Anda di halaman 1dari 36

1

CASE REPORT
ISCHIALGIA

DISUSUN OLEH :

Gabriel Fernando Mantong


1161050264

PEMBIMBING :

dr. M. Arief Rachman Kemal Sp.S

KEPANITERAAN KLINIK NEUROLOGI

PERIODE 04 APRIL 2016 07 MEI 2016

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA

2016

1
2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ischialgia menurut bahasa yaitu ischias artinya serangan pangkal

paha atau nyeri di daerah pangkal paha (nervus ischiadicus).1

Prevalensi ischialgia diperkirakan 5%-10% pasien dengan nyeri

pinggang bawah mengalami ischialgia. Prevalensi tahunan ischialgia


2
diskogenik dalam populasi umum berkisar 2,2%. Ditinjau dari segi

anatomik, ischialgia terjadi karena perangsangan terhadap radiks yang


3
ikut menyusun nervus ischiadicus. Ischialgia timbul akibat

perangsangan serabut-serabut sensorik yang berasal dari radiks

posterior L.4 sampai dengan S.3.3


Selain anamnesis keluhan ischialgia yang khas, diagnosis ischialgia

juga didukung dengan pemeriksaan fisik khusus seperti kernig,

lasegue, kontra lasegue, patrick, kontra patrick, valsava, naffziger,


3,4
bragard dan sicard. Penatalaksanaan pasien ischialgia cukup secara

konservatif dan simtomatik, namun pada keadaan khusus mungkin


4, 5
diperlukan tindakan operatif.

2
3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
1
2.1. Anatomi Dan Fisiologi

Saraf spinalis L4-S3 pada fossa poplitea membelah dirinya menjadi

saraf perifer yakni N. tibialis dan N. poreneus. N ischiadicus keluar dari

foramen ischiadicus mayor tuberositas anterior 1/3 bawah dan tengah

dari SIPS kebagian dari tuberositas ischii.

Tengah 2 antara tuberositas ischii dan trochanter yaitu pada saat n.

ischiadicus keluar dari gluteus maximus berjalan melalui collum

femoris. Sepanjang paha bagian belakang sampai fossa poplitea.

Cakupan dari regio pinggang sebagai berikut :

Thoraco lumbal ( Th 12-L1 )

Lumbal ( Pinggang Atas )

Lumbal sacral ( Pinggang bawah )

Sacroiliaca Joint ( tulang pantat )

Hip Joint ( Sendi Bongkol Paha )

Adapun komponen komponen dari regio pinggang adalah kulit,

otot, ruas, tulang sendi, bantalan sendi, facet joint. Dan apabila

semuanya ini mengalami gangguan maka sangat berpotensi untuk

terkena NPB yang bisa berlanjut menjadi ishialgia.

Perjalanan Nervus Ischidicus di mulai dari L4-S3, dan saraf ini

memiliki percabangan antara lain:

N. lateral poplital yang terdapat pada caput fibula

N. Medial popliteal yang terdapat pada fossa polpliteal

3
4

N. Tibialis Posterior yang terdapat pada sebelah bawah

N. Suralis/Saphenus yang terdapat pada tendon ascilles

N. Plantaris Yang berada pada telapak kaki

Tulang belakang merupakan bangunan yang kompleks yang dapat

dibagi menjadi 2 bagian. Dibagian ventral terdiri dari korpus vertebra

yang dibatasi satu dengan lainnya oleh diskus intervertebra dan

ditahan satu dengan lainnya oleh ligamentum longitudinal ventral dan

dorsal. Bagian dorsal tidak begitu kuat dan terdiri atas arkus vertebra

dengan lamina dan pedikel yang diikat satu dengan lainnya oleh

berbagai ligamen diantaranya ligamen interspinal, ligamen

intertranversa dan ligamen flavum. Pada procesus spinosus dan

tranversus melekat otot-otot yang turut menunjang dan melindungi

kolum vertebra. Seluruh bangunan kolum vertebra mendapat inervasi

dari cabang-cabang saraf spinal yang sebagian besar keluar dari

ruangan kanalis vertebra melalui foramen intervertebra dan sebagian

dari ramus meningeal yang menginervasi duramater. Diskus

intervertebra dan nukleus pulposus tidak mempunyai inervasi sensibel

biarpun berbatasan langsung dengan ligamen longitudinal yang

mengandung serabut sensibel.

Bagian lumbal merupakan bagian tulang punggung yang

mempunyai kebebasan gerak yang terbesar. Tarikan tekanan dan torsi

yang dialami pada gerakan-gerakan antara bagian toraks dan panggul

menyebabkan daerah ini dapat mengalami cedera lebih besar

daripada daerah lain, biarpun tulang-tulang vertebra dan ligamen di

4
5

daerah pinggang relatif lebih kokoh. Perbedaan hentakan antara

tulang dengan jaringan dalam peranan mereka sebagai sendi

pendukung akan menyebabkan penyakit yang karakteristik unik pada

daerah yang bersangkutan. Sebagian besar lesi pada diskus lumbal

adalah mengenai jaringan lunak dan sering sekali menghasilkan

protrusi inti (nucleus) yang kemudian menekan akar saraf.

