Anda di halaman 1dari 17

Attention deficit

hyperactivity disorder
Pembimbing: dr. Roni Subagyo, Sp.KJ

Kelompok:

Moh. Abdul Frengki 20190420315

Muhammad Alvin R. 20190420316

Muhammad Rizky K. W. 20190420318

Muhammad Rizal A.S 20190420319


Identitas
Nam a : An. AR pasien
Umur : 7 ta hu n
Jenis K elamin : P erempuan
Anak k e : 1 d ari 1 b ersaudara
Alamat : M arabahan
Pendidikan : Tidak sekolah
Agama : Islam
Suku : Banjar
Bangsa : Indonesia
Status Perkawinan : Belum Kawin
RMK : 9538 72
Tanggal kunjungan ke poli : 13 September 2011
Riwayat psikiatri
Diperoleh dari alloanamnesa dari ayah dan ibu pasien pada tanggal
13 September 2011, pukul 10.00 WITA

Keluhan utama Tidak bisa diam

Keluhan Sulit berkomunikasi


tambahan
Riwayat gangguan sekarang
Sejak umur ± 4 tahun, penderita sulit diam dan sulit diajak bicara (kontak mata bila diajak bicara sangat
singkat). Bila bermain mudah bosan, tidak bisa fokus pada satu permainan. Penderita mudah tertarik pada
benda yang bergambar/berwarna menarik meskipun benda tersebut bukan mainan anak-anak. Saat
ini di sekolah (TK) penderita sulit bergaul dengan teman sebayanya, sulit diam, dan sulit
memusatkan perhatian pada gurunya. Penderita terlihat sedih jika ditinggal ibunya, senang jika
ibunya datang. Penderita senang berputar-putar pada sumbu tubuhnya dan sering memukul-
mukulkan tangan ke dagunya. Penderita marah bila aktivitas tersebut dihentikan dengan paksa.
Penderita bilang bila menginginkan sesuatu.
Riwayat gangguan sebelumnya
Pada umur 2 tahun penderita baru bisa mengoceh tak beraturan, tidak dapat
dimengerti, dan tidak berkomunikasi. Kalaupun menyebut ”mama” bukan berarti
memanggil ibunya (bicara ”mama” ke semua orang). Penderita menunjuk-nunjuk
bila menginginkan sesuatu. Penderita sering menggerak-gerakkan kedua tangan
ke dada atau ke samping seperti mengepak-ngepak dan acuh bila dipanggil.
Karena gangguan bicaranya penderita dibawa ke Poliklinik Anak RSHS.
Penderita diduga mengidap autis, lalu dirujuk ke Bagian THT RSHS. Setelah
dilakukan pemeriksaan, penderita disebut mengalami keterlambatan bicara
( speech delayed) .
Riwayat kehidupan pribadi
• Riwayat Antenatal dan Prenatal
Selama mengandung penderita, ibu penderita merasa sehat dan kontrol teratur ke bidan. Tidak pernah
mengalami pendarahan atau sakit berat. Penderita lahir cukup bulan, letak kepala, spontan, ditolong bidan.
Setelah dilahirkan penderita langsung menangis. Berat lahir 3600 gram.

• Infancy (0 - 1,5 tahun) Basic Trust vs. Mistrust


Setelah lahir pucat (-), kuning (-), kebiruan (-), kejang (-). Pasien mendapatkan ASI dari
ibunya sampai pasien usia 2 tahun. Sejak bulan pertama pasien mendapatkan ASI dan susu formula.
Pada usia 4 bulan pasien mendapat makanan pendamping ASI. Penderita tidak pernah sakit berat
pada usia ini, pasien juga tidak pernah kejang. Saat tidur bayi tenang, menyantap
makanan dengan nyaman dan terjadwal. Bayi menangis apabila digendong orang asing
atau ditempat asing. Penderita bisa merangkak pada umur 4 bulan, duduk umur 5 bulan,
jalan umur 13 bulan.
• Early Childhood (1,5 – 3 tahun) Autonomy vs. Shame &
Doubt
Penderita sulit untuk diajari, acuh bila dipanggil, kontak mata bila diajak bicara sangat
singkat dan tidak pernah bermain dengan teman sebayanya. Bicara belum jelas namun mampu
menirukan nyanyian. Pada usia ini anak diberi kebebasan dalam bermain, tapi hanya terbatas
di dalam rumah dan masih dalam pengawasan orang tua. Pada usia ini pasien tidak pernah
mengalami sakit berat dan tidak pernah kejang

• Preschool Age (3 – 6 tahun) Inisiative vs.


