FADLY
PO.71.324.1.16.1.017
i
LEMBAR PERSETUJUAN
FADLY
PO.713.241.16.1.017
Dengan Judul :
Telah disetujui oleh pembimbing Karya Tulis Ilmiah dan dapat diajuhkan dalam
ujian proposal Karya Tulis Ilmiah sebagai syarat untuk mencapai Gelar
Mengetahui,
Pembimbing I Pembimbing II
NIP.196612221990031003 NIP.197304141998031004
ii
LEMBAR PENGESAHAN
FADLY
NIM : PO.71.3.241.16.1.017
Dengan Judul :
Telah dipertahankan di depan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah D III Fisioterapi
Pada tanggal 10 April 2019
Mengetahui,
Ketua Jurusan Fisioterapi
Poltekkes Kemenkes Makassar
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
penyusunan proposal penelitian ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari berbagai
pihak. Karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Nikmat yang luarbiasa
sehingga penulis masih dalam keadaan sehat walafiat dan proposal penelitian
ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya serta Rasulullah SAW yang telah
doanya.
iv
selama menempuh Pendidikan Diploma III di jurusan Fisioterapi Politeknik
Kesahatan Makassar
dan selaku pembimbing dua yang juga dengan sepenuh hati dan senantiasa
bagi penulis.
dengan sepenuh hati dan senantiasa sabar dan telah memberikan saran,
hati dan senantiasa sabar memberikan saran, pendapat maupun arahan yang
ini.
Kemenkes Makassar yang selama ini telah mencurahkan segenap ilmu yang
proposal ini
v
10. Teman-teman dan Ni yang telah bersedia menemani penulis dan menjadi
terdapat pada proposal ini, penulis mohon maaf atas kekurangan dan kesalahan
tersebut. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifa tmembangun
kata penulis mengucapkan terima kasih semoga proposal ini bermanfaat bagi kita
semua.
Penulis
vi
DAFTAR ISI
vii
ABSTRAK
Hasil penelitian menunjukkan pada pasien A memperoleh nilai otot (2 dan -3)
menjadi (+2 dan -3) dan Pasien B memperoleh nilai otot (-2 dan 3) menjadi (2
dan 3). kemampuan berjalan pada kedua pasien tidak terjadi perubahan hal ini
disebabkan oleh Assistive active exercise,Mirror exercise dengan kombinasi
Theraband metode Motor relearning Programme dan modalitas IR yang dilakukan
selama 6 kali.
1
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
stella maris dari awal tahun 2018 sampai bulan Oktober tahun 2018 terdapat
berjalan akibat hal tersebut .Berdasarkan hal diatas, penulis tertarik untuk
Makassar.
Stroke adalah salah satu dari empat penyebab utama kematian dan
setiap tahun. Dari jumlah tersebut, sepertiga mati dan sepertiga lainnya
menjadi cacat permanen (WHO, 2004). Bergantung pada ukuran dan lokasi
lesi, penderita stroke dapat mengalami penurunan kemampuan fisik dan / atau
Drop foot (DF) adalah salah satu dari kecacatan yang sangat
mengganggu mobilitas orang-orang ini Drop foot (DF) adalah salah satu dari
Seiring dengan stroke, cerebral palsy (CP), multiple sclerosis (MS), cedera
3
otak traumatis (TBI) dan cedera tulang belakang (SCI) juga merupakan
dalam fase ayunan gaya berjalanKarena kurangnya aktivasi otot yang tepat,
mekanisme kompensasi pada sendi lain, seperti lutut atau pinggul, sering
hadir dan menghasilkan langkah kaki yang sangat khas atau gaya berjalan
mengangkat pinggul (Don, 2007). Slap foot adalah kondisi lain yang sering
penyebab drop foot murni oleh karena kelainan saraf, seperti diabetes, stroke
terperinci tentang bagaimana kerangka dan otot bekerja bersama ketika kita
berjalan kompleks pada orang dewasa dan anak-anak. Ini digunakan dalam
4
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Stroke NHS.