Nervusischiadicus mempersarafi:

M. Semitendinosus

M. Semimbranosus

M. Biceps Femoris

M. Adduktor Magnus

N. Poroneus Mempersarafi

M. tibialis anterior

M. ekstensor digitorum longus

M. ekstensor halluci longus

M. digitorum brevis

M. poroneus tertius

N. Tibialis Mempersarafi

M. gastrocnemius

M. popliteus

M. soleus

M. plantaris

M. tibialis posterior

5
6

M. fleksor digitorum longus

M. fleksor hallucis longus

2.2 Definisi Ischialgia

Ischialgia merupakan nyeri yang terasa sepanjang tungkai. Ditinjau

dari arti katanya,maka ischialgia adalah nyeri yang terasa sepanjang

N.ischiadicus. Iskialgia menggambarkan nyeri tungkai pada distribusi

satu atau lebih akar saraf lumbosacral, dengan atau tanpa deficit

neurologis. Berkas saraf yang menyandang nama itu adalah seberkas

saraf sensorik dan motoric yang meninggalkan plexus lumbosakralis

dan menuju ke foramen infrapiriforme dan keluar pada permukaan

belakang tungkai dipertengahan lipatan pantat. Pada apeks spasium

popliteal ia bercabang dua dan lebih jauh ke distal tidak ada berkas

saraf yang menyandang nama n. iskiadikus. Nama kedua cabang itu,

yang merupakan kelajutan dari n. iskiadikus adalah n. peroneus

komunis dan n. tibialis. Jadi ischialgia didefinisakan sebagai nyeri

yang terasa sepanjang nervus ischiadivus dan lanjutannya sepanjang


1,2
tungkai.

Penderita dengan nyeri radikuler memperlihatkan low back pain

serta nyeri radikuler sepanjang nervus ischiadicus. Nyeri radikuler

(nyeri radiks saraf) biasanya saling tumpang tindih dengan nyeri

punggung bawah. Nyeri iskiadika bersifat tajam dan menjalar kebawah

ke salah satu atau kedua tungkai, biasanya sampai di bawah lutut

dengan distribusi dermatomal dan sering kali disertai keluhan mati

rasa serta kesemutan dan mungkin pula kelemahan local. Biasanya

6
7

rasa nyeri semakin bertambah dengan gerakan vertebre seperti

membungkuk dan dengan bersin, batuk, atau mengejan.3

Gambar 1.1 Penjalaran nyeri ischialgia7

Nyeri daerah pinggang pada dasarnya dapat berupa:6

1. Nyeri pinggang bawah akibat trauma pada unsur miofasial atau

pada komponen keras susunan neuro musculoskeletal

2. Nyeri pinggang bawah akibat proses degeneratif yang mencakup

spondilosus, HNP, stenosis spinalis, dan osteoarthritis

3. Nyeri pinggang bawah akibat penyakit inflamasi yaitu astritis

rheumatoid dan spondilitis angkilopoetika

4. Nyeri pinggang bawah akibat gangguan metabolisme atau low back

pain osteoporotik

5. Nyeri pinggang bawah akibat neoplasma

6. Nyeri pinggang bawah sebagai reffered pain

7. Nyeri pinggang bawah akibat gangguan sirkulatorik

7
8

Penderita dengan nyeri radikuler memperlihatkan low back pain

serta nyeri radikuler sepanjang nervus ischiadicus.3

2.3 Epidemiologi dan Faktor Risiko2

Dengan estimasi 4.1 juta penduduk Amerika mempunyai gejala

gangguan diskus intervertebre antara tahun 1985 dan 1988, dengan

prevalensi tahunan 2% pada laki-laki dan 1,5% pada perempuan.

Sebuah penelitian pada 295 pekerja usia 15-64 tahun dengan 42%

laki-laki dan 60% laki-laki berumur 45 tahun atau lebih, dilaporkan

menderita iskialgia.2

Data epidemiologi menunjukkan bahwa pekerjaan, merokok dan

obesitas merupakan factor predisposisi untuk nyeri punggung. 2 Risiko

iskialgia meningkat lebih pada laki-laki perokok, perempuan berat

badan berlebih atau obesitas, dan aktifitas fisik yang berat ketika

remaja yang akan menimbulkan gejala ketika dewasa. Hal-hal tersebut

merupakan factor-faktor yang dapat diubah.4

Ada beberapa factor predictor yang dapat digunakan untuk

memperkirakan kejadian iskialgia dalam suatu populasi. Kombinasi

individu (jenis kelamin, indeks massa tubuh), biomedis (ukuran

prolapse diskus, deficit neurologis) dan social (kepuasan kerja, status

social, dan lain-lain). Hal ini menunjukkan bahwa factor klinis,

pekerjaan, dan factor individu lebih berperan dari pada factor

psikologis (distress dan kesehatan mental).5

2.4 Etiologi dan Patofisiologi

8
9

Ischialgia timbul akibat perangsangan serabut-serabut sensorik

yang berasal dari radiks posterior L.4 sampai dengan S.3. Lesi iritatif

dapat mengakibatkan ischialgia pada tingkat tertentu.3

- Pada tingkat diskus intervertebral antara L.4 sampai dengan S.1

dapat terjadi Hernia Nukleus Pulposus (HNP) yang menjebol ke

dalam kanalis vertebralis.

- Pada perjalanan permukaan dalam dari pelvis, n. Ischiadicus

dapat terlibat dalam artritis sakroiliaca atau bursitis m.

