Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM

KOMUNIKASI TERAPEUTI PADA BALITA DAN ANAK

INSTRUKTUR : “ASEP NOVIANTO S.KM., M.PH

DISUSUN OLEH :

A3

GALIH AYU ARUM SARI (14184498)

HAFIDZOH NURUL FADHILAH (14184499)

ISHMATUL IZZAH (14184500)

ISNA’IN NUR WAHIDAYAH (14184501)

KONSENTRASI KESEHATAN REPRODUKSI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STIKES SURYA GLOBAL

YOGYAKARTA

2021
1. Stategegi komunikasi terapeutik pada anak hyperaktif
Staregi yang dapat dilakukan yaitu dengan melakukan pendekatan kepada klien (anak
yang hiperaktif dan juga orang tua anak tersebut) yaitu :
a. Berkomunikasi dengan dengan orang tua mengenai si anak
(kepribadian,kebiasaan, dll) untuk mengetahui lebih dalam bagaimana karakter si
anak.
b. Mulai berkenalan dengan anak
c. Melakukan pendekatan kepada anak baik secara verbal maupun non verbal seperti
menggunakan teknik bercerita, mengalihkan perhatian anak dengan mainan,
berinteraksi dengan anak melalui tulisan dan gambar agar terjalin hubungan yang
baik dengan anak dan anak lebih terbuka dengan petugas.
d. Melakukan analisis terhadap apa yang terjadi pada anak dan membantu mencari
solusi kepada orang tua.
e. Melakukan evaluasi kepada anak dan orang tua (klien).

2. Identifikasi
a. Literasi tentang anak hiperaktif
Menurut Taylor (1988) Anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian dan
hiperaktivitas mengakibatkan masalah fisik, perilaku, kognitif, sosial, dan gangguan
belajar karena konsentrasi belajar yang rendah. Bila masalah tersebut dibiarkan akan
menghambat anak untuk memenuhi tugas-tugas perkembangan, prestasi belajar buruk,
mengganggu orang lain, dan juga sekitarnya. Gangguan Pemusatan Perhatian dan
Hiperaktivitas (GPPH) atau attention deficit hyperaktivity disorder (ADHD), sebagai pola
perilaku tidak mau diam, tidak menaruh perhatian dan impulsif (semaunya sendiri).
Hiperaktivitas juga mengacu ketidakmampuan mengendalikan diri, seperti
mengambil keputusan atau kesimpulan tanpa memikirkan akibat-akibat yang mungkin
timbul, dan sering menyebabkan pelakunya terkena hukuman atau mengalami
kecelakaan. Hiperaktif (GPPH/ADHD) merupakan kelainan yang tidak jelas asal usulnya.
Beberapa ahli berpendapat bahwa kondisi gangguan perilaku tersebut berkombinasi
dengan sifat tertentu, seperti gelisah, tidak mampu berkonsentrasi, serta terus menerus
berbicara. Sulit berkonsentrasi, menyebabkan prestasi sekolahnya menurun. Anak
hiperaktif, perilakunya tidak memiliki tujuan, dan biasanya memiliki rentang perhatian
atau konsentrasi sangat pendek dibandingkan teman-teman seusianya. Kecenderungan
anak hiperaktif lain adalah keras kepala dan suka mengabaikan perintah (dalam Mulyono,
2007:4).
Walaupun anak-anak ADHD cenderung memiliki inteligensi rata-rata atau di atas
rata-rata, mereka sering kali berprestasi di bawah potensinya di sekolah. Mereka sering
berbuat keributan di kelas cenderung sering berkelahi (terutama anak laki-laki). Mereka
gagal mengikuti atau mengingat instruksi atau menyelesaikan tugas. Mereka
kemungkinan besar memiliki kesulitan belajar, mengulang kelas, dan ditempatkan pada
kelas khusus. ADHD pada anak mengakibatkan prestasi belajar tidak optimal bahkan
pada tingkat prestasi yang rendah dan penampilan psikomotorik buruk, sebagai akibat
adanya kesulitan fungsi koordinasi, respon emosi, keterampilan bergaul, dan
keterampilan belajar. Anak-anak dengan ADHD lebih besar kemungkinannya untuk
gagal dalam mengemban tugas, diskors dari sekolah, dan membutuhkan intervensi
lanjutan selama masa remaja, dibandingkan teman-teman sebaya lainnya.