5
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Ilmiah
2. Manfaat Praktis.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
gangguan aliran darah dalam otak yang dapat timbul secara mendadak (dalam
beberapa detik) atau secara cepat (dalam beberapa jam) dengan gejala atau
tanda yang sesuai dengan daerah yang terganggu sebagai hasil dari infark
ke dalam otak. Bagian otak yang dipengaruhi oleh pendarahan dapat menjadi
rusak, dan darah dapat terakumulasi sehingga memberikan tekanan pada otak.
pertama kalinya, dengan angka kematian selama 30 hari dari 35% menjadi
52% dimana setengah dari angka kematian tersebut terjadi dalam 2 hari
pertama. Dalam suatu penelitian pada 1041 kasus ICH, didapatkan 50% pada
lokasi yang dalam, 35% lobar, 10% cerebelar, dan 6% pada otak (Broederick
et al, 2007).
adalah suatu kondisi dimana keadaan darah membeku atau pembuluh darah
arteri pecah pada aliran darah masuk ke daerah otak. Kurangnya oksigen dan
7
glukosa (gula) yang mengalir ke otak menyebabkan kematian sel-sel otak dan
2. Etiologi
saraf otak melalui penekanan struktur otak dan juga oleh hematom yang
pada parenkim otak itu sendiri. Penyebab perdarahan intraserebral, antara lain
tumor, vaskulitis, dan tidak diketahui (Mardjono, 2009). Lesi neuron motorik
8
1993).secara umum diantaranya gangguan sensomotorik, gangguan kognitif/
penyebab yang paling mendasar yaitu meliputi gangguan motorik yang dapat
Drop foot yang diakibatkan oleh stroke sangat umum.(David warner ,2002)
3. Patofisiologi
Pada fase akut, terjadi perubahan pada aliran darah otak, dimana pada
daerah yang terkena iskemia, aliran darah menurun secara signifikan. Secara
mikroskopik daerah yang iskemik (penumbra) yang pucat ini akan dikelilingi
oleh daerah yang hiperemis di bagian luar. Daerah ini disebut luxury
dan focus iskemik ini terdapat inti yang terdiri atas jaringan nekrotik atau
hipertensi kronik, sebagai hasil proses degeneratif pada otot dan unsure
elastic dari dinding arteri. Karena perubahan degeneratif itu dan ditambah
9
kecil setempat yang dinamakan aneurismata Charcot Bouchard.Karena sebab-
sebab yang belum jelas, aneurismata tersebut berkembang terutama pada rami
banyak dan sebagainya, aneurima kecil itu bisa pecah. Pada saat itu juga,
karena suplai darah ke otak belakang dan tengah berkurang sehinggga dapat
dorsalfleksor atau drop foot. Seseorang dengan drop foot memiliki kontrol
bawah yang dialami oleh pasien stroke merupakan gangguan motor tungkai
dimana perbaikan akan cepat sekali terjadi namun pada fase ini akan muncul
10
berangsur-angsur proses desak ruang akut menurun, aktivitas refleks spinal
2012).
1. Pengertian
ketika berjalan, hal ini di karena kelemahan maupun kelumpuhan otot dalam
jd.2008).
11
2. Etiologi
Drop foot dalam kebanyakan kasus yang melibatkan cedera perifer pada
Kelemahan ini disebabkan oleh cedera neuron motorik atas atau bawah.
Paling umum lesi motorik bagian bawah bertanggung jawab atas gejala-gejala
tersebut.
3. Patologi
pada bagian yang lebih proksimal dari saraf skiatik, atau otot-otot yang
Drop foot sangat umum disebabkan oleh keseleo yang parah dan tiba-
tiba atau memutar pergelangan kaki karena kerusakan dari gaya puntir luar
biasa yang bekerja pada saraf di bagian belakang lutut (Nobel 1966).
internal juga dapat menyebabkan Drop foot permanen. Massa jinak pada
tingkat lutut, seperti kista Baker, perkembangan ganglia saraf pada sendi
kompresi saraf terletak di lokasi yang rentan, seperti kepala fibular ( Suh et al.
