Anda di halaman 1dari 18

Manajemen Fisioterapi pada Cedera Nervus Ischiadicus

“ Gangguan Aktivitas Fungsional Tungkai kanan akibat


Ischialgia karena Spasme M. Piriformis“

Oleh Kelompok V
Alprida Patabang
Harnindah
Muh. Khabul
Nana Aulia Masakuta
Nur Intan Sari
Rifqah Nurfuadah
Nur Purnama Sari
Syahyu Ratih Fahria Madu

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR

JURUSAN FISIOTERAPI

PRODI D.IV 2016


1. Pengertian dan Prevelensi

Ischialgia atau sciatica secara umum diartikan sebagai nyeri menjalar ke bawah
sepanjang perjalanan saraf ischiadiskus. (Cailliet, 1981).Rasa nyeri sering ditimbulkan
setelah melakukan aktifitas yang berlebihan, terutama banyak membungkukkan badan atau
banyak berdiri dan berjalan. Rasa nyeri juga sering diprovokasi karena mengangkat barang
yang berat. Kadang nyeri menjalar dari pantat sampai ke bawah tungkai dan kaki.Nyeri terasa
disertai kasemutan dan pegal-pegal pada pantat dan tungkai. Jika dibiarkan maka lama
kelamaan akan mengakibatkan kelemahan anggota badan bawah / tungkai bawah yang
disertai dengan mengecilnya otot-otot tungkai bawah tersebut.

Nyeri yang terasa sepanjang tungkai dinamakan Ischialgia.Di tinjau dari arti katanya,
maka Ischialgiaialah nyeri yang terasa sepanajang nervus ischiadiskus. Berkas saraf yang
memilki nama tersebut seberkas sensorik dan motorik yang meninggalkan pleksus
lumbosakralis dan menuju ke foramen infrapiriforme dan keluar pada permukaan belakang
tungkai di pertengahan lipatan pantat. Pada aspek spasium poplitea bercabang dua dan lebih
jauh ke distal sehingga tidak ada berkas saraf yang memilki nama nervus
ischiadiskustersebut. Nama kedua cabang itu yang meruapakan lanjutan nervus
ischiadiskusialah nervus peroneus komunis dan nervus tibialis.Oleh karena itu
Ischialgiaharus didefinisikan sebagai nyeri yang terasa sepanajang nervus ischiadiskusdan
lanjutannya sepanjang tungkai.

Nyeri punggung bawah dan iskialgia adalah nyeri atau hipoestesi di area pantat dan paha
bagian posterior dengan sesekali menjalar ke tungkai bawah; merupakan keluhan umum
dengan insidensi sekitar 60–90% selama hidup seseorang.Frekuensi sindrom piriformis
diperkirakan hampir 6% dari total kasus Ischialgiadalam praktek dokter keluarga di AS,
sementara di Indonesia belum ada dataBeberapa laporan menunjukkan rasio angka kejadian
perempuan disbanding laki-laki 6:1.
2. Anatomi dan Fisiologi

