Ventricular Septal Defect (VSD) adalah kelainan jantung bawaan berupa tidak
terbentuknya septum antara ventrikel jantung kiri dan kanan sehingga antara keduanya
terdapat lubang (tunggal atau multipel) yang saling menghubungkan. 1,2 Defek ini
merupakan salah satu jenis penyakit jantung bawaan yang paling sering ditemukan yakni
sekitar 20-30% dari seluruh PJB. Di RSMH Palembang selama 3 tahun terakhir
ditemukan sebanyak 127 kasus VSD (37% dari seluruh kasus PJB).
Berdasarkan lokasi defek, VSD terbagi atas empat tipe yaitu defek subpulmonal,
membranous, atrioventrikular, dan defek muscular. Sedangkan berdasarkan ukuran defek,
VSD terbagi atas tiga yaitu VSD kecil, sedang, dan besar.2,3 Diagnosis ditegakkan
berdasarkan
gejala
klinis,
pemeriksaan
fisik,
elektrokardiografi,
foto
thorak,
yang disebabkan oleh penyakit jantung bawaan adalah sebanyak 77%, dimana sebanyak
13% penyakit jantung bawaan adalah VSD.6
Tujuan laporan kasus ini adalah untuk mengetahui gejala klinis dan membahas
tatalaksana penderita VSD yang mengalami IE dalam satu ilustrasi kasus.
KASUS
I.
IDENTIFIKASI
Seorang anak laki-laki, usia 4 tahun 6 bulan, berat badan 13 kg, tinggi badan 76 cm,
beralamat di Ogan Komering Ilir. Dirawat di bagian Ilmu Kesehatan Anak RSMH
pada tanggal 24 April 2013.
Anamnesis
Keluhan utama: sesak napas.
Keluhan tambahan: pucat, lemah.
Riwayat perjalanan penyakit:
Satu bulan SMRS anak demam terus menerus, tidak terlalu tinggi, keringat
malam(-), batuk(-), sesak(-), nafsu makan menurun dan anak tampak malas
beraktivitas. Muntah(-), BAB dan BAK normal. Anak hanya dibawa berobat ke
puskesmas dan dikatakan menderita infeksi saluran napas. Anak diberi obat
penurun panas dan vitamin, tidak tampak perubahan.
Satu minggu SMRS anak masih demam(+), batuk(+), sesak(+) terutama
setelah beraktivitas. Anak tidak tampak biru dan sesak tidak dipengaruhi oleh
cuaca. Ibu melihat kedua kaki anak bengkak(+), muntah(-), BAB dan BAK
normal. Anak kemudian dibawa berobat ke puskesmas, diberi obat untuk
mengeluarkan cairan, ibu mengaku BAK anak menjadi banyak, tetapi bengkak
belum berkurang.
Tiga hari SMRS, anak masih tampak bengkak di kedua kaki, bengkak juga
tampak di perut, kedua tangan serta wajah, anak tampak semakin sesak terutama
sehabis berjalan (2 meter). Saat tidur, anak merasa lebih enak apabila tidur
menggunakan 3 bantal sebagai sandaran. Anak kemudian dibawa ke puskesmas
dan dirujuk ke RSUD Kayu Agung. Anak menjalani perawatan selama 2 hari
kemudian dirujuk ke RSMH.
Riwayat keluarga
Penderita anak pertama dengan status sosial dan ekonomi kurang, dengan
penghasilan kurang lebih 1 juta rupiah perbulan.
Riwayat kelahiran
Lahir ditolong bidan, spontan, cukup bulan, lahir langsung menangis, berat badan
lahir 3.000 gram, panjang badan tidak jelas.
Riwayat imunisasi
BCG (+), scar (+), DPT I, II, III (+), Hepatitis I, II, III (+), Polio I, II, III, IV (+),
Campak (+).
Kesan: imunisasi dasar lengkap dan diberikan sesuai umur.
Riwayat makan
-
ASI
PASI
Nasi tim
Nasi biasa
II.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum:
Kesadaran: Kompos Mentis, GCS: E4M6V5=15, TD: 90/60 mmHg, Nadi:
128x/menit (isi dan tegangan cukup), pernapasan: 56x/menit, suhu: 37,2 oC.
BB: 13 kg; TB: 76 cm. BB/U: 76,47 % ; TB/U: 72,38 % ; BB/TB: 81,25%
Kesan: Status Gizi Kurang.
Keadaan spesifik:
-
Kepala : normocephali
Mata
Mulut
Leher
Thoraks :
Simetris, retraksi(+) intercostal.
Jantung :
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis tidak teraba
Auskultasi : HR:128x/menit, regular, BJ I-II normal, bising holosistolik(+)
derajat III/6 di ICS III-IV LPS sinistra menjalar sepanjang tepi kiri sternum,
gallop(-)
Paru
Abdomen : cembung, lemas, hepar teraba 4cm dibawah arcus costa, rata,
tepi tumpul, lien tidak teraba, bising usus(+) normal, timpani.
Ekstremitas: edema pretibial(+), akral dingin(-), sianosis(-), spastis(-),
CRT<3, clubbing finger(-).
