PENDAHULUAN
1
LATAR BELAKANG
Ketoasidosis merupakan komplikasi akut yang paling serius yang terjadi pada anak
pada DM tipe 1 dan merupakan kondisi gawat darurat yang menimbulkan morbiditas dan
mortalitas, walaupun telah banyak kemajuan yang diketahui baik dari patogenesisnya
maupun dalam hal diagnosis dan tata laksananya.1 Diagnosis KAD didapatkan sekitar 1680% pada penderita anak baru dengan DM tipe 1, tergantung lokasi geografi. Eropa dan
Amerika utara angkanya bekisar 15-67% sedangkan di Indonesia dilaporkan antara 3366%.2
Prevalensi KAD di Amerika serikat diperkirakan sebesar 4,6-8 per 1000 penderita
diabetes, dengan mortalitas kurang dari 5% atau sekitar 2-5%. KAD juga merupakan
penyebab kematian tersering pada anak dan remaja dengan DM tipe 1, yang diperkirakan
setengah dari penyebab kematian DM dibawah usia 24 tahun. 1 Sementara itu di Indonesia
belum didapatkan angka yang pasti mengenai hal ini. Diagnosis dan tata laksana yang
tepat sangat diperlukan dalam pengelolaan kasus-kasus KAD untuk mengurangi
morbiditas dan mortalitas.
2
TUJUAN
Tujuan penulisan referat ini adalah untuk memahami lebih dalam tentang Ketoasidosis
Diabetikum pada DM tipe 1 dan sebagai calon dokter harus bisa memahami cara yang baik
dalam penatalaksanaan Ketoasidosis Diabetikum pada DM tipe 1.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 INSULIN
Proses Pembentukan dan Sekresi Insulin
Insulin merupakan hormon yang terdiri dari rangkaian asam amino, dihasilkan oleh sel
beta kelenjar pankreas. Dalam keadaan normal, bila ada rangsangan pada sel beta, insulin
disintesis dan kemudian disekresikan kedalam darah sesuai kebutuhan tubuh untuk
keperluan regulasi glukosa darah. Secara fisiologis, regulasi glukosa darah yang baik
diatur bersama dengan hormone glukagon yang disekresikan oleh sel alfa kelenjar
pankreas.
Sintesis insulin dimulai dalam bentuk preproinsulin (precursor hormon insulin) pada
retikulum endoplasma sel beta. Dengan bantuan enzim peptidase, preproinsulin mengalami
pemecahan sehingga terbentuk proinsulin, yang kemudian dihimpun dalam gelembunggelembung (secretory vesicles) dalam sel tersebut. Di sini, sekali lagi dengan bantuan
enzim peptidase, proinsulin diurai menjadi insulin dan peptida-C (C-peptide) yang
keduanya sudah siap untuk disekresikan secara bersamaan melalui membran sel.
Mekanisme diatas diperlukan bagi berlangsungnya proses metabolisme secara normal,
karena fungsi insulin memang sangat dibutuhkan dalam proses utilisasi glukosa yang ada
dalam darah. Kadar glukosa darah yang meningkat, merupakan komponen utama yang
memberi rangsangan terhadap sel beta dalam memproduksi insulin.
Diketahui ada beberapa tahapan dalam proses sekresi insulin, setelah adanya
rangsangan oleh molekul glukosa. Tahap pertama adalah proses glukosa melewati
membran sel. Untuk dapat melewati membran sel beta dibutuhkan bantuan senyawa lain.
Glucose transporter (GLUT) adalah senyawa asam amino yang terdapat di dalam berbagai
sel yang berperan dalam proses metabolisme glukosa. Fungsinya sebagai kendaraan
pengangkut glukosa masuk dari luar kedalam sel jaringan tubuh. Glucose transporter 2
(GLUT 2) yang terdapat dalam sel beta misalnya, diperlukan dalam proses masuknya
glukosa dari dalam darah, melewati membran, ke dalam sel. Proses ini penting bagi
tahapan selanjutnya yakni molekul glukosa akan mengalami proses glikolisis dan
fosforilasi didalam sel dan kemudian membebaskan molekul ATP.
