Anda di halaman 1dari 14

REFERAT

Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas


pada Anak

Disusun Oleh:

Masitah binti Omar

11.2016.094

Pembimbing:

dr. Elly Ingkiriwang, Sp.KJ

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa RSKO

Periode 10 Juli 2017 – 12 Juli 2017

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jakarta

1|Page
Pendahuluan

Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas pada anak (GPPH) merupakan gannguan
yang paling sering pada anak sekolah usia sekolah. Anak dengan GPPH akan disadari
dengan simptom awal seperti perkembangan hiperaktivitas yang tidak tepat, pencapaian
akademik yang kurang memuaskan, dan perilaku impulsif. Anak dengan GPPH adalah anak
yang menunjukkan perilaku hiperaktif, impulsif, sulit memusatkan perhatian yang timbulnya
lebih sering, lebih persisten dengan tingkat yang lebih berat jika dibandingkan dengan anak
lain seusianya. Kondisi ini tentunya menimbulkan anak dalam menjalankan fungsinya sehari-
hari, seperti berinteraksi dengan teman sebaya, keluarga dan yang terpenting adalah
penderitaan dan hambatan bagi menganggu kesiapan anak untuk belajar.

Gangguan ini mulai ditemukan pada 1902 di London oleh spesialis anak , Dr. George Still
yang pada awalnya menyatakan ia disebabkan ensephalitis virus. Beliau percaya ibu yang
depressi dan bapa yang di bawah pengaruh alkohol mempengaruhi anak. Pada tahun 1930,
gangguan ini disebabkan kerusakan atau disfungsi otak yang minimal. Amfetamin diketahui
mampu mengawal simptom tersebut. Pada tahun 1950, gangguan ini dikenali sebagai
Sindrom Anak Hiperaktif. Sejak itu, criteria untuk mendiagnosa mulai berubah sehingga
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder IV-Text Revision (DSM-IV TR) pada
tahun 2000.

Penegakan diagnosis GPPH harus dinilai gejala dan gangguan secara klinis. Gangguan
biologis yang mendasari didukung dengan genetik, data neuroimaging, neurokimia,
neuropsikologi. Tatalaksana yang pelbagai macam termasuk edukasi, dokongan keluarga dan
individu. Psikoterapi sahaja dan kombinasi dengan medikasi membantu GPPHdan masalah
komorbitas.

2|Page
Epidemiologi

Prevalensi GPPH pada anak muncul 3-7%.3 Hampir 50-60% individu dengan gangguan ini
memenuhi kriteria DSM 5 sekurangnya 1 kondisi yaitu termasuk gangguan belaajar, sindrom,
depressi, kekurangan konverjensi mata, gangguan cemas, gangguan kepribadian antisocial,
penyalahgunaan bahan, gangguan kendali. Survey yang dilakukan oleh National Survey of
Children’s Health (NSCH) di Amerika Serikat menyebutkan bahwa presentasi anak usia 4–17
tahun yang mengalami GPPH meningkat dari 7,8% menjadi 9,5% dalam kurun waktu 2003 –
2007. Sementara di Indonesia dalam populasi sekolah ada 2%-4% anak yang menderita
GPPH.

Lelaki lebih cenderung dari perempuan mempunyai GPPH tanpa gangguan belajar, gangguan
belajar tanpa GPPH dan kedua kondisi)3 Lelaki (6.7%) lebih 2 kali ganda dari perempuan
(2.5%) yang mempunyai GPPH. Anak usia 12-17 tahun cenderung didiagnosa GPPH tanpa
gangguan belajar, gangguan belajar tanpa GPPH dan kedua kondisi berbanding anak usia 6–
11 tahun. Anak dengan berat badan lahir lebih cenderung mempunyai gangguan belajar
(dengan atau tanpa GPPH). 3

Etiologi

Menurut Kaplan penyebab ADHD adalah sebagai berikut : 1

1. Faktor genetik

Sanak saudara anak-anak hiperaktif memiliki resiko dua kali menderita gangguan dibanding
populasi umum. Orang tua biologis dari anak-anak dengan gangguan memiliki resiko yang
lebih tinggi untuk memiliki gangguan defisitatensi/hiperaktivitas dibandingkan dengan orang
tua adoptif.

