Tugas ini disusun untuk memenuhi nilai tugas mata kuliah Keperawatan Anak
Dosen Pengampu : Ns. Ratih Dwilestari Puji U., M.Kep.
2019
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Anak merupakan anugerah Tuhan yang harus dijaga dengan baik agar mampu
melewati setiap fase tumbuh kembang dalam hidupnya. Periode emas atau golden age
(0-3 tahun) merupakan masa anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan secara
cepat (Aisyah, 2008). Hal ini mengisyaratkan bahwa apabila anak diberikan banyak
perkembangan pada aspek kognitif, motorik, serta afektif dapat dicapai secara optimal
Hal ini tentu saja dapat dicapai apabila tumbuh dan berkembang secara
normal, berarti bahwa tidak ada gangguan yang diderita anak baik secara fisik,
psikologis maupun perilakunya. Salah satu gangguan yang dapat menghambat proses
perkembangan anak adalah gangguan perilaku. Salah satu yang umumya terjadi pada
anak usia dini dan usia sekolah adalah Attention Deficit Hyperactivity Disorder
(ADHD), yaitu adanya pola yang menetap dari innatention yang disertai dengan
hiperaktivitas dan impulsivitas pada seseorang. Gejala ini dapat diketahui sebelum
usia 7 tahun dan dapat terjadi dalam berbagai macam situasi seperti situasi rumah,
sekolah, bermain atau situasi sosial lainnya. (Baihaqi dan Sugiarmin, 2006).
ketidak mampuan anak untuk memusatkan perhatiannya pada sesuatu yang dihadapi,
sehingga rentang waktu perhatian yang dimiliki sangat singkat dibandingkan anak lain
2
yang seusianya. Gangguan perilaku ini biasannya disertai dengan gejala hiperaktif dan
Prevalensi kejadian ADHD di Indonesia belum ada data nasional yang pasti
karena belum banyak penelitian yang dilakukan. Menurut Judarwanto (2009) kejadian
kelainan ini adalah sekitar 3 – 10%, di Ameriksa serikat sekitar 3-7% sedangkan di
negara Jerman, Kanada dan Selandia Baru sekitar 5-10%. Diagnosis and Statistic
Manual (DSM IV) menyebutkan prevalensi kejadian ADHD pada anak usia sekolah
berkisar antara 3 hingga 5 persen. Penelitian Saputro (2001) di sebuah sekolah dasar
kejadian ADHD di Kotamadya Yogyakarta sebesar 0,39%. Jumlah kasus yang dapat
ditemukan pada penelitian ini adalah 39 kasus dari sejumlah murid 10.574 anak.
untuk menjalin hubungan interpersonal dengan orang lain, baik orangtua, teman
sebaya atau lingkungan sekitarnya. Lingkungan sekitarnya memberi cap anak nakal
orang lain. Kesulitan ini merupakan salah satu akibat dari ketidak mampuan anak
untuk mengendalikan diri dengan baik pada situasi yang dihadapinya. Sering kali
lingkungan tidak mau melihat secara keseluruhan perilaku yang ditunjukkan oleh
anak dengan hiperaktivitas. Orangtua memarahi karena anak sangat nakal dan sikap
guru yang memberi cap bodoh , malas dan suka berbuat onar pada anak dengan
juga mengalami permasalahan dalam hal belajar. Kegagalan dalam belajar pada anak
3
dengan hiperaktivitas lebih disebabkan karena anak mengalami kesulitan
mengendalikan diri.
dimana anak berlari atau memanjat secara berlebihan, atau sering pula berbicara terus-
menerus dan tidak dapat berhenti. Anak juga seringkali mengganggu teman-temannya
Keadaan ini sering mengganggu lingkungan belajar di kelas, sehingga anak dijauhi
sabar sehingga sering tampak tidak dapat bersabar menunggu giliran, menginterupsi
atau memotong pembicaraan orang lain dan sering memberikan jawaban sebelum
diri yang baik, sehingga anak kurang dapat mengendalikan diri sendiri. Emosi anak
anak yang tidak dapat tenang berakibat anak sering mendapat teguran dan dimarahi
dengan mendatangi bangku temannya saat pelajaran berlangsung, atau merampas alat
sering dikeluarkan dari kelas oleh guru. Anak juga sulit bermain-main dengan teman-
teman sebaya atau sekelasnya karena bertindak semaunya sendiri, tindakan tidak
dapat memahami dan mengikuti aturan main, menyebabkan anak dijauhi atau
dan impulsivitas harus segera ditangani, karena dikhawatirkan kemudian hari apabila
4
perilaku hiperaktivitas dan impulsivitas pada anak tidak segera ditangani
mengakibatkan prestasi belajar anak menurun dan anak sering melangar aturan.