Piriformis

- Disekitar sendi panggul n. Ischiadicus dapat terlibat dalam

peradangan entrapment neuritis

Ditinjau dari segi anatomik, ischialgia terjadi karena perangsangan

terhadap radiks yang ikut menyusun nervus ischiadicus. Dalam hal ini

lesi yang paling sering ditemukan adalah protrusio discus

intervertrebralis. Ischialgia semacam ini dikenal sebagai ischialgia

diskogenik. Selain itu ischialgia dapat timbul karena gangguan non

diskogenik, yaitu akibat perangsangan serabut-serabur sensorik

perifer yang menyusun nervus ischiadicus sehingga ischialgia dapat

dibagi dalam : 2,3,8

1. Ischialgia diskogenik, biasanya terjadi pada penderita hernia

nukleus pulposus (HNP)

2. Ischialgia mekanik

a. Spondiloarthrosis defermans

b. Spondilolistetik

c. Tumor cauda

9
10

d. Metastasis carsinoma di corpus vertebrae lumbosakral

e. Fraktur corpus lumbosakral

f. Fraktur pelvis, radang atau neoplasma pada alat- alat dalam

rongga panggul sehingga menimbulkan tekanan pada pleksus

lumbosakralis.

3. Ischailgia non mekanik (medik)

a. Radikulitis tuberkulosa

b. Radikulitas luetika

c. Adhesi dalam ruang subarachnoidal

d. Penyuntikan obat-obatan dalam nervus ischiadicus

e. Neuropati rematik, diabetik dan neuropati lainnya


2,3
Beberapa jenis ischialgia akibat berbagai lesi iritatif :

1. Ischialgia Lesi iritatif itu dapat berupa nukleus pulposus yang

menjebol ke dalam kanalis vertebralis (HNP) atau serpihannya,

osteosit pada spondilosis servikal atau spondilitis angkilopoetika,

herpes zoster ganglion spinale L4 atau L5 ataupun S1, tumor di

dalam kanalis vertebralis dan sebagainya. Pola umum iskialgia itu

adalah sebagai berikut. Nyeri seperti sakit gigi atau nyeri seperti

bisul mau pecah atau linu, nyeri hebat dirasakan bertolak dari

tulang belakang sekitar daerah lumbosakral dan menjalar menurut

perjalanan n. Iskiadiaka dan lanjutannya pada n. Peroneus komunis

dan n. Tibialis. Makin distal nyeri makin tidak begitu hebat, namun

parastesia atau hipestesia dirasakan. Oleh karena radikslah yang

terangsang, maka nyeri dan parastesia atau hipestesia sewajarnya

dirasakan di kawasan radiks bersangkutan. Segmentasi dermatoma

10
11

pada permukaan belakang tungkai tidak mudah dikenal, akan tetapi

di bagian ventral tungkai dan kaki dermatom murni radikular L3, L4,

L5, dan S1 masih dapat dikenali. Daerah dermatomal ini disebut

autonomous sensory zone. Adanya parastesia atau hipestesia pada

kawasan ini merupakan ciri pola khusus iskialgia akibat iritasi di

sekitar radiks posterior. Secara kasar iskialgia seperti itu dikenal

juga sebagai iskialgia diskogenik, walaupun tidak semuanya

disebabkan oleh slipped disk , tetapi oleh sebab-sebab yang berada

disekitar intervertebral disk. Pada anamnesis selanjutnya dan

pemeriksaan fisik dapat diperoleh data yang berlaku untuk semua

jenis radikulopati radikulitis dan juga yang bersifat khusus.

Gambar 1.2 Herniasi Nukleus Pulposus

11
12

Gambar 1.3 Herniasi Nukleus Pulposus7

2. Ischialgia sebagai perwujudan entrapment neuritis.

Dalam perjalanan ke tepi nervus iskiadikus dapat

terperangkap dalam proses patologik di berbagai jaringan dan

bangunan yang dilewatinya, berikut beberapa proses patologik

tersebut :

a. Pleksus lumbosakralis dapat diinfiltrasi oleh sel-sel sarkoma

retroperitoneal, karsinoma ovarii atau karsinoma uteri

b. Di garis persendian sakroiliaka komponen-komponen pleksus

lumbosakralis yang sedang membentuk nervus iskiadikus dapat

terlibat dalam proses radang (sakroilitis)

c. Di foramen infrapiriformis nervus iskiadikus dapat terjebak oleh

bursitis muskulus piriformis

d. Nervus iskiadikus dapat terjebak dalam bursitis di sekitar

trokanter mayor femoris

e. Nervus iskiadikus dapat terganggu oleh adanya metastasis

karsinoma prostat di tuberositas iskiadikus.

3. Ischialgia sebagai perwujudan neuritis primer

Primary sciatic neuritis dianggap sebagai penyakit langka. Tetapi

dengan adanya NSAID yang dapat menyembuhkan iskialgia,

anggapan yang sudah baku tersebut berubah. Iskialgia yang mudah

disembuhkan dengan NSAID dapat dinamakan iskialgia benigna.

Tetapi tanpa pengobatanpun iskialgia itu dapat dijuluki sciatica a

frigore atau iskialgia rematoid. Di Indonesia, sebelum iskialgia

12
13

melanda, penderita kebanyakan sudah pernah menderita

tendovaginitis, periartritis humeroskapularis, fasitis plantaris, tennis

elbow atau golfers elbow dan lain-lain, jenis manifestasi rematisme.

