Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK

ATTENTION DEFICIT HYPERACTIVE DISORDER (ADHD)

Tugas ini disusun untuk memenuhi nilai tugas mata kuliah Keperawatan Anak
Dosen Pengampu : Ns. Ratih Dwilestari Puji U., M.Kep.

Disusun Oleh Kelompok 4 :

1. Hegita Purnamaningtyas (ST191010)


2. Kurniawan Dwi Utomo (ST191011)
3. Lina Herlina (ST191012)

PROGRAM STUDY TRANSFER SARJANA KEPERAWATAN

STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA

2019

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Anak merupakan anugerah Tuhan yang harus dijaga dengan baik agar mampu

melewati setiap fase tumbuh kembang dalam hidupnya. Periode emas atau golden age

(0-3 tahun) merupakan masa anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan secara

cepat (Aisyah, 2008). Hal ini mengisyaratkan bahwa apabila anak diberikan banyak

stimulasi dan latihan untuk mengembangkan dirinya secara menyeluruh, maka

perkembangan pada aspek kognitif, motorik, serta afektif dapat dicapai secara optimal

yang akan mendukung perkembangan anak selanjutnya.

Hal ini tentu saja dapat dicapai apabila tumbuh dan berkembang secara

normal, berarti bahwa tidak ada gangguan yang diderita anak baik secara fisik,

psikologis maupun perilakunya. Salah satu gangguan yang dapat menghambat proses

perkembangan anak adalah gangguan perilaku. Salah satu yang umumya terjadi pada

anak usia dini dan usia sekolah adalah Attention Deficit Hyperactivity Disorder

(ADHD), yaitu adanya pola yang menetap dari innatention yang disertai dengan

hiperaktivitas dan impulsivitas pada seseorang. Gejala ini dapat diketahui sebelum

usia 7 tahun dan dapat terjadi dalam berbagai macam situasi seperti situasi rumah,

sekolah, bermain atau situasi sosial lainnya. (Baihaqi dan Sugiarmin, 2006).

Diagnostic and Statistic Manual IV (American Psychiatric Association, 2005)

menjelaskan bahwa ADHD merupakan gangguan yang ditandai dengan adanya

ketidak mampuan anak untuk memusatkan perhatiannya pada sesuatu yang dihadapi,

sehingga rentang waktu perhatian yang dimiliki sangat singkat dibandingkan anak lain

2
yang seusianya. Gangguan perilaku ini biasannya disertai dengan gejala hiperaktif dan

tingkah laku yang impulsif.

Prevalensi kejadian ADHD di Indonesia belum ada data nasional yang pasti

karena belum banyak penelitian yang dilakukan. Menurut Judarwanto (2009) kejadian

kelainan ini adalah sekitar 3 – 10%, di Ameriksa serikat sekitar 3-7% sedangkan di

negara Jerman, Kanada dan Selandia Baru sekitar 5-10%. Diagnosis and Statistic

Manual (DSM IV) menyebutkan prevalensi kejadian ADHD pada anak usia sekolah

berkisar antara 3 hingga 5 persen. Penelitian Saputro (2001) di sebuah sekolah dasar

di Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Yogyakarta menunjukkan prevalensi ADHD

sebesar 9,5%.Sedangkan menurut Kiswarjanu (dalam Rohmah,2009) prevalensi

kejadian ADHD di Kotamadya Yogyakarta sebesar 0,39%. Jumlah kasus yang dapat

ditemukan pada penelitian ini adalah 39 kasus dari sejumlah murid 10.574 anak.

Saputro (2009) berpendapat bahwa perilaku anak dengan hiperaktivitas yang

cenderung semaunya sendiri, seringkali menyebabkan anak mengalami kesulitan

untuk menjalin hubungan interpersonal dengan orang lain, baik orangtua, teman

sebaya atau lingkungan sekitarnya. Lingkungan sekitarnya memberi cap anak nakal

karena anak dengan hiperaktivitas seringkali kesulitan untuk mematuhi instruksi

orang lain. Kesulitan ini merupakan salah satu akibat dari ketidak mampuan anak

untuk mengendalikan diri dengan baik pada situasi yang dihadapinya. Sering kali

lingkungan tidak mau melihat secara keseluruhan perilaku yang ditunjukkan oleh

anak dengan hiperaktivitas. Orangtua memarahi karena anak sangat nakal dan sikap

guru yang memberi cap bodoh , malas dan suka berbuat onar pada anak dengan

hiperaktivitas. Selain permasalahan di lingkungan sekitar, anak dengan hiperaktivitas

juga mengalami permasalahan dalam hal belajar. Kegagalan dalam belajar pada anak

3
dengan hiperaktivitas lebih disebabkan karena anak mengalami kesulitan

mengendalikan diri.

Dorongan-dorongan emosional yang muncul seperti tidak dapat duduk tenang,

dimana anak berlari atau memanjat secara berlebihan, atau sering pula berbicara terus-

menerus dan tidak dapat berhenti. Anak juga seringkali mengganggu teman-temannya

di kelas dengan mendatangi bangku temannya saat pelajaran berlangsung, atau

merampas alat tulis temannya, mengutak-atik barang-barang milik temannya.

Keadaan ini sering mengganggu lingkungan belajar di kelas, sehingga anak dijauhi

atau diasingkan oleh teman-temannya. Gangguan hiperaktivitas biasanya dibarengi

dengan impulsivitas. Gangguan impulsivitas ditandai dengan perilaku yang tidak

sabar sehingga sering tampak tidak dapat bersabar menunggu giliran, menginterupsi

atau memotong pembicaraan orang lain dan sering memberikan jawaban sebelum

pertanyaan selesai diberikan (Saputro, 2009).