Status neurologik:
Pemeriksaan
Motorik
Tungkai
Kanan
Tungkai Kiri
Lengan
Kanan
Lengan
Kiri
Gerakan
Luas
Luas
Luas
Luas
Kekuatan
+5
+5
+5
+5
Tonus
Eutoni
Eutoni
Eutoni
Eutoni
Klonus
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Normal
Normal
Normal
Refleks patologi
Pemeriksaan sensorik : dalam batas normal.
: tidak ada
bengkak(+), muntah(-), BAB dan BAK normal. Anak kemudian dibawa berobat ke
puskesmas, diberi obat untuk mengeluarkan cairan, BAK banyak, tetapi bengkak belum
berkurang.
Tiga hari SMRS, bengkak(+) di kedua kaki, di perut, kedua tangan serta wajah,
tampak semakin sesak terutama sehabis berjalan (2 meter). Saat tidur, menggunakan 3
bantal sebagai sandaran. Anak kemudian dibawa ke puskesmas dan dirujuk ke RSUD
Kayu Agung. Anak menjalani perawatan selama 2 hari kemudian dirujuk ke RSMH.
Riwayat pernah dirawat dengan diagnosa malaria+anemia defisiensi Fe+VSD PMO
moderate pada bulan Agustus 2012, anak pulang kontrol. Riwayat demam berulang sejak
4 bulan SMRS, anak hanya dibawa berobat ke bidan atau puskesmas.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan Keadaan Umum: Kesadaran: Kompos mentis,
TD: 90/60 mmHg, nadi: 128x/menit (isi dan tegangan cukup), pernapasan: 56x/menit,
suhu: 37,2oC, status gizi kurang. Keadaan spesifik: Kepala: JVP meningkat (5+2
mmH2O); konjungtiva anemis(+); Jantung: HR: 128x/menit, bunyi jantung I dan II
normal, bising holosistolik derajat III/6 ICS III-IV LPS sinistra menjalar sepanjang tepi
kiri sternum; Paru: simetris, retraksi(+) intercostal, vesikuler normal, wheezing(-),
ronkhi(-); Abdomen: cembung, lemas, hepar teraba 4cm dibawah arcus costa, konsistensi
kenyal, tepi tumpul, lien tidak teraba, BU(+) normal; Ekstremitas: edema pretibial(+),
sianosis(-).
. ANALISIS AWAL
Dari anamnesis diketahui bahwa anak datang dengan keluhan utama sesak napas.
Sesak tidak oleh dipengaruhi cuaca, sesak dipengaruhi posisi, apabila tidur penderita
harus dengan tiga bantal karena anak merasa sesak apabila hanya memakai satu bantal,
sesak dipengaruhi aktivitas fisik, sesak timbul setelah penderita berjalan sekitar dua
meter. Pada pemeriksaan fisik tanda vital ditemukan takikardi dan takipnoe. Pada
pemeriksaan leher, tampak JVP meningkat, thorak didapatkan retraksi pada intercostal,
juga terdapat bising sistolik pada auskultasi jantung. Pada pemeriksaan abdomen
didapatkan hepar yang teraba 4cm bac dengan konsistensi kenyal, rata, tepi tumpul, pada
ekstremitas tampak edema pretibial. Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, maka
dipikirkan anak mengalami dekompensatio kordis.
mendukung diagnosis dari anemia. Untuk keadaan gizi kurang maka perlu dikonsulkan
ke bagian gizi sehingga asupan gizinya dapat dievaluasi dengan benar.
Tatalaksana awal untuk dekompensatio kordis berupa istirahat di tempat tidur,
posisi setengah duduk, diberikan oksigen 2 L/mnt, diberikan cairan kebutuhan normal
perhari (retriksi cairan), kemudian diberikan medikamentosa berupa diuretik. Furosemid
merupakan suatu diuretik yang diberikan untuk mengurangi preload. Sedangkan retriksi
cairan pada penderita ini juga bertujuan untuk mengurangi preload.
MASALAH AWAL
M1
: Umum
M2
M3
M4
: Gizi Kurang
M5
: Anemia
M1 : Umum.
R/d : Darah rutin, urin rutin, feses rutin.
R/t
: Tidak ada.
: -
R/p : Menjelaskan kepada orangtua mengenai VSD PMO moderate dan komplikasi
yang mungkin terjadi agar tindakan dan pengobatan yang terarah dapat dilakukan.
M4 : Demam lama
R/d : Kultur darah, kultur urin, Mantoux test, ekokardiografi
R/t
: -
: -
10
KU: Sens CM, TD: 90/60 mmHg, Nadi: 120 x/menit, T: 37,8oC,
RR: 48 x/menit.
Kepala
: Konjungtiva anemis(+), NCH(-), caries dentis (+)
Leher
: JVP meningkat (5+2 mmH2O)
Toraks
: Simetris, retraksi (+) IC
Paru : Vesikuler (+) N, Rh (-), Wh (-)
Jantung : Bunyi jantung I dan II tunggal, bising
holosistolik derajat III/6 di ICS III-IV LPS sinistra
menjalar sepanjang tepi kiri sternum.