Saraf spinalis L4-S3 pada fossa poplitea membelah dirinya menjadi saraf perifer yakni N.
tibialis dan N. poreneus.N ischiadicus keluar dari foramen ischiadicus mayor tuberositas
anterior 1/3 bawah dan tengah dari SIPS kebagian dari tuberositas ischii.
Tengah 2 antara tuberositas ischii dan trochanter yaitu pada saat n. ischiadicus keluar dari
gluteus maximus berjalan melalui collum femoris.Sepanjang paha bagian belakang sampai
fossa poplitea.
Cakupan dari regio pinggang sebagai berikut :
 Thoraco lumbal ( Th 12-L1 )
 Lumbal ( Pinggang Atas )
 Lumbal sacral ( Pinggang bawah )
 Sacroiliaca Joint ( tulang pantat )
 Hip Joint ( Sendi Bongkol Paha )
Adapun komponen – komponen dari regio pinggang adalah kulit, otot, ruas, tulang sendi,
bantalan sendi, facet joint. Dan apabila semuanya ini mengalami gangguan maka sangat
berpotensi untuk terkena NPB yang bisa berlanjut menjadi ishialgia.
Perjalanan Nervus Ischidicus di mulai dari L4-S3, dan saraf ini memiliki percabangan
antara lain:
 N. lateral poplital yang terdapat pada caput fibula
 N. Medial popliteal yang terdapat pada fossa polpliteal
 N. Tibialis Posterior yang terdapat pada sebelah bawah
 N. Suralis/Saphenus yang terdapat pada tendon ascilles
 N. Plantaris Yang berada pada telapak kaki
Tulang belakang merupakan bangunan yang kompleks yang dapat dibagi menjadi 2
bagian.Dibagian ventral terdiri dari korpus vertebra yang dibatasi satu dengan lainnya oleh
diskus intervertebra dan ditahan satu dengan lainnya oleh ligamentum longitudinal ventral
dan dorsal. Bagian dorsal tidak begitu kuat dan terdiri atas arkus vertebra dengan lamina dan
pedikel yang diikat satu dengan lainnya oleh berbagai ligamen diantaranya ligamen
interspinal, ligamen intertranversa dan ligamen flavum. Pada procesus spinosus dan
tranversus melekat otot-otot yang turut menunjang dan melindungi kolum vertebra. Seluruh
bangunan kolum vertebra mendapat inervasi dari cabang-cabang saraf spinal yang sebagian
besar keluar dari ruangan kanalis vertebra melalui foramen intervertebra dan sebagian dari
ramus meningeal yang menginervasi duramater. Diskus intervertebra dan nukleus pulposus
tidak mempunyai inervasi sensibel biarpun berbatasan langsung dengan ligamen longitudinal
yang mengandung serabut sensibel.
Bagian lumbal merupakan bagian tulang punggung yang mempunyai kebebasan gerak
yang terbesar. Tarikan tekanan dan torsi yang dialami pada gerakan-gerakan antara bagian
toraks dan panggul menyebabkan daerah ini dapat mengalami cedera lebih besar daripada
daerah lain, biarpun tulang-tulang vertebra dan ligamen di daerah pinggang relatif lebih
kokoh. Perbedaan hentakan antara tulang dengan jaringan dalam peranan mereka sebagai
sendi pendukung akan menyebabkan penyakit yang karakteristik unik pada daerah yang
bersangkutan. Sebagian besar lesi pada diskus lumbal adalah mengenai jaringan lunak dan
sering sekali menghasilkan protrusi inti (nucleus) yang kemudian menekan akar saraf.
N. Ischiadicus mempersarafi:
 M. Semitendinosus
 M. Semimbranosus
 M. Biceps Femoris
 M. Adduktor Magnus
N. Poroneus Mempersarafi
 M. tibialis anterior
 M. ekstensor digitorum longus
 M. ekstensor halluci longus
 M. digitorum brevis
 M. poroneus tertius
N. Tibialis Mempersarafi
 M. gastrocnemius
 M. popliteus
 M. soleus
 M. plantaris
 M. tibialis posterior
 M. fleksor digitorum longus
 M. fleksor hallucis longus

3. Etiologi

Di tahun 1928, Yeoman menyebutkan bahwa 36% kasus ischialgia ditransmisikan


melalui musculus piriformis.Terjadinya ischialgia disebabkan saraf ischiadikus yang
mengalami tekanan oleh otot piriformis bisa akibat trauma pada otot piriformis, hipertropi
otot piriformis, inflamasi kronik, bursitis tendon piriformis, dll, sehingga perjalanan impuls
pada saraf ischiadikus serta daerah-daerah yang dipersarafinya terganggu.