Anak dengan gangguan hiperaktivitas dan impulsitas tidak memiliki kontrol

diri yang baik, sehingga anak kurang dapat mengendalikan diri sendiri. Emosi anak

dengan hiperaktif dan impulsif berubah-ubah. Perilaku hiperaktivitas dan impulsivitas

anak yang tidak dapat tenang berakibat anak sering mendapat teguran dan dimarahi

atau dihukum. Perilaku anak yang seringkali mengganggu teman-temannya di kelas

dengan mendatangi bangku temannya saat pelajaran berlangsung, atau merampas alat

tulis temannya, mengutak-atik barang-barang milik temannya, mengakibatkan anak

sering dikeluarkan dari kelas oleh guru. Anak juga sulit bermain-main dengan teman-

teman sebaya atau sekelasnya karena bertindak semaunya sendiri, tindakan tidak

dapat memahami dan mengikuti aturan main, menyebabkan anak dijauhi atau

diasingkan oleh teman-temannya. Melihat kenyataan tersebut perilaku hiperaktivitas

dan impulsivitas harus segera ditangani, karena dikhawatirkan kemudian hari apabila

4
perilaku hiperaktivitas dan impulsivitas pada anak tidak segera ditangani

mengakibatkan prestasi belajar anak menurun dan anak sering melangar aturan.

Judarwanto (2009) mengatakan, terapi yang diterapkan pada anak dengan

ADHD haruslah bersifat holistik dan menyeluruh. Penanganan ini melibatkan

multidisipliner ilmu yang dikoordinasikan antar dokter, psikolog, orangtua, guru dan

lingkungan yang berpengaruh. Upaya untuk mengatasi gejala gangguan

perkembangan dan perilaku pada anak dengan ADHD yang sudah dilakukan terapi di

antaranya terapi okupasi dan perilaku. Setiap terapi memiliki kelebihan dan

kekurangan, misalnya: terapi biomedis lebih fokus pada meminimalkan perilaku

hiperaktivitas agar anak lebih dapat tenang, begitu juga dengan terapi diet makan

yang juga fokus pada meminimalkan perilaku hiperaktivitas anak. Terapi diatas lebih

fokus pada fisik, prosedur-prosedur dalam intervensi yang diterapkan cukup rumit

sehingga perlu keterampilan khusus untuk melaksanakannya, dan adanya

kemungkinan memberi efek samping.

Dengan demikian, menjadi jelas bahwa terhadap gangguan-gangguan yang

begitu cepat memasyarakat ini, terdapat peluang untuk terjadinya hiruk-pikuk

mengenai masalah ini. Tentu saja peluang untuk justru membangun pencerahan dan

penambahan pengetahuan.

B. RUMUSAN MASALAH

Faktor apakah yang menyebabkan dan bagaimana perlakuan serta

penanggulangan terhadap penderita ADHD?

C. TUJUAN

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini

adalah menjelaskan penyebab dan bagaimana perlakuan serta penanggulangan

terhadap penderita ADHD.

5
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. DEFINISI

Anak hiperaktif adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian

dengan hiperaktivitas (GPPH) atau attention deficitandhy peractivity disorder

(ADHD). Kondisi ini juga disebut sebagai gangguan hiperkinetik. Dahulu kondisi ini

sering disebut minimal brain dysfunction syndrome. Gangguan hiperkinetik adalah

gangguan pada anak yang timbul pada masa perkembangan dini (sebelum berusia 7

tahun) dengan ciri utama tidak mampu memusatkan perhatian, hiperaktif dan

impulsif. Ciri perilaku ini mewarnai berbagai situasi dan dapat berlanjut hingga

dewasa. Dr. Seto Mulyadi dalam bukunya “Mengatasi Problem Anak Sehari-hari“

mengatakan pengertian istilah anak hiperaktif adalah : Hiperaktif menunjukkan

adanya suatu pola perilaku yang menetap pada seorang anak. Perilaku ini ditandai

dengan sikap tidak mau diam, tidak bisa berkonsentrasi dan bertindak sekehendak

hatinya atau impulsif. ADHD adalah sebuah kondisi yang amat kompleks; gejalanya

berbeda-beda. 

B. KLASIFIKASI

Ada tiga tipe anak hiperaktif yaitu :

1. Tipe anak yang tidak bisa memusatkan perhatian (in-atensi)

Mereka sangat mudah terganggu perhatiannya, tetapi tidak hiperaktif atau

Impulsif. Mereka tidak menunjukkan gejala hiperaktif. Tipe ini kebanyakan ada

pada anak perempuan. Anak dalam tipe ini memiliki cirri-ciri : tidak mampu

memusatkan perhatian secara utuh, tidak mampu mempertahankan konsentrasi,

6
mudah beralih perhatian dari satu hal ke lain hal, sering melamun dan dapat

digambarkan sedang berada “diawang-awang”, tidak bisa diajak bicara atau

menerima instruksi karena perhatiannya terus berpindah-pindah, pelupa dan

kacau.

2. Tipe anak yang hiperaktif dan impulsive.

Mereka menunjukkan gejala yang sangat hiperaktif dan impulsif, tetapi bisa

memusatkan perhatian. Tipe ini seringkali ditemukan pada anak- anak kecil. Anak

dalam tipe ini memiliki ciri-ciri berikut: terlalu energik, lari ke sana kemari,

melompat seenaknya, memanjat-manjat, banyak bicara, berisik.

Ia juga impulsif: melakukan sesuatu secara tak terkendali, begitu saja bertindak

tanpa pertimbangan, tak bisa menunda respons, tidak sabaran. Tetapi yang

mengherankan, sering pada saat belajar, ia menampakkan tidak perhatian, tetapi

ternyata ia bisa mengikuti pelajaran

3. Tipe gabungan (kombinasi)

Mereka sangat mudah terganggu perhatiannya, hiperaktif dan impulsif.

Kebanyakan anak-anak termasuk tipe seperti ini. Anak dalam tipe ini mempunyai

ciri-ciri berikut: kurang mampu memperhatikan aktivitas dan mengikuti

permainan atau menjalankan tugas, perhatiannya mudah terpecah, mudah berubah

pendirian, selalu aktif secara berlebihan dan impulsif.

Jadi yang dimaksud dengan hiperaktif adalah suatu pola perilaku pada

seseorang yang menunjukkan sikap tidak mau diam, tidak terkendali, tidak

menaruh perhatian dan impulsif (bertindak sekehendak hatinya). Anak hiperaktif

selalu bergerak dan tidak pernah merasakan asyiknya permainan atau mainan yang

disukai oleh anak-anak lain seusia mereka, dikarenakan perhatian mereka suka

7
beralih dari satu fokus ke fokus yang lain. Mereka seakan-akan tanpa henti

mencari sesuatu yang menarik dan mengasikkan namun tidak kunjung datang.

