Dosen Pengampu:
Kelompok 4 Kelas A :
2021
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa akan
kelimpahan, rahmat, dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah tentang Proses Asuhan Fisioterapi Pemeriksaan Riwayat
Penyakit Autoanamnesa atau Alloanamnesa pada kasus Low Back Pain (LBP).
Pembuatan makalah ini merupakan suatu kewajiban bagi mahasiswa D3
Fisioterapi Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta sebagai
pemenuhan tugas pertama pada mata kuliah Pemeriksaan dan Diagnosis
Fisioterapi di semester III.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah Pemeriksaan dan Diagnosis Fisioterapi terkait pemeriksaan
Autoanamnesa maupun Alloanamnesa. Oleh sebab itu kami mengharapkan saran-
saran dan kritik yang membangun dimasa yang akan datang. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi semua pembaca pada umumnya dan rekan-rekan
fisioterapis lainnya.
Jakarta, 24 Agustus
2021
Penulis
ii
Daftar Isi
iii
Daftar Gambar
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
Indarso dan didampingi oleh Ibnu Malkan, Fajar Rahayu, Asep Saiful
Ridwa serta Sigit Pradana.
Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) disaat pandemi seperti ini pasti memiliki
faktor adanya penyebab pada kondisi duduk dalam waktu lama yang dapat
menimbulkan efek nyeri pada bagian tubuh tertentu terutama pada keluhan
muskuloskeletal seperti nyeri otot, nyeri tulang belakang dan kram. Keluhan
muskuloskeletal adalah keluhan pada otot-otot skeletal yang dirasakan oleh
seseorang sehingga dapat mengurangi efisiensi ativitas pembelajaran
maupun pekerjaan yang menyebabkan produktivitas menajadi berkurang.
Salah satu penyakit yang berhubungan dengan gangguan
musculoskeletal adalah low back pain (LBP) atau biasa orang menyebutnya
adalah sakit pinggang bagian bawah (NBP). Nyeri pinggang bawah adalah
gangguan musculoskeletal yang disebabkan oleh Penyakit atau aktivitas
yang kurang baik.
Keluhan low back pain (LBP) pada kegiatan Pembelajaran Jarak Jauh
dilingkungan Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta
diakibatkan oleh faktor seperti melakukan aktivitas pembelajaran yang lama
sekitar 7,5 jam setiap harinya.
Namun, pada kasus low back pain (LBP) sendiri ada kalanya tidak
mampu menopang tubuh yang terlalu lama dalam posisi duduk yang tidak
statis sehingga dapat menyebabkan kerusakan seperti cedera tulang dan
saraf spinal didalamnya. Kondisi ini biasanya dikenal dengan istilah
musculoskeletal disorders (MSDs). Musculoskeletal disorders adalah
cedera dan gangguan yang bisa terjadi pada otot, tendon, ligamen, dan sendi
akibat paparan faktor risiko yang dapat menyebabkan sejumlah kondisi
seperti nyeri, pegal-pegal, kesemutan dan kadang-kadang bisa mengalami
kelumpuhan
2
1.2. Identifikasi Masalah
1.4. Manfaat
3
anatomi fisiologi dan mengetahui modalitas apa yang cocok untuk
menangani kasus penyakit seperti low back pain (LBP).
Bagi Institusi
Dapat berfungsi bagi institusi-institusi kesehatan agar dapat
mengembangkan ilmu pengetahuan dan kemampuan dalam
mempelajari, menganalisa serta mengambil suatu kesimpulan terhadap
kasus-kasus yang sedang dipelajari sehingga dapat menerapkan kepada
lingkungan masyarakat agar kasus tersebut dapat ditangani dengan baik
dan benar.