Menurut Sidharta (1984), penyebab ischialgia dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a) Ischialgia sebagai perwujudan neuritis primer

Ischialgia sebagai perwujudan neuritis primer adalah adanya peradangan pada


saraf ischiadikus. Ischialgia ini sering berhubungan dengan diabetes melitus (DM), masuk
angin, flu, sakit kerongkongan dan nyeri pada persendian. Ischialgia ini dapat disembuhkan
dengan menggunakan NSAID (Non-Steroid Anti Inflammatory Drugs). Gejala utama Neuritis
Ischiadikus primer adalah adanya nyeri yang dirasakan berasal dari daerah antara sacrum dan
sendi panggul, tepatnya pada Foramen Infrapiriforme atau Incisura Ischiatika dan menjalar
sepanjang perjalanan n. Ischiadikus dan lanjutannya pada n. Peroneus Communis dan n.
Tibialis. Neuritis Ischiadikus primer timbul akut, sub akut dan tidak berhubungan dengan
nyeri punggung bawah kronik. Neuritis Ischiadikus dapat diketahui dengan adanya nyeri
tekan positif pada n. Ischiadikus, m. Tibialis anterior dan m. Peroneus Longus.

b) Ischialgia sebagai perwujudan entrapment radikulitis dan radikulopati

Ischialgia ini dapat terjadi karena Nucleus Pulposus yang jebol ke


dalam KanalisVertebralis akibat Hernia Nucleus Pulposus (HNP, osteofit atau peradangan
(rematoid spondilitis angkilopoetika, herpes zoster, tuberkulosa) atau karena adanya tumor
pada kanalis vertebralis.
Pada kasus ini pasien akan merasakan nyeri hebat, dimulai dari daerah lumbosacral menjalar
menurut perjalanan n. Ischiadikus dan lanjutannya pada n. Peroneus Communis dan n.
Tibialis. Makin ke distal nyeri akan berkurang, ini disebabkan karena radiks saraf yang
terangsang sehingga nyeri yang dirasakan akan berkurang. Ischialgia ini dikenal
sebagai Ischialgia Disgonik.

Data-data yang dapat diperoleh untuk mengetahui adanya Ischialgia Radikulopati antara lain:
(1) Nyeri punggung (Low Back Pain), (2) Adanya peningkatan tekanan di dalam
ruang arachnoidal, seperti: batuk, bersin dan mengejan, (3) Faktor trauma, (4) Lordosis
Lumbosacral yang berkurang, (5) Adanya keterbatasan Lingkup Gerak Sendi
(LGS) lumbosacral, (6) Nyeri tekan pada lamina L4, L5 dan S1, (7) Tes Laseque selalu
positif, (8) Tes Nffiger hampir selalu positif.

c) Ischialgia sebagai perwujudan dari entrapment neuritis

Ischialgia ini terjadi karena n. Ischiadikus terperangkap oleh proses patologis yang terjadi di
berbagai jaringan yang dilewatinya. Jaringan tersebut antara lain: (1) Pleksus
Lumbosakralis yang diinfiltrasi oleh sel-sel sarcoma eproperitonial, karsinoma
uteri dan ovari, (2) Garis persendian sakroiliaka dimana bagian-bagian dari pleksus
lumbosakralis sedang membentuk n. Ischiadikus mengalami peradangan (sakrolitis),
(3) Bursitis di sekitar trochantor mayor femoris, (4) Bursitis pada bursa m. Piriformis, (5)
Adanya metatasis karsinoma prostat di tuber ischii.

Tempat dari proses patologi primer dari ischialgia ini dapat diketahui dengan adanya nyeri
tekan dan nyeri gerak. Nyeri tekan dapat dilakukan dengan penekanan langsung pada sendi
panggul, trochantor mayor, tuber ischii dan spina ischiadika. Sedangkan nyeri gerak dapat
diprovokasi dengan cara melakukan tes patrick dan kontra patrick. Cara pelaksanaan dari tes
patrick adalah pasien tidur terlentang dengan knee fleksi dan tumit diletakkan di atas lutut
tungkai yang satunya. Kemudian lutut yang fleksi tadi ditekan ke bawah. Pemeriksaan ini
bertujuan untuk merangsang nyeri pada sendi panggul. Sedangkan tes kontra patrick
kebalikan dari tes patrick, caranya knee fleksi dengan arah gerakan endorotasi dan adduksi,
kemudian knee didorong ke medial. Tes ini untuk membuktikan adanya kelainan pada sendi
sakroilliaka.
4. Patologi

Maggs (2010) berpendapat bahwa salah satu penyebab sindroma piriformis adalah
cedera.Otot piriformis sangat rentan untuk terjadi cedera berulang akibat gerakan (repetitive
motion injury / RMI).RMI terjadi apabila otot bekerja diluar kemampuannya, atau tidak
diberi cukup waktu untuk fase recovery, akibatnya, otot menjadi memendek (Maggs, 2010).