multidisipliner ilmu yang dikoordinasikan antar dokter, psikolog, orangtua, guru dan
perkembangan dan perilaku pada anak dengan ADHD yang sudah dilakukan terapi di
antaranya terapi okupasi dan perilaku. Setiap terapi memiliki kelebihan dan
hiperaktivitas agar anak lebih dapat tenang, begitu juga dengan terapi diet makan
yang juga fokus pada meminimalkan perilaku hiperaktivitas anak. Terapi diatas lebih
fokus pada fisik, prosedur-prosedur dalam intervensi yang diterapkan cukup rumit
mengenai masalah ini. Tentu saja peluang untuk justru membangun pencerahan dan
penambahan pengetahuan.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI
(ADHD). Kondisi ini juga disebut sebagai gangguan hiperkinetik. Dahulu kondisi ini
gangguan pada anak yang timbul pada masa perkembangan dini (sebelum berusia 7
tahun) dengan ciri utama tidak mampu memusatkan perhatian, hiperaktif dan
impulsif. Ciri perilaku ini mewarnai berbagai situasi dan dapat berlanjut hingga
dewasa. Dr. Seto Mulyadi dalam bukunya “Mengatasi Problem Anak Sehari-hari“
adanya suatu pola perilaku yang menetap pada seorang anak. Perilaku ini ditandai
dengan sikap tidak mau diam, tidak bisa berkonsentrasi dan bertindak sekehendak
hatinya atau impulsif. ADHD adalah sebuah kondisi yang amat kompleks; gejalanya
berbeda-beda.
B. KLASIFIKASI
Impulsif. Mereka tidak menunjukkan gejala hiperaktif. Tipe ini kebanyakan ada
pada anak perempuan. Anak dalam tipe ini memiliki cirri-ciri : tidak mampu
6
mudah beralih perhatian dari satu hal ke lain hal, sering melamun dan dapat
kacau.
Mereka menunjukkan gejala yang sangat hiperaktif dan impulsif, tetapi bisa
memusatkan perhatian. Tipe ini seringkali ditemukan pada anak- anak kecil. Anak
dalam tipe ini memiliki ciri-ciri berikut: terlalu energik, lari ke sana kemari,
Ia juga impulsif: melakukan sesuatu secara tak terkendali, begitu saja bertindak
tanpa pertimbangan, tak bisa menunda respons, tidak sabaran. Tetapi yang
Kebanyakan anak-anak termasuk tipe seperti ini. Anak dalam tipe ini mempunyai
Jadi yang dimaksud dengan hiperaktif adalah suatu pola perilaku pada
seseorang yang menunjukkan sikap tidak mau diam, tidak terkendali, tidak
selalu bergerak dan tidak pernah merasakan asyiknya permainan atau mainan yang
disukai oleh anak-anak lain seusia mereka, dikarenakan perhatian mereka suka
7
beralih dari satu fokus ke fokus yang lain. Mereka seakan-akan tanpa henti
mencari sesuatu yang menarik dan mengasikkan namun tidak kunjung datang.
C. ETIOLOGI
1. Faktor neurologik
Insiden hiperaktif yang lebih tinggi didapatkan pada bayi yang lahir dengan
faktor seperti bayi yang lahir dengan berat badan rendah, ibu yang terlalu muda,
ibu yang merokok dan minum alkohol juga meninggikan insiden hiperaktif.
neuoralogi yang sampai kini banyak dianut adalah terjadinya disfungsi pada salah
terjadinya gangguan perfusi darah di daerah tertentu pada anak hiperaktif, yaitu di
2. Faktor toksik
potensi untuk membentuk perilaku hiperaktif pada anak. Di samping itu, kadar
timah (lead) dalam serum darah anak yang meningkat, ibu yang merokok dan
mengkonsumsi alkohol, terkena sinar X pada saat hamil juga dapat melahirkan
8
3. Faktor genetik
Didapatkan korelasi yang tinggi dari hiperaktif yang terjadi pada keluarga
dengan anak hiperaktif. Kurang lebih sekitar 25-35% dari orang tua dan saudara
yang masa kecilnya hiperaktif akan menurun pada anak. Hal ini juga terlihat pada
anak kembar.