Guilt.
Pada usia ini anak sering dan senang menemani pekerjaan ibunya, namun hanya diam saja
tanpa mengganggu. Anak mulai tidak bisa diam dan sering membung barang-barang disekitarnya. Jika
menginginkan sesuatu pasien hanya menunjuk tanpa berbicara dengan jelas dan marah jika tidak
mendapatkannya. Pada usia ini anak mulai susah makan dan hanya makan ikan dan kue-kue saja, menolak
makan nasi dan sayur. Dan pada usia ini pasien tidak pernah mengalami sakit berat, demam tinggi, ataupun
kejang
• School Age (6 – 12 tahun) Industry vs. Inferiority
Pasien tidak sekolah karena tidak ada guru khusus yang mampu menangani penderita. Pada usia
ini pasien masih tidak bisa diam dan harus mendapatkan apa yang diinginkan namun berhenti
membuang-buang barang disekitarnya. Pasien juga tidak mau jauh dari ibunya
Riwayat K eluarga
Riwayat Situasi Sekarang
Saat ini penderita tinggal bersama keluarga di sebuah rumah. Penderita tidak dimasukkan ke
sebuah TK karena tidak ada guru khusus yang mampu menangani.

Persepsi dan Harapan Orang tua


Pasien
Ibu penderita berharap penderita bisa seperti anak-anak lain sebayanya, setidaknya
meskipun hiperaktif tapi mampu berinteraksi dengan orangtua, keluarga, dan
teman-teman sebayanya.
• Deskripsi U mum
Status mental
i. Penampilan Fisik : tampak sehat, ceria, berat badan sesuai
ii. Kesadaran : kompos mentis
iii. Perilaku : sangat aktif, banyak bergerak
iv. Sikap thd pemeriksa: acuh bila dipanggil, menghindar ketika didekati, sulit mempertahankan kontak mata, tidak
mau diajak bersalaman dan cium tangan.
• Interaksi Orangtua dan Anak
Sering acuh bila dipanggil, terkadang masih mengikuti larangan/perintah, senyum ada, mau dipeluk-cium,
menunjuk dan merengek bila menginginkan sesuatu, sulit mempertahankan kontak mata bila diajak bicara.
• Orientasi Orang, Tempat, dan Waktu: baik
• Bicara d an B ahasa
i. Jarang menjawab bila ditanya
ii. Kata-kata tidak jelas ketika menginginkan sesuatu
iii. mampu menirukan nyanyian
• Mood: Stabil
• Afek: Appropriate
• Pikiran dan Persepsi: tidak dapat diketahui
• Hubungan Sosial: Interaksi dengan orangtua baik, jarang bermain dengan temanteman sebayanya.
Penderita hanya dekat dan berinteraksi dengan orang tua saja.
• Perilaku Motorik: Motorik kasar dan motorik halus baik.
• Kognisi dan Memori: baik
• Penilaian dan insight: tidak diketahui

Tes Perkembangan, Psikologis, dan Pendidikan


1. Pervasive Development Disorders Screening Test (PPDST):
Tidak dilakukan
2. Skala Derajat Autisme Anak
Tidak dilakukan
3. Kuesioner Untuk Anak dengan GPPH
Tidak dilakukan.

Penilaian Neuropsikiatrik: tidak dilakukan


Formulasi Biopsikosoial
Penderita adalah seorang anak laki-laki berumur 5 tahun, anak ke 3 dari 3 bersaudara. Sejak umur ± 2 tahun,
penderita sulit diam (hiperaktif), kontak mata bila diajak bicara sangat singkat. Bila bermain mudah bosan,
tidak bisa fokus pada satu permainan. Penderita mudah tertarik pada benda yang bergambar/berwarna menarik
meskipun benda tersebut bukan mainan anak-anak (inatensi). Di sekolah penderita sulit bergaul dengan teman
sebayanya, sulit diam, dan sulit memusatkan perhatian pada gurunya. Karena keluhan tersebut, penderita
dibawa berobat ke poliklinik Anak dan THT RSHS.
Riwayat keluarga yang pernah menderita gangguan serupa disangkal. Hanya saja menurut ibu penderita, ada
kakak laki-laki penderita yang juga hiperaktif sewaktu kecil tetapi masih bisa berkomunikasi/bersosialisasi
dengan baik.
Diagnosis Multiaksial
Aksis I : Disorders usually diagnosed first in infance, childhood or adolescence
Aksis II : Tidak ada diagnosis
Aksis III : Tidak ada diagnosis
Aksis IV : Tidak ada diagnosis
Aksis V : GAF saat pemeiksaan: 100-91

Diagnosis Attention Deficit Hiperactivity Disorder (ADHD)


Rencana Terapi
a. Psikofarmaka
- Rifaline (magnesium pemoline) 1x 4 mg
b. Psikoterapi
- Psikoterapi individual
- Konseling parental
- Terapi gangguan belajar
- Group psychotherapy
prognosis
- Quo ad Vitam : ad bonam
- Quo ad functionam : ad bonam
Terima
kasih

Anda mungkin juga menyukai