Spasme yang terjadi pada musculus piriformis, selain mengiritasi dapat pula
menekan nervus ischiadicus. Hal tersebut terjadi karena apabila otot piriformis memendek,
maka n.ischiadicus terjebak. Akibatnya aliran / suplai darah ke .ischiadicus pun terhambat,
sedangkan iritasi terjadi akibat tekanan oleh otot piriformis tersebut ( Cluett,
2004). Penekanan pada serabut N. Ischiadicus ini akan memberikan perangsangan, sehingga
akan menimbulkan nyeri yang bertolak dari daerah otot piriformis menjalar sampai tungkai
dan nyeri ini dirasakan hanya pada satu tungkai saja, karena ada nyeri kemudian timbul
spasme pada otot-otot yang dilewati seperti m.Gluteus, m. Triscep Surae, m. Hamstring dan
otot-otot para vertebra lumbosakra.

Ischialgia oleh karena adanya penekanan saraf Ischiadicus menyebabkan nyeri seperti
“sakit gigi” (berdenyut ) seperti bisul mau pecah dan linu. Nyeri hebat dirasakan bertolak dari
daerah pantat dan menjalar menurut perjalanan nervus Ischiadicus dan lalu pada nerves
peroneus atau nervus tibialis.

5. Tanda dan Gejala Klinis

a) Nyeri
Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan eksistensinya
diketahui bila seeorang merasakannya (Tamsuri, 2007)

Menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah sensori subyektif
dan emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan kerusakan jaringan
aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan.

Nyeri merupakan keluhan utama yang dirasakan pada penderita ischialgia.Pada kasus
ischialgia akibat spasme otot piriformis, nyeri berasal dari daerah pantat dan menjalar
menurut perjalanan n. ischiadicus dan selanjutnya pada n. tibialis dan n. peroneus communis.

Adanya nyeri tersebut membuat pasien enggan menggerakkan badannya sehingga lama-
kelamaan akan menimbulkan keterbatasan gerak dan kelemahan otot.
b) Spasme Otot
Spasme otot sudah pasti terjadi pada daerah m. piriformis.Karena pada kasus ini penyebabnya
adalah spasme m. piriformis. Namun akibatnya juga bisa menimbulkan spasme pada otot lain.
Spasme biasanya mengenai m. erector spine dan pada m. quadratus lumborum. Sering
terdapat ketidakseimbangan tonus otot antara m. abductor hip dan juga antar adductor
hip. Pada m. hamstring juga kadang lebih tegang dari yang lain.

c) Gangguan Aktifitas
Pada kasus ischialgia ini gangguan aktifitas terjadi karena pada tungkai yang sakit
mengalami penurunan kekuatan otot akibat nyeri sehingga kaki yang sehat menjadi
tumpuannya.

6. Komplikasi

Komplikasi yang dapat di timbulkan pada penderita ischialgia antara lain:

a) Kekakuan sendi terjadi akibat tungkai dan kaki jarang digerakkan dalam waktu yang lama
sehingga terjadi perlengketan jaringan dan kemampuan mobilitas sendi menurun.

b) Atropi otot terjadi karena ada rasa nyeri sehingga otot tidak dikontraksikan. Hal ini akan
mempercepat proses atropi.

c) Kontraktur otot terjadi akibat tungkai dan kaki jarang digerakkan dalam waktu yang lam
asehingga terjadi perlengketan jaringan.

d) Deformitas dapat terjadi di vertebra (lordosis, skoliosis), tungkai bahkan kaki yang
disebabkan kebiasaan yang salah sebagai protaksi mengurangi nyeri.