C. ETIOLOGI

Berikut ini adalah factor-faktor penyebab hiperaktif pada anak :

1. Faktor neurologik

Insiden hiperaktif yang lebih tinggi didapatkan pada bayi yang lahir dengan

masalah-masalah prenatal seperti lamanya proses persalinan, distresfetal,

persalinan dengan cara ekstraksi forcep, toksimiagravidarum atau eklamsia

dibandingkan dengan kehamilan dan persalinan normal. Di samping itu faktor-

faktor seperti bayi yang lahir dengan berat badan rendah, ibu yang terlalu muda,

ibu yang merokok dan minum alkohol juga meninggikan insiden hiperaktif.

Terjadinya perkembangan otak yang lambat. Faktor etiologi dalam bidang

neuoralogi yang sampai kini banyak dianut adalah terjadinya disfungsi pada salah

satu neurotransmiter di otak yang bernama dopamin. Dopamin merupakan zataktif

yang berguna untuk memelihara proses konsentrasi Beberapa studi menunjukkan

terjadinya gangguan perfusi darah di daerah tertentu pada anak hiperaktif, yaitu di

daerah striatum, daerah orbital-prefrontal, daerah orbital-limbik otak, khususnya

sisi sebelah kanan.

2. Faktor toksik

Beberapa zat makanan seperti salisilat dan bahan-bahan pengawet memiliki

potensi untuk membentuk perilaku hiperaktif pada anak. Di samping itu, kadar

timah (lead) dalam serum darah anak yang meningkat, ibu yang merokok dan

mengkonsumsi alkohol, terkena sinar X pada saat hamil juga dapat melahirkan

calon anak hiperaktif.

8
3. Faktor genetik

Didapatkan korelasi yang tinggi dari hiperaktif yang terjadi pada keluarga

dengan anak hiperaktif. Kurang lebih sekitar 25-35% dari orang tua dan saudara

yang masa kecilnya hiperaktif akan menurun pada anak. Hal ini juga terlihat pada

anak kembar.

4. Faktor psikososial dan lingkungan

Pada anak hiperaktif sering ditemukan hubungan yang dianggap keliru antara

orang tua dengan anaknya.

D. PATOFISIOLOGI

Kurang konsentrasi atau gangguan hiperaktivitas ditandai dengan gangguan

konsentrasi, sifat impulsif, dan hiperaktivitas. Tidak terdapat bukti yang meyakinkan

tentang sesuatu mekanisme patofisiologi ataupun gangguan biokimiawi. Anak pria

yang hiperaktif, yang berusia antara 6 – 9 tahun serta yang mempunyai IQ yang

sedang, yang telah memberikan tanggapan yang baik terhadap pengobatan–

pengobatan stimulan, memperlihatkan derajat perangsangan yang rendah (a low level

of arousal) di dalam susunan syaraf pusat mereka, sebelum pengobatan tersebut

dilaksanakan, sebagaimana yang berhasil diukur dengan mempergunakan

elektroensefalografi, potensial–potensial yang diakibatkan secara auditorik serta sifat

penghantaran kulit. Anak pria ini mempunyai skor tinggi untuk kegelisahan,

mudahnya perhatian mereka dialihkan, lingkup perhatian mereka yang buruk serta

impulsivitas. Dengan 3 minggu pengobatan serta perawatan, maka angka–angka

laboratorik menjadi lebih mendekati normal serta penilaian yang diberikan oleh para

guru mereka memperlihatkan tingkah laku yang lebih baik.

9
E. MANIFESTASI KLINIS

Ukuran objektif tidak memperlihatkan bahwa anak yang terkena gangguan ini

memperlihatkan aktifitas fisik yang lebih banyak, jika dibandingkan dengan anak–

anak kontrol yang normal, tetapi gerakan–gerakan yang mereka lakukan kelihatan

lebih kurang bertujuan serta mereka selalu gelisah dan resah. Mereka mempunyai

rentang perhatian yang pendek, mudah dialihkan serta bersifat impulsif dan mereka

cenderung untuk bertindak tanpa mempertimbangkan atau merenungkan akibat

tindakan tersebut. Mereka mempunyai toleransi yang rendah terhadap perasaan

frustasi dan secara emosional mereka adalah orang–orang yang labil serta mudah

terangsang. Suasana perasaan hati mereka cenderung untuk bersifat netral atau

pertenangan, mereka kerap kali berkelompok, tetapi secara sosial mereka bersikap

kaku. Beberapa orang di antara mereka bersikap bermusuhan dan negatif, tetapi ciri

ini sering terjadi secara sekunder terhadap permasalahan–permasalahan psikososial

yang mereka alami. Beberapa orang lainnya sangat bergantung secara berlebih–

lebihan, namun yang lain lagi bersikap begitu bebas dan merdeka, sehingga kelihatan

sembrono.

Kesulitan-kesulitan emosional dan tingkah laku lazim ditemukan dan biasanya

sekunder terhadap pengaruh sosial yang negatif dari tingkah laku mereka. Anak-anak

ini akan menerima celaan dan hukuman dari orang tua serta guru dan pengasingan

sosial oleh orang-orang yang sebaya dengan mereka. Secara kronik mereka

mengalami kegagalan di dalam tugas-tugas akademik mereka dan banyak diantara

mereka tidak cukup terkoordinasi serta cukup mampu mengendalikan diri sendiri

untuk dapat berhasil di dalam bidang olah raga. Mereka mempunyai gambaran

mengenai diri mereka sendiri yang buruk serta mempunyai rasa harga diri yang

rendah dan kerap kali mengalami depresi. Terdapat angka kejadian tinggi mengenai

10
ketidakmampuan belajar membaca matematika dan mengeja serta tulis tangan.

Prestasi akademik mereka dapat tertinggal 1 – 2 tahun dan lebih sedikit daripada yang

sesunguhnya diharapkan dari kecerdasan mereka yang diukur.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang akan menegakkan diagnosis

gangguan kekurangan perhatian. Anak yang mengalami hiperaktivitas dilaporkan

memperlihatkan jumlah gelombang-gelombang lambat yang bertambah banyak pada

elektorensefalogram mereka, tanpa disertai dengan adanya bukti tentang penyakit

neurologik atau epilepsi yang progresif, tetapi penemuan ini mempunyai makna yang

tidak pasti. Suatu EEG yang dianalisis oleh komputer akan dapat membantu di dalam

melakukan penilaian tentang ketidakmampuan belajar pada anak itu.