12
1992), Drop foot pada umumnya bersifat unilateral. Namun jika dengan
gejala bilateral menunjukkan cedera yang lebih serius pada segmen tulang
belakang bagian bawah Hal ini di tandai saat berjalan dengan menyeret kaki
4. Anatomi
cabang yang dangkal dan dalam. Cabang dangkal perjalanan antara dua
kepala peronei dan terus ke bawah kaki bagian bawah antara tendon peroneal
awal adalah tibialis anterior , dan cabang-cabang yang tersisa adalah longus
13
C. Tinjauan Kasus Siklus Berjalan
1. Pengertian
Metode yang paling dasar untuk membagi siklus gaya berjalan yaitu terbagi
menjadi dua bagian, fase kuda-kuda dan fase ayuna. Fase kuda merupakan
bagian dari siklus gaya berjalan selama tungkai referensi bersentuhan dengan
tanah. Selama berjalan normal, bagian ini menyumbang sekitar 60% pertama
dari gaya berjalan. Divisi kedua, fase ayun, terjadi ketika anggota badan tidak
14
Kelemahan Otot yang mempengarugi pola berjalan merupakan hasil dari
proses neuron motorik atas mempengaruhi otak atau sumsum tulang belakang
atau proses neuron motorik yang lebih rendah mempengaruhi saraf perifer
kelemahan otot biasanya terkait dengan gangguan kontrol motorik, tonus otot
motorik yang lebih rendah, yang umumnya terkait dengan penurunan tonus
penyebab umum kelainan gaya berjalan. Seperti halnya semua pola berjalan
15
kelemahan dorsofleksi sering menunjukkan pinggul dan lutut yang berlebihan
fleksi dalam fase ayunan untuk mengimbangi ankle plantar fleksi atau
awal, dorsofleksi kaki tidak lengkap, dan jarak lantai tidak tergantung pada
sensorik yang lebih dalam dan gangguan gaya berjalan. Jenis-jenis neuropati
perifer ini juga mungkindikaitkan dengan gejala nyeri neuropatik yang dapat
bahwa ada izin untuk kaki selama fase ayunan. Gangguan kemampuan untuk
tanah dan awal kaki depan kontak. Kecepatan berjalan berkurang dan hati-
hati. Masalah-masalah ini lebih sulit untuk ditangani dan dikoreksi dengan
16
ortotik intervensi bertujuan untuk mengatasi kelemahan otot, perhatian
terlalu sedikit unit motor yang tersedia untuk menghasilkan kekuatan yang
diperlukan baik membuat gerakan atau melawan gravitasi yang dibuat saat
D. Tinjauan Modalitas
a. Infrared
1. Pelaksanaan pengobatan
a. Sebelum pengobatan
1) Persiapan alat
17
Perlu dipersiapkan alat serta pemeriksaan alat antara lain
pemanasan 5 – 10 menit.
2) Persiapan pasien
kacamata buram infra merah pada pasien dan terapis jika ada
b. Selama pengobatan
18
pengobatan, dengan memindahkan lampu secara hati-hati jika
berkeringat.
2. Manfaat IR
19
pembuluh darahnya. Vaso dilatasi yang dihasilkan oleh panas
yaitu:
dalam keadaan hangat dan rasa nyeri tidak ada. radiasi sinar
20
menaikkan suhu/temperatur jaringan, sehingga dengan demikian
1) Indikasi:
21
b. Arthritis seperti rhematoid arthritis, osteoarthritis, myalgia,
psoriasis.
2) Kontraindikasi
b. Thromboplebitis
22
c. Gangguan sensasi
d. Kanker
mengatur pengobatan.
3) Metode aplikasi
sedemikian rupa sehingga sinar yang berasal dari lampu jatuh tegak
23
lurus terhadap jaringan yang diobati, baik itu untuk lampu
4) Penentuan dosis
b. Terapi latihan
24
a. Assistive active exercise yaitu gerakan yang terjadi oleh karena
luar.
Caranya:
Meter
25
2) Initial Contact/Heel Strike (HO):
menyentuh landasan,
4) Midstance
bagian depan.
6) Pre-Swing (Toe-Off)
(toe-off)
26
7) Initial Swing (Acceleration)
Fase initial swing dimulai pada saat telapak kaki kanan mulai
8) Mid-Swin
a. Persiapan Pasien
27
2. Periksa yang akan di berikan latihan.
b. Pelaksanaan terapi
pasien.
c. Edukasi
28
3 Fair Gerakan full ROM, posisi melawan gravitasi
Gerakan full ROM, posisi melawan gravitasi dengan
+3 Fair plus
resisten minimum
Gerakan full ROM, posisi melawan gravitasi dengan
4 Good
resisten moderat
Gerakan full ROM, posisi melawan gravitasi dengan
5 Normal
resisten maksimum
(Sumber : Leroy lowman,1972)
yang tidak dapat disediakan oleh analisis gaya berjalan, seperti gaya berjalan
kinetik dan kinetika. Dalam hal itu di buatlah Instrumented Gait Analysis.