7. Assessment Fisioterapi
A. DATA-DATA MEDIS RS
1. Diagnosis medis : Ischialgia
2. Catatan klinis :
 Tekanan darah : 130/90 mmHg
 Denyut nadi : 77 x/menit
 Pernafasan : 28 x/menit
B. PEMERIKSAN FT
1. Anamnesis
a. Anamnesis umum
Nama : Anang Hermansyah
Umur : 50 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Pegawai Negri Sipil
Alamat : Perumahan Paccerakkang Permai
b. Anamnesis Khusus
Keluhan Utama : Nyeri
Lokasi Keluhan : Tungkai Kiri
Terjadi Sejak : 5 bulan yang lalu
Sifat keluhan : Menjalar
Riwayat Perjalanan Penyakit : 5 bulan Yang lalu pasien merasakan keram
dan kaki terasa berat ketika terangkat. Karena tidak diperiksakan, pasien
berjalan pincang akhirnya memeriksakan diri ke dokter saraf.Dokter saraf
kemudian mendiagnosa Ischialgia.Pasien pun dirujuk ke poli Fisioterapi.
2. Inspeksi
a. Statis
 Bahu tampak simestris ( normal )
 Posisi pelvic tampak simestris (normal)
b. Dinamis
 Pasien berjalanan agak pincang dan lambat

3. Pemeriksaaan Fungsi

Pemeriksaan Fungsional
Tes orientasi/ Quick test
 Pasien tidak kesulitan melakukan aktifitas jongkok –berdiri
(squad and bounching)
 Flexi trunk (gerakan membungkuk) pasien merasa sedikit nyeri
a. Pemeriksaan Fungsi Gerak Dasar
1. Aktif
 Lumbal
- Fleksi : Nyeri, ROM full
- Ekstensi : Sedikit Nyeri, ROM full
- Lateral Fleksi kanan kiri : Tidak nyeri, ROM full
- Rotasi kanan/ kiri : tidak nyeri, ROM full
 Hip dan Knee
- Fleksi Hip : Nyeri, ROM terbatas
- Ekstensi Hip : Sedikit nyeri, ROM full
- Fleksi Knee : nyeri, ROM full
- Ekstensi Knee : tidak nyeri, ROM full
2. Pasif
 Lumbal
- Fleksi : tidak nyeri, ROM full
- Ekstensi : tidak Nyeri, ROM full
- Lateral Fleksi kanan kiri : Tidak nyeri, ROM full
- Rotasi kanan/ kiri : tidak nyeri, ROM full
 Hip dan Knee
- Fleksi Hip : Nyeri, ROM terbatas
- Ekstensi Hip : Sedikit nyeri, ROM terbatas
- Fleksi Knee : tidak nyeri, ROM full
- Ekstensi Knee : tidak nyeri, ROM full
4.TIMT
 Lumbal
- Fleksi : tidak nyeri, ROM full
- Ekstensi : tidak Nyeri, ROM full
- Lateral Fleksi kanan kiri : Tidak nyeri, ROM full
- Rotasi kanan/ kiri : tidak nyeri, ROM full
 Hip dan Knee
- Fleksi Hip : Nyeri, ROM terbatas
- Ekstensi Hip : Sedikit nyeri, ROM terbatas
- Fleksi Knee : tidak nyeri, ROM full
- Ekstensi Knee : tidak nyeri, ROM full