G. KOMPLIKASI

1. Diagnosis sekunder : gangguan konduksi, depresi dan penyakit ansietas.

2. Pencapaian akademik kurang, gagal di sekolah, sulit membaca dan mengerjakan

aritmatika (sering kali akibat abnormalitas konsentrasi).

3. Hubungan dengan teman sebaya buruk (sering kali akibat perilaku agresif dan

kata-kata yang diungkapkan).

H. PENATALAKSANAAN

1. Keperawatan

a. Pengobatan serta perawatan yang harus dilaksanakan pada anak yang

mengalami gangguan hiperaktif ditujukan kepada keadaan sosial lingkungan

rumah dan ruangan kelas penderita serta kepada kebutuhan-kebutuhan

akademik dan psikososial anak yang bersangkutan, suatu penjelasan yang

terang mengenai keadaan anak tersebut haruslah diberikan kepada kedua

orang tuanya dan kepada anak itu sendiri.

11
b. Anak tersebut hendaklah mempunyai aturan yang berjalan secara teratur

menurut jadwal yang sudah ditetapkan dan mengikuti kegiatan rutinnya itu,

dan sebaiknya selalu diberikan kata-kata pujian.

c. Perangsangan yang berlebihan serta keletihan yang sangat hebat haruslah

dihindarakan, anak tersebut akan mempunyai saat-saat santai setelah bermain 

terutama sekali setelah ia melakukan kegiatan fisik yang kuat dan keras

d. Periode sebelum pergi tidur haruslah merupakan masa tenang, dengan cara

menghindarkan acara-acara televisi yang merangsang, permainan-permainan

yang keras dan jungkir balik.

e. Lingkungan di sekitar tempat tidur sebaiknya diatur sedemikian rupa, barang-

barang yang membahayakan dan mudah pecah dihindarkan.

f. Tehnik-tehnik perbaikan aktif yang lebih formal akan dapat membantu,

dengan memberikan hadiah kepada anak tersebut berupa bintang atau tanda

sehingga mereka dapat mencapai kemajuan dalam tingkah laku mereka.

2.  Medis

a. Terapi farmakologi :

Farmakoterapi kerap kali diberikan kepada anak-anak yang mengalami

gangguan hiperaktif. Farmakologi yang sering digunakan

adalah dekstroamfetamin, metilfenidat, magnesium pemolin serta fenotiazin.

obat tersebut mempunyai pengaruh-pengaruh sampingan yang lebih sedikit.

Cara bekerja obat tersebut mungkin sekali adalah dengan mengadakan

modifikasi di dalam gangguan-gangguan fundamental pada rentang perhatian,

konsentrasi serta impulsivitas. Oleh karena respon yang akan mereka berikan

terhadap pengobatan tidak dapat diramalkan sebelumnya, maka biasanya

diperlukan suatu masa percobaan klinik, mungkin akan dibutuhkan waktu 2-3

12
minggu dengan pemberian pengobatan setiap hari untuk menentukan apakah

akan terdapat pengaruh obat itu atau tidak.

b. Dosis:

Obat tersebut diberikan setelah makan pagi dan makan siang, agar

hanya memberikan pengaruh yang minimal kepada nafsu makan dan tidur

penderita.

1)  Metilfenidat : dosis yang diberikan berbeda-beda sesuai dengan usia

masing-masing anak akan tetapi berat badan tidak berpengaruh terhadap

dosis.pada awalnya mereka diberikan 5 mg pada saat makan pagi serta

pada waktu makan siang. Jika tidak ada respon yang diberikan maka dosis

di naikan dengan 2,5 mg dengan selang waktu 3-5 hari. Bagi anak-anak

yang berusia 8-9 tahun dosis yang efektif adalah 15-20 mg/24 jam.

Sementara itu anak yang berusia lebuh lanjut akan memerlukan dosis

sampai 40 mg/jam. Pengaruh obat ini akan berlangsung selama 2-4 hari.

Biasanya anak akan bersifat rewel dan menangis. Jika pemakaian obat ini

sudah berlangsung lama dan dosis yang diberikan lebih dari 20 mg/jam

rata-rata mereka akan mengalami pengurangan 5 cm dari tinggi yang

diharapkan.

2) Dekstroamfetamin : dapat diberikan dalam bentuk yang dilepaskan

(showreleased) secara sedikit demi sedikit. Dosis awalnya adalah 10 mg

dengan masa kerja selama 8-18 jam sehingga penderita hanya

membutuhkan satu dosis saja setiap hari, pada waktu sarapan pagi.

Dosisnya dalah kira sebesar setengah dosis metilfenidat, berkisar antara

10-20 mg/jam

13
3) Magnesium pemolin : dianjurkan untuk memberikan dosis awal sebesar

18,75 mg, untuk selanjutnya dinaikan dengan setengah tablet/minggu.

Akan dibutuhkan waktu selama 3-4 minggu untuk menetapkan keefektifan

obat tersebut. Efek samping dari obat tersebut adalah berpengaruh

terhadap fungsi hati, kegugupan serta kejutan otot yang meningkat.

4) Fenotiazin : dapat menurunkan tingkah laku motorik anak yang

bersangkutan, efek samping : perasaan mengantuk, iritabilitas serta

distonia.

Secara umum efek samping dari pemakaian obat-obatan tersebut diatas

adalah anoreksia dan penurunan berat badan,  nyeri perut bagian atas serta

sukar tidur, anak akan mudah menangis serta peka terhadap celaan

ataupun hukuman, detak jantung yang meningkat serta penekanan

pertumbuhan. Jika terjadi hal demikian maka pengurangan dosis atau

penghentian pengguanaan obat-obatan perlu dihentikan.

I. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS ANAK DENGAN HIPERAKTIF

1. Pengkajian

Menurut Hidayat (2005) pengkajian perkembangan anak berdasarkan umur

atau usia anak antara lain :

a. Neonatus (0-28 hari)

1) Apakah ketika lahir neonatus menangis?

2) Bagaimana kemampuan memutar-mutar kepala?