dan lutut dalam keadaan tertutup atau kaki lurus. Heal Strike
c) Midstance (MST)
29
d) Terminal Stance (TSt)
Fase terminal stance pada saat heel kaki kanan meninggi (mulai
e) Pre-Swing (PSw)
Fase pre-swing dimulai dengan fase initial contact (heel strike) oleh
kaki kiri dan kaki kanan berada posisi meninggalkan landasan untuk
Fase initial swing dimulai pada saat telapak kaki kanan (merah)
g) Mid-Swin(MSw)
Fase terminal swing merupakan akhir dari gait cycle, terjadi pada
a. Hip
- Stance phase
Initial Contact/Heel Strike (HO) : Quadriseps
30
Loading Response (Foot Flat) : Quadriseps
Midstance : Quadriseps , gluteus maximus dan the gluteus medius
Terminal Stance (Heel Off) : Tensor fascia latae
- Swing phase
Pre-Swing (Toe-Off) : Adductor Longus, dan Rectus Femoris
Initial Swing (Acceleration) : Iliacus, sartorius, dan gracilis
Mid-Swing : Hamstring
Terminal Swing (Decceleration) : Hamstring dan quadriceps
b. Knee
- Stance phase
Initial Contact/Heel Strike (HO) : Quadriseps
Loading Response (Foot Flat) : Hamstring
Midstance : Quadriceps
Terminal Stance (Heel Off) : Quadriceps
- Swing phase
Pre-Swing (Toe-Off) : Garcilis dan Sartorius
Initial Swing (Acceleration) : Garcilis dan Sartorius
Mid-Swing : Hamstring
Terminal Swing (Decceleration) : Hamstring
c. Ankle and foot
- Stance phase
Initial Contact/Heel Strike (HO) : Tibialis Anterior
Loading Response (Foot Flat) : Hamstring
Midstance : Fleksor digitorum longus, dan Hallucis Longus
Terminal Stance (Heel Off) : Gastrocnemius, dan Digitorum Longus
- Swing phase
Pre-Swing (Toe-Off) : Fleksor digitorum longus, dan Hallucis
Longus
Initial Swing (Acceleration) : Tibialis Anteior
Mid-Swing : Tibialis Anterior
Terminal Swing (Decceleration) : Gastrocnemius
31
Tabel 2.2 Pemeriksaan Gait Analysis
Kemajuan anggota
Rujukan Anggota Tubuh Berat badan bertambah Dukungan satu kaki
gerakan ayun
Tanpa tumit
Menyeret
= buruk
= Kurang baik
= baik
32
F. KERANGKA PIKIR PENELITI
Drop Foot
Pemeriksaan FT
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaa spesifik
4. Gait Analysis
Problematik FT
1. Anatomical impairment
kelemahan otot pada Intervensi FT
(M.Tibialis anterior)
2. Fungsional limitation 1. IR
Gangguan ADL (berdiri 2. Terapi
terlalu lam) latihan
3. Hambatan berpartisipasi
kesulitan untuk berjalan
jauh
Perubahan Pola
berjalan
33
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
studi kasus yaitu penelitian yang mendalam pada satu jenis kasus dan dua
sampel dengan memberikan perlakuan yang sama pada kedua sampel selama
1. Data Primer
a. Pemeriksaan Fisik
fisik tersebut terdiri dari :Vital sign, inspeksi dan palpasi. Kemudian
34
b. Interview
autoanamnesis.
c. Evaluasi
2. Data Sekunder
a. Studi Pustaka
b. Studi Dokumentasi
dan mempelajari data-data medis dan fisioterapi dari awal sampai akhir.
D. InstrumenPenelitian
35
E. Alur Penelitian
Observasi Penelitian
Seminar Proposal
Penatalaksanaan/Intervensi FT
36
BAB IV
1. Anamnesis
antara tenaga kesehatan lainnya dengan pasien baik secara langsung atau
Pasien
Pemeriksaan
A B
a. Anamnesis umum
1) Nama Tn. H Tn. L
2) Umur 59 Tahun 54 Tahun
3) Jenis Kelamin Laki laki Laki laki
4) Agama Budha Kristen
5) Pekerjaan Wirausaha Wirausaha
6) Alamat Jl. Peteran Jl. Sunu
b. Anamnesis Khusus
1) Keluhan utama Kelemahan separuh Kelemahan separuh
badan badan
2) Lokasi Pada sisi tubuh Pada sisi tubuh sebelah
Keluhan sebelah Kanan Kanan
3) Kapan terjadi ± 2 bulan yang lalu ± 1 tahun yang lalu
4) Riwayat Awal mulanya ketika Awal mulanya ketika
perjalanan pasien sedang pasien sedang
penyakit beraktifitas tiba tiba beristirahat sehabis
kepala terasa sakit pulang dari kerja tiba
37
dan penglihatan tiba kepala terasa sakit
memburam sampai dan keseimbangan
tak sadarkan diri terganggu sampai tak
sadarkan diri
2. Pemeriksaan Fisik
1) Vital Sign
Pasien A Pasien B
Vital sign
Pre Tes Post Tes Pre Tes Post Tes
Tekanan Darah
140/90 160/90 130/90 150/90
(mmHg)
Denyut Nadi
80 x 86x 80 x 87x
(menit)
Pernafasan
19 x 24x 18 x 27x
(menit)
Suhu (oC) 36 36.3 36 36.7
(Sumber : Data primer 2019)
38
2) Inspeksi
Pemeriksaan Pasien
Inspeksi A B
3) Palpasi
secara pasif.