Gejala utama neuritis iskiadikus primer adalah nyeri yang dirasakan

bertolak dari daerah antara sakrum dan sendi panggul, tepatnya di

foramen infrapiriforme atau insisura iskiadika dan menjalar

sepanjang perjalanan n. Iskiadikus dan lanjutannya. Berbeda

dengan iskialgia diskogenik, neuritis iskiadikus primer tidak

mempunyai kaitan dengan sakit pinggang bawah kronik. Mula

timbulnya akut atau subakut, sering berkenaan dengan diabetes

melitus, masuk angin, flu, sakit tenggorokan, nyeri dan pegal pada

persendian. Nyeri tekan positif pada penekanan terhadap

n.iskiadikus dan m. Tibialis anterior serta m. Peroneus longus.

1
2.5 Gambaran klinis

Yang harus di perhatikan dalam anamnesis antara lain :

1. Nyeri pinggang,lokasi nyeri, sudah berapa lama, mula nyeri, jenis

nyeri (menyayat, menekan, dll), penjalaran nyeri, intensitas nyeri,

pinggang terfiksir, faktor pencetus, dan faktor yang memperberat

rasa nyeri.

2. Kegiatan yang menimbulkan peninggian tekanan didalam

subarachnoid seperti batuk, bersin dan mengedan memprivakasi

terasanya ischialgia diskogenik

3. Faktor trauma hampir selalu ditemukan kecuali pada proses

neoplasma atau infeksi

13
14

2.6 Pemeriksaan fisik

a. Inspeksi

Perhatikan keadan tulang belakang, misalnya skoliosis, hiperlordosis

atau lordosis lumbal yang mendatar. Tulang belakang lumbosakral

memperlihatkan pembatasan lingkup gerak.3

b. Palpasi

Lakukan palpasi pada otot-otot paravertebralis untuk menemukan

adanya nyeri tekan dan spasme. Dengan sendi pangkal paha yang

berada dalam keadaan fleksi dan pasien berbaring miring pada sisi

tubuh yang lain, lakukan palpasi nervus iskiadikus. Serabut saraf

tersebut berada pada pertengahan jarak antara trokhanter mayor dan

tuber iskiadikum ketika meninggalkan rongga pelvis melalui insisura

iskiadiaka. Nyeri tekan pada nervus iskiadika menandakan hernia pada

diskus atau lesi berupa massa yang mengenai radiks saraf dan

menimbulkan nyeri tersebut. Herniasi diskus intervertebralis (herniasi

nukleus pulposus; HNP) yang paling sering terjadi di antara vertebra

L5 dan S1 atau di antara L4 dan L5 dapat menimbulkan nyeri tekan

pada prosesus spinosus, persendian intervertebralis, otot

paravertebra, insisura sakroiskiadika dan nervus iskiadika. 3 Namun

pemeriksaan fisik ini belum dapat untuk mengidentifikasi level herniasi

diskus yang sesuai dengan hasil MRI.4

c. Reflek

KPR dan atau APR

d. Pemeriksaan lain

14
15

Test Laseque

Iskialgia diskogenik dapat diprovokasi dengan mengangkat

tungkai dalam posisi lurus. Tes positif (konfirmasi iskialgia akibat

HNP) kalau iskialgia bangkit sebelum tungkai mencapai

kecuraman 70 derajat.1,7

Test kontra laseque

Bangkitnya iskialgia diskogenik pada tungkai yang terkena dapat

diprovokasi dengan mengangkat tungkai yang sehat dalam

posisi lurus.1

Test patrick

Tes ini dilakukan untuk membangkitkan nyeri di sendi panggul

yang terkena penyakit. Dengan menempatkan tumit atau

maleolus lateralis tungkai yang terkena pada lutut tungkai yang

sehat dapat dibangkitkan nyeri di sendi panggul kalau diadakan

penekanan pada lutut yang difleksikan itu.1,5,6,7

Test kontra patrick

Tindakan pemeriksaan ini dilakukan untuk menemukan lokasi

patologi di sendi sakro iliaka jika terasa nyeri di daerah bokong,

baik yang menjalar sepanjang tungkai maupun yang terbatas

pada daerah gluteal dan sakral saja. Lipatkan tungkai yang sakit

dan endorotasikan serta aduksikan. Kemudian diadakan

penekanan sejenak pada lutut tungkai itu. Nyeri yang bangkit

terasa pada garis sendi sakroiliaka bila di situ terdapat suatu

patologi.1

15
16

Test naffziger

Dengan menekan pada kedua vena jugularis dan menyuruh

pasien mengejan, tekanan intrakranial dan intratekal dinaikkan.

Karena itu iritasi yang ada terhadap radiks diperkuat, sehingga

iskialgia diskogenik dapat diprovokasi.1

Tanda bragard, tanda sicard

Dengan lutut kaku, ekstremitas bawah di fleksikan pada panggul

sampai pasien merasa nyeri, kemudian kaki didorsofleksikan

(tanda bragard), atau ibu jari didorsofleksikan (tanda sicard).