3) Bagaimana kemampuan menghisap?

4) Kapan mulai mengangkat kepala?

14
5) Bagaimana kemampuan motorik halus anak (misalnya kemampuan untuk

mengikuti garis tengah bila kita memberikan respons terhadap jari atau

tangan)?

6) Bagaimana kemampuan berbahasa anak (menangis, bereaksi terhadap suara

atau bel)?

7) Bagaimana kemampuan anak dalam beradaptasi (misalnya tersenyum dan

mulai menatap muka untuk mengenali seseorang?

b. Masa bayi / Infant (28 hari - 1 tahun)

1) Bayi usia 1-4 bulan.

a) Bagaimana kemampuan motorik kasar anak (misalnya mengangkat kepala saat

tengkurap, mencoba duduk sebentar dengan ditopang, dapat duduk dengan

kepala tegak, jatuh terduduk dipangkuan ketika didukung pada posisi berdiri,

komtrol kepala sempurna, mengangkat kepala sambil berbaring terlentang,

berguling dari terlentang ke miring, posisi lengan dan tungkai kurang fleksi

danm berusaha untuk merangkan)?

b) Bagaimanan kemampuan motorik halus anak (misalnya memegang suatu

objek, mengikuti objek dari satu sisi ke sisi lain, mencoba memegang benda

dan memaksukkan dalam mulut, memegang benda tetapi terlepas,

memperhatikan tangan dan kaki, memegang benda dengan kedua tangan,

menagan benda di tangan meskipun hanya sebentar)?

c) Bagimana kemampuan berbahasan anak (kemampuan berbicara dan

tersenyum, dapat berbunyi huruf hidup, berceloteh, mulai mampu

mengucapkan kata ooh / ahh, tertawa dan berteriak, mengoceh spontan atau

berekasi dengan mengoceh)?

15
d) Bagaimana perkembangan adaptasi sosial anak (misalnya: mengamati

tangannya, tersenyum spontan dan membalas senyum bila diajak tersenyum,

mengenal ibunya dengan penglihatan, penciuman, pendengaran dan kontak,

tersenyum pada wajah manusia, meskipun tidur dalamsehari lebih sedikit dari

waktu terhaga, membentuk siklus tidur bangun , menangis menjadi sesuatu

yang berbeda, membedakan wajah-wajah yang dikenal dan tidak dikenal,

senang menatap wajah-wajah yang dikenalnya, diam saja ketika ada orang

asing)?

2) Bayi Umur 4-8 bulan

a) Bagaimana perkembangan motorik kasar anak (misalnya dapat telungkup di

alas dan sudah mulau mengangkat kepala dengan melakukan gerakan

menekan kedua tangannya dan pada bulan keempat sudah mulai mampu

memalingkan ke kanan dan ke kiri, sudah mulai bisa duduk dengan kepala

tegak, sudah mampu membalik badan, bangkit dengan kepala tegak,

berkonsentrasi beban pada kaki dan dada terangkat dan bertumpu pada

lengan, berayun ke depan dan kebelakang, berguling dari terlentang ke

tengkurap dan dapat dudu dengan bantuan selama waktu singkat)?

b) Bagaimana perkembangan motorik halus anak (misalnya: sudah mulai

mengamati benda, mulai menggunakan ibu jari dan jari telunjuk untuk

memegang, mengeksplorasi benda yangsedang dipegang, mengambil objek

dengan tangan tertangkup, mampu menahan kedua benda di kedua tangan

secara simultan, menggunakan bahu dan tangan sebagai satu kesatuan,

mentransfer obajek dari satu tangan ke tangan yang lain)?

c) Bagaimana kemampuan berbahasan anak (misalnya: menirukan suara atau

kata-kata, menolek ke arah suara dan menoleh ke arah sumber suara, tertawa,

16
menjerit, menggunakan vokalisasi semakin banyak, menggunakan kata yang

terdiri dari dua suku kata dan dapat membuat dua bunyi vokal yang

bersamaan seperti ba-ba)?

d) Bagaimana kemampuan beradaptasi sosial anak (misalnya merasa terpaksa

jika ada orang asing, mulai bermain dengan mainan, takut akan kehadiran

orang asing, mudah frustasi dan memukul-mukul dengan lengan dan kaki

jika sedang kesal)?

3) Bayi Umur 8-12 bulan

a) Bagaimana kemampuan motorik kasar anak (misalnya duduk tanpa

pegangan, berdiri dengan pegangan, bangkit terus berdiri, berdiri 2 detik dan

berdiri sendiri)?

b) Bagaimana kemampuan motorik halus anak (misalnya mencari dan meraih

benda kecil, bila diberi kubus mampu memindahkannya, mampu

mengambilnya dan mampu memegang dengan jari dan ibu jari,

membenturkannya dan mampy menaruh benda atau kubus ketempatnya)?

c) Bagaimana perkembangan berbahasa anak (misalnya: mulai mengatakan

papa mama yang belum spesifik, mengoceh hingga mengatakan dengan

spesifik, dapat mengucapkan 1-2 kata)?

d) Bagaimana perkembangan kemampuan adaptasi sosial anak (misalnya

kemampuan bertepuk tangan, menyatakan keinginan, sudah mulai minum

dengan cangkir, menirukan kegiatan orang lain, main-main bola atau lainnya

dengan orang)?

17
4) Masa Toddler

a) Bagaimana perkembangan motorik kasar anak (misalnya: mampu melanhkah

dan berjalan tegak, mampu menaiki tangga dengan cara satu tangan dipegang,

mampu berlari-lari kecil, menendang bolan dan mulai melompat)?

b) Bagaimana perkembangan motorik halus anak (misalnya: mencoba menyusun

atau membuat menara pada kubus)?

c) Bagaimana kemampuan berbahasa anak (misalnya: memiliki sepuluh

perbendaharaan kata, mampu menirukan dan mengenal serta responsif

terhadap orang lain sangat tinggi, mampu menunjukkan dua gambar, mampu

mengkombinasikan kata-kata, mulai mampu menunjukkan lambaian anggota

badan)?

d) Bagaimana kemampuan anak dalam beradaptasi sosial (misalnya: membantu

kegiatan di rumah, menyuapi boneka, mulai menggosok gigi dan mencoba

memakai baju)?