2. Cedera Otak

Cedera otak kemungkinan disebabkan oleh efek sirkulasi, toksin, metabolik, mekanik, dan
efek yang lain yang merugikan dan oleh stres dan kerusakan fisik pada otak selama masa bayi
yang disebabkan oleh infeksi, peradangan, dan trauma.

3. Faktor neurokimia

Sebagian temuan adalah berasal dari pemakaian banyak medikasi yang menimbulkan efek
positif pada gangguan.

3|Page
4. Faktor neurologis

Otak manusia normalnya menjalani kecepatan pertumbuhan utama pada beberapa usia : 3
sampai 10 bulan, 2 sampai 4 tahun, 6 sampai 8 tahun, 10 sampai 12 tahun, dan 14 sampai 16
tahun. Beberapa anak mengalami maturasi pertumbuhan secara berurutan dan menunjukkan
gejala GPPH yang tampaknya sementara.

5. Faktor psikososial

Anak-anak dalam institusi seringkali overaktif dan memiliki rentang atensi yang buruk.
Tanda tersebut dihasilkan dari pemutusan emosional yang lama. Gejala menghilang jika
faktor pemutus dihilangkan, seperti melalui adopsi atau penempatan di rumah penitipan.
Kejadian fisik dalam keseimbangan keluarga dan faktor yang menyebabkan kecemasan,
berperan dalam awal atau berlanjutnya GPPH.

Gambaran Klinis dan Diagnosis

Ciri utama individu dengan gangguan pemusatan perhatian meliputi: gangguan pemusatan
perhatian (inattention), gangguan pengendalian diri (impulsifitas), dan gangguan dengan
aktivitas yang berlebihan (hiperaktivitas).

Dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Inatensi

Yang dimaksud adalah bahwa sebagai individu penyandang gangguan ini tampak mengalami
kesulitan dalam memusatkan perhatiannya. Mereka sangat mudah teralihkan oleh rangsangan
yang tiba-tiba diterima oleh alat inderanya atau oleh perasaan yang timbul pada saat itu.
Dengan demikian mereka hanya mampu mempertahankan suatu aktivitas atau tugas dalam
jangka waktu yang pendek, sehingga akan mempengaruhi proses penerimaan informasi dari
lingkungannya.

b. Impulsifitas

Yang dimaksud adalah suatu gangguan perilaku berupa tindakan yang tidak disertai dengan
pemikiran. Mereka sangat dikuasai oleh perasaannya sehingga sangat cepat bereaksi. Mereka
sulit untuk memberi prioritas kegiatan, sulit untuk mempertimbangkan atau memikirkan
terlebih dahulu perilaku yang akan ditampilkannya. Perilaku ini biasanya menyulitkan yang
bersangkutan maupun lingkungannya.

4|Page
c. Hiperaktivitas

Yang dimaksud adalah suatu gerakan yang berlebuhan melebihi gerakan yang dilakukan
secara umum anak seusianya. Biasanya sejak bayi mereka banyak bergerak dan sulit untuk
ditenangkan. Jika dibandingkan dengan individu yang aktif tapi produktif, perilaku hiperaktif
tampak tidak bertujuan. Mereka tidak mampu mengontrol dan melakukan koordinasi dalam
aktivitas motoriknya, sehingga tidak dapat dibedakan gerakan yang penting dan tidak
penting. Gerakannya dilakukan terus menerus tanpa lelah, sehingga kesulitan untuk
memusatkan perhatian.

