DEFINISI
Definisi dari tidur adalah bentuk fisiologis dan berulang dari penurunan kesadaran
secara reversibel dimana terjadi penurunan fungsi kognitif secara global sehingga otak tidak
Siklus bangun tidur meliputi siklus neural internal yang kompleks. Pada orang dewasa
normal siklus ini dibagi menjadi 5 fase, yakni fase 1 sampai dengan 4 yang disebut Non Rapid Eye
Movement Sleep (NREM) dan fase ke 5 yang disebut dengan Rapid Eye Movement Sleep (REM).
Ke lima siklus ini dapat berulang beberapa kali dalam suatu periode tidur. Fase 1 dan 2 disebut
light NREM sedang fase 3 dan 4 disebut deep NREM yang terlihat sebagai gelombang delta atau
Pada fase wakefulness ditandai dengan adanya EEG berupa gelombang alfa dengan
alfa lebih tinggi pada usia lebih muda. Gelombang alfa paling jelas di oksipital pada saat
relaxed wakefulness dengan mata terpejan dan akan mengalami penurunan saat membuka
didapatkan kedipan mata dengan kontrol volunter. Ketika mulai mengantuk tampak
gambaran slow roling eye movement (SREM). Pada rekaman EMG didapatkan aktivitas yang
Fase 1 NREM
Fase 1 atau juga disebut drowsiness merupakan fase transisi yang ditandai dengan
munculnya gerakan pendular pelan pada bola mata atau slow eye pendular movement.
Irama bangun menghilang secara bertahap ditandai gelombang alfa yang muncul secara on –
off lalu digantikan dengan gelombang theta dan gelombang verteks. Gelombang theta
adalah gelombang dengan frekuensi 4 – 7 Hz dan berasal dari hipokampus. Gelombang ini
tampak di daerah sentral dan temporal. Gelombang verteks merupakan gelombang tajam
yang memiliki amplitudo defleksi <250 mikrovolt dimana lokasi paling baik didaerah verteks.
Pada EOG tampak gambaran berupa gerakan bola mata pendular yang lambat dan EMG
Fase 2 NREM
Fase ini ditandai dengan adanya gelombang delta kurang dari 20%, kompleks K dan
spindel tidur. Fase ini meliputi 45% sampai 55% total waktu tidur. Gelombang spindel tidur
atau juga disebut juga aktivitas sigma adalah gelombang ritme sinusoidal yang berkisar
detik dengan amplitudo rata – rata berkisar < 50 mikrovolt. Sleep spindle berasal dari
nukleus talamikus yang terletak didekat garis tengah. Kompleks K adalah gelombang difasik
yang memiliki komponen initial negatif atau defleksi yang tajam atau defleksi yang tajam
diikuti fase positif. Gelombang K berdurasi 0,5 detik dan simetris tampak jelas di regio
verteks. Kompleks K dapat terjadi tunggal atau beurutan secara spontan jika mendapat
stimulus auditorik. Pada fase ini pada elektrookulography didapatkan (SREM)yang kadang –
kadang dapat muncul dan EMG yang berupa aktivitas tonus otot yang menurun.
Fase 3 dan 4 secara bersamaan disebut tidur dengan irama delta atau Slow Wave
Sleep (SWS). Fase 3 NREM terjadi jika 20% sampai 50% dari gelombang dasar EEG yang
amplitudo yang tinggi berkisar > 75 mikrovolt dengan kecepatan rendahyakni antara 2 – 4
Hz. Gelombang ini berasal dari korteks. Gelombang spindel dapat muncul tetapi lebih jarang.