5) Masa Prasekolah (Preschool)

a) Bagaimana perkembangan motorik kasar anak (misalnya: kemampuan untuk

berdiri dengan satu kaki selama 1-5 detik, melompat dengan satu kaki, berjalan

dengan tumit ke jari kaki, menjelajah, membuat posisi merangkan dan berjalan

dengan bantuan)?

b) Bagaimana perkembangan motorik halus anak (misalnya: kemampuan

menggoyangkan jari-jari kaki, menggambar dua atau tiga bagian, memilih

garis yang lebih panjang dan menggambar orang, melepas objek dengan jari

lurus, mampu menjepit benda, melambaikan tangan, menggunakan tangannya

untuk bermain, menempatkan objek ke dalam wadah, makan sendiri, minum

18
dari cangkir dengan bantuan menggunakan sendok dengan bantuan, makan

dengan jari, membuat coretan diatas kertas)?

c) Bagaimana perkembangan berbahasa anak (misalnya: mampu menyebutkan

empat gambar, menyebutkan satu sampai dua warna, menyebutkan kegunaan

benda, menghitung atau mengartikan dua kata, mengerti empat kata depan,

mengertio beberapa kata sifat dan sebagainya, menggunakan suara yntum

mengidentifikasi objek, orang dan aktivitas, menirukan bebagai bunyi kata,

memahami arti larangan, berespons terhadap panggilan dan orang-orang

anggota keluarga dekat)?

d) Bagaimana perkembangan adaptasi sosial anak (misalnya: bermain dengan

permainan sederhana, menagis jika dimarahi, membuat permintaan sederhana

dengan gaya tubuh, menunjukkan peningkatan kecemasan terhadap

perpisahan, mengenali anggota keluarga)?

6) Waktu schoolage

a) Bagaimana kemampuan kemandirian anak dilingkungan luar rumah?

b) Bagaimana kemampuan anak mengatasi masalah yang dialami disekolah?

c) Bagaimana kemampuan beradaptasi sosial anak (menyesuaikan dengan

lingkungan sekolah)?

d) Bagaimana kepercayaan diri anak saat berada di sekolah?

e) Bagaimana rasa tanggung jawab anak dalam mengerjakan tugas di sekolah?

f) Bagaimana kemampuan anak dalam berinteraksi sosial dengan teman sekolah?

g) Bagaimana ketrampilan membaca dan menulis anak?

h) Bagaimana kemampua anak dalam belajar di sekolah?

19
7) Masa adolensence

a) Bagaimana kemampuan remaja dalam mengatasi masalah yang dialami secara

mandiri?

b) Bagaimanan kemampuan remaja dalam melakukan adaptasi terhadap

perubahan bentuk dan fungsi tubuh yang dialami?

c) Bagaimana kematangan identitas seksual?

d) Bagaimana remaja dapat menjalankan tugas perkembangannya sebagai

remaja?

e) Bagaiman kemampuan remaja dalam membantu pekerjaan orang tua di rumah

(misalnya membersihkan rumah, memasak)?

Menurut Videbeck (2008) pengkajian anak yang

mengalami AttentionDeficytHiperactivityDisorder (ADHD) antara lain:

1. Pengkajian riwayat penyakit

a. Orang tua mungkin melaporkan bahwa anaknya rewel dan mengalami masalah

saat bayi atau perilaku hiperaktif hilang tanpa disadari sampai anak berusia todler

atau masuk sekolah atau daycare.

b. Anak mungkin mengalami kesulitan dalam semua bidang kehidupan yang utama,

seperti sekolah atau bermain dan menunjukkan perilaku overaktif atau bahkan

perilaku yang membahayakan di rumah.

c. Berada diluar kendali dan mereka merasa tidak mungkin mampu menghadapi

perilaku anak.

d. Orang tua mungkin melaporkan berbagai usaha mereka untuk mendisplinkan anak

atau mengubah perilaku anak dansemua itu sebagian besar tidak berhasil.

20
2. Penampilan umum dan perilaku motorik

a. Anak tidak dapat duduk tenang di kursi dan mengeliat dan bergoyang-goyang saat

mencoba melakukannya.

b. Anak mungkin lari mengelilingi ruang dari satu benda ke benda lain dengan

sedikit tujuan atau tanpa tujuan yang jelas.

c. Kemampuan anak untuk berbicara terganggu, tetapi ia tidak dapat melakukan

suatu percakapan, ia menyela, menjawab pertanyaan sebelum pertanyaan berakhir

dan gagal memberikan perhatian pada apa yang telah dikatakan.

d. Percakapan anak melompat-lompat secara tiba-tiba dari satu topik ke topik yang

lain. Anak dapat tampak imatur atau terlambat tingkat perkembangannya

3. Mood dan afek

a. Mood anak mungkin labil, bahkan sampai marah-marah atau tempertantrum.

b. Ansietas, frustasi dan agitasi adalah hal biasa.

c. Anak tampak terdorng untuk terus bergerak atau berbicara dan tampak memiliki

sedikit kontrol terhadap perilaku tersebut.

d. Usaha untuk memfokuskan perhatian anak dapat menimbulkan perlawanan dan

kemarahan.

4. Proses dan isi pikir

Secara umum tidak ada gangguan pada area ini meskipun sulit untuk mempelajari

anak berdasarkan tingkat aktivitas anak dan usia atau tingkat perkembangan.

5. Sensorium dan proses intelektual

a. Anak waspada dan terorientasi, dan tidak ada perubahan sensori atau persepsi

seperti halusinasi.

b. Kemampuan anak untuk memberikan perhatian atau berkonsentrasi tergangguan

secara nyata.

21
c. Rentang perhatian anak adalah 2 atau 3 detik pada ADHD yang berat 2 atau 3

menit pada bentuk gangguan yang lebih ringan.

d. Mungkin sulit untik mengkaji memori anak, ia sering kali menjawab, saya tidak

tahu, karena ia tidak dapat memberi perhatian pada pertanyaan atau tidak dapat

berhenti memikirkan sesuati.

e. Anak yang mengalami ADHD sangat mudah terdistraksi dan jarang yang mampu

menyelesaikan tugas.