Untuk melakukan identifikasi GPPH dapat digunakan pedoman yang di keluarkan oleh
American Psychiatric Association, yang menerapkan kriteria untuk menentukan gangguan
pemusatan perhatian dengan mengacu kepada DSM V (Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorder, 5th edition tahun 2013) sebagai berikut: 4,5

1. 6 / > gejala tidak mampu memusatkan perhatian seperti di bawah ini menetap min.6
bulan pada derajat maladaptif dan tidak sesuai dg tingkat perkembangannya:

 Sering gagal memusatkan perhatian pada hal kecil /membuat kesalahan yang ceroboh
(tidak hati-hati) dalam pekerjaan sekolah, pekerjaan / kegiatan lain.
 Sering sulit mempertahankan perhatian saat melaksanakan tugas / kegiatan bermain
 Sering seperti tidak mendengarkan saat diajak bicara langsung
 Sering tidak mengikuti petunjuk dan gagal menyelesaikan pekerjaan sekolah dan
tugas (tidak disebabkan oleh perilaku menentang atau kegagalan memahami petunjuk)
 Sering sulit mengatur tugas dan kegiatan
 Sering menghindar, tidak suka/enggan terlibat dalam tugas yang memerlukan
ketekunan berkesinambungan.
 Sering menghilangkan benda yang diperlukan untuk melaksanakan tugas / kegiatan
 Perhatian sering mudah dialihkan oleh rangsangan dari luar
 Sering lupa dalam kegiatan sehari-hari

2. 6 / > gejala hiperaktivitas dan impulsivitas seperti dibawah ini menetap min.6 bulan
pada derajat maladaptif dan tidak sesuai dg tingkat perkembangannya :
 Sering tangan dan kakinya tidak bisa diam, tidak bisa duduk diam.
 Sering meninggalkan tempat duduk di dalam kelas / di situasi lain dimana diharapkan
untuk tetap diam.
 Sering berlari-lari / memanjat berlebihan dalam situasi yang tidak sesuai untuk hal
tersebut.

5|Page
 Sering mengalami kesulitan bermain / mengikuti kegiatan waktu senggang dengan
tenang.
 Sering dalam keadaan “siap bergerak” (atau bertindak seperti digerakkan mesin)
 Sering bicara berlebihan
 Sering melontarkan jawaban sebelum pertanyaan selesai ditanyakan.
 Sering sulit menunggu giliran.
 Sering menyela / memaksakan diri terhadap orang lain (misal : memotong
percakapan/mengganggu permainan)

Tambahan

 Gejala tersebut yang menimbulkan masalah terjadi sebelum usia 12 tahun.

 Kegagalan yang ditimbulkan oleh gejala-gejala tersebut tampak pada 2/> tempat (di
sekolah atau di tempat bermain dan di rumah)

 Ada permasalahan yang bermakna secara klinis pada fungsi sosial, akademik, dan
okupasional

 Gejala-gejala tersebut tidak disebabkan oleh gangguan yang lain: perkembangan


pervasif, skizofrenia / psikotik dan tidak diakibatkan gangguan mental lain (misalnya :
gangguan cemas, gangguan kepribadian)

Gejala kombinasi: Jika gejala mencukupi bagi kedua kriteria gangguan pemusatan
perhatian dan hiperaktivitas dan impulsivitas yang muncul pada 6 bulan yang lalu.

Gejala dominan gangguan pemusatan perhatian: Jika gejala gangguan pemusatan


perhatian mencukupi tetapi tidak pada gejala hiperaktifitas dan impulsivitas yang
muncul pada 6 bulan yang lalu.

 Gejala dominan hiperaktifitas- Impulsivitas: Jika gejala hiperaktifitas-impulsivitas


mencukupi tetapi tidak pada gejala gangguan pemusatan perhatian yang muncul pada
6 bulan yang lalu.