Abdomen : Cembung, lemas, hepar 4 cm bac, rata, tepi tumpul
dan lien tidak teraba.
Ektremitas : Akral sianosis (-), edema pretibial (+)
Hasil Laboratorium :
Darah Perifer Lengkap: Hb 8,9 g/dl, Ht : 29 vol%, leukosit:
15.000/mm3, trombosit: 33.000/mm3, DC: 0/0/0/56/30/14,
LED 78 mm/jam, Eritrosit 3.410.000/mm3, MCH 26 pg,
MCV 86,2 mg, MCHC 30 %, Rt 2,8 %
Urin rutin: protein (-), glukosa (-), sedimen sel epitel (+),
sedimen leukosit 1-2/LPB, sedimen eritrosit 0-1/LPB,
sedimen selinder (-), sedimen kristal (-).
Feces rutin: konsistensi lunak, amoeba (-), leukosit (-),eritrosit (-)
Ureum: 23 mg/dl, Creatinin: 0,4 mg/dl, Na 143 mmol/l, K: 4,2
mmol/l, Cl: 102 mmol/l BSS: 108 mg/dl
Rontgen thoraks: CTR 70%, Cardiomegali
EKG: Irama sinus, HR 120 x/m, LVH (+)
30-4-2013
I :1100 cc
O:750 cc
IWL:216 cc
B:+134 cc
D:2,4 cc
O2 nasal 2 L/mnt
IVFD D5 % + NaCl 15 % 6 cc gtt 10 makro (retriksi 3/4)
Furosemid 2 x 10 mg
Captopril 2 x 6,25 mg
R/kultur darah (3 tempat)
R/ekokardiografi
R/mantoux testreagen habisR/BTA lambung
R/konsul gigi2 minggu setelah terapi
Balans cairan/24 jam
Bedrest
Diet: 1200 kalori dalam bentuk NB 3 x 1/2 porsi +
susu F 100 3 x 100 cc
Dekompensatio kordis NYHA IV
VSD PMO moderate
Demam lama suspek IE
Gizi kurang
Anemia
KU: Sens CM, TD: 90/60 mmHg, Nadi: 100 x/menit, T: 38oC,
RR: 30 x/menit.
Kepala
: Konjungtiva anemis(+), NCH(-), caries dentis (+)
Leher
: JVP meningkat (5+2 mmH2O)
Toraks
: Simetris, retraksi (-)
Paru : Vesikuler (+) N, Rh (-), Wh (-)
12
9-5- 2013
I :1150 cc
O:700 cc
IWL:216 cc
B:+234 cc
D:2,2 cc
O2 nasal 1 L/mnt
IVFD D5 % + NaCl 15 % 6 cc gtt 10 makro (restriksi 3/4)
Furosemid 2 x 10 mg
Captopril 2 x 6,25 mg
Ampicillin 3 x 450 mg
Gentamisin 2 x 20 mg
Menunggu hasil kultur darah
R/konsul gigi2 minggu setelah terapi
Balans cairan/24 jam
Bedrest
Diet NB 3 x 1/2 porsi + susu F 100 3 x 100 cc
13
13-5-2013
I :950 cc
O:600 cc
IWL:216 cc
B:+134 cc
D:1,9 cc
14
RR: 24 x/menit.
Kepala
: Konjungtiva anemis(+), NCH(-), caries dentis (+)
Leher
: JVP meningkat (5+2 mmH2O)
Toraks
: Simetris, retraksi (-)
Paru : Vesikuler (+) N, Rh (-), Wh (-)
Jantung : Bunyi jantung I dan II tunggal, bising
holosistolik derajat III/6 di ICS III-IV LPS sinistra
menjalar sepanjang tepi kiri sternum.
Abdomen : Cembung, lemas, hepar 2 cm bac, rata, tepi tumpul
dan lien tidak teraba.
Ektremitas : Akral sianosis (-), edema pretibial (-)
Hasil kultur darah I: staphylococcus aureus
Hasil ekokardigrafi: vegetasi belum berkurang
18-5-2013
Furosemid 2 x 10 mg
Captopril 2 x 6,25 mg
Vankomisin 3 x 200 mg
Spironolakton 2 x 12,5 mg
R/konsul gigi
Balans cairan/24 jam
Bedrest
Diet NB 3 x 1/2 porsi + susu F 100 3 x 100 cc
Nafsu makan(+)
15
Furosemid 2 x 10 mg
Captopril 2 x 6,25 mg
Vankomisin 3 x 200 mg
Spironolakton 2 x 12,5 mg
Bedrest
Diet NB 3 x 1/2 porsi + susu F 100 3 x 100 cc
16
TINJAUAN PUSTAKA
PENDAHULUAN
Ventricular Septal Defect (VSD) merupakan kelainan jantung bawaan nonsianotik
yang paling sering ditemukan. VSD adalah kelainan jantung bawaan berupa lubang pada
septum interventrikuler. Lubang tersebut dapat hanya satu atau lebih yang terjadi akibat
kegagalan fusi septum interventrikuler semasa janin dalam kandungan. Kebocoran ini
terjadi karena kelambatan dalam pertumbuhannya.1,2
Infektif Endokarditis (IE) merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi
mikroba pada lapisan endotel jantung, yang ditandai oleh vegetasi yang biasanya terdapat
pada katup jantung. Lesi yang khas, vegetasi, berupa massa trombosit dan fibrin dengan
berbagai bentuk dan ukuran dimana banyak mikroorganisme dan sel-sel radang
didalamnya. Katup jantung paling sering terkena, akan tetapi infeksi dapat terjadi pada
lokasi septal defek atau pada korda tendinae atau pada endokardium.