b. Pemeriksaan Spesifik
1. Straigt Leg Raising (Lasegue’s Test)
Tes ini adalah tes pasif dilakukan dalam posisi pasien tidur terlentang
dengan medial rotasi hip dan ekstensi knee. selanjutnya fleksikan hip joint
sampai timbul rasa nyeri atau ketegangan. Unilateral Straight leg raising
sampai 700 menyebakan saraf terulur maksimal 2-6mm, terutama akar
saraf L5, S1, dan S2. nyeri timbul sebelum 70ofleksi hip, cidera mungkin
pada sacroiliaca joint dan jika tes ini menimbulkan nyeri diatas 70o
mungkin cidera pada lumbal spine.
Tujuan: tes untuk mengindetifikasi patologi disc herniation dan /atau
penekanan pada jaringan syaraf.
Prosedur tes
 Pasien terlentang dengan posisi kedua hip endorotasi dan
adduksi,serta knee ekstensi,rileks.
 Praktikan meletakkan satu tangan pada anklepasien.praktikan
selanjutnya secara pasif memfleksikan hip pasien hingga pasien
merasakan nyeri atau tightness pada pinggangang atau bagian
posterior. Praktekkan kemudian secara perlahan dan hati hati
menurunkan tungkai pasien sehingga pasien tidak merasakan
nyeri atau tightness.
Posisi tes
Jika nyeri terutama di rasakan pada pinggang, maka lebih kea rah disc
herniation atau penyebab patologi penekanan pada sisi sentral.jika nyeri
terutama pada tungkai, maka patologi akan menyebabkan penekanan
terhadap jaringan saraf lebih pada sisi lateral.
Interpritasi
Positif tes mengindikasikan patologi disc herniation dan/ atau penekanan
pada jaringan saraf.

Tujuan : untuk mengetahui adanya pengendapan N. Ischiadicus


IP : Jika nyeri indikasi Penyempitan N. Ischiadicus
Hasil : Nyeri diatas 70°

2. Bragard Test
Tujuan
Tes untuk mengidentifikasi patologi pada durameter atau lesi pada spinal
cord.
Prosedur Test
Prosedur sama seperti Lasegue’s test. Bedanya pada Bragard’s test,
praktikkan menambahkan fleksi cervical pasien secara pasif, disertai
dorsofleksi ankle paien (tension yang terjadi pada area cervicothoracic
junction adalah normal dan tidak semestinya menimbulkan gejala.Jika
gejalah timbul pada lumbar, tungkai, atau lengan, berarti jaringan saraf
terlibat).Praktikkan kemudian secara perlahan dan hati-hati menurunkan
kepala dan tungkai pasien sehingga pasien tidak merasakan nyeri atau
tightness.
Positif Test
Peningkatan nyeri dengan fleksi cervical, dorsofleksi ankle, atau keduanya
mengindikasikan penguluran pada dura meter dari spinal cord atau lesi
pada spinal cord ( seperti; disc heniation, tumor, meningitis). Nyeri yang
tidak meningkat dengan fleksi servical mengindikasikan lesi pada area
hamstring (tight hamstring) atau pada lumbosacral atau area sacroiliac
joint.
Interpretasi
Posisi test mengindikasikan patologi pada dura meter atau lesi pada spinal
cord.

Tujuan : Untuk mengetahui adanya gangguan pada N. Ischiadicus


IP : Jika nyeri indikasi Penyempitan N. Ischiadicus
Hasil : Nyeri ditumit

3. Patrick Test
Tujuan
Tes untuk mendeteksi patologi pada hip, lumbar, atau S1 joint
dysfunction.
Prosedur Tes
 Pasien telentang dalam posisi comfortable.
 Praktikkan selanjutnya secara pasif menggerakkan tungkai pasien
yang di tes kea rah flexi knee ddengan menempatkan ankle di atas
knee pada tungkai pasien yang satunya
 Praktekkan kemudian memfiksasi SIAS pasien pada tungkai yang
tidak di tes dengan menggunakan satu tangan dan tangan satunya
pada sisi medial knee pasien yang di tes, lalu menekan tungkai
pasien kearah abduksi.
 Ulangi prosedur tes yang sama pada tungkai pasien yang satunya.
Positif Test
Nyeri di bagian dalam hip, lumbal, atau SI.
Interpretasi
Lokasi nyeri berkorespondensi erhadap disfungsi pada area tersebut.