Gelombang ini dapat muncul selama fase 2,3, dan 4 NREM, namun tidak pernah terlihat
pada fase 1 NREM dan fase REM. Fase 4 NREM terjadi jika paling tidak terdapat 50% dari
gelombang dasar EEG yang terkam berupa gelombang delta. Fase 3 dan 4 NREM dikatakan
sebagai fase tidur yang paling dalam dimana berfungsi mengembalikan kesegaran tubuh dan
Fase REM ditandai dengan adanya gelombang bervoltase rendah yang bercampur
dengan aktivitas gelombang alfa yang biasanya berkekuatan lebih rendah 1 – 2 Hz dari
gelombang alfa saat bangun atau wakefullness. Juga didapatkan gelombang seperti gergaji
atau saw tooth yang berkekuatan 20 – 100 mikrovolt dengan frekuensi 2 – 5 Hz dan durasi
REM memiliki komponen fasik dan tonik. Selama fase tonik, terjadi supresi dari
aktivitas EMG dan gambaran EEG menunjukkan gelombang voltase rendah yang bercampur
alfa.pada fase ini amplitudo respirasi cenderung teratur,paralisis otot dan peningkatan
perfusi darah otak. Pada REM fase fasik dapat terjadi pola twitching dari EMG, tonus otot
yang sangat lemah dan pola detak jantung dan pernafasan yang irreguler. Hasil rekaman
EOG menunjukkan aktivitas pergerakan mata yang meningkat. Selama fase REM, mata akan
bergerak secara cepat dibawah kelopak mata yang tertutup ketika bermimpi.
REM secara normal terjadi 60 – 90 menit setelah dimulainya tidur. Onset dari fase
REM tidak ditentukan dengan adanya gerakan mata yang cepat yang terekam oleh EOG,
NEUROANATOMI TIDUR
Tidur berasal dari beberapa proses dalam otak yang meliputi beberapa sirkuit neural yang
saling berhubungan satu sama lain, serta meliputi beberapa neurotrasnmitter yang saling
Perkembangan Tidur
A. Bayi
Bayi yang lahir secara aterm pada umumnya memiliki lama total waktu tidur ± 16 jam
per hari, dengan lama setiap tidur 2 – 4 jam terbagi di siang hari maupun malam hari.
Pola tidur pada bayi lebih dipengaruhi siang hari maupun malam hari. Pola tidur pada
bayi lebih dipengaruhi oleh kebutuhan biologis akan makanan maupun minuman
ketimbang irama sirkadian. Lebih kurang 90% bayi akan mengalami perubahan pola tidur
yang disebut settling pada usia 3 bulan. Settling adalah perubahan pola tidur bayi
dimana waktu tidur dimalam hari akan memanjang dan waktu tidur pada siang hari akan
berkurang. Lama waktu tidur pada bayi usia 6 bulan lebih krang 14,2 jam perhari. Usia 6
– 12 bulan merupakan mulai tumbuh gigi dan mulai disapih sehingga anak dapat
mengalami kecemasan yang dapat mengganggu pola tidur. Pada usia 1 tahun, pola tidur
akan tidak terfregmentasi. Lama waktu tidur pada anak usia 1 tahun lebih kurang 13,9
jam per hari. Pada usia 1 tahun, irama sikardian mulai mengambil alih pengaturan pola
tidur. Hal ini dikarenakan pada usia ini kebutuhan biologis anak akan makanan/minuman
Pemeriksaan EEG pada PSG bayi aterm menunjukkan pola yang berbeda dengan usia
anak – anak maupun orang dewasa. Pada bulan pertama dijumpai gelombang delta
beramplitudo tinggi. Sleep spindle mulai tampak pada usia 4 minggu dan mulai menetap
pada usia 6 – 8 minggu. K kompleks mulai tampak pada usia 6 bulan dan terbentuk
sempurna pada usia 2 tahun. REM mulai tampak pada usia 1 tahun. bayi baru lahir
memiliki gambaran REM pada 50% total sleep time, yang akan berkurang menjadi 40%
pada usia 3 – 5 bulan, dan 30% pada 2 – 23 bulan. Bayi pada usia 0- 3 bulan mengawali
tidur dengan fase REM, setelah berusia > 3bulan tidur baru diawali fase NREM.