6. Penilaian dan daya tilik diri

a. Anak yang mengalami ADHD biasanya menunjukkan penilaian yang buruk dan

sering kali tidak berpikir sebelum bertindak

b. Mereka mungkin gagal merasakan bahaya dan melakukan tindakan impulsif,

seperti berlari ke jalan atau melompat dari tempat yang tinggi.

c. Meskipun sulit untuk mempelajari penilaian dan daya tilik pada anak kecil.

d. Anak yang mengalami ADHD menunjukkan kurang mampu menilai jika

dibandingkan dengan anak seusianya.

e. Sebagian besar anak kecil yang mengalami ADHD tidak menyadari sama sekali

bahwa perilaku mereka berbeda dari perilaku orang lain.

f. Anak yang lebih besar mungkin mengatakan, "tidak ada yang menyukaiku di

sekolah", tetapi mereka tidak dapat menghubungkan kurang teman dengan

perilaku mereka sendiri.

7.  Konsep diri

a. Hal ini mungkin sulit dikaji pada anak yang masih kecil, tetapisecara umum harga

diri anak yang mengalami ADHD adalah rendah.

22
b. Karena mereka tidak berhasil di sekolah, tidak dapat memiliki banyak teman, dan

mengalami masalah dalam mengerjakan tugas di rumah, mereka biasanya merasa

terkucil sana merasa diri mereka buruk.

c. Reaksi negatif orang lain yangmuncul karena perilaku mereka sendiri sebagai

orang yang buruk dan bodoh

8.  Peran dan hubungan

a. Anak biasanya tidak berhasil disekolah, baik secara akademis maupun sosial.

b. Anak sering kali mengganggu dan mengacau di rumah, yang menyebabkan

perselisihan dengan saudara kandung dan orang tua.

c. Orang tua sering meyakini bahwa anaknya sengaja dan keras kepala dan

berperilaku buruk dengan maksud tertentu sampai anak yang didiagnosis dan

diterapi.

d. Secara umum tindakan untuk mendisiplinkan anak memiliki keberhasilan yang

terbatas pada beberapa kasus, anak menjadi tidak terkontrol secara fisik, bahkan

memukul orang tua atau merusak barang-barang miliki keluarga.

e. Orang tua merasa letih yang kronis baik secara mental maupun secara fisik.

f. Guru serungkali merasa frustasi yang sama seperti orang tua dan pengasuh atau

babysister mungkin menolak untuk mengasuh anak yang mengalami ADHD yang

meningkatkan penolakan anak.

9. Pertimbangan fisiologis dan perawatan diri

Anak yang mengalami ADHD mungkin kurus jika mereka tidak meluangkan

waktu untuk makan secara tepat atau mereka tidak dapat duduk selama

makan. Masalah penenangan untuk tidur dan kesulitan tidur juga merupakan masalah

yang terjadi. Jika anak melakukan perilaku ceroboh atau berisiko, mungkin juga ada

riwayat cedera fisik.

23
J. DIAGNOSA

Beberapa diagnosa yang mungkin muncul pada kasus anak dengan hiperaktivitas

antara lain :

a. Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan disabilitasperkembangan

(hiperaktivitas)

b. Perubahan proses pikir berhubungan dengan gangguan kepribadian

c. Resiko perubahan peran menjadi orang tua berhubungan dengan anakdengan

gangguan pemusatan perhatian hiperaktivitas

d. Resiko cedera berhubungan dengan psikologis (orientasi tidak efektif)

e. Resiko keterlambatan perkembangan berhubungan dengan penyakitmental

(hiperaktivitas), kurang konsentrasi.

K. RENCANA KEPERAWATAN

No. NOC NIC


1. NOC : Ketrampilan interaksi NIC : Peningkatan sosialisasi
social 1. Kaji pola interaksi antara pasien dan
Tujuan : Pasien mampu orang lain
menunjukan interaksi social yang 2. Anjurkan pasien untuk bersikap
baik. jujur dalam berinteraksi
Kriteria Hasil : dengan orang lain dan menghargai hak
1) Menunjukan perilaku yang orang lain.
dapat meningkatkan 3. Identifikasi perubahan perilaku yang
ataumemperbaiki interaksi social spesifik.
(tidak ada) 4. Bantu pasien meningkatkan
2) Mendapatakan atau kesadaran akan kekuatan dan
meningkatkan ketrampilan interaksi keterbatasan dalam berkomunikasi
social(misalnya: kedekatan, kerja dengan orang lain.
sama, sensitivitas dan sebagainya) 5. Berikan umpan balik yang positif jika
(terbatas) pasien dapat berinteraksi
3) Mengungkapkan keinginan dengan orang lain
untuk berhubungan dengan
oranglain (sedang)

2. NOC : Konsentrasi NIC : Pengelolaan Konsentrasi


Tujuan : Pasien dapat 1. Berikan pada anak yang
berkonsentrasi secara penuh membutuhkan ketrampilan dan
terhadap obyek ataubenda- benda perhatian
disekitarnya 2. Kurangi stimulus yang berlebihan
Kriteria Hasil : terhadap orang-orang dan
24
1) Menunjukan proses pikir yang lingkungan dan orang/bebda-benda
logis, terorganisasi. disekitarnya.
2) Tidak mudah terganggu / focus 3. Berikan umpan balik yang positif dan
terhadap sesuatu perilaku yang sesuai.
3) Berespon dengan baik terhadap 4. Bantu anak untuk
stimulus. mengidentifikasikan benda-benda
4) Indikator skala : disekitarnya seperti, memberikan
1.1. Tidak pernah permainan-permainan yang dapat
1.2. Jarang merangsang pusat konsentrasi.
1.3.Kadang-kadang 5. Kolaborasi medis dalam pemberian
1.4. Sering terapi obat stimulan untuk
1.5. Konsisten anak dengan gangguan pusat
konsentrasi.

3. NIC : Menjadi orang tua NIC : Peningkatan Perkembangan


Tujuan : Orang tua mampu 1. Berikan informasi kepada orang tua
menghadapi kemungkinan resiko tentang bagaimana caramengatasi
yang terjadi terhadap anak dengan perilaku anak yang hiperaktif.
hiperaktivitas. 2. Ajarkan pada orang tua tentang
Kriteria Hasil : tahapan penting perkembangannormal
1. Mempunyai harapan peran orang dan perilaku anak.
tua yang realistis 3. Bantu orang tua dalam
2. Mengidentifikasi factor-faktor mengimplementasikan programperilaku
resiko dirinya yang anak yang positif
dapatmengarah menjadi orang tua 4. Bantu keluarga dalam membuat
yang tidak efektif perubahan dalam lingkunganrumah yang
3. Mengungkapkan dengan kata- dapat menurunkan perilaku negative
kata sifat positif dari anak. anak.
4. Indikator skala :
1.1. Tidak sama sekali
1.2. Sedikit
1.3. Sedang
1.4. Kuat
1.5. Adekuat total

4. NOC : Pengendalian Resiko NIC : Mencegah Jatuh


Tujuan : Klien dapat terhindar dari 1. Identifikasikan factor yang
resiko cedera mempengaruhi kebutuhan
Kriteria Hasil : keamanan,misalnya: perubahan status
1) Mengubah gaya hidup untuk mental, keletihan setelah beraktivitas,
mengurangii resiko. dll.
2) Pasien/keluarga akan 2. Berikan materi pendidikan yang
mengidentifikasikan resiko yang berhubungan dengan strategi
dapatmeningkatkan kerentanan dantindakan untuk mencegah cedera.
terhadap cedera. 3. Berikan informasi mengenai bahaya
3) Orang tua akan memilih lingkungan dan
permainan, memberi perawatan dan karakteristiknya(misalnya naik tangga,
kontaksocial lingkungannya dengan kolam renang jalan raya, dll)
baik. 4. Hindarkan benda-benda disekitar
4) Indikator skala : pasien yang dapat membahayakandan

25
1. Tidak pernah menyebabkan cidera.
2. Jarang 5. Ajarkan kepada pasien untuk berhati-
3. Kadang-kadang hati dengan alat permainannyadan
4. Sering intruksikan kepada keluarga untuk
5. Konsisten memilih permainan yang sesuaidan tidak
menimbulkan cedera

5. NOC: Child Development NIC: Meningkatan Perkembangan


Tujuan: Pasien tidak mengalami 1. Lakukan pengkajian kesehatan yang
keterlambatan perkembangan seksama (misalnya, riwayat
Kriteria Hasil: anak,temperamen, budaya, lingkungan
1) Anak akan mencapai tahapan keluarga, skrining perkembangan)
dalam perkembangan yaitu untukmenentukan tingkat fungsional.
tidakmengalami keterlambatan 25 2. Berikan aktivitas bermain yang sesuai,
% atau lebih area sosial/perilaku dukung beraktivitas dengananak lain.
pengaturandiri atau kognitif , 3. Kaji adanya faktor resiko pada saat
bahasa, keterampilan motorik halus prenatal dan pasca natal.
dan motorik kasar. 4. Berkomunikasi dengan pasien
2) Indikator skala : sesuai dengan tingkat kognitif
1. Tidak pernah menunjukkan padaperkembangannya.
2. Jarang 5. Berikan penguatan yang
3. Kadang-kadang positif/umpan balik terhadap usaha-
4. Sering usahamengekspresikan diri.
5. Konsisten 6. Ajarkan kepada orang tua
tentang hal-hal penting
dalamperkembangan anak

L. IMPLEMETASI

Implementasi adalah pengolahan dan perwujudan dari rencana keperawatan

yang telah disusun pada tahap perencanaan (Effendi, 1995). Jenis tindakan pada

implementasi ini terdiri dari tindakan mandiri, saling ketergantungan / kolaborasi, dan

tindakan rujukan / ketergantungan.Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan

dengan rencana tindakan keperawatan.

M. EVALUASI

1. Kemampuan interaksi sosial 5. Harapan peran orang tua


2. Proses pikir 6. Mengungkapkan dengan kata sifat positif

3. Fokus terhadap sesuatu 7. Gaya hidup untuk mengurangi resiko

4. Respon terhadap stimulus

26
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

ADHD berpengaruh terhadap kemampuan melakukan deteksi dini masalah

ADHD pada siswa. Setelah mengikuti psikoedukasitentang ADHD terjadi perbedaan

yang signif ikan pada kemampuan guru melakukan deteksi dini masalah ADHD

antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Berdasarkan hasil analisis

data secara statistik. psikoedukasi tentang pengetahuan ADHD juga berpengaruh

terhadap keterampilan intervensi kelas antara kelompok eksperimen dengan kelompok

kontrol.

27
DAFTAR PUSTAKA

Aniez. 2010. Definisi Anak Hiperaktif.


From :http://aniezandmyprince.blogspot.com/2010/03/ definisi-anak-hiperaktif.html.
Baniah Sri Handayani. 2011. Penyebab Anak Hiperaktif. From :http://www.ibudanbalita.
com/diskusi/pertanyaan/59679/penyebab-anak-hiperaktif.
Behrman, Richard E. 1992. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : EGCBetz, Cecily L. Buku
saku
Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006: Definisi danKlasifikasi. Jakarta:
EGC.Wilkinson, Erfansyah, H.R. 2011. Keperawatan Anak Hiperaktif.
From : http://erfansyah.blogspot.com /2011/01/kep-anak-hiperaktif.html 
Heri. 2012. Asuhan keperawatan anak dengan HIPERAKTIF.
From: http://mydocumentku.blogspot.com/2012/03/asuhan-keperawatan-anak-
dengan_8226.html 
Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan IntervensiNIC dan Kriteria
Hasil NOC. Jakarta : EGC Keperawatan Pediatri. Jakarta : EGCHidayat, Aziz Alimul.
2005. Pengantar Ilmu
Keperawatan Anak 1. Jakarta: SalembaMedika.Jhonson, Marion, dkk. 2000. NOC.
Jakarta: Surana, Taufan. 2003. Mengarahkan Anak Hiperaktif.
From: http://www.balitacerdas.com/perilaku/hiperaktif.html
Morsby.McCloskey, Cjoane, dkk. 1995.NIC. Jakarta: Morsby.NANDA. 2006. Panduan

Sacharin, Rosa M. 1996. Prinsip Keperawatan Pediatrik, Edisi 2. Jakarta: EGC

Smeltzer, Suzzane C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-


bedahBrunner&Suddarth.  Jakarta: EGC

28

Anda mungkin juga menyukai