Tujuan : Untuk mengetahui apakah ada joint blok pada ligament


sacroiliaca anterior
IP :
Hasil : tidak nyeri
4. Palpasi (musculus Piriformis)
teknik palpasi
 posisi pasien prone lying
 lokalisir tepi lateral sacrum dengan thumb anda
 geser thum secara lateral dan ke arah distal trochanter major
(ingat : muscle sciatic menggeletak dekat muscle belly
piriformis,untuk menghindari penekanan pada nervus ini,
palpasi mengikuti serabut olique otot .
 palpasi dan telusuri serabut otot sebagaimana
keseluruhannya menyatu dan berinsersio pada permukaan
superior dari trochantor major.
 untuk merasakan kontraksi piriformis, minta pasien secara
perlahan melakukan eksorotasi hip secara aktif.
Tujuan : Untuk mengetahui adanya spasme
Hasil : spasme pada M. Piriformis

5. VAS


0 6 10
Keterangan :
0 : tidak nyeri
1-4 : agak nyeri
 5-6 : nyeri
7-8 : lebih nyeri
9-10: sangat nyeri

C. Diagnosis Fisioterapi
“ Gangguan Aktivitas Fungsional Tungkai kanan akibat Ischialgia karena Spasme M.
Piriformis“

D. Problematik FT
Anatomical Impairment
Adalah berbagai problem yang menyerang body functions atau body structures seperti
adanya deviasi atau penurunan/hilang yang signifikan.
Yaitu: Adanya rasa nyeri pada punggung bagian bawah dan menjalar sampai ke
tungkai kanan. Sering merasa kesemutan dari daerah pinggang sampai ujung kaki.
Activity limitation
Adalah kesulitan dalam melakukan atau menyelesaikan aktivitasnya.
Yaitu: Karena pasien seorang muslim, jadi pada saat melakukan sholat (khususnya
rukuk dan sujud) pasien mengalami kesulitan. Pasien juga mengalami kesulitan dalam
hal MCK karena tidak bisa berjokngkok.
Participation Restricted
Adalah problem-problem yang dialami dalam keterlibatan pada kehidupan sehari-hari.
Yaitu: Pasien tidak bisa duduk dan berdiri lama dikantor serta tidak bisa berjalan jauh.
Pasien juga mengalami kesulitan dalam hal mengambil benda yang berada di tempat
yang tinggi dan mengambil benda yang berat.
1. Nyeri
2. Spasme M. piriformis
3. Gangguan ADL

E. Perencanaan FT
1. Tujuan jangka pajang
Mengembalikan kapasitas fisik dan fungsional tungkai kanan
2. Tujuan jangka pendek
a. Menghilangkan Nyeri
b. Menghilangkan Spasme Spasme M. Piriformis
c. Melatih ADL

F. Pelaksanaan FT
Pengertian SWD
Terapi panas penentrasi dalam dengan menggunakan gelombang elektromagnetik
frekuensi 27,12 MHz, panjang gelombang 11 m.
Tujuan Pemberian SWD
Memperlancar peredaran darah, mengurangi rasa sakit, mengurangi spasme otot,
membantu meningkatkan kelenturan jaringan lunak, mempercepat penyembuhan
radang.
Penempatan/susunan elektroda
• Kontraplanar ; paling baik, penentrasi panas kejaringan lebih dalam, dipermukaan
berlawanan dengan bagian terapi.
• Koplanar : elektroda berdampingan disisi sama dgn jarak elektroda adequat,
pemanasan superficial, jarak antara ke2 elektroda >> lebar drpd elektroda
• Cross fire treatment ; ½ terapi diberikan dgn elektroda 1 posisi, ½ terapi diberikan
elektroda posisi lain, pemanasan jaringan dlm seperti untuk organ pelvis
• Monoplanar : elektroda aktif diatas satu lesi, bila yang dituju local & dangkal
Indikasi SW
Kondisi peradangan dan kondisi sehabis trauma (trauma pd musculoskeletal), adanya
keluhan nyeri pd sistem musculoskeletal (kodisi ketegangan, pemendekan,
perlengketan otot jaringan lunak), persiapan suatu latihan/senam (untuk gangguan
pada sistem peredarah darah)
Kontraindikasi SWD
tumor ganas, kehamilan, kecendrungan terjadinya pendarahan, gangguan sensibilitas,
adanya logam di dalam tubuh, lokasi yang terserang penyakit pembuluh darah arteri.
Teknik aplikasi SWD
Pre pemanasan alat 5-10 menit, jarak antara elektroda dengan pasien 5-10 cm/1
jengkal, durasi 15-30 menit, intensitas sesuai dengan aktualitas patologi, posisikan
pasien senyaman mungkin, terbebas dari pakaian dan logam, tes sensibilitas, pasang
elektroda, pasien tidak boleh bergerak, intensitas dipertahankan sesuai dgn toleransi
pasien.