39
4) Pemeriksaan fungsi dasar
40
(Sumber : Data primer 2019)
5) Pemeriksaan spesifik
41
Gerakan full ROM, posisi melawan gravitasi dengan
-3 Fair minus
kekuatan lebih ½
3 Fair Gerakan full ROM, posisi melawan gravitasi
Gerakan full ROM, posisi melawan gravitasi dengan
+3 Fair plus
resisten minimum
Gerakan full ROM, posisi melawan gravitasi dengan
4 Good
resisten moderat
Gerakan full ROM, posisi melawan gravitasi dengan
5 Normal
resisten maksimum
B. (Sumber : Leroy lowman,1972)
Rujukan Anggota
Berat badan Dukungan Kemajuan anggota
Tubuh
bertambah satu kaki gerakan ayun
Stabilitas
Fwd Stabilitas
Jarak Bebas Kaki
Kiri Kanan progresivitas pengemban
Kemajuan Anggota Gerak
penyerapan gan Fwd
shock
Diagnosis :
IC LR MST TSt PSw ISw MSw TSw
Pasien A
ROM normal 0o 10o PF 5oDF 10oPF 10oPF 10oPF 0o 0o
Kontak kaki
depan
Kontak
telapak kaki
Ankle Kelebihan
dorso fleksi
Kelebihan
plantar fleksi
Tanpa tumit
Menyeret
Diagnosis : IC LR MST TSt PSw ISw MSw TSw
42
Pasien B
ROM normal 0o 10o PF 5oDF 10oPF 10oPF 10oPF 0o 0o
Kontak kaki
depan
Kontak
telapak kaki
Ankle Kelebihan
dorso fleksi
Kelebihan
plantar fleksi
Tanpa tumit
Menyeret
(Sumber : Data primer 2019)
Ket :
3. Diagnosa Fisioterapi
43
4. Prolematik Fisioterapi
Pasien A Pasien B
a. Impairment d. Impairment
Adanya penurunan kekuatan Adanya penurunan kekuatan
otot tungkai bawah otot tungkai bawah dan
b. Fungsional limitation e. Fungsional limitation
Adanya gangguan pola berjalan Adanya gangguan pola berjalan
c. Participation restriction f. Participation restriction
Pasien mengalami gangguan Pasien mengalami gangguan
dalam melakukan aktivitasnya dalam melakukan aktivitasnya
sebagai seorang Wirausaha sebagai seorang Wirausaha
a) Jangka pendek
6. Intervensi Fisioterapi
44
1) Persiapan alat
pemanasan 5 – 10 menit.
2) Persiapan pasien
3) Prosedur pelaksanaan
1) Persiapan pasien
2) Prosedur Pelaksanaan
45
Langkah awal adalah terapis menggerakan pasien kaki ke arah
merasa lelah
c) Theraband exercise
berupa karet (strip elastis) yang berfungsi untuk pemulihan cedera dan
1) Persiapan pasien
2) Prosedur pelaksanaan
sekitar 25% dari elastisitas Therabend tersebut dan ikat dari arah
d) Mirror exercise
46
cermin oleh bagian tubuh yang mengalami gangguan (Agusman &
Kusgiarti, 2017)
1) Persiapan pasien
dari cermin
2) Prosedur pelaksanaan
cermin.
e) Edukasi
rumah.
tersebut dapat dilihat dari evaluasi pertama sampai keenam yang diperoleh
hasil berikut :
47
a. MMT
Dari data yang didapatkan terjadi peningkatan kekuatan otot pada pasien
A dan B.