2.2 DEFINISI
Ketoasidosis diabetik (KAD) adalah kondisi medis darurat yang dapat mengancam
jiwa yang disebabkan oleh penurunan kadar insulin efektif di dalam tubuh, atau berkaitan
dengan resistensi insulin dan peningkatan produksi hormon-hormon kontra regulator yakni
glukagon, katekolamin, kortisol dan growth hormone.2
2.2 EPIDEMIOLOGI DAN FAKTOR RISIKO
Kejadian ketoasidosis pada anak meliputi wilayah geografik yang luas dan
bervariasi bergantung onset diabetes dan sebanding dengan insidensi IDDM di suatu
wilayah. Frekuensi di Eropa dan Amerika Utara adalah 15% - 16%. Di Kanada dan Eropa,
angka kejadian KAD yang telah dihospitalisasi dan jumlah pasien baru dengan IDDM
telah diteliti yaitu sebanyak 10 dari 100.000 anak.3
Onset KAD pada IDDM lebih sering terjadi pada anak yang lebih muda (berusia <
4 tahun), memiliki orang tua dengan IDDM, atau mereka yang berasal dari keluarga
dengan status sosial ekonomi rendah. Pemberian dosis tinggi obat-obatan seperti
glukokortikoid, antipsikotik atipik dan sejumlah immunosuppresan dilaporkan mampu
menimbulkan KAD pada individu yang sebelumnya tidak mengalami IDDM.6
Risiko KAD pada IDDM adalah 1 10% per pasien per tahun. Risiko meningkat
pada anak dengan kontrol metabolik yang jelek atau sebelumnya pernah mengalami
episode KAD, anak perempuan peripubertal dan remaja, anak dengan gangguan psikiatri
(termasuk gangguan makan), dan kondisi keluarga yang sulit (termasuk status sosial
ekonomi rendah dan masalah asuransi kesehatan). Pengobatan dengan insulin yang tidak
teratur juga dapat memicu terjadinya KAD.3
Anak yang mendapat terapi insulin secara teratur dan terkontrol jarang mengalami
episode KAD. Sekitar 75% episode KAD berkaitan dengan kelalaian pemberian insulin
atau pemberian yang salah. Angka mortalitas KAD di sejumlah negara relatif konstan,
yaitu 0,15% di Amerika Serikat, 0,18% di Kanada, 0,31% di Inggris. Di tempat dengan
fasilitas medik yang kurang memadai, risiko kematian KAD relatif tinggi, dan sebagian
penderita mungkin meninggal sebelum mendapatkan terapi.4
Edema serebri terjadi pada 57% - 87% dari seluruh kematian akibat KAD.
Insidensi edema serebri relatif konstan pada sejumlah negara yang diteliti: Amerika Serikat
0,87%, Kanada 0,46%, Inggris 0,68%. Dari penderita yang bertahan, sekitar 10-26%
mengalami morbiditas yang signifikan. Meski demikian, sejumlah individu ternyata tidak
mengalami peningkatan morbiditas dan mortalitas bermakna setelah kejadian KAD dan
edema serebri.3
2.3 FAKTOR PENCETUS
Beberapa faktor yang sering menjadi pencetus KAD adalah infeksi, stres/trauma,
penghentian terapi insulin atau terapi insulin yang tidak adekuat dan gangguan psikologis
yang berat. Demikian juga beberapa obat-obatan telah dilaporkan dapat mencetuskan KAD
pada penderita DM tipe-1 yakni kortikosteroid dosis tinggi, anti-psikotik dan
imunosupresan.
Sedangkan faktor-faktor yang meningkatkan resiko terjadinya KAD pada DM tipe1 adalah : penderita dengan kontrol metabolik yang buruk atau telah mengalami KAD
sebelumnya, penderita baru DM tipe-1 usia muda (kurang dari 5 tahun), pubertas, anakanak dengan gangguan psikiatri dan status sosial ekonomi rendah.5
2.4 PATOFISIOLOGI3
Ketoasidosis terjadi bila tubuh sangat kekurangan insulin. Karena dipakainya
jaringan lemak untuk memenuhi kebutuhan energi, maka akan terbentuk keton. Bila hal ini
dibiarkan terakumulasi, darah akan menjadi asam sehingga jaringan tubuh akan rusak dan
bisa menderita koma. Hal ini biasanya terjadi karena tidak mematuhi perencanaan makan,
menghentikan sendiri suntikan insulin, tidak tahu bahwa dirinya sakit diabetes mellitus,
mendapat infeksi atau penyakit berat lainnya seperti kematian otot jantung, stroke, dan
sebagainya.
Menurunnya
transport
glukosa
kedalam
jaringan
jaringan
tubuh
akan
2.
Pada keadaan gagal ginjal atau anuria, pemberian Kalium harus ditunda,
pemberian kalium segera dimulai setelah jumlah urin cukup adekuat.
Pemberian Insulin7
Berdasarkan rekomendasi ADA, terapi insulin harus segera dimulai sesaat setelah
diagnosis KAD dan rehidrasi yang memadai.