Pada anak hiperaktif sering ditemukan hubungan yang dianggap keliru antara
D. PATOFISIOLOGI
konsentrasi, sifat impulsif, dan hiperaktivitas. Tidak terdapat bukti yang meyakinkan
yang hiperaktif, yang berusia antara 6 – 9 tahun serta yang mempunyai IQ yang
penghantaran kulit. Anak pria ini mempunyai skor tinggi untuk kegelisahan,
mudahnya perhatian mereka dialihkan, lingkup perhatian mereka yang buruk serta
laboratorik menjadi lebih mendekati normal serta penilaian yang diberikan oleh para
9
E. MANIFESTASI KLINIS
Ukuran objektif tidak memperlihatkan bahwa anak yang terkena gangguan ini
memperlihatkan aktifitas fisik yang lebih banyak, jika dibandingkan dengan anak–
anak kontrol yang normal, tetapi gerakan–gerakan yang mereka lakukan kelihatan
lebih kurang bertujuan serta mereka selalu gelisah dan resah. Mereka mempunyai
rentang perhatian yang pendek, mudah dialihkan serta bersifat impulsif dan mereka
frustasi dan secara emosional mereka adalah orang–orang yang labil serta mudah
terangsang. Suasana perasaan hati mereka cenderung untuk bersifat netral atau
pertenangan, mereka kerap kali berkelompok, tetapi secara sosial mereka bersikap
kaku. Beberapa orang di antara mereka bersikap bermusuhan dan negatif, tetapi ciri
yang mereka alami. Beberapa orang lainnya sangat bergantung secara berlebih–
lebihan, namun yang lain lagi bersikap begitu bebas dan merdeka, sehingga kelihatan
sembrono.
sekunder terhadap pengaruh sosial yang negatif dari tingkah laku mereka. Anak-anak
ini akan menerima celaan dan hukuman dari orang tua serta guru dan pengasingan
sosial oleh orang-orang yang sebaya dengan mereka. Secara kronik mereka
mereka tidak cukup terkoordinasi serta cukup mampu mengendalikan diri sendiri
untuk dapat berhasil di dalam bidang olah raga. Mereka mempunyai gambaran
mengenai diri mereka sendiri yang buruk serta mempunyai rasa harga diri yang
rendah dan kerap kali mengalami depresi. Terdapat angka kejadian tinggi mengenai
10
ketidakmampuan belajar membaca matematika dan mengeja serta tulis tangan.
Prestasi akademik mereka dapat tertinggal 1 – 2 tahun dan lebih sedikit daripada yang
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
neurologik atau epilepsi yang progresif, tetapi penemuan ini mempunyai makna yang
tidak pasti. Suatu EEG yang dianalisis oleh komputer akan dapat membantu di dalam
G. KOMPLIKASI
3. Hubungan dengan teman sebaya buruk (sering kali akibat perilaku agresif dan
H. PENATALAKSANAAN
1. Keperawatan
11
b. Anak tersebut hendaklah mempunyai aturan yang berjalan secara teratur
menurut jadwal yang sudah ditetapkan dan mengikuti kegiatan rutinnya itu,
terutama sekali setelah ia melakukan kegiatan fisik yang kuat dan keras
d. Periode sebelum pergi tidur haruslah merupakan masa tenang, dengan cara
dengan memberikan hadiah kepada anak tersebut berupa bintang atau tanda
2. Medis
a. Terapi farmakologi :
konsentrasi serta impulsivitas. Oleh karena respon yang akan mereka berikan
diperlukan suatu masa percobaan klinik, mungkin akan dibutuhkan waktu 2-3
12
minggu dengan pemberian pengobatan setiap hari untuk menentukan apakah
b. Dosis:
Obat tersebut diberikan setelah makan pagi dan makan siang, agar
hanya memberikan pengaruh yang minimal kepada nafsu makan dan tidur
penderita.
pada waktu makan siang. Jika tidak ada respon yang diberikan maka dosis
di naikan dengan 2,5 mg dengan selang waktu 3-5 hari. Bagi anak-anak
yang berusia 8-9 tahun dosis yang efektif adalah 15-20 mg/24 jam.