hiperaktif adalah kondisi ketika anak terus aktif tidak melihat waktu, situasi, dan suasana
sekitar.
Berikut beberapa tanda anak hiperaktif, yaitu:
 Berlari dan berteriak saat main meski berada di dalam ruangan.
 Berdiri di tengah kelas dan berjalan-jalan ketika guru sedang bicara.
 Bergerak dengan cepat sampai menabrak orang lain atau barang-barang
 Bermain terlalu kasar sampai melukai anak lain bahkan diri sendiri
 Bicara terus menerus
 Sering mengganggu orang lain
 Bergerak meski sedang duduk
Anak dengan ADHD dapat mengalami kurangnya kemampuan untuk memusatkan perhatian
(inatensi) atau tidak bisa diam (hiperaktif), dan impulsif. Anak dengan ciri inatensi mudah
teralihkan perhatiannya, sering tidak memperhatikan, dan pelupa. Sedangkan anak dengan ciri
hiperaktif sering terlihat terus-menerus bergerak, terus menerus bicara, dan susah untuk diam
dan tenang. Sering menyela percakapan atau kegiatan orang lain, tidak sabar menunggu
gilirannya dan tidak memiliki rasa takut akan bahaya. Anak dengan ADHD dapat lebih
dominan hiperaktif-impulsif atau inatensi, dan bisa juga kombinasi keduanya. Ada pula yang
menyebutkan bahwa anak bisa menjadi hiperaktif ketika mengalami sugar rush. Padahal, hal
ini belum terbukti benar. Sejauh ini belum ada penelitian yang dapat membuktikan kaitan
antara asupan gula berlebihan dengan ADHD.
Mendampingi Anak Hiperaktif
Tidak ada obat yang dapat menyembuhkan anak hiperaktif, namun kondisi ini dapat dikontrol
atau dikelola melalui dukungan, pendidikan, dan saran yang tepat bagi orang tua maupun bagi
anak. Selain itu, dokter juga mungkin memberikan obat untuk membantu mengontrol gejala
ADHD dan menganjurkan terapi.
Jika Anda memiliki anak hiperaktif, berikut adalah beberapa hal yang dapat membantu dalam
mengontrol mereka.

 Membangun kehidupan anak yang terstruktur


Orangtua sebaiknya menciptakan keteraturan agar kehidupan anak tenang dan terorganisir.
Anda tidak perlu terlalu kaku, cukup menentukan kapan waktu makan, mandi, tidur, dan
bermain.
Memberikan instruksi pada anak juga sebaiknya terstruktur, singkat dan spesifik.
Contohnya,”Tolong bantu Ibu menaruh mainan di kotak mainan dan mengembalikan buku ke
rak.” Berikan anak pujian jika dia melakukannya dengan benar.
 Menciptakan waktu tidur yang rutin
ADHD dapat menyebabkan masalah tidur yang justru dapat membuat gejala makin parah.
Banyak anak dengan ADHD berulang kali bangun di tengah malam sehingga pola tidurnya
kacau. Menciptakan kebiasaan tidur tepat waktu dapat mengatasi masalah ini.
Pastikan anak tidur pada waktu yang sama tiap malam dan bangun pada waktu yang sama di
pagi hari. Hindari kegiatan bermain komputer atau menonton TV sebelum tidur karena dapat
mengganggu waktu istirahatnya.
 Menerapkan disiplin positif
Upayakan untuk selalu memberinya kasih sayang dengan menghargai atau memuji dirinya
ketika melakukan tindakan yang baik. Jangan hanya mengucapkan terima kasih ketika dia
membantu Anda, tapi singgung juga usaha yang dia lakukan. Misalnya seperti kalimat,
“Terima kasih sudah membantu ibu mencuci piring.” Dengan cara ini anak jadi tahu tindakan
apa saja yang tergolong baik.
 Mengajak anak beraktivitas dan berolahraga
Pastikan anak Anda melakukan banyak aktivitas fisik di siang hari. Berjalan, melompat-
lompat, dan olahraga adalah beberapa hal yang baik untuk dilakukan. Kegiatan yang adekuat
akan meningkatkan kualitas tidur anak pada malam hari. Namun pastikan agar mereka tidak
melakukan aktivitas terlalu berat ketika dekat dengan waktu istirahatnya.
 Membina Hubungan Keluarga yang Sehat
Hubungan antara semua anggota keluarga memainkan peranan besar dalam mengelola atau
mengubah perilaku anak hiperaktif. Suami istri dengan ikatan yang kuat sering kali merasa
lebih mudah menghadapi tantangan menjadi orang tua. Upayakan untuk menjalin komunikasi
yang sehat dengan anak. Jika anak Anda mengajak berbicara, maka Anda harus
menanggapinya dengan tenang dan sabar.