Jika tidak terdapat hipokalemia, dapat diberikan insulin reguler 0,1 u/kgBB bolus,
diikuti dengan infus kontinyu 0,1 u/kgBB/jam (5-7 u/jam) atau dengan insulin reguler
0,14 u/kgBB drip. jika gula darah tidak menurun sedikitnya 10% dari nilai awal pada
jam pertama, periksa status hidrasi pasien. Jika status hidrasi mencukupi dapat
diberikan insulin reguler 0,14 u/kgBB bolus IV kemudian evaluasi ulang. Ketika kadar
gula darah mencapai 200 mg/dl, turunkan infus insulin menjadi 0,02-0,05 u/kgBB/jam
dan tambahkan infus dextrose 5-10%. Setelah itu kecepatan pemberian insulin atau
konsentrasi dextrose harus disesuaikan untuk memelihara nilai glukos sampai keadaan
asidosis membaik
Fase Pemulihan11
Setelah KAD teratasi, dalam fase pemulihan penderita dipersiapkan untuk:
1) Memulai diet per-oral.
2) Peralihan insulin drip menjadi subkutan.
8
2.8 KOMPLIKASI8
1. Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi bila kadar gula darah sangat rendah. Bila penurunan kadar
glukosa darah terjadi sangat cepat, harus diatasi dengan segera. Keterlambatan
dapat menyebabkan kematian. Gejala yang timbul mulai dari rasa gelisah sampai
berupa koma dan kejang-kejang
2. Nefropati diabetik atau ginjal diabetik dapat dideteksi cukup dini. Bila penderita
mencapai stadium nefropati diabetik, didalam air kencingnya terdapat protein.
Dengan menurunnya fungsi ginjal akan disertai naiknya tekanan darah. Pada kurun
waktu yang lama penderita nefropati diabetik akan berakhir dengan gagal ginjal
dan harus melakukan cuci darah. Selain itu nefropati diabetik bisa menimbulkan
gagal jantung koresif.
3. Hipertensi
Karena harus
ginjal
penderita diabetes harus bekerja ekstra berat. Selain itu tingkat kekentalan darah
pada diabetisi juga lebih tinggi. Ditambah dengan kerusakan-kerusakan pembuluh
kapiler serta penyempitan yang terjadi, secara otomatis syaraf akan mengirimkan
signal ke otak untuk menambah tekanan darah.
9
2.9 PENCEGAHAN
Dua faktor yang paling berperan pada timbulnya KAD adalah terapi insulin yang
tidak adekuat dan infeksi. Dari pengalaman di negara maju keduanya dapat diatasi dengan
memberikan hotline/akses yang mudah bagi penderita untuk mencapai fasilitas kesehatan,
komunikasi yang efektif antara petugas kesehatan dengan penderita dan keluarganya di
saat sakit serta edukasi.
Langkah-langkah pencegahan efektif yang dapat dilakukan pada penderita DM
tipe-1 agar tidak terjadi KAD adalah deteksi awal adanya dekompensasi metabolik dan
penatalaksanaan yang tepat. Hal praktis yang dapat dilakukan adalah :7,8
1. Menjamin agar jangan sampai terjadi defisiensi insulin (tidak menghentikan
2.
3.
4.
5.
2.10 PROGNOSIS
Prognosis dari ketoasidosis diabetik biasanya buruk, tetapi sebenarnya kematian
pada pasien ini bukan disebabkan oleh sindom hiperosmolarnya sendiri tetapi oleh
penyakit yang mendasar atau menyertainya.Angka kematian masih berkisar 30-50%. Di
negara maju dapat dikatakan penyebab utama kematian adalah infeksi, usia lanjut dan
osmolaritas darah yang sangat tinggi. Di negara maju angka kematian dapat ditekan
menjadi sekitar 12%. Ketoasidosis diabetik sebesar 14% dari seluruh rumah sakit
penerimaan pasien dengan diabetes dan 16% dari seluruh kematian yang berkaitan dengan
diabetes.Angka kematian keseluruhan
adalah
2%
atau
kurang
saat
ini.
Pada
10
BAB III
PENUTUP
1
Kesimpulan
napasnya.
Tujuan penatalaksanaan ketoasidosis diabetikum adalah untuk memperbaiki
sirkulasi dan perfusi jaringan (resusitasi dan rehidrasi), menghentikan
ketogenesis (insulin), Koreksi gangguan elektrolit, mencegah komplikasi dan
untuk mengenali dan menghilangkan faktor pencetus.
DAFTAR PUSTAKA
1
Yehia BR, Epps KC, Golden SH. Diagnosis and mangement of diabetic
ketoacidosis and hyperglycemic in adults. Hospital Physician 2008;15:2135
13