Patofisiologi

Patofisiologi dengan GPPH memang tak jelas. Ada sejumlah teori yang membicarakan
patofisiologi GPPH. Penelitian pada anak GPPH telah menunjukkan ada penurunan volume
korteks prefrontal sebelah kiri, Penemuan ini menunjukkan bahwa gejala GPPH inatensi,

6|Page
frontalis
hiperaktivitas dan impulsivitas menggambarkan adanya disfungsi lobus , tetapi area lain
di otak khususnya cerebellum juga terkena.1,2

GPPH telah dikonseptualisasikan sebagai gangguan yang mempengaruhi sirkuit "frontal"


karena defisit terkait pada fungsi kognitif eksekutif. Studi pencitraan struktural telah
mendokumentasikan kelainan diffus pada anak-anak dan orang dewasa dengan GPPH.
Sebuah studi besar oleh Castellanos dan rekannya melaporkan jumlah serebrum, serebelum,
dan empat lobus serebral yang tidak berubah dari waktu ke waktu. Sebuah studi magnetic
resonance imaging (MRI) struktural juga mengungkapkan korteks cingulate (ACC) dan
korteks prefrontal dorsolateral (DLPFC) anterior yang lebih kecil pada orang dewasa dengan
dan tanpa GPPH. DLPFC mengendalikan memori kerja yang melibatkan kemampuan untuk
menyimpan informasi saat memproses informasi baru. Perbedaan ini diperkirakan
memperhitungkan defisit dalam perilaku sasaran dan perilaku dalam GPPH. ACC dianggap
sebagai kunci pengaturan yang melibatkan kemampuan untuk fokus pada satu tugas dan
memilih di antara pilihan.1

Penyidik juga telah memeriksa pola perkembangan pematangan kortikal pada GPPH. Shaw
dan rekannya melaporkan keterlambatan dalam penebalan korteks di antara pasien GPPH.
Pola perkembangan otak, dari sensorimotor ke daerah asosiatif, serupa pada anak dengan dan
tanpa GPPH. Namun, pada puncak usia perkembangan tertunda pada mereka yang menderita
GPPH. Dengan menggunakan ukuran ketebalan kortikal yang sama pada orang dewasa,
Makris dan rekan telah menunjukkan bahwa ketebalan kortikal tidak dinormalisasi dan area
otak yang terpengaruh pada anak-anak dengan GPPH tetap terpengaruh pada usia dewasa.
Dalam studi ini DLPFC, daerah parietal, dan ACC memiliki ukuran ketebalan korteks yang
lebih tipis pada orang dewasa dengan GPPH dibandingkan pada orang dewasa tanpa GPPH.1

Functional magnetic resonance imaging (fMRI) telah digunakan untuk memeriksa aktivitas
otak sewaktu tantangan kognitif selektif pada individu dengan GPPH. Satu studi yang
mengukur aktivitas otak dengan menggunakan tes neuropsikologis (go / no-go) menemukan
bahwa baik remaja dan orang dewasa dengan GPPH menunjukkan aktivitas yang dilemahkan
di daerah frontostriatal otak yang merupakan kunci untuk pengendalian hambat dan perhatian
(korteks prefrontal dan kaudatus. Orang dewasa dengan GPPH juga mengaktifkan daerah
non-frontostriatal (ACC, daerah parietal) lebih banyak daripada kontrol. Jumlah aktivasi otak
yang diamati berkorelasi erat dengan tingkat efisiensi terhadap tugas pada anak-anak dan
orang dewasa dengan GPPH.

7|Page
Pada pemeriksaan laboratorium telah didapatkan bahwa adanya 7 repeat allele DRD4 gene
(Dopamine 04 receptor gene) di mana merupakan 30% risiko genetik untuk anak GPPH di
mana ada penipisan korteks sebelah kanan otak, daerah otak ini penebalannya jadi normal
sesudah usia 10 tahun bersamaan dengan kesembuhan klinis gejala GPPH.