Mengatasi Kesulitan Belajar pada Anak Hiperaktif


Di kelas, biasanya anak-anak diminta untuk duduk diam, memperhatikan, dan mengikuti
instruksi guru. Namun hal tersebut sulit dilakukan oleh anak hiperaktif. Mereka juga sulit
berkonsentrasi dan beradaptasi dibandingkan dengan teman-teman sebayanya. Kondisi ini
dapat berdampak negatif pada kemajuan akademis dan  rasa percaya diri mereka.
Meski demikian, janganlah Bunda berkecil hati. Ada beberapa tips yang dapat Bunda lakukan
untuk membantu perkembangan buah hati di sekolah:

 Memberi tahu kebutuhan khusus Si Kecil kepada pihak sekolah agar guru dapat
menentukan metode belajar yang tepat.
 Fokus mengembangkan kelebihan dan membangun kepercayaan dirinya. Misalnya jika Si
Kecil suka dengan ilmu pengetahuan alam, beri dia buku-buku seputar ilmu tersebut. Atau
jika anak pandai melukis, beri dukungan dan fasilitas untuk mengembangkan keterampilannya
ini. Jangan lupa untuk bekerja sama dengan guru dan pihak sekolah.
 Selalu bertemu dan berdiskusi dengan guru yang mengajarnya.
 Sekolahkan anak di sekolah berkebutuhan khusus. Sering kali orang tua ragu untuk
memasukkan anak hiperaktif ke sekolah berkebutuhan khusus, padahal pilihan ini dapat
membantu kesulitan belajar anak.
 Anda juga bisa mempertimbangkan Fokus pada kelebihan anak, bantu untuk
mengembangkan minat dan bakatnya serta bangun kepercayaan dirinya sehingga dapat
memperbesar kesempatan anak hiperaktif untuk sukses.
Anak hiperaktif membutuhkan dukungan dari orang-orang di sekitarnya. 

b. Kata-kata yang tidak boleh diungkapkan atau diucapkan kepada anak


1) Perkataan yang menunjukkan amarah , contoh : “ diam kamu !"
2) Perkataan yang mengejek atau mengatai anak, contoh : “ Anak nakal”,
“kamu anaknya cerewet ya”
3) Kata larangan yang menyakiti anak, contoh : “ diam kamu disana, jangan
lari-lari”
4) Kata ancaman, contohnya : ”Kalau kamu nggak bisa diam, nanti saya
cubit”
c. Respon ketika klien marah, diam dan menolak.
1) Menenangkan dengan cara membujuknya ketika ia memberontak atau
marah
2) Mengalihkan perhatian dengan sesuatu yang ia sukai
3) Memberikan sentuhan kepada anak agar anak lebih tenang
4) Mengajak dengan lembut dan tidak memaksakan kehendak
d. Tanggapan jika mendapatkan hal yang tidak menyenangkan dari klien
1) Tidak memperlihatkan jika sedang cemas
2) Mengontrol emosi dengan tidak marah dan bersabar
3) Memberikan nasehat dengan bahasa yang mudah dipahami anak dan tidak
menyakiti perasaan klien
e. Teknik komunikasi yang efektif
1) Dengan bercerita, yaitu memulai pembicaraan kepada anak dalam bentuk
cerita, kita bisa bercerita mengenai sesuatu yang disukai si anaka agar
anak mau terbuka dengan kit, dan mau mendengarkan apa yang kita
nasehatkan dengan bercerita.
2) Berkomunkasi dengan menggunakan buku agar mengetahui emosi dan
pengetahuan anak serta melakukan penghayatan terhadap cerita. Yaitu
menyediakan buku yang menarik anak dan berdiskusi untuk mengetahui
tanggapan si anak
3) Menulis dan menggambar, yaitu dengan meminta anak untuk menulis dan
menggambar sehingga kita dapat menegtahui karakteristik si anak.
4) Berkomunikasi dengan bermain, mengajak anak bermain hal yang ia sukai
dan mulai mengobrol dengan anak ketika bermain agar anak lebih rileks
5) Menggunakan nada suara, yaitu mengalihkan perhatian anak dengan suara
yang lembut atau dengan alunan music yang dapat menenangkannya
f. Solusi
menjadwalkan rutinitas sianak, membantu anak menemukan bakatnya,
menerapkan disiplin yang efektif, dan mengubah gaya interaksi dengan anak
sehingga anak dapat dengan mudah menerima perintah atau larangan.
3. Draft stategi
a. Tahap Preinteraksi
1) Mengumpulakn data klien seperti nama, umur, kebiasaan, hobi, keadaan
klien,karaktteristik klien dan permasalahan klien
2) Membuat pertanyaan yang akan disampaikan :
- Tanya kabar
- Mainan kesukaaanya apa?
- Kenapa kok marah?
- Mencari tau kebiasaan sianak
3) Mengidendtifikasi kelebihan dan kekurangan petugas
Kelebihan :
a) Mengetahui data klien dan mengetahui pengetahuan tentang
hiperakrtif
b) Mudah dekat dengan anak
c) Memiliki peralatan atau alat yang memadai seperti mainan-
mainan,buku dll.
Kekurangan :
a) Belum memiliki kedekatan dengan anak
b) Terkadang emosi tidak terkontrol
b. Tahap Orientasi
1) Memberikan salam kepada klien dengan cara yang sopan
2) Menvalidasi keadaan klien, menanyakan kabar klien,
3) Berkomunikasi dengan orang tua di anak, seperti menjelaskan tujuan dari
komunikasi yang akan dilakukan dengan anak, membuat perjanjian waktu
konsultasi,dan menetapkan atau mengfokuskan permasalahan
4) Dan mulai melakukan pedekatan dengan si anak, berkenalan dengan anak
5) Menanyakan kabar anak,
c. Tahap Kerja
1) Menggali permasalahan si anak menggunakan strategi pendekatan
komunikasi yaitu dengan mengajaknya bermain mainan kesukaannya
2) Mendengarkan cerita orang tua, celotehan anak
3) Mecari tau penyebab marahnya sianak
4) Bertanya kepada orang tua atau sianak:
- Apa saja yang biasa dilakukan si anak dirumah?
- Bagaimana tanggapan orang tua jika anak mulai bertingkah hiperaktif?
5) Mengajak anak bermain atau menggambar sesuai dengan yang disuaki si
anak
6) Membantu orang tua mencari solusi , yaitu dengan menjadwalkan rutinitas
sianak, membantu anak menemukan bakatnya, menerapkan disiplin yang
efektif, dan mengubah gaya interaksi dengan anak sehingga anak dapat
dengan mudah menerima perintah atau larangan.
d. Tahap Terminasi
1) Mengevaluasi pencapaian tujuan dari inetraksi yang telah dilaksanakan
2) Meyakinan klien akan solusi yang dipilih klien
3) Menyepakati tindak lanjut terhadap interaksi yang telah dilakukan
4) Membuat kontrak untuk pertemuan berikutnya.

Anda mungkin juga menyukai