HADIST ARBAIN
HADIST KELIMA
Kelompok 4:
1. Hafidzoh Nurul Fadhilah (14184499)
2. Ishmatul Izzahq (14184500)
3. Sintia Mutia Aprianti Tuasamu (14184512)
4. Suci Rahma (14184516)
ِ ع َْن أُ ِّم ْال ُم ْؤ ِمنِ ْينَ أُ ِّم َع ْب ِد هللاِ عَائِ َشةَ َر
ْ َض َي هللاُ َع ْنهَا قَال
قَا َل َرسُوْ ُل هللا صلى هللا: ت
“Dari Ummul Mu’minin; Ummu Abdillah; ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha dia berkata:
Rasulullah Shallallahu ’Alaihi wa Sallam bersabda: “Siapa yang mengada-ada dalam
urusan (agama) kami ini yang bukan bagian darinya, maka dia tertolak.” (Riwayat
Bukhari dan Muslim), dalam riwayat Muslim disebutkan: “Siapa yang melakukan suatu
amalan yang tidak ada contohnya dari kami, maka dia tertolak.”
B. Penjelasan Hadist
1. Hadits ini adalah pokok di dalam menimbang amalan lahiriyah (zhahir), dan suatu
amalan tidak akan diper- hitungkan kecuali apabila sejalan dengan syariat. Layaknya
hadits “sesungguhnya amalan itu tergantung pada niatnya” yang merupakan pokok
amalan batin. Dimana setiap amalan yang dilakukan untuk mendekatkan diri kepada
Allah SWT (taqorrub) haruslah dilakukan dengan ikhas karena Allâh dan yang akan
teranggap sesuai dengan niatnya.
2. Apabila suatu ibadah seperti wudhu’, mandi janabat, sholat atau lainnya dikerjakan
namun dengan cara menyelisihi syariat, maka ibadah tersebut tertolak dari pelakunya
dan tidak dianggap.
3. Hadits di atas menunjukkan bahwa barangsiapa yang mengada-adakan suatu bid’ah
yang tidak ada asalnya di dalam syariat, maka tertolak, dan pelakunya berhak
mendapatkan ancaman (dosa). Nabi SAW pernah bersabda saat di kota Madinah :
BAB III
PEMBAHASAN
A. Biografi Aisyah ra.
1. Silsilah
Aisyah binti Abu Bakar adalah istri dari Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi
Wassallam. Aisyah adalah putri dari Abu Bakar (khalifah pertama), hasil dari
pernikahan dengan istri keduanya yaitu Ummi Ruman yang telah melahirkan Abd al
Rahman dan Aisyah. Beliau termasuk ke dalam ummul-mu'minin (Ibu orang-orang
Mukmin). Aisyah terlahir empat atau lima tahun setelah diutusnya Rasulullah.
8. Wafatnya ‘Aisyah
‘Aisyah meninggal pada malam selasa, tanggal 17 Ramadhan setelah shalat witir,
pada tahun 58 Hijriyah. Yang demikian itu menurut pendapat mayoritas ulama. Ada
juga yang berpendapat bahwa beliau wafat pada tahun 57 H, dalam usia 63 tahun dan
sekian bulan. Para sahabat Anshar berdatangan pada saat itu, bahkan tidak pernah
ditemukan satu hari pun yang lebih banyak orang-orang berkumpul padanya daripada
hari itu, sampai-sampai penduduk sekitar Madinah turut berdatangan. Aisyah
dikuburkan di Pekuburan Baqi’. Shalat jenazahnya diimami oleh Abu Hurairah dan
Marwan bin Hakam yang saat itu adalah Gubernur Madinah.
B. Bahasan Pokok
1. Syariat Rasulullah Saw Yang Ada Di Zaman Rasulullah
Ada beberapa kebiasan yang dilakukan para sahabat berdasarkan ijtihad mereka
sendiri, dan kebiasaan itu mendapat sambutan baik dari Rasulullah SAW. Bahkan
pelakunya diberi kabar gembira akan masuk surga, mendapatkan rida Allah, diangkat
derajatnya oleh Allah, atau dibukakan pintu-pintu langit untuknya. Berikut adalah
contohnya :
a. Perbuatan sahabat Bilal yang selalu melakukan shalat dua rakaat setelah bersuci.
Perbuatan ini disetujui oleh Rasulullah SAW dan pelakunya diberi kabar gembira
sebagai orang-orang yang lebih dahulu masuk surga.
b. Diriwayatkan oleh Imam Bukhari tentang sahabat Khubaib yang melakukan
shalat dua rakaat sebelum beliau dihukum mati oleh kaum kafir Quraisy.
Kemudian tradisi ini disetujui oleh Rasulullah SAW setahun setelah
meninggalnya.
c. Sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Rifa'ah ibn Rafi' bahwa
seorang sahabat berkata: "Rabbana lakal hamdu" (Wahai Tuhanku, untuk-Mu
segala puja-puji), setelah bangkit dari ruku' dan berkata "Sami'allahu liman
hamidah" (Semoga Allah mendengar siapapun yang memujiNya). Maka sahabat
tersebut diberi kabar gembira oleh Rasulullah SAW.
d. Sebuah hadis yang diriwayatkan dalam Mushannaf Abdur Razaq dan Imam An-
Nasa'i dari Ibn Umar bahwa seorang sahabat memasuki masjid di saat ada shalat
jamaah. Ketika dia bergabung ke dalam shaf orang yang shalat, sahabat itu
berkata: "Allahu Akbar kabira wal hamdulillah katsira wa subhanallahi bukratan
wa ashilan" (Allah Mahabesar sebesar-besarnya, dan segala puji hanya bagi Allah
sebanyak-banyaknya, dan Mahasuci Allah di waktu pagi dan petang). Maka
Rasulullah SAW memberikan kabar gembira kepada sahabat tersebut bahwa
pintu
pintu langit telah dibukakan untuknya.