Dari aspek patofisiologik, GPPH dianggap adanya disregulasi dari neurotransmitter dopamine
dan norepinephrine akibat gangguan metabolisme catecholamine di cortex cerebral. Neuron
yang menghasilkan dopamine dan norepinephrine berasal dari mesenphalon. Nucleus sistem
dopaminergik adalah substansia nigra dan tigmentum anterior dan nucleus sistem
norepinephrine adalah locus ceroleus.1,2

Dari penelitian anak kembar dengan GPPH memang didapatkan 75% dari kasus. kasus GPPH
disebabkan karena faktor genetik. Meskipun faktor genetik memegang peranan penting tetapi
tak ada gen khusus yang menyokong timbulnya gejala GPPH Mayoritas kasus-kasus GPPH
timbul dari kombinasi macam-macam gen yang akan mempengaruhi dopamine transporter.
Macam-macam gene ini termasuk: dopamine transporter, dopamine receptor
D2/D3,dopamine beta hydroxylase monoamine oxidase A, catechol methyltransferase,
SLC6A4,5HT2A,5HT1B, OBH Taq I, 10 repeat allele DAT1 gene,7 repeat allele DRD4 gene.

Pemeriksaan Penunjang

GPPH tetap menjadi diagnosis klinis, berdasarkan riwayat klinis dan pemeriksaan. Tidak ada
tes diagnostik spesifik yang ada saat ini. Beberapa data yang diperoleh dalam tes
psikoedukasi mungkin bersifat konfirmasi, termasuk pengamatan perilaku inatensi atau
ketekunan tugas yang buruk selama situasi uji. Gambaran otak, Electroencephalography
(EEG), dan tes neuropsikologis spesifik ditunjukkan pada situasi klinis tertentu untuk
menyingkirkan kemungkinan diagnostik lainnya seperti retardasi mental, epilepsi, atau lesi
struktural.

Tatalaksana

Manajemen GPPH mencakup pertimbangan dua area utama: non-farmakologis (remediasi


pendidikan, psikoterapi individu dan keluarga) dan farmakoterapi. Kelompok pendukung
untuk anak-anak dan remaja dan keluarga mereka, serta orang dewasa dengan GPPH,

8|Page
memberikan lingkungan yang tak ternilai dan murah. Di mana individu dapat belajar tentang
GPPH dan sumber daya yang tersedia untuk anak-anak mereka atau diri mereka sendiri.
Kelompok pendukung dapat diakses dengan menghubungi hotline GPPH atau organisasi
kelompok pendukung besar, atau dengan mengakses internet.

Manajemen pendidikan khusus berdasarkan pada kesulitan anak sangat diperlukan dalam
sebagian besar kasus. Karena gangguan belajar terjadi bersamaan pada sepertiga remaja
GPPH, individu GPPH harus diskrining dan rencana pendidikan individual yang sesuai
dikembangkan. Orangtua harus didorong untuk bekerjasama dengan konselor bimbingan
sekolah anak yang dapat memberikan kontak langsung dengan anak tersebut serta berfungsi
sebagai penghubung bagi guru dan administrator sekolah. Psikolog sekolah dapat membantu
dalam memberikan tes kognitif serta membantu dalam pengembangan dan implementasi
rencana pendidikan individual. Penyesuaian pendidikan harus dipertimbangkan pada individu
dengan GPPH dengan kesulitan dalam kinerja perilaku atau akademis. Peningkatan struktur,
rutinitas yang dapat diprediksi, alat bantu belajar, waktu ruang sumber daya, dan pekerjaan
rumah yang diperiksa merupakan salah satu pertimbangan pendidikan yang khas pada
individu-individu ini. Modifikasi serupa di lingkungan rumah harus dilakukan untuk
mengoptimalkan kemampuan menyelesaikan pekerjaan rumah.

Manfaat jangka pendek pengobatan pengobatan GPPH telah dikonfirmasi dengan baik. Lebih
dari 100 penelitian yang melibatkan ribuan anak-anak dengan GPPH. Psikostimulan kerja
cepat tetap menjadi pilihan lini pertama untuk farmakoterapi GPPH, terutama karena
kemampuan mereka untuk memperbaiki gangguan aspek perilaku dan kognitif pada 70
sampai 80 persen anak-anak.