INSIDEN DAN EPIDEMIOLOGI
VSD adalah penyakit jantung bawaan yang paling umum terjadi, yaitu ditemukan
pada 30-60% pada bayi baru lahir dengan penyakit jantung bawaan atau sekitar 2 sampai
6 dari 1000 kelahiran. Sebagian besar VSD menutup secara spontan. Sebuah studi
mengatakan bahwa 2 sampai 5 dari 100 kelahiran bayi dengan VSD, 80-90% kasus akan
menutup secara spontan tidak lama setelah kelahiran.5
Angka kejadian IE sangat sulit ditentukan. Biasanya angka ini dinyatakan sebagai
jumlah kasus IE dari pasien total yang rawat inap. Di luar negeri dilaporkan 1 dari 1800
sampai 4500 pasien anak yang dirawat. Sastroasmoro dkk (1989) melaporkan angka yang
cukup tinggi, yaitu 1 dari 740 pasien yang dirawat inap di bagian Ilmu Kesehatan Anak
FKUI-RSCM, Jakarta. Sementara di RSMH Palembang, jumlah pasien anak dengan IE
tiga tahun terakhir yaitu 13 dari total 213 pasien rawat inap (bangsal kardiologi).
17
18
pembesaran vegetasi. Bakteria yang terperangkap dalam vegetasi terlindung dari sel-sel
fagosit atau mekanisme pertahanan tubuh lainnya. Selanjutnya bakteri akan berproliferasi
hingga mencapai konsentrasi 107 sampai 1010 colony forming unit untuk setiap gram
jaringan. Saat kepadatan maksimum bakteria tercapai, aktivitas metabolisme bakteri tidak
aktif.
Secara umum, setiap kondisi yang dapat menyebabkan kerusakan endotel jantung
baik karena turbulensi jet stream akan meningkatkan resiko terjadinya IE. Penyakit
jantung bawaan yang mudah mengalami IE adalah tetralogi Fallot, defek septum
ventrikel, duktus arteriosus persisten, dan koarktasio aorta. Pada penyakit jantung
reumatik kronik, IE mudah terjadi pada insufisiensi mitral dan aorta.
Proses penyembuhan dimulai dari luar, dengan terjadinya penimbunan jaringan
fibrotik pada permukaan vegetasi, yang ditandai dengan menghilangnya kuman dalam
peredaran darah, diikuti oleh fagositosis kuman dan kalsifikasi fokus. Kemudian terjadi
hialinisasi jaringan yang di tengah, akhirnya terjadi endotelialisasi jaringan yang cacat
tersebut. Kuman yang terdapat dalam vegetasi dapat bertahan lama, terbukti dengan
dapatnya terjadi eksaserbasi klinis setelah pengobatan yang dianggap berhasil. Kepingan
vegetasi dapat menimbulkan emboli, baik yang steril maupun yang septik yang dapat
menimbulkan abses atau aneurisme mikotik.
MIKROORGANISME
Agen mikrobiologis penyebab IE yang diisolasi dari kultur antara lain:9,10
1. Kokus gram positif, termasuk Streptokokus grup viridans (-hemolitik) seperti
Streptococcus sanguis, S.mitis, S.mutans, dan sebagainya.
2. Staphylococcus sp
3. Enterokokus
4. HACEK (Haemophilus, Actinobacillus, Cardiobacterium, IEkenella, dan
Kingella). Sering terdapat pada neonatus atau anak dengan gangguan kekebalan.
5. Jamur menyebabkan endokarditis jamur yang sangat berat serta banyak
menimbulkan komplikasi.
19
DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
darah dan mikrobiologi darah, serta ekokardiografi.5
Manifestasi Klinis2,6
Manifestasi klinis IE merupakan kombinasi dari tanda dan gejala bekteriemia,
invasi jantung lokal oleh bakteri, embolisasi perifer dan pembentukan kompleks imun.
Pasien IE memiliki gejala tidak spesifik, sebanyak 85-90% penderita mengalami demam.
Anamnesis
a. Pasien IE akut memperlihatkan gejala demam akut toksis yang berlangsung
kurang dari 2 minggu. Tanyakan adanya penggunaan obat intravena.
Staphylococcus aureus merupakan penyebab paling sering IE pada penderita.
b. Pasien IE subakut memiliki gejala mirip flu yang tidak spesifik yang berlangsung
selama lebih dari 2 minggu. Infektif endokarditis subakut paling sering terjadi
pada pasien dengan kelainan jantung bawan atau kelainan katup.
