Anda di halaman 1dari 18

 ATIKA FADHILLAH QANIT P3.73.26.1.13.

006
 FERY ABDILLAH HARIS P3.73.26.1.13.017
 LADINI RISDIANA P3.73.26.1.13.022
 NOVITA WULANDARI P3.73.26.1.13.031
 YENA PUTRI FADILLA P3.73.26.1.13.049
A. Latar Belakang
Perkembangan zaman yang semakin modern,
memberikan pengaruh pada perkembangan IPTEK
terutama di bidang kesehatan, Salah satunya
teknologi di bidang kegawatdaruratan neonatologi
sehingga bayi prematur yang kritis bisa
terselamatkan. Namun, bayi yang terselamatkan
tidak semuanya normal, beberapa mengalami
gangguan pertumbuhan dan perkembangan. Salah
satu gangguan pertumbuhan dan perkembangan,
yaitu cerebral palsy.
Di Indonesia angka kejadian CP belum dapat di
kaji secara pasti. Namun, beberapa instansi Kesehatan di
Indonesia sudah bisa mendata salah satunya, YPAC
Surakarta. Jumlah anak dengan kondisi CP pada tahun
2005 berjumlah 118 anak, tahun 2006 mencapai 112 anak,
dan meningkat pada tahun 2007 mencapai 198 anak
sedangkan di Jakarta CP Center jumlah anak dengan
kondisi CP mencapai 80% pada tahun 2016.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka
penulis tertarik untuk membahas tentang CP. Kasus yang
akan dikaji yaitu, CP spastik diplegi dengan judul
“Penatalaksanaan Fisioterapi dengan Teknik Stimulasi,
Inhibisi dan Fasilitasi pada Kasus Gangguan Tumbuh
Kembang Usia 7 Bulan akibat CP Spastik Diplegi di Jakarta
CP Center Tahun 2016”.
A. Definisi
Cerebral palsy (CP) adalah gangguan gerakan
dan postur yang muncul pada masa bayi atau
anak usia dini. Hal ini disebabkan oleh
kerusakan berupa lesi pada otak yang
permanen atau menetap dan tidak dapat
diobati namun akibat yang ditimbulkan dapat
dikurangi. Lesi yang terjadi bersifat non-
progresif dan terjadi pada masa kehamilan
prenatal, perinatal, atau periode postnatal
(Cummins, 2011).
1. Tulang tengkorak
berfungsi untuk melindungi otak dari cedera.
Terdiri dari frontal, parietal, temporal,
sphenoid, occipital dan ethmoid. Diantara
tulang tengkorak, terdapat 3 area nyata yaitu
anterior, middle, dan posterior
terdiri dari 4 bagian besar, brain stem, ienchepalon,
cerebrum dan cerebellum.
 Cerebrum
Cerebrum merupakan bagian otak yang terbesar yang
terdiri dari sepasang hemisfer kanan dan kiri dan
tersusun dari korteks. Cerebrum terbagi menjadi
empat lobus, yaitu :
a. Lobus frontal
b. Lobus parietal
c. Lobus oksipital
d. Lobus temporal
 Cerebellum
Cerebellum adalah struktur kompleks yang
mengandung lebih banyak neuron
dibandingkan otak secara keseluruhan.
Memiliki peran koordinasi yang penting
dalam fungsi motorik yang didasarkan pada
informasi somatosensori yang diterima.
 Brainstem
 Midbrain
 Ponds
 Medulla oblongata

 Dienchepalon
 Epithalamus
 Thalamus
 Hippothalamus
 Epidemiologi
 Saat ini, di Indonesia, belum terdapat data
prevalensi kejadian CP. Berdasarkan data Susenas
(Survei Sosial Ekonomi Nasional) dalam Pusat
Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI,
terjadi peningkatan disabilitas pada anak di
Indonesia dengan prevalensi sebesar 0,69% pada
tahun 2003 dan sebesar 2,45% pada tahun 2012.
 Di Jakarta CP Center, tercatat kasus terbanyak
adalah cerebral palsy.
Cerebral palsy terjadi akibat
kerusakan pada otak saat periode
prenatal, perinatal dan postnatal.
1. Prenatal
2. Perinatal
3. postnatal
Salah satu penyebab cerebral palsy adalah
hyperbilirubinemia. Hyperbilirubinemia atau
jaundice (level bilirubin yang berlebih ) merupakan
warna kekuningan pada kulit karena adanya
bilirubin yang berlebih. . Bilirubin adalah racun
bagi jaringan otak, jika tingkat bilirubin pada otak
terlalu tinggi maka dapat menembus hingga ke
jaringan otak, tepatnya terjadi akumulasi pada
gray matter di otak yang mana akan berpotensi
mengakibatkan kerusakan otak yang bersifat
irreversible.
Manifestasi klinis
Ada 3 jenis manifestasi klinis pada cerebral palsy menurut
beker dan yalcim (Beker & Yalcim, 2010) :

 Neurological :  Associated problem :


• Masalah Intelektual
▪ Kelemahan otot
• Epilepsy
▪ Tonus otot abnormal
• Visual problems
▪ Gangguan keseimbangan • Hearing loss
▪ Gangguan selective control • Gangguan bicara dan
▪ Pathological reflexes komunikasi
▪ Gangguan sensation • Gangguan menelan
• Gangguan nafsu makan
 Muscle • Gangguan pernafasan
▪ Kontraktur • Incontinence
▪ Deformitas
Evaluasi tumbuh kembang anak dapat dikaitkan
dengan refleks primitifnya, secara garis besar
terbagi menjadi tiga tingkatan, yaitu (Hariandja &
Suharto, 2014):
1. Level susunan saraf pusat
2. Reflex development
3. Motor development
Level SSP Level Reflex Level Motor

Development Development

Spinalis Apedal Tengkurap

Brainstem Refleks Primitif Terlentang

Midbrain Quadripedal Merangkak

Reaksi Tegak Duduk

Cortical Bipedal Berdiri

Reaksi Equilibrium Berjalan


Dalam normal development, terdapat
1. perkembangan motorik kasar;
2. perkembangan motorik halus;
3. perkembangan keterampilan kognitif;
4. perkembangan berbicara, bahasa dan
pendengaran; serta
5. perkembangan sosial, emosional dan
perilaku.
 Bobath
Metode Bobath pada awalnya memiliki konsep
perlakuan yang didasarkan atas inhibisi aktivitas
abnormal refleks dan pembelajaran kembali
gerak normal, melalui penanganan manual dan
fasilitasi, serta memberikan stimulasi, organ
sensoris dan motorik yang mengalami.

Anda mungkin juga menyukai