Efek perilaku dan kognitif stimulan pada GPPH adalah kuat dan luas. Efek positif ini
termasuk penurunan aktivitas psikomotor pasien GPPH dan subyek normal (bukan respons
paradoks) dan penurunan perilaku mengganggu, agresi dan penyimpangan dari teman sekelas
yang diukur oleh rekan seumur. Efek kognitif yang menguntungkan dari stimulan pada anak
ADHD dan remaja juga terdokumentasi dengan baik, termasuk perhatian yang
disempurnakan, peningkatan perolehan akademis jangka pendek, dan membantu memori
bekerja.

Empat stimulan kerja cepat saat ini tersedia: methylphenidate, dextroamphetamine


(Dexedrine), magnesium pemoline (Cylert), dan campuran sedian garam amfetamin

9|Page
(Adderall). Walaupun, methylphenidate adalah stimulan yang paling sering diresepkan,
namun tidak ada indikasi hasil yang berbeda antara psikostimulan yang ada saat ini.

Efek samping dari stimulan kecil atau jarang. Pada umumnya pengobatan stimulan - efek
yang tidak tiba-tiba jarang terjadi, terkait dosis, dan hanya sementara. Efek samping yang
paling umum adalah insomnia dan pengurangan nafsu makan, diikuti oleh sakit kepala,
mudah tersinggung, dan disforia. Penurunan berat badan jarang terjadi.1,2,6

Obat golongan antidepresan juga dikatakan bermanfaat dalam membantu anak dengan GPPH.
Obat ini bekerja sebagai inhibitor metabolisme dopamine dan norepinefrin. Obat antidepresan
seperti Imipramin dapat memberikan hasil yang cukup memuaskan untuk mengurangi gejala
GPPH, tetapi mempunyai efikasi yang lebih rendah daripada obat golongan psikostimulan.
Efek samping kardiovaskuler, neurologic dan anti kolinergik yang ditimbulkan membuat
pemakaian obat ini pada anak menjadi terbatas. Obat antidepresan lain yang sering digunakan
saat ini adalah obat antidepresan golongan penghambat ambilan serotonin yang bekerja
secara spesifik (SSRI= Serotonin Specific Reuptake Inhibitor), misalnya Fluoxetine.
Pemberian Fluoxetine 0,6 mg/kgBB dikatakan memberikan respon sebesar 58% pada anak
dengan GPPH yang berusia 7-15 tahun.2, 6

Obat lain yang juga digunakan dalam tatalaksana anak dengan GPPH adalah obat
antidepresan golongan penghambat monoamine oksidase, seperti moclobemide dengan dosis
3-5 mg/kgBB/hari yang dibagi dalam 2 dosis pemberian. Obat golongan antipsikotik atipikal
seperti risperidone juga dapat digunakan untuk menurunkan perilaku hiperaktivitas dan
agresivitas, walaupun demikian belum banyak penelitian yang mengungkapkan hasilnya.
Obat lainnya yang dapat digunakan adalah obat antikonvulsan seperti golongan carbamazepin
dan obat antihipertensi seperti klonidin juga dikatakan bermanfaat dalam mengurangi GPPH
pada anak. 2

Diagnosis Banding

Beberapa gangguan dapat menyerupai atau menyertai GPPH. Gangguan medis/ neurologis
yang sering menyerupai GPPH adalah; epilepsy, sindroma Tourette, gangguan pergerakkan,
sekuele dari trauma kepala, gangguan/ kerusakan penglihatan atau pendengaran, pola nutrisi
yang buruk, kekurangan/ gangguan tidur. Gangguan psikiatri yang sering menyerupai GPPH
aadalah: gangguan penyesuaian, gangguan cemas, gangguan depresi/distrimik, gangguan
mood bipolar, serta retardasi mental. Gangguan medis yang seringkali menyertai atau

10 | P a g e
berkormorbiditas dengan GPPH adalah gangguan depresi yang timbul sekunder akibat
kegagalan reaksi penyesuaian anak dengan GPPH dengan tuntutan dari lingkungan
sekitarnya. 1

Dampak

Berdasarkan penelitian menangani anak-anak di berbagai sekolah, ada beberapa masalah


perilaku yang muncul dan dapat menghambat proses belajar pada anak GPPH.