Pada bayi prematur sulit untuk menetukan fase tidur-bangun mengingat fungsi kognitif
dan alertness baru terbentuk setelah usia kandungan 28 minggu. Sampai dengan usia
kehamilan 36 minggu, gambaran EEG bayi tidak menunjukan perbedaan antara bangun
dan tidur. Bayi yang dilahirkan pada usia kehamilan 36 – 38 minggu dapat dijumpai
adanya trace alternant yaitu munculnya perubahan antara gambaran EEG saat tidur dan
bangun. Pada fase ini gambaran EEG ditandai dengan adanya burst dari gelombang
Gambaran ini merupakan penanda quiet sleep atau NREM pada bayi. Sedangkan active
sleep atau fase REM ditandai dengan aktivitas dasar EEG beramplitudo rendah sampai
Total waktu tidur pada usia ini berkisar 2 – 11,8 jam perhari. Pada usia 2 – 3 tahun. anak
akan mulai tidak tidur siang hari dan pola tidur berubah menjadi satu waktu saja di
malam hari. Selain dipengaruhi oleh irama sikardian, pada usia ini proses tidur sangat
dipengaruhi oleh faktor perkembangan emosi dan lingkungan. Faktor – faktor yang
mempengaruhi proses tidur pada anak antara lain emosi anak yang cenderung mulai
merasa dapat mengatur kapan harus tidur dan bangun, serta teman tidur atau sosok
lekat anak.
Total lama waktu tidur akan berkurangseiring bertambahnya usia. Anak usia 5 tahun
memiliki waktu tidur 11,4 jam per hari, sedangkan anak usia 12 tahun hanya memiliki
total waktu tidur 9,3 jam per hari. Pada usia ini, tidur siang merupakan salah satu faktor
resiko untuk terjadinya gangguan tidur. Aktivitas mengerjakan PR, menonton televisi,
dan olah raga dapat menyebabkan munculnya gangguan tidur yang berupa delayed
sleep onset. Sedangkan minuman berkafein dan obat – obatan neurostimulan dapat
menyebabkan gangguan pada sleep onset. Multiple Sleep Latency Test (MSLT) pada anak
usia sekolah menunjukan sleep latencies yang lebih panjang ketimbang remaja dan
dewasa. Hal ini diduga menyebabkan manifestasi gangguan tidur pada anak tidak selalu
menunjukan gejala mengantuk di siang hari, justru gejala yang muncul pada umumnya
D. Remaja
Total waktu tidur pada anak usia 13 – 16 tahun bervariasi antara 9 – 8,1 jam perhari.
menurut Tanner.
Pola tidur pada remaja dipengaruhi oleh lingkungan dan kegiatan sehari – hari. Remaja
umumnya akan memiliki wawktu tidur yang lebih panjang saat akhir pekan. Namun
apabila terjadi perubahan jadwal kegiatan sehari – hari maka dapat terjadi gangguan
tidur. Selain itu, remaja pada umumnya memiliki waktu tidur yang lebih irregular
ketimbang anak – anak karena mereka sudah dapat mengatur kegiatannya sendiri. Hal
ini menyebabkan timbulnya insufisiensi waktu tidur yang akan menimbulkan gejala
kelelahan yang berlebih di siang hari. Hal ini yang mempengaruhi antara lain minuman
Gangguan tidur terjadi pada sekitar 25% dari anak – anak. Prevalensi gangguan tidur lebih
banyak terjadi pada anak dengan gangguan perkembangan, gangguan medis (dengan
beberapa pengobatan, prosedur medis atau perawatan di rumah sakit), attention deficit
hyperactivity disorder (ADHD), dan gangguan tidur (Obstructive Sleep Apnea [OSA], Periodic
Limb Movement Disorder [PLMD], atau Restless Legs Syndrome [RLS] ). Gangguan tidur
hari, ketakutan malam hari, mendengkur, sleep apnea, parasomnia (anuresis, mimpi buruk,
a. Mendengkur
terisolasi pada anak, dijumpai bersama OSA, terkait dengan masalah perilaku dan
adenotonsillar yang signifikan pada sekitar 60% kasus, dan puncak insiden pada usia 2 –
b. Apnea Prematuritas
Bayi kurang dari 37 minggu usia kehamilan dapat terjadi henti nafas sentral yang
berlangsung setidaknya 20 detik serta kejadian singkat yang terkait dengan bradikardia,
hipoksemia, atau kebutuhan untuk intervensi oleh perawat. Jenis yang paling umum dari
kejadian pernapasan adalah apnea campuran. Apnea obstruktif fan sentral jarang
terjadi. Kejadian – kejadian pernafasan ini disebabkan disebabkan oleh imaturitas sistem
kontrol pernapasan.
Sleep apnea pada bayi mirip dengan apnea prematuritas namun dijumpai pada bayi
lebih dari 37 minggu kehamilan. Kedua sleep apnea obstruktif dan sentral atau hipopnea
dapat terjadi pada masa bayi, namun kejadian sentral lebih sering daripada obstruktif.
terbangun. Hal ini lebih sering terjadiselama tidur REM. Faktor yang meningkatkan
resiko dan keparahan sleep apnea bayi termasuk berat badan lahir rendah, penyakit
metabolik, atau infeksi), penyakit neurologis dan penggunaan obat – obatan, termasuk
anestesi.
d. Sleep apnea pada anak
Diperkirakan hanya sekitar 30% anak dengan OSA mengeluh mengantuk berlebihan. OSA
pada anak dapat bermanifestasi sebagai masalah perilaku dan kesulitan akademis. OSA
terjadi pada sekitar 1 – 5% anak – anak. Faktor resikonya adalah sebagai berikut :
1. Pembesaran adenotonsillar : faktor resiko paling peting OSA pada anak – anak
stenosis subglottis.
4. Obesitas : meskipun kelebihan berat badan merupakan faktor resiko, sebagian besar
5. Etnis : prevalensi OSA lebih tinggi pada anak ras Afrika – Amerika dibandingkan
dengan Kaukasia
6. Usia : masa puncak OSA pada anak antara 2 – 5 tahun, bertepatan dengan usai
masa remaja.
7. Sindroma down : peningkatan resiko OSA pada pasien dengan sindroma Down
pendek, fisurra palpebra condong keatas, palatum letak tinggi, hipotonia, retardasi
mental, hipogonadisme, mengantuk berlebihan, hiperkaonia siang hari, dan renspon
kromosom 5.
B. INSOMNIA
jenis insomnia dapat berkembang selama berbagai tahap masa kanak – kanak. Kedua
laporan mengenai kualitas tidur baik dari anak maupun orang tua mungkin tidak dapat
Higiene tidue inadekuat merupakan salah satu penyebab paling umum insomnia
inisiasi tidur dan pemeliharaan tidur. Hal ini melibatkan kegiatan anak yang
tidur, kontrol lingkungan tidur yang buruk,atau asupan kafein) atau kegiatan yang
berlebihan ditempat tidur, sering menggunakan tempat tidur dan kamar tidur untuk
kegiatan tidak terkait tidur [penggunaan televisi atau komputer], atau tidur di akhir
siang/ tidur awal malam). Higiene tidur inadekuat juga dapat menimbulkan
b. Insomnia Psikofisiologis
lebih besar, dan kondisi terbangun di lingkungan kamar tidur, bisa terjadi pada anak.
Resistensi waktu tidur biasanya dimulai saat balita, terkait dengan perkembangan
orang tua, menjaga konsistensi waktu tidur dan aktivitas malam hari yang tepat,
waktu tidur.
Limit – setting sleep disorder biasanya timbul pada usia 3-6 tahun. masalah biasanya
muncul saat anak mulai belajar merangkak dan saat itu anak sudah dipindahkan dari
tisur ditempat tidur bayi yang berpengaman ke tempat tidur biasa tanpa pengaman.
Pada kondisi ini, anak akan merasa “terbebas” sehingga dapat merangkak atau
berjalan kelaur tempat tidur tanpa kesulitan. Anak akan cenderung menjadi rewel
karena mulai dapat menentukan waktu tidurnya sendiri. Apabila orang tua tidak
dapat mengatasi kerewelan anak, maka anak menjadi cemas dan akan semakin sulit
untuk tidur.
Sleep onset association disorder adalah gangguan dimana anak sulit untuk memulai
tidur.
h. Kecemasan pemisahan
E. PSRSDOMNIS
G.
1. Nucleus Raphe
2.