DISUSUN OLEH :
A3
YOGYAKARTA
2021
1. Stategegi komunikasi terapeutik pada anak hyperaktif
Staregi yang dapat dilakukan yaitu dengan melakukan pendekatan kepada klien (anak
yang hiperaktif dan juga orang tua anak tersebut) yaitu :
a. Berkomunikasi dengan dengan orang tua mengenai si anak
(kepribadian,kebiasaan, dll) untuk mengetahui lebih dalam bagaimana karakter si
anak.
b. Mulai berkenalan dengan anak
c. Melakukan pendekatan kepada anak baik secara verbal maupun non verbal seperti
menggunakan teknik bercerita, mengalihkan perhatian anak dengan mainan,
berinteraksi dengan anak melalui tulisan dan gambar agar terjalin hubungan yang
baik dengan anak dan anak lebih terbuka dengan petugas.
d. Melakukan analisis terhadap apa yang terjadi pada anak dan membantu mencari
solusi kepada orang tua.
e. Melakukan evaluasi kepada anak dan orang tua (klien).
2. Identifikasi
a. Literasi tentang anak hiperaktif
Menurut Taylor (1988) Anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian dan
hiperaktivitas mengakibatkan masalah fisik, perilaku, kognitif, sosial, dan gangguan
belajar karena konsentrasi belajar yang rendah. Bila masalah tersebut dibiarkan akan
menghambat anak untuk memenuhi tugas-tugas perkembangan, prestasi belajar buruk,
mengganggu orang lain, dan juga sekitarnya. Gangguan Pemusatan Perhatian dan
Hiperaktivitas (GPPH) atau attention deficit hyperaktivity disorder (ADHD), sebagai pola
perilaku tidak mau diam, tidak menaruh perhatian dan impulsif (semaunya sendiri).
Hiperaktivitas juga mengacu ketidakmampuan mengendalikan diri, seperti
mengambil keputusan atau kesimpulan tanpa memikirkan akibat-akibat yang mungkin
timbul, dan sering menyebabkan pelakunya terkena hukuman atau mengalami
kecelakaan. Hiperaktif (GPPH/ADHD) merupakan kelainan yang tidak jelas asal usulnya.
Beberapa ahli berpendapat bahwa kondisi gangguan perilaku tersebut berkombinasi
dengan sifat tertentu, seperti gelisah, tidak mampu berkonsentrasi, serta terus menerus
berbicara. Sulit berkonsentrasi, menyebabkan prestasi sekolahnya menurun. Anak
hiperaktif, perilakunya tidak memiliki tujuan, dan biasanya memiliki rentang perhatian
atau konsentrasi sangat pendek dibandingkan teman-teman seusianya. Kecenderungan
anak hiperaktif lain adalah keras kepala dan suka mengabaikan perintah (dalam Mulyono,
2007:4).
Walaupun anak-anak ADHD cenderung memiliki inteligensi rata-rata atau di atas
rata-rata, mereka sering kali berprestasi di bawah potensinya di sekolah. Mereka sering
berbuat keributan di kelas cenderung sering berkelahi (terutama anak laki-laki). Mereka
gagal mengikuti atau mengingat instruksi atau menyelesaikan tugas. Mereka
kemungkinan besar memiliki kesulitan belajar, mengulang kelas, dan ditempatkan pada
kelas khusus. ADHD pada anak mengakibatkan prestasi belajar tidak optimal bahkan
pada tingkat prestasi yang rendah dan penampilan psikomotorik buruk, sebagai akibat
adanya kesulitan fungsi koordinasi, respon emosi, keterampilan bergaul, dan
keterampilan belajar. Anak-anak dengan ADHD lebih besar kemungkinannya untuk
gagal dalam mengemban tugas, diskors dari sekolah, dan membutuhkan intervensi
lanjutan selama masa remaja, dibandingkan teman-teman sebaya lainnya.
hiperaktif adalah kondisi ketika anak terus aktif tidak melihat waktu, situasi, dan suasana
sekitar.
Berikut beberapa tanda anak hiperaktif, yaitu:
Berlari dan berteriak saat main meski berada di dalam ruangan.
Berdiri di tengah kelas dan berjalan-jalan ketika guru sedang bicara.
Bergerak dengan cepat sampai menabrak orang lain atau barang-barang
Bermain terlalu kasar sampai melukai anak lain bahkan diri sendiri
Bicara terus menerus
Sering mengganggu orang lain
Bergerak meski sedang duduk
Anak dengan ADHD dapat mengalami kurangnya kemampuan untuk memusatkan perhatian
(inatensi) atau tidak bisa diam (hiperaktif), dan impulsif. Anak dengan ciri inatensi mudah
teralihkan perhatiannya, sering tidak memperhatikan, dan pelupa. Sedangkan anak dengan ciri
hiperaktif sering terlihat terus-menerus bergerak, terus menerus bicara, dan susah untuk diam
dan tenang. Sering menyela percakapan atau kegiatan orang lain, tidak sabar menunggu
gilirannya dan tidak memiliki rasa takut akan bahaya. Anak dengan ADHD dapat lebih
dominan hiperaktif-impulsif atau inatensi, dan bisa juga kombinasi keduanya. Ada pula yang
menyebutkan bahwa anak bisa menjadi hiperaktif ketika mengalami sugar rush. Padahal, hal
ini belum terbukti benar. Sejauh ini belum ada penelitian yang dapat membuktikan kaitan
antara asupan gula berlebihan dengan ADHD.
Mendampingi Anak Hiperaktif
Tidak ada obat yang dapat menyembuhkan anak hiperaktif, namun kondisi ini dapat dikontrol
atau dikelola melalui dukungan, pendidikan, dan saran yang tepat bagi orang tua maupun bagi
anak. Selain itu, dokter juga mungkin memberikan obat untuk membantu mengontrol gejala
ADHD dan menganjurkan terapi.
Jika Anda memiliki anak hiperaktif, berikut adalah beberapa hal yang dapat membantu dalam
mengontrol mereka.
Memberi tahu kebutuhan khusus Si Kecil kepada pihak sekolah agar guru dapat
menentukan metode belajar yang tepat.
Fokus mengembangkan kelebihan dan membangun kepercayaan dirinya. Misalnya jika Si
Kecil suka dengan ilmu pengetahuan alam, beri dia buku-buku seputar ilmu tersebut. Atau
jika anak pandai melukis, beri dukungan dan fasilitas untuk mengembangkan keterampilannya
ini. Jangan lupa untuk bekerja sama dengan guru dan pihak sekolah.
Selalu bertemu dan berdiskusi dengan guru yang mengajarnya.
Sekolahkan anak di sekolah berkebutuhan khusus. Sering kali orang tua ragu untuk
memasukkan anak hiperaktif ke sekolah berkebutuhan khusus, padahal pilihan ini dapat
membantu kesulitan belajar anak.
Anda juga bisa mempertimbangkan Fokus pada kelebihan anak, bantu untuk
mengembangkan minat dan bakatnya serta bangun kepercayaan dirinya sehingga dapat
memperbesar kesempatan anak hiperaktif untuk sukses.
Anak hiperaktif membutuhkan dukungan dari orang-orang di sekitarnya.