Gambaran dari masalah-masalah tersebut adalah sebagai berikut.

1) Aktivitas motorik yang berlebihan

Masalah motorik pada anak disebabkan kesulitan mengontrol dan melakukan koordinasi
dalam aktivitas motoriknya sehingga tidak dapat membedakan kegiatan yang penting dan
yang tidak penting. Gerakannya dilakukan terus menerus tanpa merasa lelah sehingga dia
sulit memusatkan perhatian. Aktivitas motorik berlebihan ini, seperti berjalan-jalan di kelas
atau bertindak berlebihan. Tindakan-tindakan seperti itu cenderung mengarah pada perilaku
negatif yang dapat merugikan dirinya dan orang lain.

2) Menjawab tanpa ditanya

Masalah ini sangat membutuhkan kesabaran guru. Ciri impulsif demikian merupakan salah
satu sifat yang dapat menghambat proses belajar anak. Keadaan ini menunjukkan bahwa anak
tidak dapat mengendalikan dirinya untuk merespon secara tepat. Mereka sangat dikuasai oleh
perasaannya sehingga sangat cepat bereaksi, sulit untuk mempertimbangkan atau memikirkan
terlebih dahulu perilaku yang akan ditampilkannya. Biasanya perilaku ini menyulitkan diri
sendiri dan lingkungan.

3) Menghindari tugas

Masalah ini muncul karena anak merasa cepat bosan sekalipun dengan tugas yang menarik.
Kemungkinan, tugas-tugas belajar sulit dikerjakan karena anak mengalami hambatan dalam
menyesuaikan diri terhadap kegiatan belajar yang diikutinya. Keadaan ini dapat
memunculkan rasa frustrasi. Akibatnya anak kehilangan motivasi untuk belajar.

4) Kurang perhatian

11 | P a g e
Kesulitan dalam mendengar, mengikuti arahan dan memberikan perhatian merupakan
masalah umum anak GPPH. Kesulitan tersebut muncul karena kemampuan perhatian yang
jelek. Sebagian anak mempunyai kesulitan dengan informasi yang disampaikan secara visual,
sebagian kecil lagi mempunyai kesulitan dengan materi pelajaran yang disampaikan secara
auditif. Perhatian yang mudah teralihkan sangat menghambat proses belajar.

5) Tidak menyelesaikan tugas secara tuntas

Masalah ini berhubungan dengan masalah pengabaian tugas. Jika anak mengabaikan tugas,
akibatnya ia tidak menyelesaikan tugasnya. Sekali saja dia mengembangkan kebiasaan
belajar yang jelek di sekolah ataupun di rumah, pola-pola seperti akan terjadi pula di tempat
lain. Masalah ini berhubungan dengan penghargaan waktu yang kurang baik, frustrasi
terhadap tugas, serta berbagai sikap yang merusak sehingga diperlukan latihan membangun
kebiasaan yang baik secara konsisten. Hal ini merupakan langkah yang penting agar tugas
dapat diselesaikan dengan baik. Perlu diingat bahwa anak GPPH mempunyai masalah dalam
perencanaan, penataan, dan perkiraan waktu.

6) Bingung terhadap arahan

Masalah ini berpangkal pada penggunaan perhatian. Ketika perhatian anak pecah/terpencar
selama kegiatan pembelajaran maka terjadi perpecahan proses informasi yang mengakibatkan
kebingungan sehingga informasi yang diterima anak tidak utuh.

7) Disorganisasi aktivitas

Pada umumnya, anak GPPH mengalami disorganisasi, impulsif, ceroboh, dan terburuburu
dalam melakukan tugas yang mengakibatkan pekerjaan acak-acakan, bingung, serta kerap
kali lupa terhadap beberapa bagian tugas. Seorang anak gagal melakukan seluruh tugas
karena ia lupa atau salah menginterpretasi keperluan dalam menyelesaikan tugas. Walaupun
ia dapat menyelesaikan tugas kerap kali ia lupa membawa kembali tugas tersebut ke sekolah.