Bagi Masyarakat
Untuk memberi dan menyebarluaskan informasi bagi masyarakat luas
tentang kasus low back pain (LBP) serta memperkenalkan peran
fisioterapi dalam menangani tersebut dengan modalitas yang akan
digunakan, sehingga masyarakat mengetahui upaya-upaya
pencegahannya.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Low back pain (LBP) adalah nyeri pada punggung bagian bawah
yang dapat diakibatkan oleh berbagai sebab antara lain karena beban
berat yang menyebabkan otot-otot yang berperan dalam
mempertahankan keseimbangan seluruh tubuh mengalami luka atau
iritasi pada diskus intervertebralis dan penekanan diskus terhadap
saraf yang keluar melalui antar vertebra. Low back pain juga dianggap
sebagai suatu sindroma nyeri yang terjadi pada punggung bagian
bawah dan merupakan work related musculoskeletal disorders
Low back pain (LBP) terjadi karena gangguan biomekanik
vertebra lumbal akibat perubahan titik berat badan dengan kompensasi
perubahan posisi tubuh dan akan menimbulkan nyeri. Ketegangan
(strain) otot dan keregangan (sprain) ligamentum tulang belakang
merupakan salah satu penyebab utama LBP. Bila seseorang duduk
dengan tungkai atas berada pada posisi 90°, maka daerah lumbal akan
menjadi mendatar keluar yang dapat menimbulkan keadaan kifosis.
Keadaan ini terjadi karena sendi panggul yang hanya berotasi sebesar
60°, mendesak pelvis untuk berotasi ke belakang sebesar 300 untuk
menyesuaikan tungkai atas yang berada pada posisi 90°.
5
Tulang vertebra lumbal tersusun 5 vertebra yang bersendi satu
sama lain yang berperan penting dalam menjalankan fungsinya untuk
menyangga tubuh dan alat gerak tubuh. Susunan tulang vertebra
secara umum terdiri dari corpus, arcus, dan foramen vertebra.
Dilihat dari kiri, atas, dan dorsal. Semua ruas tulang belakang
(kecuali vertebra I dan II-atlas dan axis) mengikuti suatu rancang
bangun dasar yang seragam dan tersusun dari elemen-elemen struktur
sebagai berikut :
Sebuah badan tulang belakang (Corpus vertebrae)
Sebuah lengkung (busur) tulang belakang (Arcus vertebrae)
Sebuah taju (Processus spinosus)
Dua taju melintang (Processus tranversi atau costales)
Empat taju sendi (Proc.articurales)
Keterangan Gambar :
6
Gambar 2.5 Gambar 2.6
Os Sacrum dan Os Coccygeal Tulang belakang
(Bagian Dorsal)
a. Corpus
Corpus atau badan vertebra dan posterior disebut arkus neuralis
yang melingkari canalis neuralis (foramen vertebra) yang
dilalui medulla spinalis. Corpus merupakan bagian memanjang
di bagian tengah berbentuk silindris pada bagian proksimal dan
media serta akan berubah menjadi bentuk triangular dan
mendatar
b. Arcus
Arcus merupakan lengkung simetris di kanan dan kiri, arcus
aorta merupakan bagian dari aorta yaitu pembuluh darah utama
yang keluar dari ventrikel kiri jantung.
c. Foramen Vertebra
Foramen vertebralis ini membentuk suatu saluran yang disebut
kolumna vertebralis, Pada vertebra yang khas, foramen
vertebral adalah foramen (pembukaan) yang dibentuk oleh
segmen anterior (tubuh), dan bagian posterior, lengkungan
vertebral. Dalam foramen ini sumsum tulang belakang dan
meningen terkait ditempatkan.
d. Stabilitas (Otot-Otot)
Otot yang menjadi komponen stabilitas postural terkoneksi
melalui fascia, dan otot superficial. Pada ekstensi punggung
membutuhkan aksi gabungan dari beberapa otot yang
terhubung, bukan satu otot untuk menjaga stabilitas postural.
Saat menstimulasi sistem periferal dan sistem saraf pusat
sehingga membantu kinerja sistem muskuloskeletal dalam
7
mengatur kemampuan stabilitas postural. Hipertrofi dapat
meningkatkan kekuatan otot sehingga stabilitas postural lansia
dapat meningkat.