Efek Fisiologis
1) Perubahan panas/temperatu
a) Reaksi lokal/jaringan
(1) Meningkatkan metabolisme sel-sel lokal sekitar + 13% setiap kenaikan
temperatur 1º C.
(2) Meningkatkan vasomotion sphincter sehingga timbul homeostatik lokal
dan akhirnya terjadi vasodilatasi lokal.
b) Reaksi general
(1) Mengaktifkan sistem thermoregulator di hipothalamus yang
mengakibatkan kenaikan temperatur darah untuk mempertahankan temperatur
tubuh secara general.
(2) Penetrasi dan perubahan temperatur terjadi lebih dalam dan lebih luas
2) Jaringan ikat
Meningkatkan elastisitas jaringan ikat lebih baik seperti jaringan collagen
kulit, tendon, ligament dan kapsul sendi akibat menurunnya viskositas matriks
jaringan; pemanasan ini tidak akan menambah panjang matriks jaringan ikat
sehingga pemberian SWD akan lebih berhasil jika disertai dengan latihan
peregangan.
3) Otot
a) Meningkatkan elastisitas jaringan otot.
b) Menurunkan tonus otot melalui normalisasi nocisensorik, kecuali hipertoni akibat
emosional dan kerusakan SSP.
4) Saraf
a) Meningkatkan elastisitas pembungkus jaringan saraf.
b) Meningkatkan konduktivitas saraf dan meningkatkan ambang rangsang
(threshold).

1. SWD
Tujuan : sebagai preliminary exercise
Teknik : pasien tengkurap dengan SWD ditempatkan pada daerah yang nyeri
Dosis F: 3x/minggu
I : 45 watt
T : koplanar
T : 8 menit
2. Friction
Tujuan : Untuk mengurangi spasme
Teknik : Pasien tengkurap diatas bed dan Fisioterapi berada disamping bed
dengan menggunakan siku/ thumb pada firiformis
Dosis F: 3x/minggu
I : toleransi pasien
T : transversal priction
T : 15-30x repitisi
3. Streching
Tujuan : Untuk mengurangi spasme pada M. Firiformis dan meningkatkan
fleksibilitas otot
Dosis F: 3x/minggu
I : penguluran maksimal
T : pasif streching
T : 3x repitisi
G. EVALUASI
- Sesaat : pasien merasa lebih nyaman dan nyeri agak berkurang
- Berkala : setelah beberapa kali terapi pasien merasakan perubahan yang baik.
penurunan nyeri yang dirasakan baik dalam keadaan istirahat maupun pada saat
beraktivitas.
DAFTAR PUSTAKA

Sidharta, Priguna. 2010. Tata Pemeriksaan Klinis Dalam Neurologi. Jakarta: Dian Rakyat

Mardjono, Mahar dkk. 2010. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat

Wolf, De.1990. Pemeriksaan Alat Penggerak Tubuh. Houten/Zaventem: Bohn Stafleu Van
Loghum
Aras, Djohan dkk. 2014. Tes Spesifik Muskuloskeletal Disorder. Makassar: PhysioCare
Pulishing
Hasnia, Ahmad dkk. 2011. Pemeriksaan Fisioterapi Pada Ekstremitas. Kementerian RI
Politeknik Kesehehatan Makassar
http://remizapratama.blogspot.co.id/2011/01/alat-alat-yang-digunakan-pada.html

http://imphysicaltherapist.blogspot.com/2013/03/ischialgia-akibat-spasme-ototpiriformis.html

Anda mungkin juga menyukai