b. Gait Analysis
Rujukan Anggota
Berat badan Dukungan Kemajuan anggota
Tubuh
bertambah satu kaki gerakan ayun
Stabilitas
Fwd Stabilitas
Jarak Bebas Kaki
Kiri Kanan progresivitas pengemban
Kemajuan Anggota Gerak
penyerapan gan Fwd
shock
Diagnosis :
IC LR MST TSt PSw ISw MSw TSw
Pasien A
ROM normal 0o 10o PF 5oDF 10oPF 10oPF 10oPF 0o 0o
Kontak kaki
depan
Kontak
Ankle telapak kaki
Kelebihan
dorso fleksi
Kelebihan
plantar fleksi
48
Tanpa tumit
Menyeret
Diagnosis :
IC LR MST TSt PSw ISw MSw TSw
Pasien B
ROM normal 0o 10o PF 5oDF 10oPF 10oPF 10oPF 0o 0o
Kontak kaki
depan
Kontak
telapak kaki
Ankle Kelebihan
dorso fleksi
Kelebihan
plantar fleksi
Tanpa tumit
Menyeret
Rujukan Anggota
Berat badan Dukungan Kemajuan anggota
Tubuh
bertambah satu kaki gerakan ayun
Stabilitas
Fwd Stabilitas
Jarak Bebas Kaki
Kiri Kanan progresivitas pengemban
Kemajuan Anggota Gerak
penyerapan gan Fwd
shock
Diagnosis :
IC LR MST TSt PSw ISw MSw TSw
Pasien A
ROM normal 0o 10o PF 5oDF 10oPF 10oPF 10oPF 0o 0o
Kontak kaki
depan
Kontak
telapak kaki
Ankle Kelebihan
dorso fleksi
Kelebihan
plantar fleksi
Tanpa tumit
Menyeret
Diagnosis :
IC LR MST TSt PSw ISw MSw TSw
Pasien B
Ankle ROM normal 0o 10o PF 5oDF 10oPF 10oPF 10oPF 0o 0o
49
Kontak kaki
depan
Kontak
telapak kaki
Kelebihan
dorso fleksi
Kelebihan
plantar fleksi
Tanpa tumit
Menyeret
Rujukan Anggota
Berat badan Dukungan Kemajuan anggota
Tubuh
bertambah satu kaki gerakan ayun
Stabilitas
Fwd Stabilitas
Jarak Bebas Kaki
Kiri Kanan progresivitas pengemban
Kemajuan Anggota Gerak
penyerapan gan Fwd
shock
Diagnosis :
IC LR MST TSt PSw ISw MSw TSw
Pasien A
ROM normal 0o 10o PF 5oDF 10oPF 10oPF 10oPF 0o 0o
Kontak kaki
depan
Kontak
telapak kaki
Ankle Kelebihan
dorso fleksi
Kelebihan
plantar fleksi
Tanpa tumit
Menyeret
Diagnosis :
IC LR MST TSt PSw ISw MSw TSw
Pasien B
ROM normal 0o 10o PF 5oDF 10oPF 10oPF 10oPF 0o 0o
Kontak kaki
depan
Ankle Kontak
telapak kaki
Kelebihan
dorso fleksi
50
Kelebihan
plantar fleksi
Tanpa tumit
Menyeret
Rujukan Anggota
Berat badan Dukungan Kemajuan anggota
Tubuh
bertambah satu kaki gerakan ayun
Stabilitas
Fwd Stabilitas
Jarak Bebas Kaki
Kiri Kanan progresivitas pengemban
Kemajuan Anggota Gerak
penyerapan gan Fwd
shock
Diagnosis :
IC LR MST TSt PSw ISw MSw TSw
Pasien A
ROM normal 0o 10o PF 5oDF 10oPF 10oPF 10oPF 0o 0o
Kontak kaki
depan
Kontak
telapak kaki
Ankle Kelebihan
dorso fleksi
Kelebihan
plantar fleksi
Tanpa tumit
Menyeret
Diagnosis :
IC LR MST TSt PSw ISw MSw TSw
Pasien B
ROM normal 0o 10o PF 5oDF 10oPF 10oPF 10oPF 0o 0o
Kontak kaki
depan
Kontak
telapak kaki
Ankle Kelebihan
dorso fleksi
Kelebihan
plantar fleksi
Tanpa tumit
Menyeret
51
Tabel 4.16 hasil evaluasi Tindakan kelima Gait analysis
Rujukan Anggota
Berat badan Dukungan Kemajuan anggota
Tubuh
bertambah satu kaki gerakan ayun
Stabilitas
Fwd Stabilitas
Jarak Bebas Kaki
Kiri Kanan progresivitas pengemban
Kemajuan Anggota Gerak
penyerapan gan Fwd
shock
Diagnosis :
IC LR MST TSt PSw ISw MSw TSw