8) Tulisan yang jelek

Kerap kali, anak GPPH memiliki tulisan tangan yang jelek. Masalah ini dapat dijumpai pada
tingkat berat sampai dengan ringan. Tulisan yang jelek ada hubungannya dengan aktivitas
motorik dan sikap impulsif yang terburu-buru.

9) Masalah-masalah sosial

12 | P a g e
Meskipun masalah dalam hubungan teman sebaya tidak diperlukan pada semua anak, namun
kecenderungan impulsif, kesulitan menguasai diri sendiri, serta toleransi rasa frustrasi yang
rendah, kerap pula dialami oleh anak-anak ini. Tidaklah mengherankan jika sebagian anak
mempunyai masalah dalam kehidupan sosial, kesulitan bermain dengan aturan dan aktivitas
lainnya yang tidak hanya terbatas di sekolah, juga terjadi di lingkungan sekolah lainnya.

Prognosis

Studi dari anak usia sekolah dengan GPPH sehingga usianya remaja menunjukkan ada gejala
menetap yang kuat walaupun dengan rawatan. Studi yang panjang ini menunjukkan gejala
inatensi lebih menetap dari hiperaktivitas-impulsivitas yang makin menurun sewaktu waktu. 1
Secara umumnya, hampir 60-80% anak dengan GPPH masih menunjukkan gejala yang penuh
pada usia remaja. Satu studi menunjukkan dampak GPPH pada remaja: perilaku kriminal
yang tinggi, keyakinan diri yang buruk, pencapaian akademik yang rendah, gangguan
konduktif, dan penyalahgunaan zat.

Penutup

Secara ringkasnya, GPPH adalah kelainan heterogen di seluruh dunia, yang sering menetap
dari remaja sampai dewasa. GPPH didiagnosis dengan adanya inatensi, impulsivitas dan
hiperaktivitas pada anak. Untuk mendiagnosa GPPH tidak mudah dan harus memenuhi syarat
yang telah digariskan. Banyak faktor terjadi GPPH seperti faktor genetik, neurobiologis, dan
neurotransmitter. Intervensi psikososial seperti remediasi pendidikan, struktur / rutin, dan
pendekatan kognitif-perilaku harus dipertimbangkan dalam pengelolaan GPPH. Literatur
yang luas mendukung keefektifan farmakoterapi tidak hanya untuk gejala perilaku inti GPPH
tetapi juga perbaikan pada gangguan terkait.

Daftar Pustaka

1. Sadock B.J., Sadock V.A., Ruiz P. Kaplan & Sadock’s comprehensive textbook of
psychiatry. Vol 2. 9th Edition. Philadephia: Lippincott Williams & Wilkins;
2009.p.2200-22

13 | P a g e
2. Elvira S.D., Hadisukanto G. Buku ajar psikiatri. Edisi 2. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; Jakarta: 2013.h.343-54
3. Pastor, Patricia N. Diagnosed attention deficit hyperactivity disorder and learning
disability, United States, 2004–2006. DHHS publication; Unites States:
10(237).2008.h 7-9
4. American Psychiatric Association: Diagnostic and statistical manual of mental
disorders, 5th edition. Arlington, VA., American Psychiatric Association, 2013.
5. Attention-Deficit / Hyperactivity Disorder (ADHD). Centers for Disease Control and
Prevention. Diunduh dari https://www.cdc.gov/ncbddd/adhd/diagnosis.htm tanggal 1
Augustus 2017
6. Timothy E. Wilens, Thomas J. Spencer, Understanding attention-deficit/hyperactivity
disorder from childhood to adulthood.NCBI; 2 Unites States: 2013 Jul 26. Diunduh
dari https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3724232/ tanggal 1 Augustus
2017

7. Treatment of ADHD. National Resource Center on ADHD. Diunduh dari


http://www.chadd.org/Understanding-ADHD/About-ADHD/Treatment-of-
ADHD.aspx tanggal 31 Juli 2017

14 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai