A
B
ST
R
A
K
Etiologi epilepsi
seringkali belum jelas
AUTOANTIBODI
PARANEOPLASTIC LIMBIC
ENCEPHALITIS
LIMBIC ENCEPHALITIS
Ma2
N-methyl-D-aspartate (NMDA),
-aminobutyric acid B
24-amino-3-hydroxy-5-methyl-4isoxazolepropionic acid (AMPA) receptors
TUJUAN
METODE
Pasien yang telah dievaluasi
baik di klinik autoimun
neurologi dan klinik epilepsi
selama periode 1 januari 2005
hingga 31 desember 2010,
yang mengarah ke epilepsi
autoimun.
Epilepsi
autoimun:
Epilepsi autoimun didefinisikan
sebagai (1) epilepsi sebagai
gejala yang eksklusif (n=11)
atau predominan (n=21)
2) patogenesis autoimun yang
dicurigai oleh dokter yang menangani
berdasar pada deteksi autoantibodi
neuronal, LCS atau MRI khas yang
mengarah pada inflamasi
METODE
n
a
d
l a dy
e
a
d
s
o
p
e
e e-b el co n
k
u o l
RI ho lab ygl issi DG
M w io x m F
d o
(
ra de n e hy ns
ro tro ap ca
o
i r s
flu os og T)
p m E
to P
Electroencephalogra
m (EEG)
PASIEN
Sk
r in
in
ne g a
ur nt
a l i bo
di
METODE
Respon terhadap imunoterapi dikategorikan berdasarkan
laporan dokter yang merawat dan pasien, meliputi: bebas
bangkitan, pengurangan frekuensi dan derajad bangkitan, atau
tidak ada perubahan.
Data disajikan dalam bentuk median (rentang dan rentang
interkuartil) untuk variabel kontinu dan angka (persentase)
untuk variabel kategorikal.
Perbedaan antara responders (pasien dengan bebas bangkitan
atau perbaikan) dan nonresponders dibandingkan menggunakan
uji t tak berpasangan, ANOVA, dan Wilcoxon rank sum tests
untuk variabel kontinu dan Fisher exact tests untuk variabel
kategorikal.
HASIL
KARAKTERISTIK KLINIS
59% adalah wanita
15 pasien:
electrographic
seizures
13 pasien:
Gel. slow fokal
3 pasien:
Tidak ditemukan
abnormalitas
1 pasien dgn
EEG normal
dijumpai
inflamasi pada
MRI
Perubahan neurokognitif
muncul pada 3 dari 11
pasien yang tidak
menampakkan perubahan
memori dan afek pada saat
perekrutan (34%)
20 pasien (63%)
Dengan gangguan
memori dan
kognitif
6 pasien (19%)
dengan depresi
atau anxietas
TEMUAN NEUROIMAGING
TEMUAN NEUROIMAGING
Abnormalitas MRI
Kemungkinan terjadi
perubahan akibat inflamasi
Perubahan pasca operasi
TEMUAN NEUROIMAGING
ABNORMALITAS MRI
25 pasien menunjukkan
oedema serebri dan
hiperintensitas pada T2
Amygdalohippocampal
complex (17 pasiens
[53%])
Extramedial temporal
structures (6 pasien
[19%])
19 pasien mendapatkan
injeksi kontras gadolinium
6 pasien (32%) dengan
penyangatan pasca
pemberian kontras
5 pasien (26%)
didapatkan restricted
diffusion
AUTOANTIBODI NEURAL
3 pasien
tdk
terdeteks
i
18
18 pasien
pasien dengan
dengan VGKC
VGKC complex
complex
14
14 pasien
pasien
terikat
terikat
dengan
dengan
dengan
dengan Lgi1
Lgi1
1
1 pasien
pasien
dengan
dengan
Caspr2
Caspr2
3
3 tidak
tidak
diketahui
diketahui
7
7 pasien
pasien
dengan
dengan
GAD65
GAD65
2
2 pasien
pasien
dengan
dengan
CRMP-5
CRMP-5
1
1 pasien
pasien
dengan
dengan Ma
Ma
(MNMA
(MNMA 1
1 and
and
2)
2)
1
1 pasien
pasien
dengan
dengan
NMDA
NMDA
receptor
receptor
autoantibodie
autoantibodie
s
s
1
1 pasien
pasien
dengan
dengan
neuronal
neuronal
nicotinic
nicotinic
acetylcholine
acetylcholine
receptor
receptor
ganglionic
ganglionic
type
type
autoantibodie
autoantibodie
s
s
2
2 LCS
LCS
inflamasi,
inflamasi, 3
3
MRI
MRI
abnormal,
abnormal, 2
2
riw.
riw. Kanker
Kanker
(+),
(+), lab
lab
infeksi
infeksi (-)
(-)
3 pasien
mendapatkan IVIg
saja
12 pasien mendapatkan 3-72 months
kombinasi IVMP, IVIg, (median 17 months)
cyclophosphamide, atau
plasmapheresis
22 dari 27
pasien (81%)
membaik
secara klinis
setelah
imunoterapi
18 pasien (67%)
mencapai bebas
kejang dengan
median 10 bulan
8 pasien (44%)
bebas kejang
dalam 12 minggu
dan tanpa gejala
sisa
Pasien lain
didapatkan defisit
neurologis residual
4 pasien
mengalami
gangguan mood
atau kepribadian
1 pasien
mengalami gejala
sisa afasia
DISKUSI
Sepertiga pasien
mengalami bangkitan
sebagai satu-satunya
gejala klinis.
Dupertiga nya
mengalami defisit
neurologis tambahan,
termasuk perubahan
kognitif dan
kepribadian.
12 pasien
menunjukkan
perubahan inflamasi
pada MRI
Tidak
menyingkirka
n adanya
proses terkait
imun
Brain FDG-PET
untuk studi lebih
lanjut
Suspek
autoimun
epilepsi
PF, evaluasi
LCS,
skrining
antibodi
neuronal
Trial 6-12
minggu
imonoterapi
(IVMP atau IVIg
setiap hari
selama 3 hari
dilanjutkan
tiap minggu
22 dari 27 pasien
(81%), menunjukkan
respon positif dan
terapi dini
berhubungan
dengan outcome
yang lebih baik (P <
0.05)
SUGGESTIO
N
Imunoterapi tidak digunakan
sebagai terapi tunggal untuk
mengontrol bangkitan
Imunoterapi harus digunakan
secara kombinasi dengan OAE
LIMITATION
Perjalanan alami epilepsi
autoimun
Kriteria seleksi untuk pasien
epilepsi yang sekiranya akan
mendapatkan manfaat dari
imunoterapi
Waktu yang tepat pemberian
imunoterapi
Durasi optimal untuk
pemberian imunoterapi jangka
panjang
KA PAN