Pasien A
ROM normal 0o 10o PF 5oDF 10oPF 10oPF 10oPF 0o 0o
Kontak kaki
depan
Kontak
telapak kaki
Ankle Kelebihan
dorso fleksi
Kelebihan
plantar fleksi
Tanpa tumit
Menyeret
Diagnosis :
IC LR MST TSt PSw ISw MSw TSw
Pasien B
ROM normal 0o 10o PF 5oDF 10oPF 10oPF 10oPF 0o 0o
Kontak kaki
depan
Kontak
telapak kaki
Ankle Kelebihan
dorso fleksi
Kelebihan
plantar fleksi
Tanpa tumit
Menyeret
Rujukan Anggota
Berat badan Dukungan Kemajuan anggota
Tubuh
bertambah satu kaki gerakan ayun
52
Fwd pengemban Kemajuan Anggota Gerak
progresivitas gan Fwd
penyerapan
shock
Diagnosis :
IC LR MST TSt PSw ISw MSw TSw
Pasien A
ROM normal 0o 10o PF 5oDF 10oPF 10oPF 10oPF 0o 0o
Kontak kaki
depan
Kontak
telapak kaki
Ankle Kelebihan
dorso fleksi
Kelebihan
plantar fleksi
Tanpa tumit
Menyeret
Diagnosis :
IC LR MST TSt PSw ISw MSw TSw
Pasien B
ROM normal 0o 10o PF 5oDF 10oPF 10oPF 10oPF 0o 0o
Kontak kaki
depan
Kontak
telapak kaki
Ankle Kelebihan
dorso fleksi
Kelebihan
plantar fleksi
Tanpa tumit
Menyeret
Dari data yang didapatkan tidak terjadi Perubahan pola berjalan pada
pasien A dan B.
B. Pembahasan Kasus
53
meningkat, jadi pemberian nutrisi dan oksigen kepada jaringan akan
ditingkatkan, sehingga kadar sel darah putih dan antibodi didalam jaringan
otot. Menurut (Kisner dan Colby 2007) jika suatu tahanan diberikan pada otot
yang berkontraksi maka otot tersebut akan beradaptasi dan menjadi lebih
kuat di karena dapat menstimulasi motor unit sehingga semakin banyak motor
unit yang terlibat. Akan tetapi bila tidak dilatih maka akan terjadi penurunan
kekuatan otot karena tidak pernah digunakan. pemberian mirror exercise juga
pasif, serta pasien akan lebih mudah dalam mengontrol dan mengoreksi
dari kontrol motorik pada otak dan feedback dari somatosensoris, visual, dan
untuk mengarahkan gerakan yang sesuai pada area yang dipasangkan ( Kase
54
K, Jim W, Tsuyoshi K. 2003) Theraband juga dapat meningkatkan
penambahan Theraband pada ankle joint memberikan hasil yang lebih efektif
stimulus berupa fasilitasi dan reedukasi terhadap pusat kontrol motorik serta
terhadap pusat memori dan kognitif. Jika pemberian latihan ini diberikan
55
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
berikut:
hemiparese post stroke NHS yaitu, anamnesis, vital sign, pemeriksaan fisik
meliputi aktif, pasif ,TIMT, Inspeksi statis dan dinamis, palpasi tonus dan
Strok NHS “
berjaan
hemiparese post stroke NHS yaitu IR, free active exercise, kombinasi
Programmed.
5. Adapun hasil yang diperoleh terjadi perubahan kekuatan otot dan pola
56
B. Saran
57
DAFTAR PUSTAKA
Brooks, d.m.: nerve compression by simple ganglia. j. bone joint surg. 34b(3),
391–400 (1952). gareth york1 samit chakrabarty1.a survey on foot drop and
functional electrical stimulation.
2019https://link.springer.com/content/pdf/10.1007%2fs41315-019-00088-
1.pdf
Chan C.C.H, Lee T.M.C, Fong K.N.K, Lee C, Wong V. 2002. Cognitive Profile
For Chinese Patient With Stroke. Brain Injury; 16.