Kriteria Duke2,3,6
Penggunaan kriteria baru (the duke criteria) untuk membantu penegakan
diagnosis telah terbukti lebih baik daripada kriteria terdahulu. Penelitian di Amerika
Serikat tentang penggunaan kriteria tersebut pada penderita anak menunjukkan hasil yang
memuaskan. Kriteria tersebut direkomendasikan berdasarkan studi penggunaan trans
esophageal echocardiography (TEE) untuk menilai adanya IE dini, serta infeksi
Streptococcus aureus sebagai kriteria utama tanpa melihat apakah nosokomikal atau
berasal dari komunitas. Istilah yang ditemukan pada kriteria Duke, dituliskan pada tabel1.
Tabel 1. Kriteria Duke untuk Infektif Endokarditis2,5,6
Kriteria mayor
Kultur darah positif untuk Infektif Endokarditis
20
Microorganisme tipikal yang konsisten dengan IE yang berasal dari 2 kultur darah
yang berbeda:
Streptococcus viridans, streptococcus bovis, atau HACEK, atau
Staphylococcus aureus yang berasal dari komunitas atau enterokokus dengan
absennya fokus primer, atau
Mikroorganisme yang konsisten dengan IE yang berasal dari kultur darah positif
persisten
> 2 kultur positif yang berasal dari sampel darah yang diambil dengan jarak 12
jam atau
Keseluruhan 3 atau mayoritas dari > 4 kultur darah terpisah ( dimana jangka
waktu dari sampel pertama hingga sampel terakhir diambil kurang dari 1 jam)
dengan suatu mikroorganisme yang dominan
Bukti adanya keterlibatan endokardium:
Ekokardiogram positif untuk IE adalah
Masa intra kardial yang berisolasi pada katup atau struktur penunjang dalam jalur
aliran regurgitasi atau pada material yang implantasi saat tidak adanya penjelasan
anatomis alternatif atau
Abses, atau
Perlengketan parsial baru pada katup protestik, atau
Regurgitasi katup baru (perubahan atau memburuknya bising jantung yang telah
ada, tidak signifikan)
Kriteria minor
Predisposisi: predisposisi penyakit jantung atau penggunaan obat intravena
21
iii.
iv.
22
23
pada semua pasien tersangka endokarditis. Temuan massa intrakardial yang berisolasi
merupakan kriteria mayor untuk memastikan diagnosis IE.
Ekokardiografi transthoraks (ETT) memiliki sensitivitas 63% dan spesifitas 58%.
Alat tersebut paling banyak digunakan. Ekokardiografi transesofageal (ETE) memiliki
sensitivitas 100% dan spesifitas 90%. Alat ini yang disarankan untuk digunakan pada
kriteria diagnosis IE.
Gambaran Ekokardiografi yang Menunjukkan Potensi Pembedahan2,6
Vegetasi
Vegetasi persisten setelah embolisasi sistemik
Vegetasi katup mitral anterior, ukuran > 10 mm
> 1 kejadian emboli selama 2 minggu pertama terapi antibiotik
> 2 kejadian emboli selama atau setelah terapi antibiotik
Peningkatan ukuran vegetasi setelah 4 minggu terapi antibiotik
Disfungsi valvular
Insufisiensi mitral atau aorta akut dengan gejala kegagalan ventrikuler
Dekompensatio kordis yang tidak responsif terhadap terapi
Perforasi atau ruptur katup
Ekstensi perivalvular
Fistula, ruptur, atau perlengketan katup
Blok jantung baru
Abses besar atau penyebaran abses dengan terapi antibiotik
PENATALAKSANAAN
Tatalaksana dapat berupa konservatif atau pembedahan. Sekitar 30% kasus terjadi
kesembuhan secara spontan. Tidak perlu dilakukan penutupan terhadap lubang yang
kecil, karena lubang ini seringkali menutup dengan sendirinya pada masa kanak-kanak
atau remaja. Tetapi jika lubangnya besar meskipun gejalanya minimal, dilakukan
penutupan lubang untuk mencegah terjadinya kelainan yang lebih berat.5,15
Pembedahan biasanya dilakukan pada usia pre-sekolah (2-5 tahun). Defek ditutup
dengan pembedahan pintas kardiopulmonal jika gejala tidak dapat dikontrol, atau bila
terdapat resiko terjadinya penyakit pembuluh darah pulmonal.5,15
Medikamentosa
1. VSD kecil tanpa gejala tidak perlu terapi.
24
25
Sumber: Penanganan penyakit jantung pada bayi dan anak. UKK Kardiologi. 2005
Terapi pada IE ditentukan oleh jenis bakteri yang menginfeksi, katup jantung atau
prostetik, atau adanya bahan prostetik lain pada jantung. Daftar jenis obat serta dosisnya
tercantum di bawah ini.2,6,13
Penisilin G: 200.000-400.000 U/kg BB/hari, iv, di bagi tiap 4-6 jam selama 4
minggu
Ceftriaxon: 100 mg/kg BB/hari, iv, tiap 24 jam selama 4 minggu
Gentamisin: 1-3 mg/kg BB/hari, im/iv, dibagi setiap 8 jam. Penggunaannya
26
Nafsilin: 100-200 mg/kg BB/hari, iv, dibagi setiap 4 jam. Dosis maksimum 12
gram.
Oksasilin: 150-200 mgkg BB/hari, iv, dibagi setiap 4 jam. Dosis maksimum
12 gram.
Cefazolin: 100 mg/kg BB/hari, iv, dibagi setiap 6-8 jam.
Rifampin: 20 mg/kg BB/hari, oral, dibagi setiap 8 jam.
PROFILAKSIS
27
Banyak situasi dimana bakteriemia dapat terjadi yang tidak mudah diidentifikasi,
dan bakteriemia terjadi secara spontan (mengunyah makanan, prosedir higiene oral) dan
secara logis tidak dapat dicegah. Banyak kasus endokarditis katup asli disebabkan oleh
organisme yang mungkin berasal dari rongga mulut. Semua anak-anak yang beresiko
harus diinstruksikan untuk menciptakan dan menjaga kesehatan mulut dengan baik dalam
mengurangi sumber potensial bakteriemia pada IE.6,12,15
Profilaksis adalah sangat penting untuk anak-anak dimana EI dikaitkan dengan
tingginya morbiditas dan mortalitas. Profilaksis diberikan kepada populasi yang memiliki
resiko endokarditis lebih tinggi dari populasi umum. Selain itu, profilaksis diberikan
kepada kondisi jantung yang mendasari endokarditis.
PROGNOSIS
Sebelum era antibiotik, mortalitas akibat IE mendekati 100%. Dengan antibiotik
yang poten terhadap penurunan angka kematian yang bermakna, meskipun masih tinggi.
Keberhasilan pengobatan dengan tatalaksana yang baik pun masih di sekitar 50 sampai
85%. Beberapa faktor diketahui berhubungan dengan prognosis EI, antara lain:2,,6,8
Usia pasien. Anak yang lebih muda mempunyai prognosis yang lebih buruk, hal
ini sebagian disebabkan oleh kesulitan diagnosis dini.
Ada atau tidaknya dekompensatio kordis dan emboli. Dekompensatio kordis dan
emboli, khususnya di tempat vital, sangat memperburuk prognosis.
Kerusakan katup akibat vegetasi. Bila sangat berat meski pasien sembuh dari
endokarditisnya, dalam 1-2 tahun dapat meninggal akibat gejala sisa tersebut.
ANALISIS KASUS
28
Penderita masuk rumah sakit dengan keluhan sesak napas. Sesak napas dapat
disebabkan oleh kelainan paru, jantung, metabolik atau kelainan SSP. Dari anamnesa
tidak ditemukan kelainan yang dapat menyebabkan sesak oleh gangguan metabolik atau
kelainan SSP. Dari anamnesa didapatkan sesak terutama saat berjalan dan anak lebih
nyaman tidur saat menggunakan tiga bantal sebagai sandaran. Dari pemeriksaan fisik
ditemukan takikardi, takipnoe, JVP yang meningkat, hepatomegali dan edema pretibial.
Berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik yang ditemukan, kemungkinan sesak
disebabkan oleh kelainan jantung.
Dari riwayat penyakit sebelumnya, anak telah terdiagnosa VSD sejak Agustus
2012.
Dari
pemeriksaan
fisik
ditemukan
tanda-tanda
dekompensatio
kordis.
Dekompensatio kordis pada penderita ini merupakan komplikasi dari VSD dan juga bisa
disebabkan karena IE. Komplikasi VSD menjadi dekompensatio kordis yaitu sebesar 3040%.(level evidence 1)21. Dekompensatio kordis pada IE dapat disebabkan perubahan
struktur yang mendadak dan regurgitasi valvula. Dekompensatio kordis merupakan
komplikasi yang paling sering dari IE yaitu sebesar 26% (level evidence 3)16,17.
Dari anamnesis anak sering mengalami demam tinggi yang berulang sejak
terdiagnosa VSD. Demam lama pada pasien ini dapat dipikirkan suatu IE atau proses
spesifik. Proses spesifik dapat disingkirkan dari tidak adanya riwayat kontak dan hasil
BTA lambung yang negatif. VSD disertai demam lama sangat mungkin suatu IE.
Manifestasi klinis yang paling sering ditemukan pada saat awal terjadinya IE adalah
demam berulang (level evidence 3)17,19. Faktor resiko terjadinya IE pada VSD disebabkan
karena bakteriemia, yang pada pasien ini disebabkan karena oral higiene yang buruk.
Oral higiene yang buruk merupakan faktor predisposisi yang paling sering menyebabkan
IE (level evidence 3)12.
Diagnosis IE pada kasus ini ditegakkan berdasarkan kriteria Duke. Dari hasil
ekokardiografi, didapatkan multiple vegetasi yang menempel di katup triksupid, di
29
tempat defek septum ventrikel, pada katup pulmonal dan pada dinding arteri pulmonalis.
Penelitian di Bangkok, Thailand mendapatkan vegetasi di katup trikuspid sebanyak 6
penderita dari 60 penderita (10%)16, sedangkan pada katup pulmonal sebanyak 5%.