Peningkatan rasa nyeri menunjukkan penyakit radiks saraf.8

Tes valsalva

Pasien dalam posisi duduk, kemudian disuruh tutup hidng dan

mengedan. Jika pasien merasa nyeri, tes valsalva positif

2.7. Pemeriksaan penunjang

1. Foto rontgen lumbosakral

2. Elektromielografi

3. Myelografi

4. CT scan

5. MRI

2.8. Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan umum

- Tirah baring lebih kurang 2-3 minggu

- Analgetik

- NSAID

- Rehabilitasi (Mobilisasi)

16
17

Banyak strategi penatalaksanaan untuk iskialgia dibandingkan pada

review sistematis dan metaanalisis. Temuan yang didapatkan mendukung

pengobatan nonopioit, injeksi epidural, dan operasi diskus. Juga

menunjukkan bahwa manipulasi spinal , akupuntur, dan pengobatan

percobaan seperti agen biologi anti inflamasi, mungkin dilibatkan. Temuan

tidak mendukung efektifitas analgesi opioit, istirahat, terapi latihan,

edukasi (ketika dilakukan tunggal), dikektomi perkutaneus, atau traksi. 8,9

Namun demikian, Efektivitas dan tolerabilitas obat yang biasa diresepkan

untuk pengelolaan iskialgia dalam perawatan primer belum jelas. 10

b. Penatalaksanaan khusus

Diberikan sesuai dengan etiologi ischialgia

2.9. Faktor Prognosis

Faktor prognosis ini berhubungan dengan waktu untuk

kembali bekerja pada pasien dengan iskialgia. Faktor tersebut

berupa : umur, keadaan umum, riwayat iskialgia, durasi episode

iskialgia, batas gangguan iskialgia, kecemasan untuk kembali

bekerja, nyeri pinggang, dan hasil straight leg raising test. Faktor

yang mempercepat masa untuk kembali bekerja berupa usia muda,

keadan umum baik, dengan batas gangguan iskialgia rendah,

ketakutan bekerja sedikit, dan hasil straight leg raising test negatif.

Sementara riwayat iskialgia dengan episode serangan lebih dari 3

bulan, batas gangguan iskialgia besar, ketakutan untuk kembali

bekerja, disertai nyeri pinggang, akan memperlama waktu untuk

kembali bekerja, begitu pun dengan terapi bedah.11

17
18

BAB III
Status Pasien

Identitas
Nama : Tn. S.S Alamat : Jl. Raya Condet, Jakarta Timur
Jenis Kelamin : Laki - Laki Masuk : 12 April 2016
Umur : 53 tahun Keluar : 16 April 2016
Pekerjaan : Karyawan Swasta RM : 00-07-65-73
Pendidikan : SMA
Dokter : dr. Ayub L. Pattinama, Sp S.
Agama : Islam Ko-Assistant : Gabriel Fernando Mantong

Anamnesa Tanggal 12April 2016 jam 15.30 WIB

Autoanamnesa
Keluhan Utama : Nyeri pada punggung bawah
Keluhan tambahan : nyeri menjalar pada tungkai sebelah kiri.

Riwayat Perjalanan Penyakit Sekarang


Pasien datang ke Poli Saraf RS UKI dengan keluhan nyeri pada punggung bawah.
Keluhan nyeri dirasakan sejak 9 hari SMRS. Nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk
dan menjalar sampai ke kaki kiri, serta dirasakan terus menerus
sepanjang hari dan nyeri semakin berat dalam 4 hari belakangan
ini.Pasien juga merasa tungkai kirinya kebas. Keluhan bertambah berat jika pasien
meluruskan kaki kiri nya dalam posisi berdiri atau berbaring. Untuk mengurangi keluhan
pasien sedikit menekuk kaki kirinya. Awalnya , 9 hari SMRS pasien hendak mengangkat
tabung gas LPG 3 kg, dengan posisi membungkuk, tiba-tiba pasien pasien merasa seperti
tersetrum dari punggung bawah sampai ke kaki kiri. Keluhan seperti ini pernah dirasakan

18
19

pasien 4 tahun yang lalu saat pasien mengangkat semen seberat 15 kg namun tidak sampai
membuat pasien kesulitan dalam bekerja. Pasien juga mengatakan bahwa ia pernah jatuh dari
tangga dengan posisi terduduk 3 bulan yang lalu.

Riwayat Penyakit Dahulu : Kencing manis ( terkontrol )


Riwayat Penyakit Jantung : Disangkal
Makan, minum dan kebiasaan: -
Kedudukan dalam keluarga : Kepala rumah tangga

Pemeriksaan Umum 12 April 2016


Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Composmentis GCS: E4M6V5
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36,8 O C
RR : 20x/menit
Umur Klinis : 50-an
Gizi : Cukup
Stigmata : Tidak ada
Kulit : Sawo matang
Turgor : Baik
Kuku : Sianosis (-)
Kel. Getah Bening : Teraba tidak membesar
Pembuluh darah : A. Carotis : Palpasi kanan dan kiri simetris
Auskultasi : Tidak terdapat bruit

Pemeriksaan Regional
Kepala : Normocephali
Kalvarium : Tidak ada kelainan
Mata : Konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik
Hidung : Septum nasi ditengah, lapang/lapang, sekret -/-