Chusid jg.correlative neuroanatomy. 20th ed. london: prentice hall, 1988: p. 104-
110. iskandar j. peroneal neuropathy.2002
http://library.usu.ac.id/download/fk/bedah-iskandar%20japardi41.pdf
Cohen SN. 2000. The subacute stroke patient: preventing recurrent stroke. In
Cohen SN.Management of Ischemic Stroke. Mc Graw-Hill. Pp. 89-109.
Raisa Mahmudah. LEFT HEMIPARESIS e.c HEMORRHAGIC
STROKE.2014
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/medula/article/view/412/413
58
Dawsn dm, hallett m, wilbourn aj.peroneal nerve entrapment.in: entrapment
neuropathies (3rd ed). philadelphia: lippincott raven 1999: 270-296. harold
olson, dc1, heather meeks, dc2, tiffanee mcarthur,dc2, courtney olson,
dpt1.drop foot: a case for enhanced patient outcomes when combining
chiropractic and physical therapy
interventions.2019https://journal.parker.edu/index.php/jcc/article/view/41
Ewa J and Carol L. 2006. Kinesio Taping in Stroke: Improving Functional Use of
the Upper Extremity in Hemiplegia. Thomas Land publisher. Inc.
Johnson CA, Burridge JH, Strike PW, Wood DE, Swain ID. The effect of
combined use of botulinum toxin type A and functional electric stimulation in the
59
treatment of spastic drop foot after stroke: a preliminary investigation. Arch Phys
Med Rehabil 2004;85:902–9. P.L.MeloabM.T.SilvaaJ.M.MartinsaD.J.Newmanb..
Technical Developments of Functional Electrical Stimulation to Correct Drop
Foot: Sensing, Actuation and Control Strategies. 2015
https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0268003314002757
Kertmen, h., et al.: acute bilateral isolated foot drop: report of two cases. asian j
neurosurg 10(2), 123–125 (2015). gareth york1 · samit chakrabarty1.a
survey on foot drop and functional electrical stimulation.2019
https://link.springer.com/content/pdf/10.1007%2fs41315-019-00088-1.pdf
60
Dewi Gayatri.Penurunkan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Melalui
Brisk Walking Exercise.2013
http://nursing.ui.ac.id/training/ojs/index.php/jki/article/view/17
Nobel, w.: peroneal palsy due to hematoma in the common peroneal nerve sheath
after distal torsional fractures and inversion ankle sprains. j bone joint surg,
am vol 48(8), 1484–1495 (1966). http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubme
d/42891 39. (accessed: 21 october 2018) gareth york1 · samit chakrabarty1.a
survey on foot drop and functional electrical stimulation.2019
https://link.springer.com/content/pdf/10.1007%2fs41315-019-00088-1.pdf
Rusdiyanto, S. 2010. Stroke dan Rehabilitasi Pasca Stroke. Jakarta : Buana Ilmu
Populer
Raj GS. 2006. Physiotherapy in Neuro-conditions. Delhi: Jaype Brothers Medical
Published
61
Sujatno, Ig et al. 2002. Sumber Fisis. Surakarta: Politeknik Kesehatan Surakarta.
Jurusan Fisioterapi
Suh, j.s., et al.: peripheral (extracranial) nerve tumors: correlation of mr imaging
and histologic findings. radiology 183(2), 341–346 (1992). gareth york1 ·
samit chakrabarty1.a survey on foot drop and functional electrical
stimulation.2019 https://link.springer.com/content/pdf/10.1007%2fs41315-
019-00088-1.pdf
Stewart jd. foot drop: where, why and what to do? pract neurol 2008;8:158-69.
harold olson, dc1, heather meeks, dc2, tiffanee mcarthur,dc2, courtney
olson, dpt1.drop foot: a case for enhanced patient outcomes when
combining chiropractic and physical therapy
interventions.2019https://journal.parker.edu/index.php/jcc/article/view/41
WHO. World Health Organization, The Atlas of Heart Disease and Stroke, Part
Three: Global Burden of Stroke. 2004.
P.L.MeloabM.T.SilvaaJ.M.MartinsaD.J.Newmanb. Technical Developments
of Functional Electrical Stimulation to Correct Drop Foot: Sensing,
Actuation and Control Strategies. 2015
https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0268003314002757
Woltman, h.w.: crossing the legs as a factor in the production of peroneal palsy. j
am med assoc 93(9), 670 (1929) gareth york1 · samit chakrabarty1.a survey
on foot drop and functional electrical stimulation.2019
ssshttps://link.springer.com/content/pdf/10.1007%2fs41315-019-00088-
1.pdf
62