Ekokardiografi menjadi alat utama untuk mendeteksi adanya IE setelah diberlakukannya
kriteria Duke. Peningkatan teknologi resolusi pada ekokardiografi menyebabkan
efektifitas deteksi tinggi sebesar 70-80%. Ekokardiografi harus dilakukan pada semua
pasien tersangka endokartidis. Temuan massa intrakardial yang berisolasi merupakan
kriteria mayor untuk memastikan diagnosis IE.
Pada penderita ini selain ekokardiografi, untuk memastikan diagnosis dilakukan
kultur darah 3 hari berturut-turut di 3 tempat yang berbeda. Kultur darah dilakukan untuk
mengetahui jenis kuman dan sensitifitasnya.
Kultur darah yang dilakukan pada penderita ini dilakukan sebelum diberikan
terapi antimikroba. Kultur darah yang dilakukan sebaiknya sebelum terapi antimikrobial
diberikan (level evidence 1)17. Hasil kultur darah penderita ini positif Staphylococcus
aureus dan Streptococcus viridians. Kultur darah positif ditemukan pada 46-47% pasien
dan Streptococcus dan Staphylococcus merupakan penyebab yang paling sering (level
evidence 3)18,19,20. Selain kultur darah juga dilakukan pemeriksaan laboratorium lain.
Pada penderita ini ditemukan juga anemia normositik normokromik, leukositosis, serta
laju endap darah yang meningkat.
Penatalaksanaan pada penderita ini meliputi penatalaksanaan dekompensatio
kordis, VSD PMO moderate dan IE. Untuk dekompensatio kordis pada penderita ini
sesuai dengan standar penatalaksanaan yaitu istirahat di tempat tidur, posisi setengah
duduk, diberikan oksigen 2 L/mnt, diberikan cairan kebutuhan normal perhari (retriksi
cairan), kemudian diberikan medikamentosa yaitu diuretik (Furosemid) 2 x 10 mg dan
vasodilator (Kaptopril) 2 x 6,25 mg. Furosemid merupakan suatu diuretik yang diberikan
untuk mengurangi preload. Kaptopril merupakan ACE inhibitor yang menurunkan
afterload yang mungkin efektif untuk meningkatkan cardiac output. Sedangkan retriksi
cairan pada penderita ini juga bertujuan untuk mengurangi preload. Setelah 2 minggu
perawatan, untuk terapi dekompensatio kordis, ditambahkan juga diuretik hemat kalium
(Spironolakton) 2 x 12,5 mg untuk menghindari terjadinya hipokalemia pada penderita
30
ini. Hal ini sesuai dengan kepustakaan mengenai tatalaksana dekompensatio kordis yang
meliputi pengurangan preload, afterload dan memperkuat kontraktilitas jantung.
Tatalaksana IE pada penderita ini pada prinsipnya sama dengan tatalasana IE pada
umumnya. Sebelum didapatkan hasil kultur darah, antibiotik empirik diberikan yaitu
Ampicillin 3 x 450 mg selama 4 minggu dan Gentamisin 2 x 20 mg. Terapi Ampicilllin
selama 4 minggu dan Gentamisin selama 2 minggu merupakan terapi yang
direkomendasikan untuk endokarditis infektif Stafilokokkus pada katup jantung (level
evidence 1)6. Untuk melihat efektifitas pengobatan, maka setiap 2 minggu perlu
dilakukan pemeriksaan ekokardiografi ulang untuk melihat apakah vegetasi telah
berkurang. Pada hasil ekokardiografi setelah pemberian terapi, tampak vegetasi belum
berkurang. Pemberian antibiotik kemudian disesuaikan dengan hasil kultur dan resistensi
yaitu vankomisin 3 x 200 mg. Vankomisin merupakan obat pilihan untuk penicillinresistant streptococcal endocarditis (PRSE) dan Methicillin-resistant staphylococcus
aureus (MRSE), dengan lama pemberian terapi selama 6 minggu.
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, penderita ini juga mengalami kurang gizi.
Berdasarkan perhitungan CDC, BB/TB 81,25 % termasuk kurang gizi. Penderita ini juga
mengalami anemia normositik normokrom. Kurang gizi dan anemia bisa terjadi pada
VSD dan juga pada IE. Hampir 80-90 % anak-anak dengan IE didapatkan anemia (level
evidence 3).16,17
Prognosis pada penderita VSD dengan IE yang mengalami dekompensatio kordis
adalah dubia (quo ad vitam dan quo ad functionam). Vegetasi pada katup aorta memberi
prognosis yang lebih buruk daripada vegetasi jantung kanan. Penelitian di Bangkok,
Thailand melaporkan bahwa vegetasi di jantung kiri komplikasinya lebih sering
dibandingkan dengan vegetasi di jantung kanan.17 Sedangkan penelitian di Lahore,
Pakistan melaporkan dari 10 pasien IE yang mengalami vegetasi di katup aorta, terdapat
3 (30%) yang meninggal.16
Profilaksis pada penderita agar tidak terjadi IE berulang adalah dengan menjaga
higiene oral karena berdasarkan literatur, kelompok anak yang memiliki resiko IE,
cenderung memiliki higiene oral yang buruk, disertai kurangnya pengetahuan pengasuh
31
atau keluarga mengenai hal ini. Karena keadaan ini dapat meningkatkan terjadinya
bakteriemia pada keadaan fisiologis serta memperburuk resiko terjadinya endokarditis
berulang (level evidence 3).12 Pada penderita ini direncanakan untuk melakukan
penambalan pada caries dentis setelah pengobatan antibiotik 2 minggu.