Ket Gambar :
Tractus Medialis
M.eroctris spinae :
1. Mm.Interspinalis cervicis
2. Mm.Interspinalis lumborum
3. M.spinalis thoracic
4. M.spinalis cervices
Ket. Gambar :
Tractus Medialis
M.eroctris spinae :
5. Mm.rotatores breves
6. Mm.rotatore longi
7. M.Multifidus
8. M.semispinalis thoracis
9. M.semispinalis cervics
10. M.semispinalis capitis
BAB III
8
RENCANA PENATALAKSANAAN STUDI KASUS
1. Anamnesis
Anamnesis adalah salah satu cara pengumpulan data dengan
cara pemeriksaan yang dilakukan dengan wawancara kepada,
metode ini dilakukan untuk menegakkan diagnosa yang didapatkan
dari anamnesa. Anamnesis dibagi menjadi dua jenis, yaitu
autoanamnesis dan alloanamnesis. Autoanamnesis adalah
wawancara medis yang dilakukan secara langsung antara
fisioterapis dan pasien itu sendiri, sedangkan alloanamnesis
dilakukan oleh fisioterapis dengan keluarga pasien yang membawa
pasien tersebut ke fisioterapis. Alloanamnesis sangat dibutuhkan
jika berhubungan dengan anak kecil atau bayi, orang tua lansia, dan
pasien sakit jiwa. Menurut penelitian, data anamnesis
dikelompokkan menjadi enam bagian data penting, yaitu identitas
pasien, riwayat penyakit sekarang (didahului dengan keluhan
utama), riwayat penyakit dahulu, anamnesis sistem, riwayat
kesehatan keluarga, dan riwayat 7 pribadi terkait sosial, ekonomi,
dan budaya. Data identitas pasien berisi nama, umur, jenis kelamin,
pekerjaan, alamat, status perkawinan, agama, dan suku bangsa.
Riwayat Penyakit Sekarang (RPS) dimulai dari akhir masa sehat
secara kronologis waktu, lalu dicatat setiap keluhan pasien dengan
mendeskripsikan perjalanan penyakitnya, dan data yang ditulis
sebaiknya meggunakan kata-kata atau bahasa dari pasien itu sendiri
9
Anamnesis dikelompokan menjadi :
Anamnesis umum
Anamnesis ini berupa keterangan tentang nama, umur,
jenis kelamin, agama, hobi, pekerjaan, dan alamat pasien
Anamnesis khusus
a. Keluhan utama
Untuk mendapatkan anamnesis ini harus menanyakan
kepada pasien terkait dengan keluhannya. Misalnya nyeri pada
punggung bagian bawah dan lain sebagainya
b. Riwayat penyakit sekarang.
Hal ini mencangkup tentang keluhan pasien yang
membuat pasien datang ke tempat palayanan kesehatan
(fisioterapi) untuk mencari pengobatan. Misalnya nyeri
pinggang.
c. Riwayat penyakit terdahulu.
Berisikan ringkasan tentang latar belakang riwayat pasien
terdahulu yang pernah dialami sebelum penyakit sekarang.
d. Riwayat keluarga dan riwayat pribadi
Meliputi apakah ada anggota keluarga yang pernah
mengalami penyakit serupa. Sedangkan, riwayat pribadi
berhubungan dengan hobi dan aktivitas sehari - hari pasien
yang dapat menimbulkan keluhan pada pasien.
2. Pemeriksaan obyektif
Pemeriksaan vital (Tekanan darah, denyut nadi, temperature,
dan pernapasan)
Inspeksi (melihat dan mengamati pasien) pada kondisi ini perlu
dilihat posturenya, mimic wajah pasien saat dating, cara
berjalannya.
Palpasi (memegang, menekan, dan meraba pasien) dilihat
apakah ada nyeri, spasme otot, benjolan di punggung bawah.
Pemeriksaan kognitif, inter dan intrapersonal
10
Pemeriksaan fungsional dan lingkungan aktivitas. Untuk
mengetahui kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas
sehari-hari. Misalnya mampu untuk berdiri lalu berjongkok,
posisi duduk dan nberdiri lama, membungkuk kedepan dan
belakang dan lain sebagainya.