19
20

Mulut : Tonsil T1-T1 tenang tidak hiperemis, faring tidak hiperemis


Telinga : Liang telinga lapang/lapang, serumen -/-, membran timpani
intak
Oksiput : Tidak ada kelainan
Leher : KGB teraba tidak membesar
Toraks : Pergerakan dinding dada simetris kiri-kanan
Jantung : BJ I-II Normal, gallop (-), murmur (-)
Paru-paru : BND Vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-
Abdomen : Supel, nyeri tekan (-), BU (+) 4x/menit
Hepar : Tidak teraba membesar
Lien : Tidak teraba membesar
Vesika Urinaria : Bulging (-)
Genitalia Externa : Tidak diperiksa
Extremitas : Akral hangat, CRT <2 detik, oedem (-)
Sendi-sendi : Tidak ada kelainan
Otot-otot : Tidak ada kelainan
Gerakan leher : Baik
Gerakan tubuh : Baik
Nyeri ketok : -
Nyeri sumbu :-
Pemeriksaan status lokalis:
Inspeksi :
Bentuk vertebrae : Normal
Soft tissue swelling :-
Tanda peradangan :-
Palpasi :
Nyeri tekan :+
Krepitasi :-
Perkusi :
Ketok CVA : -/-
Pemeriksaan Neurologis
Rangsang Meningen
Kaku kuduk :-

20
21

Brudzinski I :-
Brudzinski II : -/-
Lasegue : > 70o / <70o
Kernig : -/+
Refleks Fisiologis
Biceps : ++/++
Triceps : ++/++
KPR : ++/+
APR : ++/+
Refleks Patologis
Hoffman & Tromner : -/-
Babinski : - /-
Chaddock : - /-
Schaffer : -/-
Oppenheim : -/-
Gordon : -/-
Rossolimo : -/-
Mendel Bectrew : -/-
Klonus lutut : -/-
Klonus kaki : -/-
Motorik
Derajat Kekuatan Otot (0 5) :

5555 5555

5555 4444

Tonus : Normotonus
Trofi : Eutrofi
Gerakan Abnormal : (-)
Sensibilitas
Eksteroseptif
Rasa Raba : Kanan > kiri

21
22

Rasa Nyeri : Kanan > kiri


Rasa Suhu : Kanan > kiri
Propioseptif
Rasa Sikap : baik
Rasa Getar : baik
Vegetatif
Miksi : Baik
Defekasi : Baik
Salivasi : Baik
Keringat : Baik
Pemeriksaan khusus
Cross Lasegue :-/+
Patrick :-/+
Counter Patrick :-/+
Bragard :-/+
Sicard :-/+
Valsava :+
Naffziger :+

Diagnosis
Klinis : Ischialgia sinistra, Hemiparastesia tungkai sinistra, Hemiparese tungkai
sinistra
Topis : Radix posterior cabang plexus L5-S1
Etiologi : Hernia Nukleus Pulposus

Penatalaksanaan
Pro rawat inap
IVFD: I RL/ 24 jam
Diet bebas
Mm/
Eperisone HCL 3 x 50 mg (PO)

22
23

Pregabalin 1 x 75 mg (PO)
Bed rest di alas keras
Pro Foto lumbosacral AP Lateral

Resume
Seorang laki-laki datang ke Poli Saraf RS UKI dengan keluhan nyeri pada punggung
bagian bawah. Keluhan nyeri dirasakan tiba -tiba sejak 9 hari SMRS. Nyeri dirasakan
seperti ditusuk-tusuk dan menjalar sampai ke kaki kiri, serta dirasakan terus menerus
sepanjang hari dan semakin berat. Pasien juga merasa tungkai kirinya kebas disertai dengan
sensasi rasa berkurang. Keluhan bertambah berat jika pasien meluruskan kaki kiri nya dalam
posisi berdiri atau berbaring dan keluhan pasien berkurang menekuk kaki kirinya. Riwayat
penyakit dahulu Diabetes melitus. .
Status Generalis
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Composmentis GCS: E4M6V5
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36,8 O C
RR : 20x/menit
Status Neurologis
Rangsang Meningen
Kaku kuduk :-
Brudzinski I :-
Brudzinski II : -/-
Lasegue : > 70o / <70o
Kernig : -/+

23
24

Refleks Fisiologis
Biceps : ++/++
Triceps : ++/++
KPR : ++/+
APR : ++/+
Refleks Patologis
Hoffman & Tromner : -/-
Babinski : - /-
Chaddock : - /-
Schaffer : -/-
Oppenheim : -/-
Gordon : -/-
Rossolimo : -/-
Mendel Bectrew : -/-
Klonus lutut : -/-
Klonus kaki : -/-
Motorik
Derajat Kekuatan Otot (0 5) :

5555 5555

5555 4444

Sensibilitas
Rasa Raba : Kanan > kiri
Rasa Nyeri : Kanan > kiri
Rasa Suhu : Kanan > kiri
Pemeriksaan khusus LBP
Cross Lasegue : - / +
Patrick :-/+
Counter Patrick: - / +
Bragard :-/+
Sicard :-/+

24
25

Valsava :+
Naffziger :+

Pemeriksaan Laboratorium ( 14 April 2016 )


Hb : 16.0 g/dl
Leukosit : 7.5 ribu/uL
Ht : 46.6 %
Trombosit : 184 ribu/uL
Gula Darah Puasa : 131 mg/dl
Gula 2Jam PP : 213 mg/dl

Foto Lumbosakral AP Lateral

Hasil Ekspertisi Radiologi


- Struktur dan allignment baik
- Spur formation anterolateral
- Sela diskus tidak menyempit