Sementara itu anak yang berusia lebuh lanjut akan memerlukan dosis
sampai 40 mg/jam. Pengaruh obat ini akan berlangsung selama 2-4 hari.
Biasanya anak akan bersifat rewel dan menangis. Jika pemakaian obat ini
sudah berlangsung lama dan dosis yang diberikan lebih dari 20 mg/jam
diharapkan.
membutuhkan satu dosis saja setiap hari, pada waktu sarapan pagi.
10-20 mg/jam
13
3) Magnesium pemolin : dianjurkan untuk memberikan dosis awal sebesar
distonia.
adalah anoreksia dan penurunan berat badan, nyeri perut bagian atas serta
sukar tidur, anak akan mudah menangis serta peka terhadap celaan
1. Pengkajian
14
5) Bagaimana kemampuan motorik halus anak (misalnya kemampuan untuk
mengikuti garis tengah bila kita memberikan respons terhadap jari atau
tangan)?
atau bel)?
kepala tegak, jatuh terduduk dipangkuan ketika didukung pada posisi berdiri,
berguling dari terlentang ke miring, posisi lengan dan tungkai kurang fleksi
objek, mengikuti objek dari satu sisi ke sisi lain, mencoba memegang benda
mengucapkan kata ooh / ahh, tertawa dan berteriak, mengoceh spontan atau
15
d) Bagaimana perkembangan adaptasi sosial anak (misalnya: mengamati
tersenyum pada wajah manusia, meskipun tidur dalamsehari lebih sedikit dari
senang menatap wajah-wajah yang dikenalnya, diam saja ketika ada orang
asing)?
menekan kedua tangannya dan pada bulan keempat sudah mulai mampu
memalingkan ke kanan dan ke kiri, sudah mulai bisa duduk dengan kepala
berkonsentrasi beban pada kaki dan dada terangkat dan bertumpu pada
mengamati benda, mulai menggunakan ibu jari dan jari telunjuk untuk
kata-kata, menolek ke arah suara dan menoleh ke arah sumber suara, tertawa,
16
menjerit, menggunakan vokalisasi semakin banyak, menggunakan kata yang
terdiri dari dua suku kata dan dapat membuat dua bunyi vokal yang
jika ada orang asing, mulai bermain dengan mainan, takut akan kehadiran
orang asing, mudah frustasi dan memukul-mukul dengan lengan dan kaki
pegangan, berdiri dengan pegangan, bangkit terus berdiri, berdiri 2 detik dan
berdiri sendiri)?
dengan cangkir, menirukan kegiatan orang lain, main-main bola atau lainnya
dengan orang)?
17
4) Masa Toddler
dan berjalan tegak, mampu menaiki tangga dengan cara satu tangan dipegang,
terhadap orang lain sangat tinggi, mampu menunjukkan dua gambar, mampu
badan)?
memakai baju)?
berdiri dengan satu kaki selama 1-5 detik, melompat dengan satu kaki, berjalan
dengan tumit ke jari kaki, menjelajah, membuat posisi merangkan dan berjalan
dengan bantuan)?
garis yang lebih panjang dan menggambar orang, melepas objek dengan jari
18
dari cangkir dengan bantuan menggunakan sendok dengan bantuan, makan
benda, menghitung atau mengartikan dua kata, mengerti empat kata depan,
6) Waktu schoolage
lingkungan sekolah)?
19
7) Masa adolensence
mandiri?
remaja?
a. Orang tua mungkin melaporkan bahwa anaknya rewel dan mengalami masalah
saat bayi atau perilaku hiperaktif hilang tanpa disadari sampai anak berusia todler
b. Anak mungkin mengalami kesulitan dalam semua bidang kehidupan yang utama,
seperti sekolah atau bermain dan menunjukkan perilaku overaktif atau bahkan
c. Berada diluar kendali dan mereka merasa tidak mungkin mampu menghadapi
perilaku anak.
d. Orang tua mungkin melaporkan berbagai usaha mereka untuk mendisplinkan anak
atau mengubah perilaku anak dansemua itu sebagian besar tidak berhasil.
