sama,
baik hukum maupun artinya (maknanya).
- Hadis mutawatir maknawi : suatu hadis yang lafadz serta maknanya
berlain-lainan tetapt dapat diambill dari kumpulan suatu makna yang
global.
- Hadis mutawatir amaliy : amalan agama (ibadah) yang dikerjakan
oleh Rasulullah saw. kemudian diikuiti oleh para tabi’in dan
seterusnya diikuti oleh generasi demi generasi sampai saat ini.
b. Hadis ahad dan pembagiannya
Hadis ahad adalah hadis yang jumlah perawinya tidak mencapai jumlah
yang kuat dalam hal argumentasi datanya. Sebagaiman yang terdapat
dalam hadis yang dikategorikan masyhur.
Hadis ini terbagi menjadi dua bagian :
- Hadis masyhur : hadis yang diriwayatkan oleh tiga orang oerawi atau
lebih, pada setiap tingkatan sanad, selama tidak sampai tingkatan
mutawatir.
- Hadis ghairu masyhur. Adapun hadis ini terbagi menjadi dua:
 Ghairu masyhur aziz adalah hadis yang perawinya berjumlah
tidak kurang dari dua orang di seliruh level/tingkatan.
 Ghairu masyhur Gharib adalah hadis yang dalam sanadnya
terdapat satu orang yang menceritakan atau
meriwayatkannya.

Kesimpulan Dari hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa hadis mutawatir adalah
hadis yang diriwatkan oleh banyak perawi pada setiap tingkatan sanadnya
dan menurut akal tidak memungkinkan mereka sepakat untuk berdusta dan
memalsukan hadis. Sedangkan hadis ahad adalah hadis yang perawinya tidak
mencapai,terkadang mendekati, jumlah mutawatir.

Review jurnal ke-II

Judul Kedudukan dan keadilan sahabat


Nama jurnal Jurnal kajian literatur
Vol. dan No. Vol. 11 No.1
Tahun 2022
Penulis Ahmad Zuhri
Reviewer Nur Hasti
Tanggal review 19 April 2023
Doi/link hhtps://jurnal.uisu.ac.id/index.php/wahana/article/download/5474/4022

Rumusan masalah Menelaah tentang kedudukan dan keadilan sahabat dalam meriwayatkan
hadis Nabi.
Metode penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library search) dengan
pendekatan kuantitatif.
Hasil a. Kedudukan sahabat
Para sahabat mendapatkan keistimewaan tersendiri yang tidak pernah
dimiliki oleh manusia manapun selain periode mereka. Dalam Q.S Ali
Imran ayat 110 dinyatakan bahwa " kalian adalah umat terbaik yang
diutus untuk manusia”. Yang disapa (mukhatab) dalam ayat ini adalah
kalian yang dipahami sebagai sahabat.
b. Keadilan sahabat periwayat hadis dikatakan adil apabila :
Beragama islam, baligh, berakal, taqwa, memelihara muruah, tidak
berbuat dosa besar dan maksiat, tidak berbuat bidah.
Di samping ulama menjelaskan tentang kriteria-kriteria periwayat
yang adil, mereka juga mengemukakan cara penetapan keadilan
periwayat hadis, yaitu berdasarkan :
- Popularitas keutamaan periwayat di kalangan ulama hadis.
- Penilaian dari pakar kritikus periwayat hadis.
- Penerapan kaedah al-jarh wa at-ta’dil.

Kesimpulan Dari hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahw sahabat sebagai generasi
pertama yang bertemu dengan nabi saw. memiliki kedudukan yang sangat
penting dalam meriwayatkan hadis Nabi. Loyalitas keimanan dan keislaman
mereka yang luar biasa membuat mereka yang luar biasa membuat mereka.
Ini terlihat dari pendapat sebagaian ulama yang mengatakan seluruh sahabat
bersifat adil, sehingga tidak perlu diadakan penelitian terhadap kredibilitas
mereka. Padahal para sahabat juga manusia yang bisa melakukan kesalahan
dan dosa (walaupun jumlahnya sedikit). Hal ini tentu tidak dapat dibiarkan
begitu saja. Penelitian terhadap mereka perlu dilakukan. Penelitian terhadap
mereka tidak mengurangi nilai meereka sebagai sahabat. Hal ini merupakan
salah satu cara untuk memelihara keoriginalitasan khazanah keislaman yakni
hadis Nabi.