25
26

- Pedicle baik
Kesan : Spondyloarthrosis Lumbalis
Diagnosis
Klinis : Ischialgia sinistra, Hemiparastesia tungkai sinistra, Hemiparese
tungkai sinistra
Topis : Radix posterior cabang plexus L5-S1
Etiologi : Spondyloartrosis lumbalis + Hernia Nukleus Pulposus
Penatalaksanaan
MM/ Eperisone HCL 3 x 50 mg (PO)
Pregabalin 1 x 75 mg (PO)
B.Com 1 x 1 (PO)
Metformin 2 X 500 (PO)
Bed rest di alas keras dan Pro MRI lumbosacral
FOLLOW UP (13 April 2016) PH 1
S : Nyeri punggung bawah menjalar ke tungkai kiri
O:
KU : Tampak sakit sedang
Kes : Composmentis E4M6V5
TD : 120/70 mmHg
N : 80 x/menit
S : 36,7oC
RR : 19 x/menit

Status Neurologis
Rangsang Meningen
Kaku kuduk :-
Brudzinski I :-
Brudzinski II : -/-
Lasegue : > 70o / <70o
Kernig : -/+
Refleks Fisiologis
Biceps : ++/++

26
27

Triceps : ++/++
KPR : ++/+
APR : ++/+
Refleks Patologis
Hoffman & Tromner : -/-
Babinski : - /-
Chaddock : - /-
Schaffer : -/-
Oppenheim : -/-
Gordon : -/-
Rossolimo : -/-
Mendel Bectrew : -/-
Klonus lutut : -/-
Klonus kaki : -/-

Motorik
Derajat Kekuatan Otot (0 5) :

5555 5555

5555 4444

Sensibilitas
Rasa Raba : Kanan > kiri
Rasa Nyeri : Kanan > kiri
Rasa Suhu : Kanan > kiri
Pemeriksaan khusus LBP
Cross Lasegue :-/+
Patrick :-/+
Counter Patrick :-/+
Bragard :-/+
Sicard :-/+
Valsava :+

27
28

Naffziger :+
A:
Diagnosis
Klinis : Ischialgia sinistra, Hemiparastesia tungkai sinistra, Hemiparese
tungkai sinistra
Topis : Radix posterior cabang plexus L5-S1
Etiologi : Spondyloartrosis lumbalis + Hernia Nukleus Pulposus
P:
IVFD: IRL/ 24 jam
Bed rest alas keras
Diet bebas
Mm/
- Eperisone HCL 3 x 50 mg (PO)
- Pregabalin 1 x 75 g (PO)

FOLLOW UP (`14 April 2016) PH 2


S : Nyeri punggung bawah menjalar ke kaki kiri
O:
Status Generalis
KU : Tampak sakit sedang
Kes : Composmentis E4M6V5
TD : 120/70 mmHg
N : 80 x/menit
S : 36,5oC
RR : 18x/menit

Status Neurologis
Rangsang Meningen
Kaku kuduk :-
Brudzinski I :-
Brudzinski II : -/-

28
29

Lasegue : > 70o / <70o


Kernig : -/+
Refleks Fisiologis
Biceps : ++/++
Triceps : ++/++
KPR : ++/+
APR : ++/+
Refleks Patologis
Hoffman & Tromner : -/-
Babinski : - /-
Chaddock : - /-
Schaffer : -/-
Oppenheim : -/-
Gordon : -/-
Rossolimo : -/-
Mendel Bectrew : -/-
Klonus lutut : -/-
Klonus kaki : -/-
Motorik
Derajat Kekuatan Otot (0 5) :

5555 5555

5555 4444

Sensibilitas
Rasa Raba : Kanan > kiri
Rasa Nyeri : Kanan > kiri
Rasa Suhu : Kanan > kiri
Pemeriksaan khusus LBP
Cross Lasegue : - / +
Patrick :-/+
Counter Patrick: - / +

29
30

Bragard :-/+
Sicard :-/+
Valsava :+
Naffziger :+
A:
Diagnosis
Klinis : Ischialgia sinistra, Hemiparastesia tungkai sinistra, Hemiparese
tungkai sinistra
Topis : Radix posterior cabang plexus L5-S1
Etiologi : Spondyloartrosis lumbalis + Hernia Nukleus Pulposus
P:
IVFD: IRL/ 24 jam
Diet bebas
Bed rest alas keras
Mm/
Eperisone HCL 3 x 50 mg (PO)\
Pregabalin 1 x 75 mg (PO)
Pro MRI lumbosacral

FOLLOW UP ( 15 April 2016) PH 3


S : Nyeri punggung bawah menjalar ke kaki kiri sedikit berkurang
O:
Status Generalis
KU : Tampak sakit sedang
Kes : Composmentis E4M6V5
TD : 120/80 mmHg
N : 74x/menit
S : 36,8oC
RR : 18x/menit

Status Neurologis
Rangsang Meningen

30
31

Kaku kuduk :-
Brudzinski I :-
Brudzinski II : -/-
Lasegue : > 70o / <70o
Kernig : -/+
Refleks Fisiologis
Biceps : ++/++
Triceps : ++/++
KPR : ++/+
APR : ++/+
Refleks Patologis
Hoffman & Tromner : -/-
Babinski : - /-
Chaddock : - /-
Schaffer : -/-
Oppenheim : -/-
Gordon : -/-
Rossolimo : -/-
Mendel Bectrew : -/-
Klonus lutut : -/-
Klonus kaki : -/-
Motorik
Derajat Kekuatan Otot (0 5) :