20
2. Penampilan umum dan perilaku motorik
a. Anak tidak dapat duduk tenang di kursi dan mengeliat dan bergoyang-goyang saat
mencoba melakukannya.
b. Anak mungkin lari mengelilingi ruang dari satu benda ke benda lain dengan
d. Percakapan anak melompat-lompat secara tiba-tiba dari satu topik ke topik yang
c. Anak tampak terdorng untuk terus bergerak atau berbicara dan tampak memiliki
kemarahan.
Secara umum tidak ada gangguan pada area ini meskipun sulit untuk mempelajari
anak berdasarkan tingkat aktivitas anak dan usia atau tingkat perkembangan.
a. Anak waspada dan terorientasi, dan tidak ada perubahan sensori atau persepsi
seperti halusinasi.
secara nyata.
21
c. Rentang perhatian anak adalah 2 atau 3 detik pada ADHD yang berat 2 atau 3
d. Mungkin sulit untik mengkaji memori anak, ia sering kali menjawab, saya tidak
tahu, karena ia tidak dapat memberi perhatian pada pertanyaan atau tidak dapat
e. Anak yang mengalami ADHD sangat mudah terdistraksi dan jarang yang mampu
menyelesaikan tugas.
a. Anak yang mengalami ADHD biasanya menunjukkan penilaian yang buruk dan
c. Meskipun sulit untuk mempelajari penilaian dan daya tilik pada anak kecil.
e. Sebagian besar anak kecil yang mengalami ADHD tidak menyadari sama sekali
f. Anak yang lebih besar mungkin mengatakan, "tidak ada yang menyukaiku di
7. Konsep diri
a. Hal ini mungkin sulit dikaji pada anak yang masih kecil, tetapisecara umum harga
22
b. Karena mereka tidak berhasil di sekolah, tidak dapat memiliki banyak teman, dan
c. Reaksi negatif orang lain yangmuncul karena perilaku mereka sendiri sebagai
a. Anak biasanya tidak berhasil disekolah, baik secara akademis maupun sosial.
c. Orang tua sering meyakini bahwa anaknya sengaja dan keras kepala dan
berperilaku buruk dengan maksud tertentu sampai anak yang didiagnosis dan
diterapi.
terbatas pada beberapa kasus, anak menjadi tidak terkontrol secara fisik, bahkan
e. Orang tua merasa letih yang kronis baik secara mental maupun secara fisik.
f. Guru serungkali merasa frustasi yang sama seperti orang tua dan pengasuh atau
babysister mungkin menolak untuk mengasuh anak yang mengalami ADHD yang
Anak yang mengalami ADHD mungkin kurus jika mereka tidak meluangkan
waktu untuk makan secara tepat atau mereka tidak dapat duduk selama
makan. Masalah penenangan untuk tidur dan kesulitan tidur juga merupakan masalah
yang terjadi. Jika anak melakukan perilaku ceroboh atau berisiko, mungkin juga ada
23
J. DIAGNOSA
Beberapa diagnosa yang mungkin muncul pada kasus anak dengan hiperaktivitas
antara lain :
(hiperaktivitas)
K. RENCANA KEPERAWATAN
25
1. Tidak pernah menyebabkan cidera.
2. Jarang 5. Ajarkan kepada pasien untuk berhati-
3. Kadang-kadang hati dengan alat permainannyadan
4. Sering intruksikan kepada keluarga untuk
5. Konsisten memilih permainan yang sesuaidan tidak
menimbulkan cedera
L. IMPLEMETASI
yang telah disusun pada tahap perencanaan (Effendi, 1995). Jenis tindakan pada
implementasi ini terdiri dari tindakan mandiri, saling ketergantungan / kolaborasi, dan
M. EVALUASI
26
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
yang signif ikan pada kemampuan guru melakukan deteksi dini masalah ADHD
kontrol.
27
DAFTAR PUSTAKA
28