Review jurnal ke-III

Judul Urgensi ilmu jarh wa ta’dil dalam menentukan kualitas hadis


Nama jurnal Jurnal madaniyah
Vol. dan No. Vol.10 no.1
Tahun 2020
Penulis Srifariyati
Reviewer Nur Hasti
Tanggal review 20 April 2023
Doi/link hhtps://journal.stitpemalang.ac.id/index.php/madaniyah/article/view/1

Rumusan masalah Dalam studi ilmu hadis persoalan sanad dan matan merupakan dua unsur
penting menentukan keberadaan dan kualitas suatu hadis.
Metode penelitian Penulis tidak memaparkan metode penelitian yang digunakan.
Hasil Al-Jarh wa ta’dil adalah ilmu yang membahas tentang para perawi hadis dari
segi yang dapat menunjukkan keadaan mereka, dengan ungakapan atau lafadz
tertentu.
Pertumbuhan ilmu al-jarh wa ta’dil tumbuh Bersama-sama dengan
tumbuhnya periwayatn dalam islam, karena untuk mengetahui hadis-
hadisyanh shahih perlu mengetahui keadaan perawi-perawinya, ini cara yang
memungkinkan ahli ilmu menetapkan kebenaran perawi atau kedustaannya
sehingga ia dapat membedakan anatar yang diterima dan ditolak. Karena itu
para ulama menanyakan tentang keadaan para perawi, menelitikehidupan
ilmiah mereka, hingga mengetahui sipa yang lebih hafal, lebiah kuat ingatan,
dan lebih lama menyertai guru.
a. Syarat penjarah dan penta’dil
Syarat kritikus (mencatat atau menta’dilkan seseorang) adalah
berilmu, bertaqwa, wara’, jujur , menjauhi diri dari sifat fantastis,
serta memahami sebab pencatatan seseorang ataupun sebab
dikukuhkannya sebagai seorang yang adil, sebaliknya bila tidak
memiliki sifat-sifatini, maka tidak diterima penilainnya.
b. Lafadz jarh wa al ta’dil
Lafadz ta’dil dam jarh bervariasi dan masing-masing mempunyai
kekuatan. Perbedaan kritikus mempengaruhi perbedaan lafadz, dan ini
perlu diperhatikan. Jika terjadi pertentangan anatar jarh dan ta’dil maka
jumhur ulama kritikus berpendapat bahwa lebih mendahulukan jarh
mufassar dari pada ta’dil.
Kesimpulan Dari hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa mempelajari ilmu al-
jarh wa ta’dil sangatlah penting untuk menentukan kualitas hadis nabi.
Seorang peneliti haruslah memeiliki pengetahuan yang cukup tentang ilmu
jarh wa ta’dil untuk dapat menyimpulkan kredibilitas seorang rawi dalam
menentukan kulitas sebuah hadis.
Ilmu jarh wa ta’dil adalah ilmu yang membahas di dalamnya penilain baik
dan buruk atau cacat dari seorang kritikus terhadap rawi hadis. Ilmu ini
tumbuh bersama-sama dengan tumbuhnya periwayatn dalam islam.

Review jurnal ke-IV

Judul Kajian ketersambungan sanad (Ittisal al-sanad)


Nama jurnal Jurnal living hadis
Vol. dan No. Vol.1 No.2
Tahun 2016
Penulis Muhammad Anshori
Reviewer Nur Hasti
Tanggal review 23 april 2023
Doi/link https://ejournal.uin.suka.ac.id/ushuluddin/Living/article/view/1123/1025

Rumusan masalah Perlunya pengembangan studi hadis yang tidak hanya terfokus pada sanad
saja tetapi juga pada matan.
Metode penelitian Penulis tidak memaparkan metode penelitian yang digunakan
Hasil Ittisal Al-sanad merupakan istilah yang menghubungkan antara satu
periwayat dengan periwayat lainnya, atau hubungan guru murid.
Adapun metode kajian ittisal al-sanad yaitu :
- Sigatal – Tahammul wa al-ada’
- Semasa (mu’asarah)
- Setempat
- Hubungan guru dengan murid
Kajian tentang kualitas sanad hadis memang sangat luas sehingga
berimplikasi p-ada munculnya istilah ittisal dan inqita’ al-sanad . hadis yang
mrmiliki sanad bersambung belum tentu sahih jika diuji dengan ilmu al-jarh
wa al-ta’dil. Selain itu , hadis yang sanadnya bersanad belum tentu bisa
dikatakan periwayatannya sampai kepada nabi saw. (marfu’) , tetapi ada juga
hadis yang sanadnya bersambung sampai kepada sahabat (mauqu’), dan
tabi’in (maqtu’). Hadis inipun bisa berkualitas sahih, meskipun harus diakui
bahwa istilah tersebut tidak pantas disebut hadis karena hadis khusus untuk
sesuatu yang bersumber dari nabi saw. tetapi karena istilah teknis yang dibuat
oelh ulama-ulama terdahulu untuk memudahkan dalam penisbatansuatu
ungkapan.
Kesimpulan Dari hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa studi hadis perlu
dikembanhgkan dengan tidak hanya terfokus pada sanad saja , tetapi juga
pada matan. Perkembangan studi hadis pada masa ini sudah menunjukkan hal
demikian meskipun semarak kajian Al-Qur’an. Tentu ini merupakan
tantangan bagi para pengkaji hadis untuk memberi kontribusi pada bidangnya
masing-masing.

Anda mungkin juga menyukai