5555 5555

5555 4444

Sensibilitas
Rasa Raba : Kanan > kiri
Rasa Nyeri : Kanan > kiri
Rasa Suhu : Kanan > kiri
Pemeriksaan Iskialgia

31
32

Cross Lasegue : - / +
Patrick :-/+
Counter Patrick: - / +
Bragard :-/+
Sicard :-/+
Valsava :+
Naffziger :+
A:
Diagnosis
Klinis : Ischialgia sinistra, Hemiparastesia tungkai sinistra, Hemiparese
tungkai sinistra
Topis : Radix posterior cabang plexus L5-S1
Etiologi : Spondyloartrosis lumbalis + Hernia Nukleus Pulposus
P:
IVFD: IRL/ 24 jam
Diet bebas
Bed rest alas keras
MM/
Eperisone HCL 3 x 50 mg (PO)
Pregabalin 1 x 75 mg (PO)
Pro MRI lumbosacral

FOLLOW UP( 16 April 2016) PH 4


S : Nyeri punggung bawah menjalar ke kaki kiri sudah sedikit berkurang
O:
Status Generalis
KU : Tampak sakit sedang
Kes : Composmentis E4M6V5
TD : 120/70 mmHg
N : 80 x/menit
S : 36,7oC
RR : 19 x/menit

32
33

Status Neurologis
Rangsang Meningen
Kaku kuduk :-
Brudzinski I :-
Brudzinski II : -/-
Lasegue : > 70o / <70o
Kernig : -/+
Refleks Fisiologis
Biceps : ++/++
Triceps : ++/++
KPR : ++/+
APR : ++/+
Refleks Patologis
Hoffman & Tromner : -/-
Babinski : - /-
Chaddock : - /-
Schaffer : -/-
Oppenheim : -/-
Gordon : -/-
Rossolimo : -/-
Mendel Bectrew : -/-
Klonus lutut : -/-
Klonus kaki : -/-
Motorik
Derajat Kekuatan Otot (0 5) :

5555 5555

5555 4444

Sensibilitas
Rasa Raba : Kanan > kiri
Rasa Nyeri : Kanan > kiri

33
34

Rasa Suhu : Kanan > kiri


Pemeriksaan khusus
Cross Lasegue : - / +
Patrick :-/+
Counter Patrick: - / +
Bragard :-/+
Sicard :-/+
Valsava :+
Naffziger :+
A:Diagnosis
Klinis : Ischialgia sinistra, Hemiparastesia tungkai sinistra, Hemiparese
tungkai sinistra
Topis : Radix posterior cabang plexus L5-S1
Etiologi : Spondyloartrosis lumbalis + Hernia Nukleus Pulposus
P:
Bed rest alas keras
Bawa hasil MRI Lumbosakral, kontrol Senin ke poli dr.Ayub jam 09.00 WIB
Mm/
Eperisone HCL 3 x 50 mg (PO)
Pregabalin 1 x 75 mg (PO)
B.Com 1 x 1 (PO)
Metformin 3 X 500 mg (PO)

Daftar Pustaka

1. Mardjono, Mahar, Priguna, Sidarta. 2010. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta:


Dian Rakyat

34
35

2. Wheeler, Anthony H. 2013. Low Back Pain and Sciatica. Melalui


http://emedicine.medscape.com/article, di akses pada tanggal 14 April
2016

3. Bickley, Lynn S. 2009. BATES Buku Ajar Pemeriksaan Fisik dan Riwayat
Kesehatan. Jakarta: penerbit buku kedokteran EGC

4. Revinoja, Anni E, Marcus V. Paananin, et al.2011. Sport, Smoking, and


Overweight during Adolhood: A 28 year follow up Study of Birth Cohort.
American Journal of Epidemiology, Vol 173 No. 8, diakses tanggal 14
April 2016

5. Ashworth, J, K. Konstantine, at al. 2014. Predictors of Poor outcome in


Sciatica : a Systemic review of literature. British editional society of
bone and joint. Orthopedic Proceeding Print

6. Hancock, Mark J, Koes, Bart, at al. 2011. Diagnostic accuracy of the


Clinical Examination in Identifying the level of Herniation in Patiens with
Sciatica. Spine journal, volume 36, issue 11, p E712-E719

7. Hsu, Philip S, Carnel Armon, Kerry levin. 2011. Lumbosacral


Radiculopathy : Pathophysiology, Clinical Features, and Diagnosis.
Diakses dari www.Physiologie.uni-maiz.di/physio.mittman/ThalfallZ3.pdf
pada tanggal 14 April 2016

8. Newman. 2010. Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta: penerbit buku


kedokteran EGC

9. Lewis, Ruth A, Nefyn H. Willians, at al. 2013. Comparative clinical


Effectiveness of Management Study for Sciatica: systemic review and
network meta analysis. The Spain journal, Publised 3 oct 2013

35
36

10. Pinto, Rafael Zambelli. 2012. Drugs for relief of Pain in Patients with
Sciatica: Systematic review and Meta-analysis. BMJ

11. Grovie, Lars, Anne J. Haugin. 2013. Prognostic Factors for Return to
work in patients with Sciatica. The spine Journal, Vol 13, issue 12, page
1849-1857

36

Anda mungkin juga menyukai