Pemantauan terhadap keberhasilan terapi sangat penting. Indikasi penutupan VSD
pada pasien ini adalah telah terjadi gagal jantung dan retardasi pertumbuhan. Pada pasien
ini direncanakan penutupan VSD setelah penyembuhan IE.
PENUTUP
Terima kasih saya sampaikan kepada Kepala Bagian IKA, Ketua Program Studi
IKA dan khususnya supervisor sub Bagian Cardiologi Anak, dr. Hj. Ria Nova, SpA(K)
yang telah membimbing saya sehingga laporan kasus ini dapat diajukan.
32
DAFTAR PUSTAKA
1. World Health Organization. Incidence of Bacterial Endocarditis in VSD . Report
of a WHO Expert Consultation. Geneva 2004.
2. Park MK. Pediatric cardiology for practitioners. Edisi ke 5. St Louis: Mosby inc
2008.
3. Marx GR. Infective endocarditis. Dalam: Kaene JF, Lock JE, Fyler DC,
penyunting Nadas pediatric cardiology. Edisi ke-2. Saunders, Philadelphia
2006:467-76.
4. Dajani AS, Taubert KA: Infective endocarditis. Dalam: Allen HD, Gutgessel HP,
Clark EB, Driscoll DJ, penyunting. Moss and Adams Heart disease in infants,
children, and adolescent, edisi ke-6. Philadelphia, William & Wilkins, 2001,
1297-1310.
5. Friedman RA, Strake JR: Infective endocarditis. Dalam: garson A, Bricker JT,
Fisher DJ, Neish SR, penyunting. The science and practice of pediatric
cardiology, edisi ke-2. Baltimore, William & Wilkins, 1998, 1759-1776.
6. Johnson JA, Boyce T, Cetta, et al. Infective Endocarditis in The Pediatric
Patients; A-60-year Single Institution Review. Mayo Clinic. Juli 2012;87(7):629635.
33
7. Fierri P, Gewitz MH, Gerber MA, et al. Unique Feature of infective endocarditis
in childhood. Pediatrics 2002;109(5):931-43. .
8. Sande MA, Kartalija M, Anderson J. Infective endocarditis. Dalam Fuster V,
Alexander RW, ORourke R.A. (Editor). Hursts The Heart. Volume 2, edisi 10,
McGraw-Hill,2001.
9. Wahab AS. Penyakit Jantung Anak. Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta 2003:187-95.
10. Reves G, Wiewall-Winkelmann J, Bailey DM. Endocarditis, Bacterial. 2002
http://www.emedicine.com.
11. Sacket DL, Strauss SE, Richardson WS, Rosenberg W, Haynes RB. EvidenceBased Medicine : How to Practice and Teach EBM. 2nd edition. Churchill
Livingstone, 2000.
12. Steinberger J, Moller JH, Berry JM, Sinaiko AR. Echocardiographic diagnosis of
heart disease in apparently helthly adolescents. PEDIATRIDS;105;4:81518,2000.
13. Da Silva DB, Souza PR, Cunha MCSA. Knowledge, attitudes and status of oral
health in children at risk for infective endocarditis. International Journal of
Pediatric Dentistry;12:124-31, 2002.
14. Bittar FF, Jawdi RA, Dbaibo GS, Yunis KA, Gharzeddine W, ObIEd M.
Paediatrics infective endocarditis: 19-years experience at a tertiary care hospital
in a developing country. Acta paediatrica: 89;427-30,2000
15. Pelletiier LL. Microbiology of the Circulatory System, 2000 in
http://gsbs.utmg.edu
16. Katnelson Y.Endocarditis. 2000 in http://www.chicagoheart.com
17. Lertsapcharoen P, Khongphatthanayothin A, Chotivittayatarakorn P, et al.
Infective Endocarditis in Pediatric Patients: An Eighteen-Year Experience from
King Chulalongkorn Memorial Hospital, J Med Assoc Thai 2005; 88 (Suppl 4):
S12-6.
18. Sadiq M, Nazir M, Sheikh SA. Infective endocarditis in children-incidence,
pattern, diagnosis and management in developing country. Int J Cardiol. 2001
Apr; 78(2): 175-82.
19. Martin JM, Neches WH, Wald ER. Infective endocarditis: 35 years of experience
at a childrens hospital. Clin Infect Dis. 1997;24:669-675.
20. Stockheim JA, Chadwick EG, Kessler S, et al. Are the Duke criteria superior to
Beth Israel criteria for diagnosis of infective endocarditis in children?. Clin Infect
Dis. 1998;27:1451-1456.
21. Johnson DH, Rosenthal A, Nadas AS. A forty-year review of bacterial
endocarditis in infancy an chilhood. Circulation. 1975;51:581-588.
22. Thomas KC, Berger S. Pediatric Rhematic Heart Disease. Medscape reference.
2010.
34
35