11
4. Pemeriksaan spesifik
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melengkapi informasi yang
belum jelas pada pemeriksaan dasar. pemeriksaan spesifik anatar
lain pengukuran lingkup sendi dengan midline dan Pemeriksaan
nyeri dengan VDS
1. Infrared
Pertama – tama terapi mempersiapkan dan mengecek alat sebelum
digunakan. Sebelum dilakukan terapi dengan infrared pasien diberikan
penjelasan terlebih dahulu mengenai kontraindikasi dan tujuan
mengunakan terapi ini. Jangan lupa untuk melakukan tes panas dingin
pada daerah yang ingin diterapi untuk memastikan ada tidak nya
sensibilitas. Posisi pasien tengkurap dengan kepala dan dibawah kaki
diberikan bantal supaya merasakan nyaman dan saat melakukan terapi
pakaian didaerah yang akan diterapi harus dilepa (pingang). Lampu IR
sejajar dengan lumbal dengan waktu 15 menit dengan jarak 35 cm,
kemudian cek dengan menanyakan langsung ke pasien apakah sudah
mulai hangat. Perhatikan juga kabel tidak boleh bersilangan dan
bersentuhan dengan pasien. Setelah selesai terapi matikan alat dan
tanyakan kepada pasien apakan nyeri berkurang dibandingkan
sebelumnya dan amati juga apa ada tanda kemerahan karena terlalu
panas
2. Message
Persiapkan alat yaitu minyak (pelicin), bed, selimut, bantal, dan
gulung. Perintahkan pasien untuk tidur posisi tengkurap lalu olekan
pelicin pada punggung pasien. Sentuh langsung punggung pasien
dengan kedua tanggan dan ratakan pelicin ke permukaan punggung
pasien. Gerakan message yaitu stroking friktion Effleurage, vibratrion
pada punggung dilakukan dengan usapan kedua tangan dengan tekanan
12
yang toleransi dengan pasien dengan gerakan dari arah distal ke
proksimal dengan tekanan yang kuat, lalu kembali lagi kearah distal
dengan tekanan yang minimal
13
3.3. Evaluasi
Evaluasi fisioterapi merupkan asesmen ulang dengan
mempertimbangkan klinis setelah melakukan intervensi fisioterapi dalam
periode tertentu yang dapat menunjukan adanya difungsi gerak yang
mencangkup gangguan maupun kelemahan jaringan tertentu, limitasi gerak,
ketidakmampuan dan sindrom. Evaluasi ini bertujuan agar tersedianya
pendoman bagi fisioterapis dalam menjalankan asuhan profesional agar
dapat merumuskan evaluasi pada klien yang ditanganinya.
Evaluasi dibedakan menjadi dua macam yaitu evalusi rutin dan evaluasi
periodik. Evaluasi rutin adalah evaluasi yang dilakukan sebelum, selama
dan sesudah terapi. Evaluasi ini penting bagi terapi karena dapat membantu
keberhasilan dan menghindari hal yang tidak diinginkan selama melakukan
terapi. Sedangkan evaluasi periodik adalah evaluasi yang dilakukan setelah
6 kakli terapi. Prinsip evaluasi ini yaitu membandingkan keadaan sebelum
maupun saat pelaksanaan dan setelah dilakukan terapi. Evaluasi ini
berfungsi untuk mengetahui tingkat keerhasilan dan tujuan yang diterapkan
sekaligus menetapkan apakah perlu melakukan perkembangan modifikasi
latihan
3.4. Dokumentasi
Dokumentasi ini bertujuan untuk memudahkan fisioterapi maupun
tenaga medis lain untuk melakukan terapi dan tindakan lanjut yang akan
dilakukan sesuai dengan bidangnya. Sehingga, dokumentasi merupakan
bagian dari proses fisioterapi yang berbentuk tulisan atau pencatatan. Dalam
dokumentasi berikut ini hal yang perlu dicantumkan antara lain identitas
pasien, hasil pemeriksaan, dan pelaksanaan serta hasil terapi.
14
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
1. Saran yang bisa penulis berikan perlu adanya metode penilitian
lebih lanjut akan upaya proses asuhan fisioterapi dalam
pemeriksaan riwayat penyakit baik autoanamnesa maupun
alloanamnesa pada kasus low back pain.
2. Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, maka dari itu kritik dan saran bisa diberikan kepada
kami
15
3. Dalam menulis diharapkan penulis dapat mengkaji berbagai
permasalahan yang terjadi dalam masyarakat saat ini sehingga
makalah dapat menjadi menarik dan bermanfaat bagi para pembaca
Daftar Pustaka
Priyambodo, Hanung. 2008. Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kondisi Low Back
Pain Miogenik Di Rsud Boyolali. Surakarta: Universitas Muhammadiyah
Surakarta
https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/download/1442/127
7
Buku Atlas Anatomi Umum dan Siatem Gerak Manusia
https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/16371/05.2%20bab
%202.pdf?sequence=7&isAllowed=y#:~:text=Anamnesis%20dibagi%20menjadi
%20dua%20jenis,dokter%20(Markum%2C%202000).
https://www.e-journal.unair.ac.id/MBIO/article/view/15968
16