e. Hadis lain yang diriwayatkan oleh At- Tirmidzi bahwa Rifa'ah ibn Rafi' bersin
saat shalat, kemudian berkata: "Alhamdulillahi katsiran thayyiban mubarakan
'alayhi kama yuhibbu rabbuna wa yardha" (Segala puji bagi Allah, sebagaimana
yang disenangi dan diridai-Nya). Mendengar hal itu, Rasulullah SAW bersabda:
"Ada lebih dari tiga puluh malaikat berlomba-lomba, siapa di antara mereka yang
beruntung ditugaskan untuk mengangkat perkataannya itu ke langit."
f. Demikian juga hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dan Imam An-Nasa'i
dari beberapa sahabat yang duduk berzikir kepada Allah. Mereka
mengungkapkan puji-pujian sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah karena
diberi hidayah masuk Islam, sebagaimana mereka dianugerahi nikmat yang
sangat besar berupa kebersamaan dengan Rasulullah SAW. Melihat tindakan
mereka, Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya Jibril telah memberitahuku
bahwa Allah sekarang sedang berbangga-bangga dengan mereka di hadapan para
malaikat."
Dari tindakan Rasulullah SAW yang menerima perbuatan para sahabat
tersebut, kita bisa menarik banyak pelajaran sebagai berikut:
a. Rasulullah SAW tidak akan menolak tindakan yang dibenarkan syariat selama
para pelakunya berbuat sesuai dengan pranata so sial yang berlaku dan
membawa manfaat umum. Dengan demikian, perbuatan tersebut bisa
dianggap sebagai bentuk taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah Swt yang
bisa dilakukan kapan saja, baik di malam maupun siang. Perbuatan ini tidak
bisa disebut sebagai perbuatan yang makruh, apalagi bid'ah yang sesat.
b. Orang Islam tidak dipersoalkan karena perbuatan ibadah yang bersifat mutlak,
yang tidak ditentukan waktunya dan tempatnya oleh syariat. Terbukti bahwa
Rasulu1lah SAW telah membolehkan Bilal untuk melakukan shalat setiap
selesai bersuci, sebagaimana menerlma perbuatan Khubaib yang shalat dua
rakaat sebelum menjalani hukuman mati di tangan kaum kafir Quraisy.
c. Tindakan Nabi SAW yang membolehkan bacaan doa-doa waktu shalat, dan
redaksinya dibuat sendiri oleh para shahabat, atau juga tindakan beliau yang
membolehkan dikhususkannya bacaan surat-surat tertentu yang tidak secara
rutin dibaca oleh beliau pada waktu shalat, tahajjud, juga doa-doa tambahan
lain. Itu menunjukkan bahwa semua perbuatan tersebut bukanlah bid'ah
menurut syariat. Juga tidak bisa disebut sebagai bid'ah jika ada yang berdoa
pada waktu-waktu yang mustajabah, seperti setelah shalat lima waktu, setelah
adzan, setelah merapatkan barisan (dalam perang), saat turunnya hujan, dan
waktu-waktu mustajabah lainnya. Begitu juga doa-doa dan puji-pujian yang
disusun oleh para ulama dan orang orang shalih tidak. bisa disebut sebagai
bid'ah. Begitu juga zikir-zikir yang kemudian dibaca secara rutin selama isinya
masih bisa dibenarkan oleh syariat.
d. Dari persetujuan Nabi SAW terhadap tindakan beberapa sahabat yang
berkumpul di masjid untuk berzikir dan menyukuri nikmat dan kebaikan Allah
Swt serta untuk membaca Al-Qur'an, dapat disimpulkan bahwa tindakan
mereka mendapatkan legitimasi syariat, baik yang dilakukan dengan suara
pelan ataupun dengan suara keras tanpa ada perubahan makna dan gangguan.
Dan selama tindakan tersebut bersesuaian dengan kebutuhan umum dan tidak
ada larangan syariat yang ditegaskan terhadapnya, maka perbuatan tersebut
termasuk bentuk mendekatkan diri kepada Allah, dan bukan termasuk bid'ah
menurutsyariat.
c. Bid’ah Dalam Hal Ibadah Dan Taqarrub Kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Bid’ah-bid’ah yang berkaitan dengan ibadah, pada saat ini cukup banyak.
Pada dasarnya ibadah itu bersifat tauqif (terbatas pada ada dan tidak adanya
dalil), oleh karenanya tidak ada sesuatu yang disyariatkan dalam hal ibadah
kecuali dengan dalil. Sesuatu yang tidak ada dalilnya termasuk kategori bid’ah,
berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
ْس َعلَ ْي ِه أَ ْم ُرنَا فَهُ َو َر ٌّد
َ َم ْن َع ِم َل َع َمالً لَي
“Barangsiapa mengerjakan amalan yang tidak ada padanya perintah kami
maka dia tertolak” [Hadits Riwayat Muslim]
Ibadah-ibadah yang banyak dipraktekkan pada masa sekarang ini, sungguh
banyak sekali, di antaranya ; Mengeraskan niat ketika shalat. Misalnya dengan
membaca dengan suara keras.
َ ُا
َ صلِّ ۡي فَ ۡر
………..ض
“Aku berniat untuk shalat ini dan itu karena Allah Ta’ala”
Ini termasuk bid’ah, karena tidak diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam dan karena Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.
B. Saran